• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus DENGAN Endomycopsis burtonii. Abstrak PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus DENGAN Endomycopsis burtonii. Abstrak PENDAHULUAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK

MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus

DENGAN

Endomycopsis burtonii

Abstrak

Peningkatan produksi lovastatin pada fermentasi angkak dipelajari melalui ko-kultur M. purpureus (107cfu/ml) dengan Endomycopsis burtonii (khamir

amilolitik terseleksi), pada berbagai konsentrasi (103-105) cfu/ml dan waktu penambahan (2, 4, dan 6 hari). Perlakuan ko-kultur dengan E. burtonii mampu

meningkatkan kadar lovastatin secara signifikan pada angkak yang diproduksi oleh strain-strain M. purpureus JmbA5K, AID, JmbA dan TOS. Produksi lovastatin

tertinggi dihasilkan oleh strain M. purpureus TOS pada penambahan E. burtonii

104cfu/ml pada hari ke 6 dengan fermentasi selama 14 hari, yaitu sebesar 2,2%.

Key words: Lovastatin, angkak, Monascus purpureus, Endomycopsis burtonii

PENDAHULUAN

Monascus purpureus merupakan fungi yang tidak patogen dan sudah lama

digunakan untuk produksi pigmen angkak (Chiu et al 2006; Lee et al 2006). Selama fermentasi angkak selain pigmen, juga diproduksi metabolit sekunder lain yaitu lovastatin. Lovastatin merupakan bahan bioaktif kelompok statin yang sangat penting dalam perkembangan biomedis. Lovastatin sudah lama digunakan sebagai senyawa penurun kolesterol dengan melakukan penghambatan enzim HMG-CoA reduktase (3-hidroksi metilglutaril CoA reduktase) yang berperan penting dalam biosintesis kolesterol.

Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk produksi lovastatin pada angkak selama ini dilakukan secara monokultur menggunakan spesies-spesies Monascus (Lee

at al. 2006b; Miyake et al. 2005; Su et al. 2003; Astuti 2004). Kandungan lovastatin angkak yang dihasilkan masih relatif rendah, berkisar antara 0.2-0.9%. Upaya meningkatkan kadar lovastatin angkak, telah dilakukan oleh Astuti (2004) dengan mempelajari pengaruh penambahan Tween 80 ke dalam substrat beras putih dan beras merah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Tween 80 mampu meningkatkan kadar lovastatin baik pada beras putih (0.16%) dibandingkan kontrol (0.14%) maupun

(2)

65   

pada beras merah (0.26% dibandingkan dengan kontrol 0.09%). Produksi lovastatin dalam angkak masih potensial untuk ditingkatkan. Salah satu upaya adalah dengan melakukan ko-kultur M. purpureus dengan menggunakan khamir indigenus penghasil

amilase. Danuri (2008) melaporkan, enzim amilase sebagai enzim hidrolitik, dapat meningkatkan hidrolisis komponen karbohidrat menjadi glukosa yang dibutuhkan selama produksi metabolit sekunder.

Penelitian untuk meningkatkan produksi lovastatin melalui ko-kultur juga sudah dilakukan oleh Panda (2010). Upaya yang ditempuh dengan melakukan ko-kultur M. purpureus dan M. ruber melalui optimasi parameter-parameter fermentasi

meliputi temperature, waktu fermentasi, volume inokulum dan pH pada substrat fermentasi padat, dilakukan dengan menggunakan metodologi respon permukaan dari desain factorial Box-Behnken . Produksi lovastatin maksimum adalah 2,83 mg/g setara dengan 0,28% pada hari ke 14 dibawah kondisi proses yang dioptimasi.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan produksi lovastatin angkak oleh enam strain M. purpureus yang ditumbuhkan bersama (ko-kultur) dengan khamir

amilolitik indigenus. Dari penelitian ini akan diperoleh informasi strain, konsentrasi dan waktu ko-kultur yang optimal dalam produksi lovastatin.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Strain Kapang dan Khamir

