BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Penelitian pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk memprediksi, Penelitian pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk memprediksi, menemukan, atau memverifikasi
menemukan, atau memverifikasi suatu kebenaran. Agar tujuan suatu kebenaran. Agar tujuan tersebut dapat dicapai,tersebut dapat dicapai, setiap penelitian harus menggunakan pendekatan yang tepat, karena pendekatan yang setiap penelitian harus menggunakan pendekatan yang tepat, karena pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keseluruhan langkah penelitian digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keseluruhan langkah penelitian tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak awal pelaksanaannya pendekatan tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak awal pelaksanaannya pendekatan setiap penelitian sudah harus ditentukan dengan jelas. Penentuan pendekatan yang akan setiap penelitian sudah harus ditentukan dengan jelas. Penentuan pendekatan yang akan digunakan sangat tergantung pada paradigma yang dianut peneliti.
digunakan sangat tergantung pada paradigma yang dianut peneliti.
Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu metode kuntitatif dan kualitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena itu metode kuntitatif dan kualitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi. Metode kuantitatif cocok digunakan untuk keduanya justru saling melengkapi. Metode kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian
penelitian yang yang masalahnya masalahnya sudah sudah jelas, jelas, dan dan umumnya umumnya dilakukan dilakukan pada pada populasi populasi yangyang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Untuk mendapatkan hasil penelitian luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, maka para peneliti akhir-akhir banyak yang menggunakan campuran yang lebih baik, maka para peneliti akhir-akhir banyak yang menggunakan campuran antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan asumsi menggunakan dua antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan asumsi menggunakan dua pendekatan lebih baik dari pada mengg
pendekatan lebih baik dari pada menggunakan satu pendekatan.unakan satu pendekatan.
Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial humaniora, penelitian dengan mixed method yakni menerapkan kombinasi dua metode humaniora, penelitian dengan mixed method yakni menerapkan kombinasi dua metode kualitatif dan kuantitatif menjadi kian popular. Popularitas ini, salah satunya disebabkan kualitatif dan kuantitatif menjadi kian popular. Popularitas ini, salah satunya disebabkan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian terus berevolusi dan berkembang, dan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian terus berevolusi dan berkembang, dan mixed method
mixed method adalah salah satu wujud dari perkembangan ini yang memanfaatkan adalah salah satu wujud dari perkembangan ini yang memanfaatkan kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, masalah-masalah yang diangkat oleh pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kompleks sehingga masalah yang diangkat oleh pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kompleks sehingga menerapkan hanya satu metode saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan menerapkan hanya satu metode saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian yang terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan metode metodologis yang yang terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan metode metodologis yang beragam.
beragam. Pada Pada akhirnya, akhirnya, ada ada begitu begitu banyak banyak manfaat manfaat yang yang dapat dapat diperoleh diperoleh daridari kombinasi penelitian kualitatif dan kuantitatif ini dibanding hanya menerapkan salah kombinasi penelitian kualitatif dan kuantitatif ini dibanding hanya menerapkan salah
satu dari kedua metode tersebut secara terpisah. Salah satu manfaatnya adalah memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap masalah-masalah penelitian mixed methods.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mixed methods?
2. Kapan digunakannya mixed methods? 3. Apa tipe desain mixed methods?
4. Bagaimana langkah-langkah desain penelitian mixed methods?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mixed methods. 2. Untuk mengetahui digunakannya mixed methods. 3. Untuk mengetahui tipe desain mixed methods.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Mi xed Methods
(Metode Campuran)Mixed Methods research design (rancangan penelitian metode campuran) merupakan suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan “mencampur” metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk memahami permasalahan penelitian (Creswell dan Plano Clark, 2011).
Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif secara gabungan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang permaslahan dan pertanyaan penelitian. Perlunya memahami penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, hal ini membuat tipe rancangan ini membutuhkan keterampilan tertentu. Kelemahannya membutuhkan waktu yang cukup banyak, membutuhkan pengumpulan data, dan analisis data ekstensif, dan juga mengharuskan peneliti untuk berpartisipasi secara totalitas dalam suatu tim penelitian dengan beragam keterampilan ketiga menggunakan rancangan metode
campuran ini.
