• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADAR AIR KAYU KARET (RUBBER WOOD) TERHADAP DAYA SERANG RAYAP (Cryptotermes spp.) Ir.Hafni Zahara,MSc, dkk RINGKASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADAR AIR KAYU KARET (RUBBER WOOD) TERHADAP DAYA SERANG RAYAP (Cryptotermes spp.) Ir.Hafni Zahara,MSc, dkk RINGKASAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KADAR AIR KAYU KARET (RUBBER WOOD) TERHADAP DAYA SERANG RAYAP (Cryptotermes spp.)

Ir.Hafni Zahara,MSc, dkk

Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan 20414 Jalan Sulawesi II Belawan telp.(061)6941484,fax.(061)6941484

Email : hafni_z @yahoo.com

RINGKASAN

Salah satu permasalahan yang dihadapi terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengiriman komoditas ekspor adalah adanya serangan OPT dari famili Kalotermitidae yaitu dengan nama spesiesnya Cryptotermes spp yang dalam bahasa Indonesianya disebut “Rayap”. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan suatu Uji Coba “Pengaruh Kadar Air Kayu Karet (Rubber Wood) terhadap Daya Serang Rayap (Cryptotermes spp.) pada Perlakuan Pemanasan (Heat Treatment) dalam Implementasi ISPM#15”. Dari hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 3 hari sampai 12 hari setelah aplikasi diperoleh hasil bahwa perlakuan pemanasan (heat treatment) terhadap kayu karet (rubber wood) dengan pemanasan (heat treatment) KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %), KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) dan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %), memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat mortalitas (kematian) Rayap Cryptotermes sp dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol) dan efek perlakuan pemanasan (heat treatment) memberikan nilai mortalitas 100 % pada hari ke -12 setelah aplikasi.

Kata Kunci : kayu karet. rayap, kadar air, daya serang, ISPM#15

PENDAHULUAN

Penerapan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan terhadap kemasan kayu, baik secara ilmiah maupun aturan-aturan internasional, merupakan suatu hal yang logis dan dapat dibenarkan. Pada umumnya penerapan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan di beberapa negara masih bersifat konvensional, tanpa melihat jenis komoditas yang dikemas. Kondisi ini mengakibatkan hambatan yang cukup serius bagi kelancaran perdagangan.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan suatu standar pedoman dalam mengatur syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan bagi kemasan kayu yang digunakan untuk mengangkut komoditas dalam perdagangan internasional.

Dalam rangka pelaksanaan ISPM#15, pada saat ini sudah lebih dari 20 negara telah menerapkannya. Pada tahun 2004 Canada baru melaksanakan soft implementatation , namun baru-baru ini pada 16 september 2005 Canada bersama Amerika serikat telah menerapkan full implementation. Dengan implementasi penuh terhadap ketentuan ISPM#15 tersebut oleh beberapa Negara, maka hanya ada dua opsi bagi para eksportir yang melanggar ketentuan ISPM#15 ; packagingnya dibongkar paksa atau bersama-sama komoditinya ditolak untuk masuk kenegara-negara tersebut.

(2)

Salah satu permasalahan yang dihadapi terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengiriman komoditas ekspor adalah adanya serangan OPT dari famili Kalotermitidae yaitu dengan nama spesiesnya Cryptotermes spp. Yang dalam bahasa Indonesianya disebut “Rayap”.

Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.

Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan perlakuan terhadap kemasan kayu agar bebas dari serangan OPT dengan salah satu cara yaitu : Pemanasan (Heat Treatment). Pemanasan harus dilakukan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga temperature inti kayu (wood core temperature) mencapai kurangnya/minimal 56° C selama sekurang-kurangnya / minimal 30 menit serta menurunkan kadar air kayu hingga setinggi-tingginya 20 %.

Di dalam uji coba ini akan diamati korelasi antara waktu dan intensitas serangan rayap terhadap kayu kemasan yang telah dilakukan heat treatment (perlakuan pemanasan). Hal ini sangat erat hubungannya dengan jarak tempuh lalulintas media pembawa yang diangkut oleh alat angkut kapal yang memakan waktu lama antara satu sampai dua bulan perjalanan. Dengan perjalanan yang memakan waktu tersebut apakah kemasan kayu tersebut masih bisa diinfestasi oleh serangga tertentu yaitu rayap.

METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

Uji Coba ini dilaksanakan dimulai bulan April 2006 sampai dengan Oktober 2006, yang pelaksanaannya dilakukan di laboratorium Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan dan di pabrik PT. CARSURINDO SIPERKASA Tanjung Mulia, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Kayu karet (Rubber wood), serangga rayap kayu dan rayap tanah, alkohol 96 %, aquadest steril, ember plastik, wadah plastik, kuas, kapas, kain kasa, sarung tangan, masker, thermometer, ayakan serangga, nampan plastic, baskom, tissue, jarum (pin serangga), pinset, cutter, washing bottle, gunting, bor kayu, ketam kayu, gergaji kayu, moisture content meter, thermocoupel, camera digital dan alat tulis (ATK).

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan.

Perlakuan Kadar Air Kayu :

KAK-0: Kontrol (Tanpa pemanasan), KAK-1: Kadar Air Kayu 5 % , KAK-2: Kadar Air Kayu 10 %, KAK-3 : Kadar Air Kayu 15 %, KAK-4: Kadar Air Kayu 20 %, KAK-5: Kadar Air Kayu 25 %.

(3)

dibutuhkan untuk uji coba perlakuan ini yaitu : kadar air kayu 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, 25 %, sedangkan untuk kontrol tidak dilakukan perlakuan pemanasan. Kadar air kayu diukur dengan alat Moisture Content Meter (M C) digital dan pada waktu Heat Treatment diukur juga suhu inti kayunya dengan alat yang bernama Thermo Coupel.

Setelah tercapai seluruh persentase kadar air kayu tersebut maka kayu dipotong panjangnya disesuaikan dengan wadah plastik, lalu dimasukkan kesetiap wadah yang telah diberi label perlakuan. Kemudian setiap masing-masing wadah perlakuan dimasukkan rayap yang berjumlah 500 ekor. Kemudian wadah ditutup dengan kain kasa sehingga ada sirkulasi udara.

Gambar 1. K D (Kiln Drying) Gambar 2. Thermo Coupel

Parameter Pengamatan :

Pengamatan dilakukan 3 (tiga) hari setelah aplikasi serangga dengan menghitung persentase kematian serangga dengan interval waktu dua hari sekali sampai dengan 15 hari ( sampai semua serangga mati dalam suatu perlakuan), dengan menggunakan rumus (Abbot, 1972), yaitu : P = A x 100% , dimana :

B

P = Persentase kematian (%) A = jumlah serangga yang mati B = jumlah serangga seluruhnya

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengamatan Terhadap Persentase Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 3 hari setelah aplikasi.

Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) pada 3 hari setelah aplikasi mulai kelihatan pada perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) dan KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) yaitu masing-masing 100%, sedangkan perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) dan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) masing –masing 0%, dengan kata lain pada perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) dan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %), Rayap (Cryptotermes

cyanocephalus) masih dapat hidup.

Tabel 1. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 3 Hari Setelah Aplikasi ( Pengamatan I )

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rata-rata

KAK-0 0 0 0 0 0 b KAK-1 73,5 67,5 72,5 213,50 71,67 a KAK-2 67,5 63,5 65,5 196,50 65,50 a KAK-3 62,5 80,0 78,5 221,00 73,67 a KAK-4 75,0 68,5 72,5 216,00 72,00 a KAK-5 0 0 0 0 0 b Total 865 47,14

Dari Uji Beda Rata-rata Perlakuan dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Mutiple Range Test) diperoleh hasil dimana diantara perlakuan 1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) dan KAK-4 (Kadar Air Kayu KAK-20 %) tidak terdapat perbedaan yang nyata, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) dan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %). Persentase (%) Mortalitas yang paling tinggi pada perlakuan KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %).

2. Pengamatan Terhadap Persentase Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 6 hari setelah aplikasi.

Tabel 2. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 6 Hari Setelah Aplikasi.

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rata-rata

KAK-0 0 0 0 0 0 c

(5)

Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) pada 6 hari setelah aplikasi, tingkat mortalitas meningkat pada perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) , sedang pada perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) belum nampak gejala mortalitas (kematian) Rayap (Cryptotermes

cyanocephalus).

Dari Uji Beda Rata-rata Perlakuan dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Mutiple Range Test) diperoleh hasil dimana diantara perlakuan 1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) dan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) tidak terdapat perbedaan yang nyata, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) dan KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %). Sedang perlakuan KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) juga berbeda sangat nyata dengan perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan). Persentase (%) Mortalitas yang paling tinggi pada perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %.

