5
Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta Sub- Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida L
Tanaman mawar berbentuk semak dan tergolong tanaman yang mempunyai umur panjang atau tahunan. Memiliki stuktur batang berkayu,
bercabang banyak, menghasilkan bunga secara terus menerus. Selama siklus
hidupnya tanaman mawar terus tumbuh seolah-olah tidak terbatas dan masa
produksinya berulang-ulang (Rukmana, 1995). Bunga mawar memiliki malai
yang berbentuk sederhana hingga seperti karangan bunga. Helaian mahkota
bunganya ada yang selapis dan ada yang bersusun. Semua jenis bunga mawar
yang ada berduri melengkung ke bawah dan tajam (Rismunandar, 1992). Bunga
mawar termasuk bunga yang sempurna yang dapat membentuk biji dan mudah
untuk memperoleh tanaman hibrida baru. Warna bunga mawar bervariasi dari
putih, merah,merah muda, kuning dan lain-lain.
Menurut Sukarno dan Nampiah (1989) benang sari dan putik bunga mawar
tersusun pada dasar bunga (reseptakel) yang berbentuk guci. Sukarno dan Nampiah (1989) menyatakan bahwa bunga mawar dapat dibedakan berdasarkan
mahkota bunganya yaitu:mawar berbunga single, semi doble, dan double. Bunga
mawar berbunga single adalah bunga mawar yang mahkotanya terdiri dari lima
sampai tujuh lembar yang berada dalam satu lingkar,untuk bunga mawar berbunga
semi double memiliki mahkota sepuluh sapai dua puluh lembar yang tersebar
lebih dari satu lingkaran. Sedangkan mawar berbunga doble adalah memiliki
mahkota bunga lebih dari dua puluh lembar dalam satu lingkaran.
2.1.1 Deskripsi Bunga Mawar Holland
Mahkota bunga (corolla) mawar semi holland pada umumnya terdiri atas
banyak helai daun bunga (helai daun bunga disebut juga dengan petal) mahkota
yang tersusun bertumpukan dan membentuk lapisan-lapisan indah dengan
berbagai macam warna pada umumnya seperti merah (sexy red), merah muda pucat (pink universe), merah muda keunguan (rivaivel), kuning (mohana), oranye
(voodoo), putih (white avalanche), ungu (cool water). Mawar semi holland
dilengkapi dengan perhiasan kelopak bunga yang umumnya terdiri atas lima helai
berwarna hijau tepat berada di bawah mahkotanya. Batangnya berkayu tegak lurus
berwarna hijau tua, menempel dan menjadi satu dengan kelopak bunganya.
Batangnya dilindungi dengan duri yang pada umumnya berwarna hijau
kecoklat-coklatan atau kemerah-merahan atau kombinasi antara warna tersebut dengan
tinggi antara 30 – 80 cm dan daunnya berwarna hijau, majemuk dimana tiap
daunnya terdiri atas tiga hingga tiga belas anak daun dan berbentuk lonjong
meruncing dengan tulangnya yang menyirip, berujung runcing dan tepiannya
beringgit. Sistem perakaran bunga mawar sebenarnya tunggang, namun karena
mawar holland dengan mawar lokal), maka akar yang dihasilkan adalah akar
serabut.
2.2 Bunga Potong dan Kegunaannya
Bunga potong merupakan bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga untuk berbagai macam keperluan dalam hidup manusia. Selain sebagai
rangkaian bunga, bunga potong juga bisa dipakai sebagai bahan industri, upacara
keagaman, dan lain-lain. Beberapa orang percaya melalui rangkaian bunga mereka
mampu mengekpresikan kemampuan estetikanya.
Bunga mawar mempunyai popularitas yang tidak pudar, sampai saat ini
bunga mawar mempunyai banyak makna, diantaranya lambang cinta kasih,
keindahan, rasa hormat, dan sukacita (Rukmana,1995). Selain itu bunga mawar
sering sekali digunakan sarana pemujaan, sehingga bunga mawar memiliki nilai
skaral dan magis (Sumartono, 1982) juga bernilai ekonomi tinggi karena dapat
dipasarkan secara luas (Sukarno dan Nampiah, 1989).
