• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN DASAR

dan

ANGGARAN

RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR

dan

ANGGARAN

RUMAH TANGGA

Ditetapkan oleh:

www.pmi.or.id

Markas Pusat Palang Merah Indonesia

(2)

dan

ANGGARAN

RUMAH TANGGA

dan

ANGGARAN

RUMAH TANGGA

Hasil Musyawaran Nasional XX

Palang Merah Indonesia

(3)

Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kami segenap Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) bersama jajaran pengurus PMI Se-Indonesia, telah menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga melalui Musyawarah Nasional PMI ke-XX yang berlangsung pada tanggal 16-19 Desember 2014 di Jakarta. Dengan berazaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini disusun sebagai pondasi yang mengatur jalannya organisasi Perhimpunan Palang Merah Indonesia, sebagai konstitusi organisasi yang wajib dipahami dan dijadikan acuan dalam menjalankan roda organisasi Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

Diharapkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dapat membuat Palang Merah Indonesia bertambah solid dan profesional, dalam melakukan tugas-tugas kemanusiaan, sebagai satu-satunya organisasi kemanusiaan yang berada dibawah bendera Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Dengan dukungan dari segenap masyarakat Indonesia, semoga langkah kita bersama untuk mewujudkan PMI yang dicintai masyarakat dapat terwujud.

(4)

ANGGARAN DASAR

DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERHIMPUNAN PALANG MERAH

INDONESIA

MUKADIMAH

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

Sesungguhnya setiap manusia, sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sejak dilahirkan pada hakekatnya mempunyai derajat, hak serta martabat yang sama sebagai makhluk sosial saling memerlukan satu sama lain, karena didasarkan atas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi kewajiban bagi seluruh umat manusia untuk saling tolong menolong dalam penderitaan, tanpa membedakan agama, bangsa, suku bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa dan pandangan politik. Dengan dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang adil dan beradab dengan didorong oleh semangat Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, maka pada tanggal 17 September 1945 dalam rangka usaha turut mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia didirikanlah Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan yang awal pembentukannya diprakarsai Pemerintah. Palang Merah Indonesia merupakan sebuah Perhimpunan bantuan sukarela, yang membantu Pemerintah dibidang kemanusiaan, sesuai Konvensi Jenewa 1949 dan merupakan satu-satunya Perhimpunan Palang Merah Nasional yang dapat menjalankan kegiatannya diwilayah hukum Republik Indonesia, dan hubungan dengan Pemerintah, Palang Merah Indonesia mempertahankan

(5)

otonominya yang memungkinkan untuk bertindak sesuai dengan Prinsip Dasar Gerakan.

Dalam rangka usaha menjalin kasih sayang terhadap sesama manusia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan turut memelihara budi pekerti yang luhur menuju ke arah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan sosial dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjalankan misinya, Perhimpunan ini berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar yaitu :

Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka didalam pertempuran, mencegah, dan mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun. Tujuan gerakan adalah melindungi hidup dan kesehatan serta menjamin penghargaan kepada umat manusia. G e r a k a n m e n u m b u h k a n s a l i n g p e n g e r t i a n , persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, ras, agama, atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan m a n u s i a s e s u a i d e n g a n k e b u t u h a n n y a d a n mendahulukan keadaan yang paling parah.

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.

Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional di samping membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus menaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

Gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai status yang sederajat serta berbagi hak dan tanggung jawab dalam menolong sesama manusia. KEMANUSIAAN : KESAMAAN : KENETRALAN : KEMANDIRIAN : KESUKARELAAN : KESATUAN : KESEMESTAAN :

Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

(6)

DASAR

(7)

BAB I

NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN Pasal 1

Perhimpunan ini bernama Palang Merah Indonesia, disingkat PMI.

Pasal 2

PMI didirikan di Jakarta, Tanggal 17 September 1945, untuk kurun waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3

PMI adalah organisasi yang berstatus badan hukum yang disyahkan dengan Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden RI No. 246 Tahun 1963, untuk menjalankan kegiatan kepalangmerahan sesuai Konvensi Jenewa tahun 1949.

Pasal 4

(1) PMI Pusat, berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia (2) PMI Provinsi, berkedudukan di Ibukota Provinsi

(3) PMI Kabupaten/Kota, berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota (4) PMI Kecamatan, berkedudukan di kecamatan

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5

PMI berasaskan Pancasila

Pasal 6

DAFTAR ISI ANGGARAN DASAR

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN BAB II ASAS DAN TUJUAN

BAB III MANDAT DAN TUGAS POKOK BAB IV LAMBANG DAN LAGU BAB V KEANGGOTAAN

BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA BAB VII SUSUNAN DAN KEDUDUKAN

BAB VIII STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI BAB IX KEPENGURUSAN

BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT BAB XI PERSYARATAN PENGURUS PMI BAB XII TATA CARA PEMILIHAN

BAB XIII QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB XIV SUKARELAWAN

BAB XV KARYAWAN/STAF

BAB XVI MARKAS DAN KEPALA MARKAS BAB XVII PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN,

PEMBEKUAN DAN KEPENGURUSAN. BAB XVIII PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH

PEMEKARAN

BAB XIX MAHKAMAH ORGANISASI DAN UPAYA HUKUM

BAB XX KEUANGAN BAB XXI PEMBENDAHARAAN

BAB XXII PENGEMBANGAN SUMBER DAYA BAB XXIII PELAYANAN DONOR DARAH BAB XXIV HUBUNGAN DAN KERJA SAMA BAB XXV PENGHARGAAN

BAB XXVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB XXVII KETENTUAN LAIN

BAB XXVIII PERATURAN PERALIHAN BAB XXIX PENUTUP

BAB JUDUL PASAL HAL

(1-4) (5-6) (7-8) (9-10) (11-13) (14) (15-16) (17-19) (20-28) (29-38) (39-40) (41-46) (47-48) (49-52) (53) (54-58) (59-63) (64) (65-69) (70-72) (73-77) (78-79) (80) (81) (82) (83-85) (86) (87) (88) 7 7 7 9 9 10 10 11 12 18 24 25 27 28 29 30 31 33 33 35 35 37 38 38 39 39 40 40 40

(8)

PMI bertujuan mencegah dan meringankan penderitaan sesama yang disebabkan oleh bencana atau akibat ulah manusia dan kerentanan lainnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, golongan dan pandangan politik.

BAB III

MANDAT DAN TUGAS POKOK Pasal 7

Mandat PMI adalah menjalankan pekerjaan dibidang kepalangmerahan, baik di dalam negera kesatuan Republik Indonesia, maupun di luar negeri.

Pasal 8

(1) Tugas pokok PMI adalah:

a. bertindak untuk dan atas nama pemerintah Republik Indonesia dalam pelaksanaan hubungan luar negeri di bidang kepalangmerahan menurut Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949;

b. mempersiapkan dan melaksanakan tugas-tugas bantuan penanggulangan bencana, baik di dalam maupun di luar negeri; c. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang kepalangmerahan yang

diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia; dan

d. menjalankan semua kegiatan PMI dengan berpegang pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. (2) Selain tugas pokok sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, PMI

juga melaksanakan tugas sebagaimana yang di mandatkan oleh Statuta Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

BAB IV LAMBANG DAN LAGU

Pasal 9

Lambang PMI sebagai tanda pengenal organisasi di Indonesia yang telah ditunjuk untuk menjalankan pekerjaan palang merah sesuai konvensi jenewa 1949 adalah palang merah di atas dasar warna putih dilingkari garis merah yang berbentuk bunga berkelopak lima sebagai pengejawantahan dari dasar negara, yakni Pancasila dengan tulisan Palang Merah Indonesia atau PMI.

Pasal 10

Lagu PMI terdiri dari Hymne PMI dan Mars PMI.

BAB V KEANGGOTAAN

Pasal 11

(1) Anggota PMI adalah pribadi-pribadi/individu yang memenuhi syarat sebagai anggota PMI.

(2) Anggota PMI berjenjang pada semua tingkat kepengurusan dari Pusat sampai dengan tingkat kecamatan.

(3) Keanggotaan PMI terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan agama, bangsa, suku bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan pandangan politik.

Pasal 12 Anggota PMI terdiri dari :

(1) Anggota Biasa; (2) Anggota Luar Biasa; (3) Anggota Kehormatan;

(9)

Pasal 13

Ketentuan tentang persyaratan keanggotaan dan penerimaan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau Peraturan Organisasi.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 14

Anggota PMI mempunyai hak dan kewajiban yang mengikat dalam organisasi PMI.

BAB VII

SUSUNAN DAN KEDUDUKAN Pasal 15

Susunan dan kedudukan organisasi PMI terdiri dari :

(1) Pelindung,

(2) Dewan Kehormatan dan, (3) Pengurus.

Pasal 16 Pelindung PMI terdiri dari :

(1) Tingkat Pusat yaitu Presiden. (2) Tingkat Provinsi yaitu Gubernur

(3) Tingkat Kabupaten/Kota yaitu : Bupati/Walikota (4) Tingkat Kecamatan yaitu : Camat

BAB VIII

STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI Pasal 17

Struktur organisasi PMI terdiri atas:

(1) PMI Pusat (2) PMI Provinsi (3) PMI Kabupaten/Kota (4) PMI Kecamatan

Pasal 18 Komponen PMI terdiri atas:

(1) Pengurus (2) Anggota (3) Relawan (4) Karyawan

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Kehormatan berjumlah paling banyak 5 (lima) orang, terdiri dari seorang ketua dan anggota.

(2) Dewan Kehormatan tidak mempunyai hubungan bersifat struktural dan berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.

(3) Kepengurusan PMI mempunyai hubungan bersifat struktural dan berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.

(10)

BAB IX KEPENGURUSAN

Pasal 20

(1) Pengurus adalah orang perseorangan yang dipilih dan ditetapkan oleh formatur berdasarkan hasil Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa PMI pada setiap tingkatan untuk menjalankan roda organisasi secara kolektif.

(2) Pengurus PMI terdiri dari :

a. Pengurus PMI tingkat Pusat disebut Pengurus Pusat; b. Pengurus PMI tingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi; c. Pengurus PMI tingkat Kab/Kota disebut Pengurus Kab/Kota; d. Pengurus PMI tingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan.