Kapang yang digunakan pada penelitian ini adalah enam strain Monascus purpureus yakni TOS, JmbA, AID, JmbA3M, JmbA5K dan AS3K koleksi

laboratorium Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biolog, LIPI, Cibinong, Bogor. Khamir yang digunakan adalah E. burtonii penghasil amilase hasil seleksi dari 16

strain khamir, lima strain koleksi laboratorium Ilmu Hayati, ITB, Bandung, dan 11 strain koleksi laboratorium Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biolog, LIPI, Cibinong. Peremajaan M. purpureus TOS, JmbA5K, AID, JmbA3M, JmbA dan

AS3K dilakukan pada agar miring MEA (Malt Ekstrak Agar). Agar miring yang

(3)

mencapai 2.25 x 107 cfu/ml. Biakan agar miring tersebut kemudian disimpan dalam lemari pendingin sebagai kultur stok. Strain khamir diremajakan pada media agar miring Yeast Malt Agar (YM agar), dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 2 hari.

Biakan khamir yang telah tumbuh disimpan dalam lemari pendingin sebagai kultur stok.

Substrat fermentasi

Substrat yang digunakan untuk fermentasi angkak adalah beras IR 42, diperoleh dari pasar di daerah Bogor, Jawa Barat. Beras IR 42 sebagai substrat padat pada fermentasi angkak, dicuci dan direndam ±1 malam, kemudian ditiriskan dan disterilisasi 121ºC selama 30 menit. Beras didinginkan dan siap digunakan sebagai sustrat fermentasi M. purpureus pada produksi angkak.

Persiapan Starter Monascus purpureus

 

Tahap awal persiapan starter M. purpureus adalah pembuatan suspensi M. purpureus dari 6 strain yang digunakan yaitu TOS, JMBA 5K, AID dan JMBA 3M,

JmbA dan AS3K. Akuades steril sebanyak 2,5 mL dimasukkan ke dalam

masing-masing biakan agar miring M. purpureus yang berumur 14 hari, kemudian dilakukan

penggoresan sampai biakan terlepas sehingga diperoleh suspensi biakan M. purpureus. Untuk membuat starter, sebanyak 25 g beras dalam cawan petri

disterilisasi menggunakan otoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Setelah disterilisasi, beras didinginkan sampai suhu  36 C. Beras kemudian diinokulasi dengan suspensi M. purpureus sebanyak 2,5 mL dan diaduk merata menggunakan

pengaduk steril. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 27-32C selama 14 hari. Setelah berumur 14 hari, siap digunakan sebagai starter untuk produksi angkak. Setiap 2,5 g starter ( 10%) dapat digunakan atau ditambahkan pada 25 g beras yang sudah disterilisasi untuk produksi angkak. 

(4)

67   

Produksi lovastatin oleh M. purpureus kultur tunggal dan ko-kultur dengan

Endomycopsis burtonii

Produksi angkak menggunakan enam strain M. purpureus sebanyak

107cfu/ml menggunakan substrat beras IR 42 yang telah disterilisasi dahulu. Ko-kultur dilakukan dengan menambahkan E. burtonii pada hari fermentasi ke 2, 4, dan

6 dengan variasi konsentrasi 103, 104, dan 105cfu/ml. Fermentasi angkak menggunakan kultur tunggal sekaligus berfungsi sebagai kontrol, dilakukan hanya menggunakan M. purpureus tanpa E. burtonii. Fermentasi dilakukan pada suhu ±

30°C selama 14 hari. Setelah 14 hari, dilakukan pemanenan dengan cara dikeluarkan dari rak fermentasi , kemudian ditempatkan pada wadah tahan panas, selanjutnya angkak dikeringkan pada suhu 60°C selama ±12 jam sampai mencapai kadar air ± 5%.

Analisis Kadar Lovastatin (Miyake et al, 1984) Ekstraksi sampel

Angkak hasil ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii maupun hasil

fermentasi tunggal setelah 14 hari fermentasi, dihancurkan menjadi bentuk bubuk (80 mesh), selanjutnya ditimbang 1 g kemudian diekstrak dengan 2 ml asetonitril dan 0,1 ml asam fosfat 0,1%, diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan kemudian disaring dengan kertas saring membran nilon berukuran 0,45 mikron. Sampel kemudian diinjeksikan ke HPLC dengan menggunakan fase gerak seperti pada larutan standard lovastatin.

