• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat glaukoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat glaukoma"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG1

Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh pencekungan discus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata lain. (glaukoma primer). Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progresif asimtomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapang pandang yang ekstensif. Bentuk-bentuk glaukoma lain merupakan morbiditas visual yang parah pada semua usia.

Gambar 1.1 Fisiologi humor aquos

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (gaukoma sudut tertutup). Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk menurunkan tekanan intraokular pada semua bentuk glaukoma. Beberapa obat dapat menurunkan pembentukan humor akueus. Juga terdapat tindakan-tindakan bedah yang menurunkan pembentukan humor akueus tetapi biasanya digunakan hanya setelah terapi medis gagal.

(2)

inspeksi diskus optikus, dan pengukuran lapangan pandang secara teratur. Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan adanya kerjasama dengan bantuan dari semua petugas kesehatan.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memberikan gambaran definisi, klasifikasi, etilogi, insidensi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, diagnosis, serta penatalaksanaan glaukoma sudut terbuka.

BAB II

ISI

(3)

2.1 DEFINISI

Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh TIO tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optic.2 Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan

humor akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer

aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.2

Glaukoma sudut terbuka adalah glaucoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaucoma pada kedua mata pada pemeriksaan

pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.2,3

Gambar 2.1 Glaukoma

2.2 KLASIFIKASI

(4)

 Sudut terbuka  Sudut tertutup B. Glaukoma sekunder  Sudut terbuka  Sudut tertutup C. Glaukoma kongenital 2.3 ETIOLOGI

Penyebab glaukoma sudut terbuka tidak pasti, dimana tidak didapatkan

kelainan yang merupakan penyebab glaukoma.2,3 Glaukoma ini didapatkan pada orang

yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:3

a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit.

b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan ( goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4

2.4 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak

menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.5 Glaukoma sudut terbuka adalah

bentuk glaukoma yang tersering dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka.1

(5)

Gambar 2.2 Epidemiologi glaukoma

2.5 PATOGENESIS6

Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, biji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran desemet, kanal schlemn yang menampung cairan mata kesalurannya.

(6)

Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (akueus humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan trabekulum maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akueus.

(7)

Gambar 2.4 Kerusakan papil saraf akibat glaukoma

2.6 GEJALA KLINIS

Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui

disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.2,5,7 Glaukoma primer

yang kronis dan berjalan lambat sering tidak diketahui bila mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan

glaukomanya sudah berat.3 Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang

yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika

(8)

2.7 PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.

 Tonometri Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan terhadap kornea.

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta melihat lurus ke suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke salah satu jarinya, yang diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan di atas kornea.

Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5 gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.

 Tonometer aplanasi

Cara mengukur tekanan intraokular yang lebih canggih dan lebih dapat dipercaya dan cermat bias dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer tentengan Draeger. Pasien duduk di depan lampu celah. Pemeriksaan hanya

(9)

memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi anestesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk mamapakan daerah kornea yang sempit.

Setelah mata ditetesi dengan anestesi dan flouresein, prisma tonometer aplanasi di taruh pada kornea. Mikrometer disetel untuk menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang setengah lingkaran yang simetris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah papak ( teraplanasi). Dengan melihat melalui mikroskop lampu celah dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua setengah lingkaran yang berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya tekanan intraokular. Dengan ini selesailah pemeriksaan tonometer aplanasi dan hasil pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala mikrometer dalam mmHg.

 Tonometri Digital

Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer). Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di dalam bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Penderita disuruh melihat ke bawah

 Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita

 Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita

 Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola

mata.

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal. Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara

(10)

pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor subyektif.

b. Gonioskopi 3,6,8

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.

b. Oftalmoskopi 3,6

Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita.

Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat : 8

 Kelainan papil saraf optik

- saraf optik pucat atau atrofi

- saraf optik tergaung

 Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau

 Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.

c. Pemeriksaan lapang pandang 6

Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma.

(11)

Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

d. Tes provokasi 6

 Tes minum air

Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokular diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.

 Pressure Congestive test

Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian ukur tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg, atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.

 Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test

Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test. Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.

