• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tert

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tert"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA HIDUP WANITA TUNA SUSILA YANG MENGIKUTI KEGIATAN ROHANI AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL PASAR REBO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Sari Maulidiyawati

ABSTRAK

Sekarang ini pelacuran dapat dijumpai dimana saja, tidak hanya didaerah-daerah terpencil tetapi di kota-kota besar sudah banyak tempat-tempat lokalisasi. Banyak tekanan-tekanan mulai melanda psikologisnya, logika dan perasaan mulai digunakan, yang pada akhirnya menuntun para wanita wanita tuna susila ini menemukan makna hidup.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana makna hidup wanita pekerja seks komersial yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo. Metode yang digunakan dalam penenlitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dan yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Panti Sosial Pasar Rebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi subjek menjadi wanita pekerja seks komesial adalah tekanan ekonomi, yang menjadi makna hidup wanita pekerja seks komersil yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo adalah ingin hidup normal, berkeluarga dan membahagiakan orang tuanya, proses penemuan makna hidup yang sebenarnya diperoleh dari mengikuti kegiatan rohani agama Islam di Panti Sosial Pasar Rebo.

(2)

PENDAHULUAN TUJUAN PENELITIAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk

penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tertentu (Soedjono,1977). Banyak hal yang menyebabkan pelacuran tetap ada dari masa ke masa. Diantaranya disebabkan oleh nafsu seks yang abnormal, broken home,korban pemerkosaan, dijual oleh keluarganya sendiri, terbawa oleh pergaulan, tekanan ekonomi sehingga menghalalkan segala cara agar kebutuhan ekonominya terpenuhi. Dalam menjalani pekerjaannya, para wanita wanita tuna susila harus berhati-hati, karena pekerjaan mereka merupakan pekerjaan yang tidak halal. Ketika mereka terjaring dan harus meninggalkan keluarga mereka, ada banyak tekanan yang meliputi wanita w a nita t u na s us i la . te r uta m a da r i lingkungan sosial, membuat para wanita tuna susila berada didalam keadaan yang s a n g a t r a p u h d a n b e r a d a d a l a m kebimbangan. Disaat tekanan-tekanan tersebut mulai melanda psikologisnya, logika dan perasaan mulai digunakan, yang pada akhirnya menuntun para wanita wanita tuna susila ini menemukan makna hidup.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam di panti sosial pasar Rebo.

TINJAUAN PUSTAKA Makna Hidup

Pengertian mengenai makna hidup m e n u n j u k k a n b a h w a d i d a l a m n y a terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 1996).

Komponen-komponen Makna Hidup (Bastaman, 1996) :

a. Komponen personal

Unsur-unsur yang merupakan dimensi personal adalah :

1). Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini d a n k e i n g i n a n k u a t u n t u k melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.

(3)

2). Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat m e n j a d i l e b i h t e p a t d a l a m menghadapi masalah, kondisi h i d u p d a n m u s i b a h y a n g terelakkan.

b. Komponen sosial

Unsur yang merupakan Dimensi sosial adalah dukungan sosial (social supprot), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan s e la lu be r s e d ia m e m be r ika n bantuan pada saat-saat diperlukan. c. Komponen nilai-nilai

Adapun unsur-unsur dari Komponen nilai-nilai meliputi : 1) Makna hidup (the meaning of life),

yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya. 2) Keikatan diri (self commitment),

terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan.

3) K e g i a t a n terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-poteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta

pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

Karakteristik Makna Hidup ( Bastaman,1996) :

a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer

Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu.

b. Kongkrit dan spesifik

Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang serba menakjubkan.

c. Memberi pedoman dan arah Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging ) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.

(4)

Wanita Tuna Susila

Koentjoro (2004) mendefinisikan pelacur sebagai seorang yang berjenis kelamin perempuan yang digunakan sebagai alat untuk memberikan kepuasan seks kepada kaum laki-laki.