Preparasi larutan standar Lovastatin

Standar lovastatin dipersiapkan pada beberapa konsentrasi, yaitu 0,1%, 1% dan seterusnya. Asetonitril sebanyak 2 ml dan 0,1 ml asam fosfat 0,1% ditambahkan. Disaring dengan kertas saring membran nilon berukuran 0,45 mikron. Larutan kemudian diinjeksikan ke HPLC. Fase mobil dikomposisikan dengan perbandingan

(5)

asetonitril : asam fosfat 0,1% pada rasio 65:35 (perbandingan per volume) . Laju aliran diatur pada kecepatan 1.0 mL/menit; T=28oC menggunakan kolom Nukleosil 100-5 C18 .

% Kadar lovastatin dihitung sebagai berikut :

Luas area sampel x Konsentrasi standar Luas area standar

Analisis Kadar Sitrinin (Miyake et al 1984)

Angkak hasil ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii maupun hasil

fermentasi tunggal setelah 14 hari fermentasi, dihancurkan menjadi bentuk bubuk (80 mesh), selanjutnya ditimbang 0,5 g. Angkak diekstrak dengan 50 ml etanol 70% dan diaduk menggunakan stirer magnetik selama 3 jam, kemudian disaring dengan kertas saring 0,20-µm filter (DISMIC-13 cp;Advantec, Tokyo, Japan). Kondisi HPLC menggunakan kolom: NUCLEOSIL 100-5 C-18, dan detektor fluoresen (λ ex = 331,

λ em=500).

Sampel dielusi dengan fase gerak : Asetonitril: akuades: TFA (1000:1000:1). Laju aliran adalah 0,8 mL/menit; T=40°C.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat signifikansi perbedaan kadar lovastatin akibat perlakuan ko-kultur M. purpureus dangan E. burtonii adalah dengan

uji ANOVA dan bila terdapat signifikansi, diuji lanjut dengan uji Duncan dengan tingkat kepercayaan 95%.

(6)

69   

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi lovastatin oleh enam strain M. purpureus

Kadar lovastatin angkak yang diproduksi menggunakan strain M. purpureus

TOS, JmbA5K, AID, JmbA 3M, JmbA dan AS3K disajikan pada Gambar 5.3. Strain JmbA, TOS dan AID merupakan hasil isolasi dari sampel angkak yang terdapat di beberapa daerah masing-masing dari daerah Jember, Pontianak dan medan. Tiga strain lain yaitu JmbA3M, JmbA5K dan AS3K merupakan hasil mutasi menggunakan sinar UV.

Gambar 5.1 Kadar lovastatin angkak yang diproduksi oleh enam strain Monascus purpureus setelah 14 hari fermentasi

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa strain-strain tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam memproduksi lovastatin. Strain JmbA3M (kadar

0,8 0,37 0,17 1,42 1,27 0,1 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

TOS JmbA AID JmbA3M AS3K JmbA5K

Kadar

 

lovastatin

 

(%)

Strain  Monascus purpureus

TOS JmbA AID JmbA3M AS3K JmbA5K

(7)

lovastatin 1,42%) dan strain AS3K (kadar lovastatin 1,27%) secara statistik tidak berbeda nyata (α < 5%) dalam hal kemampuan memproduksi lovastatin. Kedua strain hasil mutasi tersebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding strain lainnya. Kadar lovastatin yang diproduksi oleh strain TOS, JmbA, AID dan JmbA5K berturut turut adalah: 0,8%, 0,37%, 0,17, dan 0,1%.

Perbedaan kemampuan strain-strain M. purpureus tersebut dalam

memproduksi lovastatin, kemungkinan disebabkan oleh keragaman faktor genetis dari masing-masing strain.

Pengaruh ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii terhadap produksi lovastatin

Kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur terhadap enam strain M. purpureus dengan E. burtonii disajikan pada Gambar 5.2. Keenam strain M. purpureus menunjukkan respon yang bervariasi terhadap penambahan E. burtonii

dengan jumlah dan waktu yang divariasikan. Ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii memberikan pengaruh nyata terhadap produksi lovastatin oleh semua strain M. purpureus yang diteliti.

Uji statistik (p<0,05) menunjukkan bahwa pengaruh penambahan E. burtonii dengan variasi konsentrasi 103 cfu/ml, 104 cfu/ml dan 105 cfu/ml

menyebabkan peningkatan produksi lovastatin pada beberapa strain. Strain JmbA5K dan AID, penambahan E. burtonii pada konsentrasi 103 cfu/ml, 104 cfu/ml dan 105

cfu/ml, menyebabkan peningkatan produksi lovastatin secara nyata dibanding kontrol.