3. Pengamatan Terhadap Persentase Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 9 hari setelah aplikasi.

Tabel 3. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 9 Hari Setelah Aplikasi (Pengamatan III)

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rata-rata

KAK-0 0 0 0 0 0 c KAK-1 100 100 100 300 100 a KAK-2 100 100 100 300 100 a KAK-3 100 100 100 300 100 a KAK-4 100 100 100 300 100 a KAK-5 72,5 83,5 87,0 243 81 b Total Blok 467,5 473,5 479,5 1.420,5 80,67

Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) pada 6 hari setelah aplikasi, tingkat mortalitas mencapai 100% pada perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) dan KAK-4 (Kadar Air Kayu 20%). Sedang KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) sebesar 81 % dan perlakuan KAK-0 (Tanpa pemanasan) belum juga nampak gejala mortalitas (kematian) Rayap (Cryptotermes cyanocephalus).

Dari hasil Uji Jarak DUNCAN terlihat tidak ada perbedaan yang nyata diantara perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) dan KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %), tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) dan KAK-0 (Tanpa perlakuan). Dan diantara perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) berbeda sangat nyata KAK-0 (Tanpa perlakuan) (Tabel 3).

(6)

4. Pengamatan Terhadap Persentase Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 9 hari setelah aplikasi.

Tabel 4. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 12 Hari Setelah Aplikasi (Pengamatan IV)

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rata-rata

KAK-0 0 0 0 0 0 b KAK-1 100 100 100 300 100 a KAK-2 100 100 100 300 100 a KAK-3 100 100 100 300 100 a KAK-4 100 100 100 300 100 a KAK-5 91,5 100 100 291,5 97,17 a Total Blok 500 500 500 1.491,0 82,86

Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) pada 12 hari setelah aplikasi , tingkat mortalitas pada perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %), KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) 100% dan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) adalah 97,17 % . Dengan kata lain pada hari ke 12 semua rayap yang diaplikasikan kedalam kotak yang diisi dengan kayu karet (rubber wood) yang telah diberi perlakuan pemanasan (heat treatment) hampir seluruhnya mati. Sedangkan pada KAK-0 (Tanpa pemanasan) belum juga nampak gejala mortalitas (kematian) Rayap (Cryptotermes

cyanocephalus) dengan persentase mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 0%

(semua masih hidup).

Dari hasil Uji Jarak DUNCAN terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata diantara perlakuan KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %) , KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) dan perlakuan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) dengan KAK-0 (Tanpa perlakuan) (Tabel 5, Lampiran 4).

Dari hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas Rayap (Cryptotermes

cyanocephalus) 3 hari sampai 12 hari setelah aplikasi, diketahui bahwa pengaruh perlakuan

pemanasan (heat treatment) terhadap kayu karet (rubber wood) dengan pemanasan (heat treatment) KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %), KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) dan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata dengan Tanpa perlakuan pemanasan (heat treatment). Dengan kata lain dengan adanya perlakuan pemanasan (heat treatment), Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) tidak dapat bertahan hidup sampai dengan 12 hari (mati), sedangkan Rayap (Cryptotermes cyanocephalus), yang dimasukkan ke dalam kayu karet (rubber wood) yang tidak diperlakukan dengan pemanasan (heat treatment) masih bertahan hidup.

Masih bertahannya hidup rayap tersebut dikarenakan makanan rayap masih tersedia, dimana diketahui bahwa makanan utama Rayap (Cryptotermes cyanocephalus), adalah kayu

(7)

makan (menyerap) selulosa karena manusia sendiri tidak mampu mencernakan selulosa (bagian berkayu dari sayuran yang kita makan), sedangkan rayap mampu melumatkan dan menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin saja (Tarumingkeng, 2001).

Sedangkan kayu karet (rubber wood) yang telah diperlakukan dengan pemanasan (heat treatment) telah berkurang atau bahkan tidak ada lagi sellulosa dari kayu tersebut sebagai bahan makannnya. Dengan kata lain mereka tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya mati, karena tidak mempunyai bahan makan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan Uji Pengaruh Kadar Air Kayu Karet (Rubber Wood) Terhadap Daya Serang Rayap Cryptotermes sp dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlakuan pemanasan (heat treatment) terhadap kayu karet (rubber wood) dengan

pemanasan (heat treatment) KAK-1 (Kadar Air Kayu 5 %), KAK-2 (Kadar Air Kayu 10 %), KAK-3 (Kadar Air Kayu 15 %), KAK-4 (Kadar Air Kayu 20 %) dan KAK-5 (Kadar Air Kayu 25 %), memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat mortalitas (kematian) Rayap Cryptotermes sp dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol).