Faktor yang melatarbelakangi wanita menjadi wanita tuna susila (Koentjoro, 2004) :

a. Mater ialisme, b. Modeling,

c. Dukungan orang tua, d. Lingkungan yang permisif, e. Faktor ekonomi.

Karakteristik wanita tuna susila (Kartono, 2001) :

a. Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur pria)

b. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif m e n a r i k , b a i k w a j a h m a u p u n tubuhnya. bisa merangsang selera seks kaum pria.

c. Masih muda-muda. 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada dibawah usia 30 tahun. yang terbanyak adalah 17-25 tahun. pelacuran kelas rendahan dan menengah acap kali memperkerjakan gadis-gadis berusia 11-15 tahun. d. Paka ia nnya sangat mencolok,

beraneka warna, sering aneh-aneh atau eksentrik untuk menarik perhatian

kaum pria. mereka sangat m e m p e r h a t i k a n p e n a m p i l a n lahiriahnya, yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat komestik dan parfum yang merangsang.

e. Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau afeksi, tidak pernah mencapai orgasme, sangat provokatif dalam ber coitus, dan biasanya dilakukan secara kasar. f.Bersifat sangat mobile, kerap

berpindah-pindah dari tempat atau kota yang satu ketempat atau kota yang lain. biasanya mereka suka berganti-ganti nama dengan nama samaran, juga berasal dari tempat atau kota lain, bukan kotanya sendiri, agar tidak dikenal orang banyak.

g. Wanita tuna susila yang profesional dari kelas rendah dan menengah kebnyakan berasal dari strata ekonomi dan sosial rendah. Mereka itu umumnya tidak mempunyai keterampilan khusus, dan kurang pendidikan. Sedangkan, wanita tuna susila kelas tinggi (high class prostituees) pada umumnya berpendidikan sekolah lanjut pertama dan atas atau lepasan akademi atau perguruan tinggi.

h. 60-80% dari jumlah wanita tuna susila ini memiliki intelek yang normal.

(5)

Kurang dari 5% adalah mereka yang lemah ingatan (feeble minded). Selebihnya adalah mereka yang ada pada garis batas, yang tidak menentu atau tidak jelas derajat intelegensinya.

Kegiatan Rohani Agama Islam

Menurut Mubarok (2002) merumuskan bahwa kegiatan rohani agama Islam ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. Setiap da’i dari agama apapun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka. Dengan demikian pengertian kegiatan rohani agama Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku Islami.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Heru Basuki (2006), studi kasus adalah bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat ke khus usa n ( par ticular ity ), da pat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individu) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Subjek penelitian adalah Seorang wanita wanita

tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo, yang berumur antara 25-30 tahun, dan telah menjadi wanita tuna susila minimal 3 tahun, dengan alasan telah memiliki banyak pengalaman dalam pekerjaan ini.

Data diperoleh menggunakan metode wawancara dengan pedoman u m u m d a n m e t o d e o b s e r v a s i n o n partisipan. Menggunakan tekhnik analisis data yang berbentuk open coding yang dilakukan terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi (Miles & Huberman, 1992).

HASIL DAN ANALISA 1. Gambaran Umum Subjek

Pertama kali melihat subjek yang terkesan oleh peneliti adalah subjek orang yang ramah, karena pada saat pertama kali b e r t e m u s u b j e k t e r s e n y u m d a n menyodorkan tangannya terlebih dahulu untuk berkenalan. Setelah diberitahu maksud dan tujuan peneliti subjek langsung meminta izin kepada petugas untuk mengajak peneliti mengobrol dibale-bale. Subjek dan peneliti pun langsung akrab ketika pertama kali berkenalan.

Subjek adalah seorang wanita yang ramah, karena pada saat pertama kali

(6)

bertemu subjek tersenyum dan menyodorkan tangannya terlebih dahulu untuk berkenalan. Setelah diberitahu maksud dan tujuan peneliti subjek langsung meminta izin kepada petugas untuk mengajak peneliti mengobrol dibale-bale.