(8)

Gambar 5.2 Pengaruh waktu penambahan dan konsentrasi E. burtonii cfu/ml

terhadap produksi lovastatin angkak oleh M. purpureus

771 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 K ad ar l ova st at

Hari penambahan E. burtonii

103 cfu/ml 104cfu/ml 105 cfu/ml 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 K ad ar l ova st at

Hari penambahan E. burtonii

104cfu/ml 105 cfu/ml 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 K ad ar l ova st at in ( % )

Hari penamabahan E. burtonii

Kontrol 103 cfu/ml 104cfu/ml 105 cfu/ml AID 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 K ad ar l ova st at in ( % )

Hari penambahan E. burtonii

Kontrol 103 cfu/ml 104cfu/ml 105 cfu/ml JMBA3M 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 Kadar lo vas tat in ( % )

Hari penambahan E. burtonii

Kontrol 103 cfu/ml 104cfu/ml 105 cfu/ml JMBA 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 K ad ar l ova st at in ( % )

Hari penambahan E. burtonii

Kontrol 103 cfu/ml 104cfu/ml 105 cfu/ml AS3K 10 cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml Kontrol 103 cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml Kontrol 103 cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml Kontrol 103 cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml Kontrol 103 cfu/ml 104 cfu/ml 105cfu/ml

(9)

Terdapat interaksi yang nyata antara pengaruh konsentrasi dan waktu penambahan E. burtonii terhadap produksi lovastatin angkak. Konsentrasi dan waktu

penambahan E. burtonii tertentu menyebabkan peningkatan produksi lovastatin.

Penambahan E. burtonii pada 103 cfu/mlpada hari ke 4 dan konsentrasi 104 cfu/ml

pada hari ke 6 menyebabkan peningkatan produksi lovastatin yang nyata terhadap strain TOS. Untuk strain JmbA penambahan E. burtonii pada 103cfu/mlpada hari ke

4 menyebabkan peningkatan kadar lovastatin secara nyata. Pada strain AID, penambahan E. burtonii hari ke 2 dengan konsentrasi 104 dan 105 cfu/ml, hari ke 4

dan ke 6 pada semua konsentrasi menyebabkan peningkatan produksi lovastatin yang nyata. Kadar lovastatin tertinggi dihasilkan oleh strainTOS pada penambahan E. burtonii pada hari ke 6 dengan konsentrasi 104 cfu/ml yaitu sebesar 2,2%.

Pengaruh ko-kultur E. burtonii pada produksi angkak oleh strain-strain M. purpureus mutan menunjukkan, bahwa hanya strain JmbA5K yang kadar

lovastatinnya meningkat pada semua waktu dan konsentrasi penambahan E. burtonii.

Strain-strain lainnya yaitu JmbA3M dan AS3K menunjukkan penurunan produksi lovastatin pada semua waktu dan konsentrasi penambahan E. burtonii.

Peningkatan kadar lovastatin angkak setelah perlakuan ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii kemungkinan disebabkan oleh pengaruh enzim

amilase yang dihasilkan oleh E. burtonii. Amilase akan mendegradasi substrat

menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana seperti glukosa. Senyawa-senyawa sederhana yang terbentuk lebih mudah dikonsumsi M. purpureus

untuk kebutuhan pertumbuhannya. Sebaliknya E. burtonii juga membutuhkan

substrat untuk pertumbuhan. Kebutuhan akan subtrat untuk pertumbuhan, memungkinkan terjadinya kompetisi antara M. purpureus dan E. burtonii. Kondisi

kompetisi memicu kapang M. purpureus memproduksi metabolit-metabolit sekunder

untuk mempertahankan diri.

Fenomena lain kemungkinan juga dapat terjadi seperti yang dilaporkan Danuri (2008), bahwa semua strain M. purpureus mempunyai kemampuan

memproduksi enzim amilase. Jumlah amilase yang semakin banyak, baik amilase yang dihasilkan oleh M. purpureus maupun oleh E. burtonii, menyebabkan semakin

(10)

73   

banyak pula amilosa dalam substrat yang dihidrolisis menjadi glukosa. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi selama pengembangan produksi metabolit sekunder. Dengan demikian semakin banyak pula lovastatin yang diproduksi selama fermentasi angkak ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii (Danuri, 2008).