Penelitian ini juga melibatkan merging (menyatukan atau menggabungkan), connecting (menghubungkan atau membuat basis data yang satu menjelaskan basis data yang lain), building (membangun atau membuat basis-data yang satu membangun sesuatu yang batu yang digunakan dalam basis data yang lain), dan embedding (menanamkan atau menempatkan basis data yang satu dalam basis data lain yang lebih besar). Artinya data tersebut di-mixed (dicampur) dalam metode campuran (Creswell,
2015)
2.2 Kapan Melaksanakan Penelitian
Mi xed Methods
Pada saat melaksanakan penelitian Mixed Methods yang diperlukan adalah mempunyai data kuantitatif dan data kualitatif, dan dari data-data tersebut memberikan pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan penelitian. Penelitian metode ini merupakan rancangan yang baik untuk digunakan jika peneliti mencoba mendasarkan pada kekuatan pada data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif seperti skor pada berbagai instrumen, memperoleh angka tertentu yang dapat dianalisis secara statistik,
dan dapat memunculkan hasil-hasil untuk mengakses frekuensi dan kekuatan penelitian dan dapat menyediakan informasi yang berguna jika perlu mendeskripsikan penelitian. Sedangkan data kualitatif yang dalam konteks wawancara terbuka yang memberikan kata-kata aktual orang dalam penelitian, menawarkan banyak prespektif yang berbeda tentang topik penelitian dan memberikan gambaran kompleks tentang situasinya. Pada dasarnya dengan mengakses hasil penelitian (kuantittaif) maupun proses (kualitatif), peneliti dapat mengembangkan gambaran kompleks tentang fenomena sosial (Greence
dan Caracelli, 1997).
Ketika seorang peneliti melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode campuran (mixed methods) biasanya karena memang adanya kebutuhan untuk menjawab permasalahan penelitian, karena jika hanya menggunakan satu metode (kualitatif atau kuantitatif) akan tidak mencukupkan data atau tidak cukup menjawab permasalahan penelitian. Karena semakin banyak data yang didapatkan, maka data yang
semakin luas, dapat mengelaborasi, dan menjelaskan data dasar yang pertama (Creswell, 2015)
Penggunaan metode campuran memberikan perspektif alternatif dalam suatu penelitian. Salah satu contohnya adalah suatu penelitian eksperimental dimana eksperimen itu mendapatkan informasi yang berguna tentang hasil, tetapi pengumpulan data kualitatif tambahan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana intervensi eksperimen sebenarnya bekerja. Rancangan penelitian dengan
menggunakan metode campuran sering digunakan untuk mengalami pendekatan metode penelitian yang terbaru, bahwa metode campuran lebih dapat diterima dibandingkan penelitian kualitatif murni, karena masih ada komponen kuantitatif dalam penelitiannya
(Creswell, 2015 ).
2.3 Perkembangan
Mi xed Methods
Sejarah perkembangan metode penelitian Mixed Methods diuraikan berdasarkan diskusi terdahulu melalui beberapa tahap (Creswell: 2012). Pada tahun 1959, Campbell dan Fiske memperkenalkan pendekatan multimethod, akan tetapi pada masa itu Campbell dan Fiske tidak dalam penelitian metode campuran, mereka berusaha mengembangkan sifat-sifat psikologis yang valid dengan mengumpulkan
berbagai bentuk data kuantitatif. Untuk mengembangkan sifat-sifat ini, mereka melakukan suatu proses dimana peneliti akan mengumpulkan beberapa langkah dari beberapa ciri-ciri dan menilai setiap langkah menggunakan dua metode yang mereka
lakukan dengan langkah-langkah dari sifat-sifat yang berbeda yang melibatkan metode terpisah.