Pengamatan pada fisik subjek saat observasi, subjek memakai setelan olahraga, sandal jepit. Karena ternyata selain habis dapat giliran membersihkan kamar mandi di baraknya, pada pagi harinya seluruh napi yang ada di panti habis melaksanakan senam pagi bersama. Rambut subjek lurus berwarna coklat, panjangnya sepunggung, tinggi badan sekitar 160cm, berat badan subjek sekitar 49kg dan berkulit sawo matang.

Setelah berolahraga subjek beserta murid didik yang lain mengganti baju untuk mengikuti kegiatan rohani agama Islam di mesjid yang berada disekitar lingkungan panti sosial.

2. Pembahasan

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi wanita menjadi wanita tuna susila

a. Faktor ekonomi

Seperti yang telah diketahui bahwa subjek berasal dari keluarga yang kekurangan maka hal ini yang menjadi

faktor utama subjek menjadi wanita wanita tuna susila. K a r e na or a ng t ua s ub je k memiliki 8 anak dan subjek yang hanya bersekolah sampai kelas 2 SD dan itupun tidak lulus. Karena pada saat itu adik subjek yang ke enam akan masuk sekolah dan subjek m e r a s a tida k i n gin a di k-adiknya tidak bersekolah seperti subjek maka subjek m e nc a r i ja la n a ga r a di k-adiknya bisa bersekolah tinggi dan mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi, maka secara tidak sengaja subjek memilih untuk menjadi wanita wanita tuna susila. walaupun ini berlawanan dengan hati nurani dan keinginannya.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Koentjoro (2004) ada lima faktor yang dipahami paling mempengaruhi d a l a m m e n u n t u n w a n i t a menjadi pelacur salah satunya adalah tekanan ekonomi

Sedangkan menurut Kartono (2001) yaitu tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, a d a p e r t i m b a n g a n -pertimbangan ekonomis untuk

(7)

mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam mendapatkan status sosial yang lebih baik.

2. Gambaran makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di pasar rebo

a. Komponen-komponen makna hidup

Gambaran makna hidup bisa dilihat dari beberapa komponen makna hidup berikut :

1) Komponen personal Bastaman (1996), komponen yang potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang d i h a d a p i d a n mengembangkan kehidupan bermakna sejauh diaktualisasikan salah satunnya komponen personal yang terdiri dari unsur-unsur yang merupakan dimensi personal adalah :

a). Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan k e i n g i n a n k u a t u n t u k

melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.

P a da p e ne l it ia n i n i terlihat bahwa pada awal subjek menjadi wanita tuna susila subjek sangat sulit menerima dirinya. Lama kelamaan subjekpun dapat m e n e r i m a d i r i n y a dikarenakan subjek sadar t i d a k a d a y a n g b i s a menganggap dirinya berharga selain dirinya sendiri.

b). Pengubahan sikap (changing attitud e), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan.

P a da p e ne l it ia n i n i subjek sejak lama merasa bahwa apa yang terjadi dalam hi du p nya a da la h s a la h, namun setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam barulah subjek memiliki t e k a d y g b u l a t u n t u k merubahnya untuk menjadi l e b i h b a i k d e n g a n meninggalkan pekerjaannya tersebut.

(8)

pekerjaan subjek. 3) Komponen Nilai

Bastaman (1996) m e n g a t a k a n b a h w a komponen nilai makna hidup (the meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya.

Dalam penelitian ini subjek memiliki hal yang p a l i n g b e r h a r g a d a l a m hidupnya, hal ini memacu subjek untuk terus hidup dan b e r t a h a n d i k e r a s n y a kehidupan karena subjek t e r m a s u k o r a n g y a n g be r pe ndir ia n te guh a ta s sesuatu yang subjek anggap penting dalam kehidupannya. b. Sumber-sumber makna hidup

Gambaran makna hidup juga bisa dilihat dari sumber-sumber makna hidup sebagai berikut :

Bastaman (1996) komponen yang potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang d i h a d a p i d a n mengembangkan kehidupan b e r m a k n a s e j a u h diaktualisasikan salah satunya kom p one n s os ia l , y a itu dukungan sosial (s ocial supprot), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan pada saat-saat diperlukan.