Kemungkinan lain yakni fenomena mekanisme pertahanan diri M. purpureus terhadap lingkungannya juga dapat mempengaruhi M. purpureus untuk

meningkatkan produksi lovastatin. Shin et al., (2005) melaporkan, bahwa jenis

khamir tertentu menghasilkan enzim-enzim hidrolitik seperti amilase dan kitinase. Selama ko-kultur enzim-enzim hidrolitik yang diproduksi khamir dapat menyerang dinding sel kapang. Serangan enzim ini dapat menyebabkan dinding sel kapang terdegradasi. Kondisi ini memicu kapang M. purpureus untuk melakukan

pertahanan diri dengan mengeluarkan atau memproduksi komponen-komponen hidrofobik berupa metabolit sekunder seperti pigmen dan lovastatin.

Rendahnya produksi lovastatin strain JmbA5K dan AS3K sebagai strain mutan setelah ko-kultur dibanding sebelum di ko-kultur, kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan strain-strain tersebut untuk memproduksi lovastatin yang tinggi akibat terganggu oleh kehadiran E. burtonii. Strain JmbA5K dan AS3K

merupakan strain hasil perlakuan mutasi menggunakan sinar UV. Kondisi strain JmbA5K dan AS3K sebagai strain mutan, menyebabkan strain-strain tersebut sensitif. Dengan kehadiran E. burtonii yang ditumbuhkan bersama, kemungkinan dapat

mengganggu pertumbuhan strain-strain tersebut dan menyebabkan ketidakmampuan memproduksi lovastatin tinggi.

Peningkatan kadar lovastatin angkak oleh pengaruh ko-kultur menggunakan

E. burtonii menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan

penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kadar lovastatin strain TOS H6104 yakni sebesar 2,19% menunjukkan peningkatan signifikan dibanding TOS kontrol (0,8%). Penelitian oleh Danuri (2008) yang melakukan optimasi produksi pigmen dan lovastatin angkak oleh M. purpureus, melaporkan bahwa konsentrasi lovastatin

angkak tertinggi, diperoleh pada perlakuan penambahan Tween 80. Rata-rata kandungan lovastatin 5 ulangan 254,9±9.7 ppm (0,025%) atau meningkat 40,78%

(11)

dibanding kontrol. Sedangkan Panda et al., (2010) melakukan optimasi

parameter-parameter fermentasi untuk meningkatkan produksi lovastatin angkak melalui ko-kultur M. purpureus MTCC 369 dan Monascus ruber MTCC 1880. Fermentasi

dilakukan menggunakan beras lokal india sebagai substrat padat. Optimasi dilakukan pada parameter-parameter proses fermentasi seperti suhu, waktu fermentasi, volume inokulum, dan pH medium, dengan metodologi respon permukaan dari desain faktorial Box-Behnken. Produksi lovastatin tertinggi diperoleh sebesar 2,83 mg/g (0,28%). Pada pelitian Astuti (2004) yang mempelajari pengaruh penambahan Tween 80 ke dalam substrat beras putih dan beras merah menghasilkan kadar lovastatin pada beras putih 0,16%, dan pada beras merah 0,26%. Walaupun kadar lovastatin hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan dibanding kontrol, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur

M. purpureus dengan E.burtonii.

Penurunan produksi lovastatin angkak oleh strain TOS akibat penambahan

E. burtonii pada awal fermentasi dengan konsentrasi 103cfu/ml kemungkinan

disebabkan hal-hal berikut. Kondisi awal fermentasi merupakan fase kritis pertumbuhan mikroba. Pada tahap awal mikroba membutuhkan fase adaptasi terhadap lingkungan pertumbuhannya. Penambahan khamir pada tahap awal fermentasi dapat mengganggu pertumbuhan M. purpureus. Lim et al., (2000)

melaporkan bahwa kehadiran khamir pada awal pertumbuhan dapat menjadi kompetitor bagi kapang. Masalah utama pada teknik ko-kultur, produksi pigmen dan lovastatin dapat menurun disebabkan khamir (S. cerevisiae) dapat menekan

pertumbuhan M. purpureus ketika penambahan S. cereviseae. terlalu awal dan dalam

jumlah yang terlalu tinggi (Lim et al 2000).