Beberapa tahun kemudian, Jick pada tahun 1979 menggunakan kombinasi survei, wawancara semi terstruktur, observasi, dan bahan-bahan arsip untuk memberikan "gambaran yang kaya dan komprehensif" dari kecemasan dan ketidakamanan kerja selama merger organisasi. Artikel Jick menggunakan studi merger untuk menggambarkan prosedur triangulasi data. Triangulasi tersebut diterapkan dalam penelitian, yang berarti bahwa peneliti bisa menambah pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman mereka dengan mengumpulkan data dari berbagai jenis metode. Peningkatan pertanyaan ini dapat menjadikan kekuatan dari setiap jenis metode dan menetralkan kelemahannya satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam waktu yang cukup lama, awalnya penelitian mixed metode menerima banyak kontra sebab masing-masing pendekatan menarik asumsi dengan filosofi yang berbeda, namun perdebatan yang terjadi dijadikan sebagai bentuk upaya peningkatan prosedural dari penelitian ini. Hingga diperoleh kesimpulan bahwa mixed metode merupakan desain alternatif yang dapat membantu peneliti memahami masalah dalam fenomena penelitian yang lebih akurat untuk penelitian tertentu.
Adanya Mixed Methods Research mengkombinasikan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif sehingga akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah penelitian dibandingkan bila hanya menggunakan salah satu pendekatan saja. Mixed Methods Research memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Mixed Methods menghasilkan fakta lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.
2. Mixed Methods dapat menjawab pertanyaan penelitian yang tidak dapat dijawab oleh penelitian kuantitatif atau kualitatif. Mixed Methods merupakan sebagai alat pengumpul data tidak hanya terbatas pada satu alat saja.
3. Mixed Methods mendorong peneliti untuk melakukan kolaborasi, yang tidak banyak dilakukan oleh penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Kolaborasi yang dimaksud adalah kolaborasi sosial, behavioral, dan kolaborasi humanistik.
4. Mixed Methods research mendorong untuk menggunakan berbagai pandangan atau paradigma.
5. Mixed Methods bersifat “praktis” k arena peneliti memiliki keleluasaaan menggunakan metode untuk meneliti masalah.
Kelebihan Mixed Methods didasari “asumsi filosofis” yaitu:
1. Ada paradigma atau pandangan “terbaik” tentang mixed method research. 2. Peneliti dapat menggunakan berbagai paradigma dan pandangan dalam
penelitian mixed method.
3. Pandangan/paradigma berhubungan erat dengan jenis desain mix ed method dan sangat menentukan jenis desain.
Penggunaan metode campuran atau mixed method ini dapat dilakukan dengan dua desain seperti gambar berikut ini
Gambar 1. Sistem notasi Mixed Methods (Sumber: Creswell, 2012)
Pada studi pertama menunjukkan bahwa peneliti menempatkan penekanan pada kedua data kuantitatif dan kualitatif dan mengintegrasikan atau menggabungkan data dalam penelitian ini.
Pada studi kedua peneliti menekankan data kuantitatif dalam tahap pertama dari studi, diikuti dengan penekanan kecil pada data kualitatif dalam tahap kedua penelitian.
2.4 Tipe Desain
Mi xed Methods
Menurut Creswell (2012), awalnya ada empat desain penelitian Mixed Methods yang digunakan sebagai metode dasar yaitu the convergent parallel design, the explanatory sequential design, the exploratory sequential design, the embedded design namun saat ini ditambah dua model sebagai bentuk kompleks yang juga populer yaitu the transformative design dan the multiphase design.
1.
The Convergent Parallel Design
Tujuan dari metode penelitian model convergent (concurrent) parallel design adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dan menggunakannya secara bersama-sama untuk digunakan dalam memahami permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian model convergent parallel design dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Model Convergent Parallel Design (Sumber: Creswell, 2012)
Kelebihan dari model penelitian ini:
a) Menggabungkan keunggulan dari kedua data yang dikombinasikan, yaitu data kuantitatif yang dapat digunakan untuk menggeneralisasikan dan data kualitatif yang dapat digunakan untuk menjelaskan konteksnya.
b) Peneliti memperoleh informasi melalui metode terbaik yang ditawarkan oleh teknik pengumpulan data baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Kelemahan dari model penelitian ini:
M i x e d M e t h o d s R e s e a r c h D e s i n Pa e 8 hasil penelitian yang menyimpang.