Dalam penelitian ini orang tua dan keluarga subjek tidak mengetahui pekerjaan subjek sebenarnya sebagai wanita wanita tuna susila. Hanya ada satu adik subjek yang mengetahui pekerjaan subjek. Karena dari itu tidak ada dukungan pihak keluarga terhadap pekerjaan subjek. Dukungan dari teman subjek juga tidak terlalu banyak un tu k s u bje k da la m ha l pekerjaan subjek. Mungkin ini yang menyebabkan subjek

(9)

2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas 1) Nilai Kreatif

Frankl (2004) yang m e n g a t a k a n p a d a dasarnya seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya. Kegiatan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari uang, namun pekerjaan yang membuat s e o r a n g d a p a t merealisasikan potensi-p o t e n s i n y a s e b a g a i sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada tuhan.

Dalam penelitian ini s u b j e k t i d a k p e r n a h menyadari bahwa dirinya memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan dijadikan suatu usaha untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya tanpa subjek harus memilih menjadi wanita wanita tuna susila.

Sekarang setelah mengikuti kegiata rohani a g a m a i s l a m s u b j e k menyadari potensi yang subjek miliki dan berniat memperbaiki keadaan ekonomi maupun hidup s u b j e k d e n g a n meninggalkan pekerjaan sebagai wanita tuna susila d a n m e n j a l a n k a n pekerjaan dengan potensi yang dimiliki subjek 2) Nilai Penghayatan

Frankl (2004) yang m e n g a t a k a n b a h w a dengan menerima apa yang ada dengan penuh pemaknaan dan penghayatan yang mendalam. Realisasi nilai penghayatan dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap keindahan, rasa cinta dan m e m a h a m i s u a t u kebenaran.

Dalam penelitian ini s u b j e k j a r a n g merenungkan kembali apa y a n g t e l a h t e r j a d i dihidupnya. Hanya

(10)

sesekali saja subjek merenungi hal yang telah terjadi dihidupnya. Hal ini y a n g m e n y e b a b k a n subjek sulit menerima bahwa dirinya adalah wanita tuna susila dan tidak menyadari bahwa hal buruk yang terjadi dihidupnya adalah pilihan jalan hidupnya.

3) Nilai Bersikap

Frankl (2004) yang mengatakan bahwa nilai ini sering dianggap paling tinggi karena di dalam menerima kehilangan kita terhadap kreativitas maupun kehilangan kesempatan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai makna hidupnya melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi.

Dalam penelitian ini dahulunya subjek tidak termasuk individu yang dekat dengan Tuhan. Hal i n i d i k a r e n a k a n kurangnya subjek untuk mau mendekatkan diri

dengan Tuhan. Setelah subjek mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo subjek baru menyadari pentingnya menyerahkan segala sesuatu kepada T u h a n . D a n s e t e l a h hampir 1 tahun berada di panti sosial dan mengikuti kegiatan rohani agama Islam subjek mengalami perubahan dan menjadi l e b i h d e k a t d e n g a n Tuhan, karena hanya T u h a n y a n g d a p a t memberikan jalan keluar t e r b a i k b a g i s e t i a p manusia.

3. Bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di pasar Rebo?

Makna hidup bisa dicapai melalui proses-proses perubahan d a r i p e n g h a y a t a n h i d u p t a k bermakna menjadi lebih bermakna yaitu :

a. Tahap Derita

Bastama n ( 1996) yang mengemukakan bahwa dalam proses perubahan dari penghayatan

(11)

2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas

baru subjek benar-benar bisa menerima bahwa dirinya adalah seorang wanita pekerja seks komersial.

c. Tahap Penemuan makna hidup Bastaman (1996) yang mengemukakan atas dasar pemahaman diri dan penemuan makna hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat.