Pasal 21

(1) Ketua Umum dipilih untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya .

(2) Ketua PMI provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dapat dipilih untuk masa bakti selanjutnya sesuai dengan kondisi dan situasi di wilayah.

Tugas dan Kewajiban Pengurus Pusat Pasal 22

Pengurus PMI Pusat mempunyai tugas :

(1) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;

(2) Mengembangkan organisasiPMI agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan penugasan yangdiberikan; (3) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional dan/atau memperhatikan saran-saran dari Pelindung;

(4) Melaksanakan Musyawarah Nasional;

(5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional; (6) Mengesahkan susunan Pengurus Provinsi;

(7) Mengambil kebijakan organisasi PMI; (8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;

(9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Pusat, Direktur RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI Pusat, Direktur RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Pusat dan pemanfaatan aset-aset PMI untuk disewakan, dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga atau dihapuskan berdasarkan keputusan rapat Pengurus Pusat; (12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI disetiap

tingkatan organisasi;

(13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung secara berkala. (14) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi.

Pasal 23 Pengurus Pusat berkewajiban:

(1) Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(2) Melaksanakan dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional.

(3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya pada Musyawarah Nasional.

(11)

Pasal 24 Pengurus PMI Provinsi mempunyai tugas :

(1) Mengembangkan organisasi PMI di wilayah kerjanya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat yang diberikan;

(2) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

(3) Melaksanakan Musyawarah Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; (4) Melaksanakan Keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja

Nasional Musyawarak Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; (5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi; (6) Mengesahkan susunan kepengurusan PMI Kabupaten/Kota; (7) Mengambil kebijakan organisasi PMI di wilayahnya; (8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;

(9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Provinsi dan mengusulkan pelepasan aset-aset PMI Provinsi kepada PMI Pusat. untuk disewakan, dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga atau di hapuskan, serta pembelian aset baru, berdasarkan keputusan rapat Pengurus Provinsi; (12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI Kabupaten/

Kota;

(13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung PMI Provinsi secara berkala;

(14) Membuat dan menetapkan kebijakan PMI Provinsi yang mengacu pada anggaran dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah

Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Nasional, dan Musyawarah Kerja Provinsi;

(15) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di daerahnya; (16) Mengesahkan dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 25 Pengurus Provinsi berkewajiban :

(1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Provinsi, keputusan-keputusan/peraturan organisasi tingkat pusat, serta memperhatikan saran-saran Pelindung;

(2) M e l a k s a n a k a n M u s y a w a r a h Pr o v i n s i d a n m e m b e r i k a n pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi;

(3) Mengesahkan susunan Pengurus Kab/Kota hasil Musyawarah Kabupaten/Kota.

(4) Mengambil kebijakan organisasi untuk pengurus kab/kota , jika pengurus kab/kota tidak dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan saran-saran dari pelindung.

(5) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Pengurus Kabupaten/Kota.

(6) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(7) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya lainnya;

(8) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada Musyawarah Provinsi dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.

(12)

Pengurus Kab/Kota merupakan badan pengurus yang bersifat kolektif di daerah kabupaten/kota dan bertugas :

(1) Membangun dan mengembangkan organisasi PMI agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan penugasan yang diberikan;

(2) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;

(3) Membuat dan menetapkan kebijakan yang mengacu pada anggaran dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, dan Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota;

(4) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di wilayah kerjanya;

(5) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Kabupaten/Kota;

(6) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI Kabupaten/Kota;

(7) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada Musyawarah Kabupaten/Kota;

(8) Melantik Pengurus Kecamatan.

Pasal 27 Pengurus Kabupaten/Kota berkewajiban :

(1) Menjalankan segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan /peraturan organisasi tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta memperhatikan saran-saran dari Pelindung;

(2) Melaksanakan Musyawarah Kabupaten/Kota;

(3) M e m b e r i k a n p e r t a n g g u n g j a w a b a n k e p a d a M u s y a w a r a h Kabupaten/Kota;

(4) Menetapkan dan mengesahkan susunan Pengurus Kecamatan;

(5) Mengambil kebijakan organisasi PMI di Kecamatan, sehubungan dengan Pengurus PMI Kecamatan tidak dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan saran dari Camat.

Pasal 28

Pengurus PMI tingkat Kecamatan merupakan Pengurus yang bersifat kolektif di kecamatan dan bertugas dan berkewajiban:

(1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional;

(2) Melaksanakan keputusan-keputusan/peraturan organisasi Tingkat Pusat, Keputusan Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota, serta memperhatikan saran-saran dari Camat;

(3) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Kabupaten/Kota dan pelindung secara berkala;

(4) Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Kabupaten/Kota.

BAB X

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 29

Musyawarah terdiri atas:

(1) Musyawarah Nasional PMI, Musyawarah Provinsi PMI, Musyawarah Kabupaten/Kota PMI, dan Musyawarah Kecamatan PMI;

(13)

Kerja Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan; dan (3) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa,

Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dan Musyawarah Luar Biasa Kecamatan.

Pasal 30

(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan PMI masing masing diadakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.