2. The Explanatory Sequential Design
Model penelitian explanatory sequential design diawali dengan pengumpulan data kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data kualitatif untuk membantu menjelaskan dan menguraikan hasil yang diperoleh oleh data kuantitatif, sehingga hasil penelitian model penelitian ini bersifat explanatory atau menjelaskan suatu gambaran umum (generalisasi).
Hal yang mendasari model penelitian ini adalah bahwa data kuantitatif yang diperoleh pada tahap pertama dapat memberikan gambaran umum (generalisasi) tentang masalah penelitian, untuk analisis lebih lanjut maka diperlukan data kualitatif untuk menjelaskan gambaran umum tersebut (Creswell, 2012). Terdapat 2 model explanatory design yaitu: (1) follow up explanation models dan (2) participant selection models. Follow up explanation models digunakan apabila peneliti membutuhkan data kualitatif untuk memperjelas atau memperluas hasil kuantitatif. Participant selection models dapat digunakan apabila peneliti membutuhkan informasi kuantitatif dalam rangka mengidentifikasi dan menyeleksi partisipan untuk follow up dan memperdalam studi kualitatif. Penelitian explanatory sequential design models dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. Model Explanatory Sequential Design (Sumber: Creswell, 2012) Kelebihan dari model penelitian ini:
a) Data kuantitatif dan kualitatif dapat diidentifikasi dengan sangat jelas, sehingga memudakan bagi pembaca dan peneliti lain yang berencana untuk mendesign penelitian dengan menggunakan model ini.
Kelemahan dari model penelitian ini:
a) Penelitian ini memerlukan keahlian peneliti dalam menentukan aspek apa pada data kuantitatif yang perlu ditindaklanjuti dengan menggunakan data kualitatif, sehingga untuk melakukan penelitian diperlukan waktu yang cukup
lama.
3.
The E xploratory Sequential D esign
Model penelitian exploratory sequential design diawali dengan pengumpulan data kualitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data kuantitatif. Tujuan dari pengumpulan data kualitatif di tahap pertama adalah untuk mengeksplorasi fenomena yang ada terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data kuantitatif untuk menjelaskan hubungan variabel yang ditemukan dalam data kualitatif (Creswell, 2012). Desain ini sangat bermanfaat jika peneliti bermaksud untuk mengembangkan dan menguji suatu instrumen karena dianggap instrumen kurang tepat atau untuk mengidentifikasi variable-variabel penting melalui studi kuantitatif pada saat variabel penting tersebut tidak diketahui.
Ada dua model exploratory design yaitu (1) instrument development model dan (2) taxonomy development model. Instrument development model digunakan apabila perlu mengembangkan dan mengimplementasikan instrumen kuantitatif untuk memperjelas temuan kualitatif. Taxonomy development model digunakan apabila hasil temuan pada fase kualitatif diperjelas lebih lanjut melalui kegiatan mengidentifikasi variable-variabel penting, mengembangkan suatu taksonomi atau sistem klasifikasi, mengembangkan teori, dan berikutnya fase uji kuantitatif hasil secara detail. Dengan model ini fase kualitatif menghasilkan kategori atau hubungan khusus. Penelitian model Exploratory Sequential Design dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4. Model Exploratory Sequential Design (Sumber: Creswell, 2012)
Kelebihan dari model penelitian ini:
a) Peneliti untuk mengidentifikasi langkah-langkah sebenarnya didasarkan pada data kualitatif yang diperoleh dari peserta penelitian.
pendapat peserta (objek penelitian) tanpa melalui pendekatan untuk menentukan variabel yang belum diketahui.
Kelemahan dari model penelitian ini adalah
a) Penelitian ini membutuhkan waktu yang sangat lama terutama untuk mengumpulkan data serta validasi instrumen baik data kualitatif maupun kuantitatif.
4.
The Embedded Design
Model penelitian embedded design merupakan model penelitian yang mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama atau berurutan dimana salah satu bentuk data memainkan peran pendukung bagi bentuk data yang lain (Creswell, 2012). Pada model penelitian kombinasi ini tidak melihat bagaimana urutan pengumpulan datanya, namun lebih menekankan pada dominasi bobot data (data utama dan data pendukung). Data pendukung biasanya memiliki proporsi yang kecil dalam penelitian kombinasi dengan tujuan untuk menambah atau mendukung bentuk utama
dari data.