Dalam penelitian ini subjek baru menyadari setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggunya bahwa menjadi wanita w a n i t a t u n a s u s i l a t i d a k memberikan sesuatu yang berarti untuk subjek. Sehingga subjek ingin meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita pekerja seks dan mencari hal yang benar-benar memberikan makna atas hidupnya. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wanita wanita tuna susila

hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu seperti didapat dari tahap d e r i t a ( p e r i s t i w a t r a g i s , penghayatan tanpa makna)

Dalam penelitian ini subjek pe r na h me nga la m i ha l ya ng membuat subjek merasa menyesal menjadi wanita PSK. Hal tersebut memacu subjek menjadi individu yang lebih baik karena subjek tidak i n g i n m e n g a l a m i h a l y a n g menyakitkan dirinya lagi.

b. Tahap penerimaan diri

Bastaman (1996) yang mengemukakan bahwa munculnya kesadaran diri ini dapat didorong karena berbagai macam seperti perenungan diri. dan juga dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu seperti didapat dari tahap penerimaan diri (pemahaman diri, pengubahan sikap).

Dalam penelitian ini subjek cukup lama menerima dirinya adalah wanita wanita tuna susila. subjek mengalami hal yang tidak menyenangkan terlebih dahulu,

(12)

Dari hasil penelitian terhadap subjek, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan dan orang tua bukanlah faktor yang melatarbelakangi subjek menjadi wanita wanita tuna susila. Faktor yang paling mempengaruhi subjek menjadi wanita wanita tuna susila adalah faktor ekonomi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara subjek yang menjelaskan subjek mengalami tekanan ekonomi, dengan keadaan keluarga yang kekurangan dalam hal ekonomi, dan keinginan subjek untuk menyekolahkan adik-adiknya hingga jenjang yang lebih tinggi membuat subjek mengambil keputusan untuk menjadi wanita wanita tuna susila. 2. Apa yang menjadi makna hidup dari

wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam di panti sosial pasar Rebo

Dalam penelitian ini yang menjadi makna hidup subjek sebagai wanita wanita tuna susila adalah dirinya merasa senang dapat membantu menghidupi dan membiayai adik-adiknya sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi. Walaupun subjek sendiri harus menderita dan merasa tidak bahagia dengan apa yang subjek jalani. Namun pada akhirnya setelah subjek mengikuti kegiatan rohani agama Islam di Panti Sosial Pasar Rebo subjek

menyadari bahwa menjalani hidup harus membahagiakan diri subjek, juga orang disekitar subjek. Subjek pun berkeinginan untuk hidup lebih baik dengan membangun sebuah keluarga, memiliki anak dan hidup normal kembali setelah keluar dari panti sosial ini.

3. Bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam panti sosial di pasar Rebo

D a la m pe ne li tia n i ni di ke ta h ui bagaimana subjek menemukan makna hidupnya setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam subjek menyadari dan memahami segala hal yang terjadi d a l a m h i d u p s u b j e k b a i k d a r i pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga membuat subjek menderita sampai hal yang membuat subjek senang melalui. Melalui kegiatan rohani agama Islam pula subjek m e m i l i k i k e i n g i n a n u n t u k meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita wanita tuna susila.

B. Saran 1. Subjek

Bagi subjek diharapkan setelah memperoleh kebermaknaan hidupnya yang baru subjek dapat mengenali diri subjek lagi sehingga subjek tidak

(13)

2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas

melakukan kesalahan-kesalahan pada masa lalu yang menurut subjek adalah sebuah kesalahan besar dan tidak akan terulang untuk yang berikutnya. Diharapkan subjek dapat menggali makna dan hikmah dari pengalaman masa lalunya sehingga pengalaman yang subjek alami menjadi sesuatu yang bermakna. Selain itu juga dengan telah memeperoleh tujuan hidup yang baru bagi subjek, diharapkan subjek b i s a l e b i h k o n s i s t e n d a l a m mewujudkan tujuan hidupnya sehingga kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan a k h i r n y a l e b i h t e r a r a h d a n menghasilkan sesuatu yang berarti bagi subjek.