Pengaruh ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii terhadap produksi sitrinin

Sitrinin merupakan mikotoksin yang diproduksi M. purpureus. Produksi

sitrinin oleh M. purpureus strain TOS, AID dan JmbA sebelum dan setelah ko-kultur

(12)

  G G d d p m o d M M p t T s k Gambar 5.3. Grafik pada dengan E. dibanding t purpureus menyebabka oleh M. pur dibawah nila Morehouse Apl Monascus p produksi lov tingkat prod TOS). Produ sekitar 3 kal ke 6 ferment 0, 1, 2, 3, Ka d ar   sitrinin   (ppm)   . Kadar sitrin kultur de a Gambar 5 burtonii m tanpa ko-ku strain AID an peningkat rpureus baik ai LD50 sitri 1977). likasi ko-ku purpureus, m vastatin. Wa duksi lovasta uksi lovastat li lipat deng tasi, dengan 0 ,5 1 ,5 2 ,5 3 ,5 TOS (K) 0,54 nin angkak o engan E. bur .3 menunjuk menyebabka ultur. Berbe D dan Jmb tan kadar si k sebelum d

nin pada hew

ultur denga memberikan r aktu penamb atin oleh 4 tin oleh M. p gan menamb kadar sitrini TOS  H6104 AID (K 0,47 0,3 Samp oleh M. purp rtonii kkan bahwa an kadar sit da dengan bA, aplikas trinin. Mesk dan sesudah wan percoba SIMPULA an Endomy respon yang bahan dan ko strain M. p purpureus ahkan E. bu in yang relat K) AID  H204 J 34 1,19 pel angkak pureus sebelu a ko-kultur M trinin angka angkak ya i ko-kultur kipun demik ko-kultur d aan (kelinci) AN ycopsis bur g berbeda ata onsentrasi E urpureus (Jm strain TOS urtonii seban tif rendah. JMBA  (K) JMBA H4 103 1,76 3,17 um (K) dan M. purpureu ak mengalam ng diproduk r dengan E kian, kadar s dengan E. b ) yaitu19 pp rtonii pada au spesifik s E. burtonii m mbA5K, AI dapat diting nyak 104 cfu 3 7 TO TO AID AID JM setelah ko-us strain TO mi penurun ksi oleh M E. burton sitrinin angk burtonii mas pm (Wiley d enam stra strain terhad mempengaru ID, JmbA d gkatkan hing u/ml pada h OS (K) OS H6104 D (K) D H204 MBA (K) 75  OS nan M. nii, kak sih dan ain dap uhi dan gga ari

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. 2004. Seleksi isolat Monascus purpureus penghasil lovastatin dan analisis

kadarnya, Program Studi Biokimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), IPB, Bogor.

Alberts AW, J Chen, G Kuron, V Hunt, J Huff, C Hoffman. 1980. Mevinolin : A. highly potent competitive inhibitor of hydroxymethyl glutaryl coenzyme A reductase and cholesterol lowering agent. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 77(7), 3957-3961.

Banerjee R, G Mukherjee, and KC Patra. 2005. Microbial transformation of tannin-rich substrate to gallic acid through co-culture method. Bioresource Technology, 96(8), 949-953.

Chiu CH, NiKH Guu, YK TM Pan. 2006. Production of red mold rice using a modified Nagata type Koji marker. Applied Microbiology and Biotechnology, 73(2), 297-304.

Chomenzynski P. and N Sacchi. 1987. Single step methods of RNA isolation by acid guanidium thiocyanate-phenol-chloroform extraction. Anal Biochem, 162:156-159.

Danuri H. 2008. Optimizing angkak pigment and lovastatin production by

Monascus purpureus. Hayati Journal of Bioscience, June, p 61-66.

Handayani WR. 2006. Penurunan ekspresi gen pho85 sel apoptosis Saccharomyces cerevisiae oleh ekstrak air daun ciplukan 33NHR dan Geobacillus sp. 22a.

Bogor.