2. Efek perlakuan pemanasan (heat treatment) memberikan nilai mortalitas 100 % pada hari ke -12 setelah aplikasi.

Saran

Perlu dilakukan uji lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai kadar air kayu karet yang dapat diserang oleh rayap (Cryptotermes spp ) setelah dilakukan Perlakuan Pemanasan (Heat Treatment). Juga untuk mengetahui berapa lama atau jangka waktu daya serang rayap setelah dilakukan perlakuan pemanasan (Heat Treatment) terhadap kayu karet.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2005. Pedoman Sertifikasi Kemasan Kayu. Badan Karantina Pertanian. Jakarta. Borror, D.J., Trilehorn, C.A., Norman, F and Johnson, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Diterjemahkan oleh Soetoyono Partosoedjono, Universitas Gadjah Mada Press Yogyakarta.

Gillot,G. 1982. Entomology. Plenon Press. New York and London.

Howse, P.E. 1970. Termites: A Study in Social Behaviour. Hutchinson University Library. London. 150 p.

Harris, W.V. 1961. Termites. Their Recognition and Control. Longmans, Green and Co. Ltd., London. 186 p.

Hasan, T. 1986. Rayap dan Pemberantasannya. Pencegahan dan Penanggulangan. Yasaguna, Jakarta.

Imms, A.D. 1973. A General Text Book of Entomology. The English Language Book Society. Chapman and Hall Ltd.

Kalshoven, L.G.E., 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

Katabangun, Mbue. 1985. Perancangan Percobaan. Bagian Biometri, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 1985.

 7  Kofoid, C. A. (ed.). 1946. Termites and Termite Control. Univ. of Calif. Press, Berkeley. 795

p.

(8)

Krishna, K dan F.M. Weesner (Eds.). 1969/1970. Biology of Termites, Vol. I dan II. Academic Press, New York etc. Vol I 598 p, Vol. II 643 p.

Nandika, Dodi dan B. Tambunan. 1990. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Fakultas Kehutanan IPB.

Nandika Dodi, Yudi Rismayadi, Farah Diba., 2003. RAYAP biologi dan pengendaliannya. Editor, Harun Joko P, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 216 p.

Natawigena, H. 1993. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya, Bandung

Natawiria, Djatnika. 1986. Peranan Rayap dalam Ekosistem Hutan. Prosiding Seminar Nasional Ancaman Terhadap Hutan Tanaman Industri, 20 Desember 1986. FMIPA-UI dan Dephut. p. 168 - 177.

Prasetyo, K.W. dan Yusuf, S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Robert G.D. Steel dan James H. Torrie, 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 286,703 p

Supratman, 1998. Skripsi Kajian penerapan Teknik Aplikasi dan Jenis Insektisida pada Berbagai Tingkatan Serangan Rayap Tanah pada Tanaman Kelapa Sawit.

Sastrodiharjo, 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Institute Pertanian Bogor Press. Bogor. Suin, N.M. 1992. Rayap Tanah. Pendidikan dan Penelitian Biologi. Universitas Andalas

FMIPA.Pusat Penelitian Universitas Andalas Press. Padang

Tarumingkeng, Rudy C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138. 28 p.

Tarumingkeng, Rudy C., H.C. Coppel dan F. Matsumura. 1976. Morphology and Ultrastructure of the Antennal Chemoreceptors of Worker Coptotermes formosanus Shiraki. Cell and Tissue Research (Springer Verlag) 173 : 173 - 178.

Gambar

Tabel 1. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 3 Hari Setelah  Aplikasi ( Pengamatan I )
Tabel 3. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 9 Hari Setelah  Aplikasi (Pengamatan III)
Tabel 4. Persentase (%) Mortalitas Rayap (Cryptotermes cyanocephalus) 12 Hari Setelah  Aplikasi (Pengamatan IV)

Referensi

Dokumen terkait

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru

Laba digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan informasi mengenai kinerja manajemen, menaksir risiko dan investasi atau pemberian pinjaman pada perusahaan (kredit),

Dengan adanya masalah tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), dengan harapan dapat diketahui efisiensi dari masing-masing

Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dose11 untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajamya,

epidermidis , maka pemberian ekstrak kulit buah dan biji manggis (Garcinia mangostana) dengan konsentrasi yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada diameter

Lembar 1 disimpan sebagai pertinggal wajib pajak, lembar 2 dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan SPPT (surat pemberitahuan pajak terutang).atau bisa

SISTEMATIKA PENULISAN SISTEMATIKA PENULISAN!. PROPOSAL PTK

Persentase Penduduk Perempuan Berumur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah. Kawin Menurut Kelompok Umur dan