(2) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan sah apabila dihadiri oleh sekurang–kurangnya dua pertiga dari jumlah peserta yang berhak hadir.

(3) Setiap keputusan pada Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.

(4) Apabila tidak dapat diambil dengan suara bulat (aklamasi), keputusan diambil dengan suara terbanyak (voting).

Pasal 31

(1) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam PMI;

(2) Peserta Musyawarah Nasional adalah pengurus pusat PMI, utusan pengurus provinsi PMI, dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI; (3) Musyawarah Nasional dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan

oleh pengurus pusat;

(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih; (5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;

(6) Musyawarah Nasional bertugas:

a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Nasional; b. menilai pertanggungjawaban pengurus pusat selama masa

baktinya;

c. menetapkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;

d. memilih pengurus pusat PMI dan Dewan Kehormatan PMI untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan

e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat strategis.

Pasal 32

(1) Musyawarah Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam wilayah kerja provinsi yang bersangkutan.

(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus provinsi PMI dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI di wilayah kerja provinsi yang bersangkutan serta utusan pengurus pusat.

(3) Musyawarah provinsi dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh pengurus provinsi.

(4) Peninjau hanya memiliki hak bicara.

(5) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih. (6) Musyawarah Provinsi bertugas:

a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Provinsi; b. menilai pertanggungjawaban pengurus provinsi;

c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan Tugas PMI di dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional PMI;

d. memilih pengurus provinsi PMI dan Dewan kehormatan yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan

e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat strategis.

(14)

Pasal 33

(1) Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan; (2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus kabupaten/kota

PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, utusan relawan PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan pengurus provinsi;

(3) Musyawarah Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh pengurus kabupaten/kota;

(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih; (5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;

(6) Dalam hal kabupaten/kota belum memiliki kecamatan, Musyawarah Kabupaten/Kota dihadiri oleh pengurus kabupaten/kota PMI, utusan relawan PMI, dan anggota PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan;

(7) Musyawarah Kabupaten/Kota bertugas:

a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Kabupaten/Kota;

b. menilai pertanggungjawaban pengurus kabupaten/kota;

c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI;

d. memilih pengurus kabupaten/kota PMI dan Dewan Kehormatan PMI yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat

strategis.

Pasal 34

(1) Musyawarah Kecamatan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan;

(2) Peserta Musyawarah kecamatan adalah pengurus Kecamatan PMI, utusan pengurus Desa/keluarahan PMI, utusan relawan PMI dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan, serta utusan pengurus kabupaten/kota;

(3) Musyawarah kecamatan dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh pengurus Kecamatan;

(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih; (5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;

(6) Dalam hal Kecamatan belum memiliki Desa/kelurahan, Musyawarah kecamatan dihadiri oleh pengurus Kecamatan PMI, utusan relawan PMI, dan anggota PMI dalam wilayah kerja Kecamatan yang bersangkutan; (7) Musyawarah Kecamatan bertugas:

a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Kecamatan;

b. menilai pertanggungjawaban pengurus Kecamatan;

c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI dan Musyawarah Kabupaten/Kota PMI;

d. memilih pengurus Kecamatan PMI dan Dewan Kehormatan PMI yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat

strategis.

Pasal 35

(1) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota, dan Rapat Kerja Kecamatan diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

(2) Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri atas pengurus pusat PMI dan utusan pengurus provinsi PMI;

(15)

(3) Peserta Musyawarah Kerja Provinsi terdiri atas pengurus provinsi PMI dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI;

(4) Peserta Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota terdiri atas pengurus kabupaten/kota PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, dan utusan relawan PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan; (5) Peserta Rapat Kerja Kecamatan terdiri atas pengurus kecamatan PMI,

utusan pengurus kabupaten/kota PMI, utusan relawan PMI, dan utusan palang merah remaja;

(6) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota bertugas:

a. mengevaluasi pelaksanaan kerja tahun yang lalu, termasuk anggarannya;

b. menyusun rencana kerja tahun yang akan datang, termasuk rancangan anggaran pendapatan dan belanja; dan

c. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat strategis.

Pasal 36

Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa dan Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dapat diselenggarakan:

(1) apabila pengurus pusat, pengurus provinsi, dan pengurus kabupaten/kota melanggar ketentuan anggaran dasar/anggaran rumah tangga PMI;

(2) apabila terdapat masalah yang luar biasa; atau

(3) berdasarkan usulan tertulis sekurang-kurangnya sepertiga dari utusan yang berhak hadir dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi dan Musyawarah Kabupaten/Kota.

Pasal 37

Rapat merupakan pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh pengurus pusat, pengurus provinsi, pengurus kabupaten/kota, dan pengurus kecamatan yang terdiri atas:

(1) rapat pleno pengurus; dan (2) rapat-rapat lainnya.

Pasal 38

(1) Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus Pusat, utusan Pengurus Provinsi, dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota.

(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah Pengurus Provinsi dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota di wilayah kerja provinsi yang bersangkutan serta utusan Pengurus Pusat.

(3) Pe s e r t a M u s y a w a r a h K a b u p a t e n / Ko t a a d a l a h Pe n g u r u s Kabupaten/Kota, utusanPengurus Kecamatan, utusan sukarelawan PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan Pengurus Provinsi.