Hajjaj H, P Niedberger, P Duboc. 2001. Lovastatin biosynthesis by Aspergillus terreus in chemically defined medium. Applied and Environmental Microbiology, 67(6), 2596-2604.

Kohama Y, S Matsumoto, T Mimura, N Tanabe, A Inada, & T Nakanishi, T. (1987). Isolation and identification of hypotensive principles in red-mold rice.

Chemical and pharmaceutical Bulletin, 35(6), 2484-2489.

Lee CL, JJ Wong, SL Kuo, TM Pan. 2006. Monascus fermentation of dioscorea for increasing the production of cholesterol-lowering agents-monacolin K and antiinflammation agent-monascin. Applied Microbiology and Biotechnology, 72(6), 1254-1262.

(14)

77   

Lim HS, SK Yoo, CS Shin, and YM Hyun. 2000. Monascus red pigment overproduction by co-culture with recombinant Saccharomyces cerevisiae

secreting glucoamylase. The Journal of Microbiology, March, p 48-51.

Miyake T, A Mori, T Kii , T Okuno, Y Usui, S Fumihiro. 2005. Light effect on cell development and secondary metabolism in Monascus. Journal of

Industrial Microbiology and Biotechnology, 32(3), 103-108.

Miyake T, S Ohno, S Sakai. 1984. Process for the production of Monascus pigment. US.Pat.4442 209.

Murray, Robert K, Daryl K, Granner, Petter A, Mayes, Victor W, Rodwell. 2003. Harper’s illustrated biochemistry Ed 26. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Panda BP, S Javed, and M Ali. 2010. Optimization of fermentation parameter for higher lovastatin production in red mold rice through co-culture of Monascus purpureus and Monascus ruber. Food Bioprocess Technol, 3: 373-378.

Pandey A, P Selvakumar, CR Socool, and P Nigam. 1999. Solid-state fermentation for production of industrial enzymes. Current Science, 77(1),

149-162.

Sambrook J. 1989. Molecular cloning a laboratory manual. Ed ke-1. New York: Cold Spring Harbor Lab Pr.

Shin CS, HJ Kim, MJ Kim, and JY Ju. 2005. Morphological change and enhanced pigmen production of Monascus when co-cultured with Saccharomyces cereviseae or Aspergillus oryzae. Biotechnol. Bioeng. 59, 576-581.

Stocking EM, Williams RM. 2003. Chemistry and biology of biosynthetic Diels-Alder Reactions. Angew. Chem. Int. Ed 42, 3078-3115.

Su YC, JJ Wang, TT Lin, TM Pan. 2003. Production of secondary metabolites, γ -amino butyric acid and monacolin K by Monascus. Journal of Industrial

Microbiology and Biotechnology, 30(1), 41-46.

Termudo MF, R Kleerebezem, and M Loosdrecht. 2007. Influence of the pH on (open) mixed culture fermentation of glucose: A chemostat study.

Biotechnology and Bioengineering, 98(1), 69-79.

Wilson K, J Walker. 2000. Principles and techniques of practical biochemistry. Ed.

Ke-5. London. Cambridge Univ .

Gambar

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa strain-strain tersebut memiliki  kemampuan yang berbeda dalam memproduksi lovastatin

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi yang meliputi parameter pertumbuhan, mortalitas, dan laju eksploitasi ikan peperek (Leiognathus equulus) di perairan

Kejadian penyakit zoonosis bersumber dari tikus disebabkan oleh adanya endoparasit berupa cacing yang hidup pada tikus.. Bulan April 2013, di Desa Citereup Kecamatan

Perlakuan kombinasi zeolit dan kapur tohor tidak berpengaruh nyata menurunkan kadar Mn air sumur gali, akan tetapi berpengaruh sangat nyata (p &lt; 0.01) pada

Kajian dilakukan melalui proses simulasi numerik menggunakan perangkat lunak komersial Fluent versi 6.3.26 pada kondisi aliran yang melalui elip tanpa pengarah dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan umum peran PKn dalam meningkatkan partisipasi politik siswa SMK Al Furqon Bantarkawung kabupaten

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk

Iya, Manuel Antonio Añapa de la Cruz-yu , iyaa entsa kiika taawasha mumu puushu juntsa kiyu ¨ Rampidal tenanu chumu chachilla' tinbu-kuinda keraa kuinda, yalaya Atahualpa