Selanjutnya Rismunandar (1992) mengemukakan ada lima syarat untuk
tanaman yang dapat dipakai sebagai bunga potong, yaitu: a) memiliki warna yang
indah, mulus, bersih dan tidak bernoda, serta berbau wangi, b) bunga mampu
bertahan lama setelah dipanen atau dipotong, c) mempunyai tangkai yang panjang
dan kuat, d) bunganya tidak mudah rusak dalam pengemasan atau pengepakan dan
e) bunganya dihasilkan dari tanaman mudah berbunga tanpa mengenal musim.
Wiryanto (1993) menyatakan ada dua kriteria yang menentukan mutu
bunga potong, antara lain: (1) umur simpan, merupakan lamanya bunga tetap
segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya, dan (2) penampilan fisik,
bunga, tangkai, daun, dan warna bunga) yang merupakan standar mutu bunga.
Saat pemanenan atau pemotongan bunga yang baik adalah pada waktu pagi di saat
bunga masih segar. Pemanenan dapat juga dilakukan pada sore hari, karena pada
waktu penyerapan air oleh bunga lebih banyak daripada penguapannya sehingga
bunga lebih segar dan mengandung air (Widyawan dan Sarwintyas, 1994).
Menurut Soekarwati (1999) pemanenan bunga potong dapat dilakukan
ketika bunga telah mekar penuh seperti bunga krisan, gerbera, anthurium, dan
dahlia. Namun ada sebagian bunga potong yang dipanen pada saat bunga masih
kuncup atau sebelum bunga mekar seperti mawar, lily, gladiol, dan sedap malam.
Pemanenan yang dilakukan tidak pada saat yang tepat akan mempengaruhi keawetan bunga.
Umumnya bunga yang dipanen pada saat mekar penuh, mempunyai umur
simpan yang lebih pendek dibanding bunga yang dipanen sebelum mekar. Ciri-ciri
bunga mawar yang siap dipetik untuk tujuan bunga potong adalah kuntum bunga
nya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur
pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh (Warinentek, 2002).
2.3 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong Mawar Faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga potong dapat digolongan
menjadi dua faktor yaitu: internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan, penanganan pasca panen, dan larutan perendam). Faktor lingkungan diantaranya
suhu dan kelembaban, suhu yang tinggi mampu mempercepat proses kelayuan
karena proses respirasinya cepat sebaliknya dengan kelembaban tinggi kesegaran
laju respirasi. Jika dilihat dari pasca panennya dapat dikatakan dengan
penanganan yang baik mampu memperkecil kehilangan air dan memperkecil
kerusakan akibat gesekan dalam transportasinya. Sedangkan larutan perendam
mempunyai kegunaan untuk menyediakan kebutuhan air dan sumber energi yang
mampu memberikan kesegaran bunga yang lebih lama.
Selain hal tersebut, Susilawaty (1999) mengemukakan bahwa umur
kesegaran (vaselife) bunga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Respirasi, merupakan proses penggabungan oksigen dari udara dengan
unsur karbon didalam jaringan terutama gula dan selanjutnya membentuk
berbagai hasil dekomposisi terutama CO2 dan air (Soesarsono, 1981). Respirasi berhubungan erat dengan penggunaan cadangan karbohidrat.
Respirasi yang berlangsung cepat mengurangi cadangan karbohidrat yang
dapat mengakibatkan kelayuan. Selain itu pada suhu yang rendah
enzim-enzim yang berperan pada proses respirasi tidak aktif, sehingga proses
respirasi dapat diperlambat (Prince dan Tamaya, 1989).
2. Kehilangan air, bunga setelah dipotong secara langsung air yang ada di
dalam jaringan akan berkurang, dan apabila air yang hilang tersebut
berlebihan akan mempercepat kelayuan kehilangan air 10% atau lebih
dari berat umumnya cukup untuk merusak bunga (Soesarsono, 1981).
3. Mikroorganisme, berbagai mikroorganisme lepas panen yang dapat menyerang bunga dan menyebabkan penurunan mutu.
4. Ketidakmampuan batang mengabsorsi air.
Soesarsono (1981) menambahkan ada beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi kesegaran bunga, antara lain: (1) memar dan luka, (2) perubahan
warna, pembiruan pada mawar, atau pemucatan (fading) warna akan menurukan
daya jual, (3) akumulasi etilen, dan (4) kerusakan dingin. Bunga potong amat peka
terhadap lingkungannya terutama suhu, kekurangan air, dan cahaya matahari.