(4) Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh Pengurus PMI di masing-masing tingkatannya.

(5) Peserta Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah Kabupaten/Kota memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak dipilih.

BAB XI

PERSYARATAN PENGURUS PMI Pasal 39

Syarat-syarat bagi seseorang Ketua Umum / Ketua PMI Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah:

(1) Bertaqwa kepada Tuhan YME;

(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

(3) Tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang; (4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan

(16)

Garis-Garis Kebijakan PMI;

(5) berpengalaman dalam berorganisasi; (6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;

(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;

(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya;

(9) Memegang teguh prinsip-prinsip dasar palang merah dan bulan sabit merah internasional.

Pasal 40

Syarat-syarat bagi seseorang Pengurus PMI Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah

(1) Bertakwa terhadap Tuhan YME;

(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

(3) Tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang (4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan

Garis-Garis Kebijakan PMI;

(5) berpengalaman dalam berorganisasi; (6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;

(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;

(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya; dan

(9) bersedia menandatangani pernyataan sanggup dicalonkan menjadi pengurus dan memenuhi ketentuan organisasi.

(10) Memegang teguh prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional

BAB XII TATA CARA PEMILIHAN

Pasal 41

(1) Pemilihan Ketua Umum/ketua PMI dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Musyawarah mufakat b. Pemilihan langsung

(2) Penetapan calon ketua umum / ketua dilakukan dengan tahapan : a. Penjaringan bakal calon

b. Penetapan bakal calon c. Pemilihan

d. Penetapan hasil

Pasal 42

Ketentuan Lebih lanjut tentang pesyaratan penetapan calon ketua umum/ketua dan kentuan lain dari musyawarah di atur lebih lanjut dalam tata tertib Munas/Musprop/Muskab/Muskot/Muskec.

Pasal 43

(1) Pengurus dinyatakan demisioner setelah laporan pertanggungjawaban pengurus yang bersangkutan diterima oleh musyawarah.

(2) Kewenangan pengurus demisioner diatur lebih lanjut dengan peraturan organisasi.

Pasal 44

Pemilihan pengurus Pusat PMI, Pengurus Provinsi PMI, dan Pengurus Kabupaten/Kota PMI dan Pengurus Kecamatan dipilih oleh formatur.

(17)

Pasal 45

(1) Formatur adalah representasi dari peserta musyawarah yang dipilih dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, atau Musyawarah Kabupaten/Kota yang bertugas membentuk susunan lengkap pengurus PMI.

(2) Formatur berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, termasuk Ketua Umum, Ketua Pengurus Provinsi, dan Ketua Pengurus Kabupaten/Kota terpilih. (3) Ketua Umum PMI terpilih, Ketua Pengurus Provinsi PMI terpilih, dan

Ketua Pengurus Kabupaten/Kota PMI terpilih, langsung menjadi Ketua Formatur.

(4) Formatur mendapatkan mandat Musyawarah Nasional untuk menyusun kepengurusan lengkap dalam waktu 1 bulan.

Hasil kerja formatur Musyawarah Provinsi atau Musyawarah Kabupaten/Kota disampaikan paling lama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan pengesahan dari pengurus PMI setingkat di atasnya.

Pasal 46

(1) Rapat pengurus PMI disetiap tingkatan dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan menurut kebutuhan organisasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat Pengurus PMI ditetapkan dalam peraturan organisasi.

BAB XIII

QUORUM DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN Pasal 47

(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya

2/3 dari jumlah utusan yang berhak hadir.

(2) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan apabila tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 48

(1) Hak suara dalam musyawarah/musyawarah luar biasa PMI adalah : Pengurus Pusat/Provinsi/ Kabupaten/kota dan kecamatan masing masing 1 (satu) suara;

(2) Muasyawarah Kabupaten/Kota yang belum ada kepengurusan PMI Kecamatan hak suaranya, diwakili oleh sukarelawan utusan anggota PMI di wilayah kecamatan yang bersangkutan.

BAB XIV SUKARELAWAN

Pasal 49

(1) Sukarelawan PMI adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan kepalangmerahan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan sukarela. (2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berhak mendapatkan orientasi/ pelatihan /atribut serta fasilitas pendukung lainnya.

Pasal 50 Sukarelawan PMI diwadahi dalam :

(1) Sukarelawan Remaja (Palang Merah Remaja);

(18)

Kabupaten/Kota);

(3) Sukarelawan Tenaga Sukarela ( TSR, berbasis masyarakat, komunitas); (4) Donor Darah Sukarela (DDS).

Pasal 51

Hak dan kewajiban Sukarelawan

(1) Hak Sukarelawan PMI :

a. Mendapat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan ketrampilan;

b. Mendapatkan kesejahteran selama penugasan;

c. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan sukarelawan PMI;

d. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah dan rapat di tingkat Kabupaten/Kota melalui forum relawan;

e. Dapat dipilih sebagai pengurus PMI; f. Jaminan keselamatan dan asuransi.