 Tes steroid

Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd g 1, selama 2 minggu. Kenaikan tensi intraokular 8 mmHg menunjukkan glaukoma.

2.8 DIAGNOSIS

 Pada anamnesa tidak khas, seperti mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan

memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya.3

 Kita harus waspada terhadap glaukoma sudut terbuka pada orang-oarang : berumur

(12)

atau sistemik yang lama dan dalam keluarga ada penderita glaukoma, miopia tinggi.2,3,4,6,8

 Pemeriksaan Tonometri bila antara kedua mata, selalu terdapat perbedaan tensi

intraokular 4 mmHg atau lebih, maka itu menunjukkan glaukoma sudut terbuka.6

 Pemeriksaan lapang pandangan 6

Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas.

 Pemeriksaan oftalmoskopi 6

Pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer, yaitu disebabkan oleh insufisiensi vaskuler.

 Pemeriksaan gonioskopi 6

Pada glaukoma sudut terbuka sudutnya normal. Pada stadium yang lanjut, bila telah timbul goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea atau trabekula ) maka sudut dapat tertutup.

 Tes provokasi 6

 tes minum air kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan, 10 mmHg pasti

patologis

 tes steroid kenaikan 8 mmHg menunjukkan glaukoma

 pressure congestive test kenaikan 9 mmHg atau lebih, mencurigakan .

sedangkan 11 mmHg pasti patologis.

2.9 PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa 6

Harusnya disadari betul, bahwa glaukoma primer merupakan masalah terapi pengobatan (medical problem). Pemberian pengobatan medikamentosa harus dilakukan terus-menerus, karena itu sifat obat-obatnya harus mudah diperoleh dan mempunyai efek sampingnya sekecil-kecilnya. Harus dijelaskan kepada penderita

(13)

dan keluarga, bahwa perlu pemeriksaan dan pengobatan seumur hidup. Obat-obat ini hanya menurunkan tekanan intraokularnya, tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Minum sebaiknya sedikit-sedikit. Tak ada bukti bahwa tembakau dan alkohol dapat mempengaruhi glaukoma.

Obat-obat yang dipakai :

Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow

a. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari b. Eserin ¼-1/2 %, 3-6 dd 1 tetes sehari

Kalau dapat pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu diteteskan pada waktu tekanan intraokular menaik. Eserin sebagai salep mata dapat diberikan malam hari. Efek samping dari obat-obat ini; meskipun dengan dosis yang dianjurkan hanya sedikit yang diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik, dapat terjadi mual dan nyeri abdomen. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan : keringat yang berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, hipotensi.

Simpatomimetik : mengurangi produksi humor akueus.

Epinefrin 0,5%-2%, 2 dd 1 tetes sehari.

Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.

Beta-blocker (penghambat beta), menghambat produksi humor akueus.

Timolol maleat 0,25-0,5% 1-2 dd tetes, sehari.

Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma, payah jantung kongestif. Nadi harus diawasi terus. Pada wanita hamil, harus dipertimbangkan dulu masak-masak sebelum memberikannya. Pemberian pada anak belum dapat dipelajari. Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan perubahan pupil, gangguan visus, gangguan produksi air mata, hiperemi. Dapat diberikan bersama dengan miotikum. Ternyata dosis yang lebih tinggi dari 0,5% dua kali sehari satu tetes, tidak menyebabkan penurunan tekanan intraokular yang lebih lanjut.

Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase), menghambat

(14)

Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet ( diamox, glaupax). Pada pemberian obat ini timbul poliuria

Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal.

Obat-obat ini biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat dikombinasi. Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekwensi penetesannya atau prosentase obatnya, ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet. Monitoring semacam inilah yang mengharuskan penderita glaukoma sudut terbuka selalu dikelola oleh dokter dan perlu pemeriksaan yang teratur.

b. Operasi 8

Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila :

 tekanan intraokular tak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg

 lapang pandangan terus mengecil

 orang sakit tak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya

 tidak mampu membeli obat

 tak tersedia obat-obat yang diperlukan

Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humor akueus, oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.