2. Keluarga

Kepada keluarga khususnya orangtua d i h a r a p k a n d a p a t m e m b e r i k a n perhatian yang lebih, sekalipun mereka sibuk bekerja, selain itu para orang tua d i h a r a p k a n d a p a t m e m b e r i k a n pendidikan seks sejak dini mengenai dampak-dampak dari perilaku seks bebas.

3. Penelitian selanjutnya

Untuk peneliti yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian, diharapkan untuk dapat lebih memahami konsep logotherapi atau pun kebermaknaan hidup. Dalam

menerapkan metode penelitian diharapkan agar menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis sehingga hasil penelitian dapat lebih autentik (asli, menampilkan suatu fenonomena yang apa adanya). Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan observasi partisipan, hal ini karena observasi terhadap subjek sangat sulit dilakukan. Hal ini karena kebermaknaan hidup tidak bersifat empiris (dapat diamati oleh panca indera). Untuk subjek yang digunakan lebih baik menggunakan subjek yang termasuk dewasa akhir, telah menekuni pekerjaan sebagai wanita tuna susila selama lebih dari 5 tahun ataupun yang telah meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita wanita tuna susila dan telah mengikuti kegiatan dakawah dan telah merealisasikannya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H. (1996). Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tr agis. Jakarta: Paramadina.

Frankl, V.E. (2004). Man’s search for meaning . Ahli bahasa : Lala Hermawati Dharma. Bandung: Nuansa.

Frankl, V.E. (2003). Logoterapi: Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi. Ahli bahasa: Prof. Drs. Djamaluddin A nc ok, Ph. D . Yogyaka rta : Kreas i Wacana Yogyakarta.

Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian k u a l i t a t i f u n t u k i l m u - i l m u k e m a n u s i a a n d a n b u d a y a . Jakarta:Universitas Gunadarma.

Kartono, K. (2001). Patologi sosial jilid I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Koentjoro. (2004). On the spot: Tutur dari sarang pelacur. Yogyakarta: Tinta (Kelompok Penerbit Qalam-KPQ).

Mubarok, Achmad, MA. (2002). Psikologi dakwah. Jakarta : Pustaka Firdaus.

Referensi

Dokumen terkait

Teori fenomenologi Schutz menyatakan bahwa tindakan sosial didasari oleh pengalaman, makna, dan kesadaran (motif) sebagaimana tindakan anggota pengguna Vespa extreme

Apakah peserta diklat memberikan saran/masukan terkait dengan layanan yang diberikan oleh lembaga?. Apakah peserta diklat memberikan saran/masukan terkait dengan

 Bagaimana menurut calon terkait akhir-akhir ini hukum di Indonesia mengalami kegemparan dengan banyak pejabat di Mahkamah Agung yang terlibat dalam dugaan

Tulis Kesaksian Keselamatan (bagaimana anda menjadi Kristian) dan Kesaksian Panggilan (bagaimana anda jelas tentang anda dipanggil untuk melayani sepenuh masa) (kira-kira 1000

Obgor (2001) berpendapat bahwa budaya organisasi yang memberikan rasa nyaman dalam bekerka dan kepercayaan yang tinggi akan mendorong peningkatan perilaku

Berdasarkan persetujuan dari panitia ujian tugas akhir yang diketahui oleh Ketua Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, maka

Analisis Pengaruh Beban Ledakan Bom Terhadap Elemen Kolom Gedung; Wahyu Hartianto, 061910301116; 2011; 83 halaman; Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

(e) Bina satu perenggan yang mengandungi tiga daripada peribahasa yang disenaraikan.. bagai lebah