Ada dua model embedded , yaitu: (1) embedded experimental models dan (2) correlational models. Embedded experimental models adalah data kualitatif digunakan dalam desain experimental (baik dalam eksperimen murni maupun kuasi eksperimen). Prioritas utama model ini dikembangkan dari kuantitatif, metodologi eksperimen, dan data kualitatif mengikuti/mendukung metodologi. Embedded models correlational adalah kebalikan dari eksperimental model. Dalam model ini data kualitatif mendukung desain kuantitatif. Peneliti mengumpulkan data kualitatif sebagai bagian dari kegiatan studi korelasional untuk membantu proses pelaksanaan kerja penelitian korelasional. Penelitian model embedded design dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 5. Model Embedded Design (Sumber: Creswell, 2012)
Kelebihan dari model penelitian ini:
a) Dapat menggunakan kelebihan dari masing-masing bentuk data dalam proses analisis data.
b) Peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif dengan desain penelitian yang lebih menekankan pada desain kuantitatif, sehingga data kuantitatif (data utama) yang diperoleh lebih mudah dianalisa dan diidentifikasi dengan dukungan data kualitatif.
Tantangan dalam menggunakan model penelitian ini antara lain terletak pada kejelasan data pendukungnya, pengkombinasian atau penggabungan kedua data yang berbeda, serta dimungkinkan terjadinya interferensi hasil penelitian oleh data pendukung.
5.
The Transformative Design
Model penelitian transformative design merupakan model penelitian yang menggunakan salah satu dari keempat model sebelumnya (convergent, explanatory, exploratory, embedded ) yang didesain menggunakan suatu kerangka transformatif atau lensa (Creswell, 2012). Kerangka transformatif ini bertujuan untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi pada suatu populasi yang terpinggirkan (kurang terwakilkan) yang masih terlibat dalam penelitian yang membawa perubahan. Menurut Greene dalam Creswell (2012), kekuatan dari model penelitian ini adalah berbasis pada nilai dan ideologinya. Kerangka transformatif yang sering digunakan dalam Mixed Methods antara lain mengenai feminisme, ras, etnis, disabilitas, gay, atau lesbian. Tantangan dalam model penelitian ini adalah mengintegrasikan kerangka transformatif menjadi suatu penelitian kombinasi. Desain penelitian kombinasi model transformative design dapat digambarkan sebagai berikut.
6.
The Multiphase Design
Model penelitian multiphase design merupakan model penelitian yang berdasar pada model convergent, explanatory, exploratory, dan embedded . Penelitian dapat dikatakan sebagai multiphase design jika peneliti melakukan penelitian melalui serangkaian tahapan atau penelitian secara terpisah yang memiliki satu program tujuan penelitian (Creswell, 2012). Desain penelitian kombinasi model multiphase design dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 7. Model Multiphase Design (Sumber: Creswell, 2012)
Model penelitian multiphase design memiliki memiliki kelebihan yaitu dapat memahami secara lebih baik dari suatu penelitian melalui beberapa program yang dilakukan secara bersama-sama. Tantangan yang muncul dalam model penelitian kombinasi ini adalah kerja sama tim peneliti dalam mengintegrasikan proyek atau program secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama serta lamanya waktu
yang diperlukan selama proses penelitian.
2.5 Langkah-langkah dan Evaluasi dalam melakukan
Mi xed Methods
Study a) Langkah-langkahMi xed Methods Study
Langkah-langkah dalam penelitian Mixed Methods menyediakan panduan umum untuk membantu dalam melakukan penelitian ini. Proses penelitian Mixed Methods dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 8. Langkah-Langkah Penelitian Mixed Methods Sumber: Creswell, 2012
1. Mengambil Keputusan Bahwa
Mi xed-Methods
dapat DilakukanPenelitian mixed-methods membutuhkan peneliti atau sekelompok peneliti yang menguasai dan berpengalaman pada metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Sangat jarang ditemui sesorang secara individu mempunyai kemampuan yang cukup untuk melaksanakan penelitian mixed- methods. Pertanyaan mendasar bagi seseorang yang akan melakukan penelitian mixed-methods adalah: Apakah anda punya waktu, energi, dan sumber daya yang mencukupi untuk melakukan penelitian model ini? Jika tidak, dapatkah anda berkolaborasi dengan peneliti lain yang dapat melengkapi kekuranganmu? Jika anda belum menguasai teknik dan kekurangan sumberdaya, akan lebih baik memikirkan ulang konsep penelitian menjadi murni kuantitatif atau kualitatif daripada memaksakan metode mixed-methods yang tidak dapat diselesaikan karena waktu yang tidak mencukupi.