(2) Kewajiban Sukarelawan PMI adalah :

a. Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional palang merah dan bulan sabit merah

b. Mematuhi AD-ART dan peraturan organisasi PMI c. Mempromosikan kegiatan PMI

d. Melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan yang diberikan oleh pengurus

e. Menjaga nama baik PMI

Pasal 52 Pertemuan Sukarelawan Pertemuan Sukarelawan terdiri dari :

a. Forum Palang Merah Remaja Indonesia disebut Forpis, b. Forum Tenaga Sukarela,

c. Forum Korps Sukarela.

BAB XV KARYAWAN / STAF

Pasal 53

(1) Karyawan/Staf PMI adalah individu yang bekerja dilingkungan Palang Merah Indonesia, dan memperoleh imbalan berupa gaji atau honor sesuai tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan yang berlaku;

(2) Karyawan/Staf PMI, diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus berdasarkan Peraturan Kepegawaian PMI;

(3) Hal hal yang menyangkut kepegawaian dilingkungan PMI di atur di Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.

BAB XVI

MARKAS DAN KEPALA MARKAS Pasal 54

(1) Markas PMI adalah pusat kegiatan dalam kelengkapan organisasi yang berfungsi sebagai sarana Pengurus untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(2) Markas PMI terdiri dari : a. Markas Pusat di tingkat Pusat

(19)

b. Markas Provinsi di Tingkat Provinsi

c. Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota, d. Markar Kecamatan di tingkat Kecamatan.

Pasal 55 Markas PMI dipimpin oleh :

(1) Kepala Markas Pusat di tingkat Pusat (2) Kepala Markas Provinsi di Tingkat Provinsi

(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota, (4) Kepala Markas Kecamatan di tingkat Kecamatan

Pasal 56 Kepala Markas diangkat dan diberhentikan :

(1) Kepala Markas Pusat oleh Pengurus Pusat. (2) Kepala Markas Provinsi oleh Pengurus Provinsi.

(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota oleh Pengurus Kabupaten / Kota. (4) Kepala Markas Kecamatan oleh Pengurus Kecamatan.

Pasal 57

(1) Kepala Markas di tingkat Pusat tidak dapat dirangkap oleh Pengurus Pusat.

(2) Kepala Markas di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota dapat dirangkap oleh Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota.

Pasal 58

(1) Kepala Markas Pusat berkewajiban melaksanakan tugas dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat;

(2) Kepala Markas Provinsi berkewajiban melaksanakan tugas dan bertanggung jawab kepada Pengurus Provinsi;

(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota berkewajiban melaksanakan tugas dan bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/Kota Sekretaris; (4) Kepala Markas Kecamatan berkewajiban melaksanakan tugas dan

bertanggung jawab kepada Pengurus Kecamatan;

(5) Kepala Markas PMI, diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada setiap tingkatannya untuk masa kerja paling lama 5 (lima) tahun.

BAB XVII

PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN Pasal 59

Pengurus PMI melakukan Pembinaan dan Pengawasan secara berjenjang kebawah sesuai tingkatan organisasi.

Pasal 60

(1) Pengurus dapat diberhentikan jika melanggar Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga;

(2) Pemberhentian pengurus terdiri dari : a. Pemberhentian semntara b. Pemberhentian tetap

(3) Mekanisme Pemberhentian Pengurus sementara dilakukan oleh pengurus berdasarkan jenjang organisasi

(4) Anggota Pengurus yang diberhentikan sementara yang dimaksud dalam ayat (3) pasal ini diberi hak untuk membela diri pada rapat Pengurus. (5) Rapat Pengurus dapat menerima dan atau menolak pembelaan anggota

(20)

Pasal 61

(1) Rapat pengurus yang menerima pembelaan maka yang bersangkutan di cabut perberhentian sementaranya dan di berikan rehabilitasi. (2) Rapat pengurus yang menolak pembelaan maka di putusakan

pemberhentian tetap.

Pasal 62

Pembekuan Kepengurusan

(1) Pengurus Pusat PMI, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota atau Pengurus Kecamatan dapat dibekukan apabila tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(2) Pengurus PMI Pusat menetapkan pelaksana tugas di Provinsi setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi; (3) Pengurus PMI Provinsi menetapkan pelaksana tugas di Kabupaten/Kota

setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi;

(4) Pengurus PMI Kabupaten/Kota menetapkan pelaksana tugas di Kecamatan setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi;

Pasal 63

Pembekuan Pengurus hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Pengurus setingkat diatasnya.

BAB XVIII

PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH PEMEKARAN Pasal 64

Bagi Daerah pemekaran Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dapat dibentuk Pengurus baru oleh Pengurus setingkat di atasnya.

BAB XIX

MAHKAMAH ORGANISASI dan UPAYA HUKUM Pasal 65

Mahkamah organisasi PMI bertugas untuk menyelesaikan Perselisihan/ persengketaan dalam organisasi seperti :

(1) antar anggota.

(2) Anggota dengan pengurus.

(3) Pengurus dengan pengurus dalam satu tingkatan dan atau satu tingkat dibawahnya;

(4) Antar Pengurus, Staf dan relawan.

Pasal 66

(1) Pengurus Pusat mewakili Palang Merah Indonesia ke dalam dan keluar Pengadilan

(2) Pengurus Pusat dapat memberikan kuasa kepada Pengurus Provinsi untuk mewakili dalam dan keluar Pengadilan.