Menurut Soekarwati (1996) suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis
yang dapat menurukan kesegaran bunga, kandungan oksigen yang rendah
disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan tingkat
kerusakan bunga. Meningkatnya kandungan CO2 di lingkungan bunga akan
menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri.
Titsokottjo (1996, dalam Handayani, 2003) menyebutkan bahwa bunga
potong sangat sensitif terhadap kekurangan air, karena luasnya permukaan
transpirasi menyebabkan kelayuan pada leher bunga mawar sebelum mekar dan
kelayuan pada bunga sehingga menyebabkan tidak mekar. Menurut Yayasan
Bunga Nusantara dan Direktorat Jendral Peratanian Tanaman Pangan (1987)
penanganan pasca panen harus diperhatikan dengan tujuan: (1) memperkecil
respirasi dan penguapan air, (2) mencegah infeksi atau luka, (3) memelihara
estetika dan penampakan, dan (4) memperoleh harga tinggi.
Rismunandar (1992) mengemukakan bahwa penanganan pasca panen akan mempengaruhi kesegaran bunga potong. Oleh karna itu ada beberapa hal
1. Pemetikan
Waktu pemetikan atau cara pemotongan adalah hal yang harus di
perhatikan saat memanen bunga. Memanen bunga mawar adalah salah
satu kunci apabila dipotong terlalu kuncup akan mengurangi
kesegarannya, apabila di panen terlalu mekar maka vaselifenya akan
singkat, dan waktu panen yang baik adalah pagi atau sore hari karena
penguapan tidak terlalu tinggi.
2. Pengangkutan
Pengangkutan bunga potong dilakukan hati-hati agar bunga tidak terkena
goncangan atau gesekan yang akan menurunkan kualitas bunga. 3. Pengumpulan
Ketika melakukan pengumpulan diusahakan bunga tidak terkena sinar
matahari langsung karena dapat menyebabkan kehilangan air (water loss).
4. Penyortiran
Setelah pengumpulan dilakukan pembersihan tangkai,daun, atau bunga
yang rusak perlu dibuang, kemudian melanjutkan penyortiran agar dapat
menentukan kelas dan ukurannya.
5. Penyimpanan
Cara penyimpanan bunga potong berbeda-beda tergantung dari jenis
bunga. 6. Pengemasan
Pengemasan dilakukan bertujuan untuk menjaga dan melindungi selama
dalam pengangkutan agar tidak terjadi kerusakan secara mekanis yang
Larutan perendam merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
lamanya kesegaran bunga potong selain faktor lingkungan dan pasca panen.
Halevy dan Mayak (1981) mengemukanan bahwa penambahan zat yang terdiri
dari air, gula, germisida, hormone tumbuh dan senyawa mineral dalam larutan
dapat memperpanjang umur simpan. Menurut Eryatno (1987) penggunaan larutan
perendam menangulangi kerusakan yang dapat diterapkan pada penanganan pasca
panen bunga potong yang berfungsi sebagai: (1) penyediaan gula, (2)
menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat tangkai bunga dalam
menyerap larutan, dan (3) senyawa pengasaman.
2.4 Perendaman Kesegaran Bunga Potong
Mempertahankan kesegaran bunga merupakan salah satu aspek penting
dalam usaha bunga potong. Perlakuan dengan menempatkan tangkai bunga ke air
hanya akan membuat bunga lebih segar (Sudjito, 1994). Perendaman tangkai bunga dengan larutan perendam bertujuan agar mempertahankan kualitas dan
memperpanjang umur simpan dalam pajangan karena dalam larutan tersebut
terdapat zat yang dapat menghambat senyawa etilen yang dapat menyebabkan
kelayuan pada bunga (Murtinigsih, 1991). Oleh karena itu dengan penggunaan
larutan perendaman kimia berperan dalam memperlambat proses kelayuan bunga,
karena bunga sensitive terhadap dehidrasi. Maka dari itu bunga yang telah
dipanen harus diimbangi airnya dengan larutan perendam yang mengandung air
dan senyawa lain yang diperlukan. Dari banyaknya bahan pengawet yang dipakai
yang berbentuk Kristal berwarna putih yang fungsinya untuk memperpanjang