2.
Mengembangkan Rasionalisasi yang Jelas Mengenai Pelaksanaan PenelitianMi xed-Methods
Peneliti harus dapat memberikan filosofi yang jelas mengapa metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama dalam menjawab suatu masalah yang akan diajukan. Bila latar belakang tidak mendukung kedua metode untuk digabungkan, mixed-methods tidak perlu dilakukan.
3. Mengidentifikasi Strategi Pengumpulan Data
Rasionalisasi sebuah penelitian akan menuntun kepada prosedur pengumpulan data. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) prioritas data kualitatif dan kuantitatif; (2) urutan pengumpulan data; dan (3) bentuk spesifik dari data kuantitatif (catatan kedatangan partisipan) dan kualitatif (gambar, rekaman) yang akan dikumpulkan.
Dalam hal prioritas data yang akan dikumpulkan, terdapat tiga pilihan yang dapat diambil sebagai berikut.
a. Data kuantitatif dan kualitatif mempunyai bobot yang sama
b. Data kuantitatif memiliki bobot yang lebih besar daripada data kualitati f c. Data kualitatif memiliki bobot yang lebih besar daripada data kuantitatif
Prioritas pengumpulan data berarti bahwa peneliti lebih menekankan satu jenis data dibanding dengan data yang lain. Pertimbangan selanjutnya adalah mengenai
urutan pengambilan data. Beberapa pilihan pengambilan data adalah sebagai berikut. a. Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan
b. Mengumpulkan data kuantitatif terlebih dahulu, kemudian diikuti data kualitatif c. Mengumpulkan data kualitatif terlebih dahulu, kemudian diikuti data kuantitatif 4. Mengembangkan Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Rumusan masalah akan menentukan jenis desain penelitian yang akan digunakan. Rumusan masalah dapat diajukan menggunakan dua set pertanyaan yang meliputi pertanyaan kuantitatif dan kualitatif. Pertanyaan kuantitatif merujuk pada hubungan variabel independen dan dependen, sedangkan pertanyaan kuantitatif merujuk pada pertanyaan terbuka untuk mendeskripsikan s uatu fenomena.
Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Stains dkk (2007), merumuskan pertanyaan penelitian dengan dua set pertanyaan : “ 1) Apa yang menjadi dasar fokus siswa baru dalam mengklasifikasikan substansi kimia seperti, unsur, senyawa, atau
campuran berdasarkan representasi mikroskopik? (pertanyaan kuantitatif); 2) Bagaimana pola penalaran siswa baru untuk mengklasifikasikan substansi kimia ke
dalam kelas/grup yang berbeda?(pernyataan kualitatif)”.
Ada cara lain dalam merumuskan masalah untuk penelitian Mixed Methods tetapi sebagian besar peneliti tidak familiar. Perumusan masalah didasarkan pada tipe desain penelitian Mixed Methods yang digunakan. Berikut tabel contoh rumusan masalah
mixed methods.
Tabel 1. Contoh rumusan masalah mixed methods.
Tipe penelitian
mixed method
Contoh pertanyaan rumusan masalah
Eksplanatory Bagaimana data kualitatif dapat memberikan penguatan terhadap data kuantitatif yang diperoleh?
Eksploratory Apakah instrumen yang dikembangkan pada fase kedua (sebagai hasil eksplorasi pada fase pertama) merupakan instrumen yang lebih baik dan mampu digunakan sebagai alat ukur (validitas instrumen telah teruji)?