Pasal 67

Persyaratan anggota Mahkamah Organisasi PMI adalah sebagai berikut :

(1) Seorang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas dan mendalam dibidang hukum, baik teori maupun praktek.

(21)

(2) Mempunyai waktu yang cukup dan komitmen yang tinggi untuk menjalankan tugas dan kewajibannya

Pasal 68

Jumlah anggota Mahkamah Organisasi sebanyak 3 (tiga) orang dapat berasal dari internal PMI atau external PMI yang memenuhi persyaratan.

Pasal 69 Tata Cara Penyelesaian Mahkamah Organisasi

(1) Mahkamah Organisasi PMI dalam menjalankan tugasnya tunduk pada hukun acara Mahkamah Organisasi PMI.

(2) Ketentuan tentang Tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi PMI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disiapkan oleh Pengurus PMI. (3) Mahkamah Organisasi PMI dapat dibentuk sesuai kebutuhan di masing

masing tingkatan organisasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi PMI dan upaya hukum lainnya diatur dalam peraturan organisasi.

BAB XX KEUANGAN

Pasal 70 Keuangan PMI diperoleh dari:

(1) Bantuan dan hibah dari pemerintah;

(2) Bantuan dari Gerakan Palang Merah dan Organisasi Internasional lainnya.

(3) Sumbangan dan usaha lain yang tidak mengikat. (4) Iuran anggota

(5) Bulan dana

Pasal 71

Ketentuan tentang keuangan akan diatur dalam peraturan organisasi. Pasal 72

(1) Menjelang Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah Kabupaten/Kota, pengurus membentuk Tim Verifikasi yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran data perbendaharaan.

(2) keuangan PMI dikelola berdasarkan Prinsip akuntasi Indonesia.

BAB XXI PERBENDAHARAAN

Pasal 73

Perbendaharaan PMI adalah seluruh harta kekayaan yang berupa uang, barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak, termasuk surat – surat berharga milik atau yang dikuasai PMI termasuk yang berada di unit-unit kerja PMI.

Pasal 74

(1) Perbendaharaan PMI terdiri dari : a. Dana Tunai

(22)

c. barang tidak bergerak d. Surat berharga,

Pasal 75

(1) Seluruh harta kekayaan PMI harus disertifikatkan atas nama PMI sesuai tingkatan organisasi

(2) Aset PMI dan kekayaan PMI lainnya yang tidak bergerak dapat dialihkan atau dihapuskan seijin atau dengan sepertujuan Pengurus Pusat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan dan perbendaharaan PMI

diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 76

(1) Pengurus PMI secara berjenjang mempertanggungjawabkan perbendaharaan yang diperoleh, pengelolan dan penggunaannya kepada Musyawarah Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kecamatan;

(2) Pengurus Provinsi /Kabupaten/Kota dan Kecamatan melaporkan perbendaharaanya kepada Pengurus PMI satu tingkat di atasnya;

Pasal 77

(1) Perbendaharan PMI diaudit untuk transparansi organisasi.

(2) Audit sebagai mana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat dilakukan oleh : a. Akuntan publik

b. Internal Audit PMI

BAB XXII

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA Pasal 78

(1) PMI dapat membentuk unit pengembangan sumberdaya yang dapat mendatangkan dana untuk membiayai kelangsungan kegiatan PMI pada semua tingkatan;

(2) Pengembangan sumber daya dapat berupa; Rumah sakit, Poliklinik, Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, serta berbagai kegiatan usaha lainnya yang sah;

(3) Pengembangan sumber daya dikelola secara profesional dan transparan;

(4) Pengembangan sumberdaya bertanggung jawab kepada Pengurus PMI pada setiap tingkatannya;

(5) Pengembangan sumberdaya dapat dibentuk secara kerjasama antara tingkatan organisasi.

Pasal 79

Pengelolaan unit pengembangan sumberdaya sebagaimana dimaksud pada pasal 78 disesuikan mengacu pada ketentuan perundang undangan yang berlaku dan diatur dalam peraturan organisasi.

BAB XXIII

PELAYANAN DONOR DARAH Pasal 80

(1) Pelayanan Donor Darah, diselenggarakan dengan membentuk unit donor darah PMI sesuai peraturan perundangan.

(2) Kepala Unit Donor Darah PMI, pada semua jenjang adalah seorang Dokter.

(3) Pengangkatan Kepala UDD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada setiap tingkatan

(23)

setelah dikonsultasikan dengan pengurus PMI satu tingkat diatasnya; (4) Unit Donor Darah PMI, merupakan unit pelayanan teknis yang diatur

dalam peraturan organisasi dan bertanggungjawab pada Pengurus PMI disetiap tingkatan;

(5) Kepala Unit Donor Darah PMI, bertanggung jawab dan wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya beserta laporan keuangan kepada pengurus PMI disetiap tingkatan;

BAB XXIV

HUBUNGAN DAN KERJASAMA Pasal 81

(1) PMI dalam melaksanakan kegiatannya wajib melakukan kerjasama dan hubungan sama komponen gerakan.