Pembedahan pada glaukoma : 1) Bedah filtrasi

Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu pasien dirawat dengan memberi anestesi lokal kadang-kadang sedikit obat tidur. Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian kecil sklera sehingga terbentuk suatu lubang. Melalui celah sclera yang dibentuk cairan mata akan keluar sehingga tekanan bola mata berkurang, yang kemudian diserap di bawah konjungtiva. Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang dibedah tidak boleh kena air. Untuk sementara pasien pascabedah glaukoma dilarang bekerja berat. 2) Trabekulektomi

Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi (pengeluaran) cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata sehingga tekanan bola mata naik. Bedah trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada. Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Bedah trabekulektomi

(15)

membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan masuk di bawah konjungtiva. Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar sehingga tekanan bola mata sangat menurun. Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Setelah pembedahan perlu diamati 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan.

3) Bedah filtrasi dengan implan

Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran (implant urgary). Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artificial) yang ditanamkan ke dalam mata untuk drainase cairan keluar. Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat keluarnya cairan dari bilik mata depan.

Upaya di dalam membuat ini adalah :

 Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan.

 Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase.

 Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat.

 Tahan terhadap kemungkinan penutupan

 Minimal terjadinya hipotensi

 Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.

 Bersifat atraumatik

.

4) Siklodestruksi

Tindakan ini adalah mengurangkan produksi cairan mata oleh badan siliar yang masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan mata ini dikeluarkan terutama oleh pembuluh darah di badan siliar dalam bola mata. Pada siklodestruksi dilakukan pengrusakan sebagian badan siliar sehingga pembentukan cairan mata berkurang. Tindakan ini jarang dilakukan karena biasanya tindakan bedah utama adalah bedah filtrasi.

(16)

2.10 PROGNOSIS 5

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan pandang). Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada

(17)

kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.

Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan. Glaukoma sudut terbuka perlu diwaspadai pada orang : usia 40 tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, dalam keluarga ada penderita glaukoma, miopia tinggi.

Pemeriksaan glaukoma yaitu : pemeriksaan tekanan bola mata ( tonometri Schiotz, tonometri aplanasi, tonometri digital ), gonioskopi, oftalmoskopi, pemeriksaan lapang pandangan, tes provokasi. Penatalaksanaan glaukoma dilakukan dengan 2 cara yaitu : medikamentosa dan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed. Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232

2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,

dipublikasikan 3 Desember 2006.

(18)

4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.medicastore.com/images/glaucoma. jpg&imgreful , dipublikasikan tahun 2004.

5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.klinikmatanusantara.com

/glaukoma.php , dipublikasikan Tahun 2006.

6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6, Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.

7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari http://www.pfizerpeduli.com/pfizer , dipublikasikan Tahun 2007.

Gambar

Gambar 1.1 Fisiologi humor aquos
Gambar 2.1 Glaukoma
Gambar 2.3 Hambatan pada aliran aquos humor
Gambar 2.4 Kerusakan papil saraf akibat glaukoma

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menilai mutu audit yang dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern, Fungsi audit intern bank Harus di review oleh lembaga ekstern minimal sekali dalam 3tahun. Laporan atas

Hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tepung singkong melalui proses oksidasi dengan menggunakan H2O2 dan asam laktat dengan katalisator ferrous

Karakteristik HSIdaging sapi gelonggongan, daging sapi busuk, daging sapi busuk didinginkan, daging sapi busuk dibekukan dan daging dapi busuk

Berdasarkan komplain warga juga tindakan warga yang membuang sampahnya sendiri ke tempat pembuangan akhir, karena tidak segera diambil dan menyebabkan bau,

Agar perencanaan geometrik jalan berdasarkan data topografi metode Real Time Kinematik pada ruas Jalan Nasional 034 Mangun jaya – Batas Kabupaten Musi

Rancangan penelitian ini mengarah pada ilmu bahasa sastra, atau bisa disebut dengan drama, karena dalam kajiannya yang secara pragmatik dalam memahaminya tentunya

(1) Menjalankan segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah

Arti- nya, bahan ajar ini valid, yaitu dalam hal: tampilan e-learning yang menarik, tampilan bahan ajar berbasis e-learning yang interaktif, bermanfaat bagi maha-