Embedded design Bagaimana data kualitatif dapat memperkuat data kuantitatif? (Sumber: cresswell, 2012)
Rumusan masalah secara general dapat menuntun pada pengembangan hipotesis penelitian. Hipotesis dapat diajukan melalui pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
5. Mengumpulkan Data Kuantitatif dan Kualitatif
Pada penelitian mixed methods, urutan pengumpulan data akan tergantung pada jenis desain. Namun, dalam semua desain, fase penelitian ini akan panjang dan membutuhkan organisasi informasi yang baik. Program statistik dan program analisis teks dapat menyediakan sistem yang berguna untuk menyimpan, mengelola, dan merekam data.
6. Menganalisis Data Secara terpisah, bersamaan, atau keduanya
Analisis data juga akan berhubungan dengan jenis tertentu dari desain Mixed Methods yang digunakan. Analisis data dapat dilakukan secara terpisah dari data kuantitatif dan data kualitatif, seperti dalam desain explanatory dan exploratory, atau mengintegrasikan analisis data, seperti dalam desain konvergen.
7. Menuliskan Laporan
Langkah terakhir dalam studi Mixed Methods adalah menulis laporan. Beberapa variasi terlihat dalam struktur penulisan mixed methods, seperti berikut:
a. Laporan yang ditulis dalam dua fase.
Penulisan ini melibatkan satu sesi untuk menspesifikasikan masalah dan kajian literatur. Dilanjutkan dengan sesi dua yang berisi pengumpulan data, analisis, dan interpretasi.
b. Laporan yang mengintegrasikan fase kuantitatif dan kualitatif dari studi di setiap bagian.
Laporan dituliskan dengan mengintegrasikan fase kuantitatif dan kualitatif pada tiap fase. Rumusan masalah dituliskan sebagai pertanyaan kuantitatif dan kualitatif, kemudian pengumpulan data di fase lain menggambarkan integrasi kedua metode tersebut. Analisis data ditulis dengan menggabungkan dua data sehingga cara ini disebut dengan desain konvergen.
8. Evaluasi Penelitian
Mi xed method
Bagaimana cara pembaca mengetahui bahwa penelitian mixed method yang ditulis oleh seseorang memiliki kualitas yang baik? Kualitas dari suatu penelitian mixed method dikatakan baik apabila;
1. Peneliti mendeskripsikan bahwa desain mixed methods adalah pendekatan yang terbaik untuk menjawab rumusan masalah penelitian sebab data kuantitatif saja tidak cukup memberikan jawaban tanpa adanya data kualiatatif, atau sebaliknya. Peneliti menjelaskan kajian teoritis ( framework ) secara mantap
2. Menggabungkan atau mengkombinasikan pengumpulan dan analisis data kuantitatif yang tepat dan kualitatif yang meyakinkan.
3. Secara eksplisit mengkombinasikan dua set data 4. Melakukan cross-check data kualitatif
5. Memberikan sinyal kepada pembaca bahwa penelitan yang dilakukan adalah mixed-methods.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mixed Methods research design (rancangan penelitian metode campuran) merupakan suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan “mencampur” metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam suatu penelitian.
2. Waktu pelaksanaan mixed methods research design adalah ketika seorang peneliti mempunyai data kuantitatif maupun kualititatif, ketika tipe satu penelitian saja tidak cukup dalam menjawab permasalahan penelitian, ketika seorang peneliti membutuhkan perspektif alternatif dalam suatu penelitian.
3. Ada enam desain penelitian Mixed Methods yang digunakan sebagai metode dasar yaitu the convergent parallel design, the explanatory sequential design, the exploratory sequential design, the embedded design, the transformative design, dan the multiphase design.
4. Langkah-langkah dalam melakukan desain penelitian mixed methods adalah: a. Menentukan apakah penelitian mixed methods itu layak
b. Mengidentifikasi latar belakang pemikiran untuk mencampurkan metode c. Mengidentifikasi strategi pengumpulan data
d. Mengembangkan pertanyaan kuantitatif, kualitatif, dan Mixed Methods e. Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
f. Menganalisis data secara terpisah, secara bersamaan, atau keduanya
g. Menulis laporan sebagai suatu penelitian satu fase atau dua fase atau penelitian multitahap.