(2) Kerjasama diantara komponen-komponen gerakan didasarkan kepada sesuai dengan Anggaran Dasar dan Kepentingan nasional masing-masing dengan memelihara prinsip kesetaraan;

(3) PMI sebagai anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menjalin kerjasama Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Federasi);

(4) Untuk mendukung kegiatan kepalangmerahan PMI dapat bekerjasama komponen pemerintah serta organisasi non pemerintah;

(5) Setiap perjanjian kerjasama harus dibuat secara tertulis.

BAB XXV PENGHARGAAN

Pasal 82

Palang Merah Indonesia memberikan penghargaan kepada seseorang atau lembaga yang telah berjasa membantu tumbuh berkebangnya Palang Merah

Indonesia;

BAB XXVI

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 83

(1) Usul perubahan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan secara tertulis kepada Pengurus Pusat oleh Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Musyawarah Nasional;

(2) Usul perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan oleh Pengurus Pusat dan sekurang kurangnya 1/3 (sepertiga) Pengurus Provinsi serta 1/3 (sepertiga) Pengurus Kabupaten / Kota.

Pasal 84

(1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional dalam sidang yang dihadiri oleh sekurang – kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah utusan yang berhak;

(2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah sah apabila disetujui sekurang – kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah suara yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah

ditetapkan oleh Pleno MUNAS diberitahukan kepada Pemerintah dan Joint Statutes Commision ICRC/IFRC (JSC).

Pasal 85

(1) Perubahan anggaran dasar dapat dilakukan jika ketentuan perudangan- undangan mengharuskan melakukan penyesuian dengan ketentuan yang baru.

(2) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dilakukan dalam rapat pimpinan PMI yang diperluas yang dihari oleh

(24)

Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat secara selektif.

(3) Keputusan sebagaimana dimakasud dalam ayat (2) pada pasal ini dilaporkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.

BAB XXVII KETENTUAN LAIN

Pasal 86

Tata urutan ketentuan organisasi PMI adalah : (1) Anggaran dasar/anggaran Rumah tangga (2) Peraturan Organisasi

(3) Keputusan Ketua Umum/Ketua (4) Keputusan Pengurus

BAB XXVIII PERATURAN PERALIHAN

Pasal 87

Peraturan dan kebijakan lain yang telah ada sebelum ditetapkannya anggaran dasar ini tetap berlaku sepanjang tidak di robah atau bertentaangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini.

BAB XXIX PENUTUP Pasal 88

(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi PMI;

(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mengikat untuk dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi.

(25)

RUMAH TANGGA

(26)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I

NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN Pasal 1

Penggunaan nama Palang Merah Indonesia maupun dengan singkatan PMI, memiliki makna dan arti yang sama.

Pasal 2

(1) PMI sebagai organisasi yang berbadan hukum dan berdasarkan Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 serta Keputusan Presiden RI No. 246 Tahun 1963.

(2) Palang Merah Indonesia diakui oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tanggal 15 Juni 1950 .

(3) Palang Merah Indonesia diterima menjadi anggota ke 68 Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada tanggal 16 Oktober 1950

BAB II KEGIATAN POKOK

Pasal 3

Untuk memenuhi azas dan mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan 6 Anggaran Dasar serta sebagai penjabaran dari mandat dan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dan 9 Anggran Dasar, PMI melakukan kegiatan pokok ;

(1) Pembinaan dan pengembangan organisasi

(2) Penanggulangan bencana termasuk pemulihan hubungan keluarga

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN BAB II KEGIATAN POKOK

BAB III SYARAT KEANGGOTAAN BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA BAB V PEMBERHENTIAN ANGGOTA BAB VI PELINDUNG

BAB VII SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN BAB VIII SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROVINSI,

KABUPATEN/KOTA DAN KECAMATAN BAB IX MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

BAB X PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT LAINNYA

BAB XI SUKARELAWAN BAB XII KARYAWAN/STAF

BAB XIII MARKAS DAN KEPALA MARKAS

BAB XIV PEMBINAAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN BAB XV PEMBENDAHARAAN

BAB XVI UNIT USAHA

BAB XVII PELAYANAN DONOR DARAH BAB XVIII HUBUNGAN DAN KERJA SAMA BAB XIX PENGHARGAAN

BAB XX PERATURAN PERALIHAN BAB XXI PENUTUP

BAB JUDUL PASAL HAL

(1-2) (3) (4-5) (6-7) (8) (9) (10) (11-14) (15) (16-28) (29-30) (31) (32-35) (36-37) (38) (39) (40) (41) (42) (43) (44) 45 45 46 48 49 49 49 50 51 51 55 55 56 57 58 58 58 59 59 59 60

(27)

(korban)

(3) Pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk upaya kesehatan Donor Darah

(4) Penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, serta hukum kemanusiaan internasional

(5) Pembinaan generasi muda dan relawan.

BAB III SYARAT KEANGGOTAAN

Pasal 4

Keanggotaan perhimpunan nasional terbuka untuk setiap orang tanpa ada diskriminasi ras, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, bahasa, golongan, ataupun pandangan politik.

(1) Persyaratan untuk menjadi anggota biasa adalah :

a. Anggota biasa PMI adalah warga negara Republik Indonesia yang telah berusia 18 tahun atau telah menikah

b. Menerima prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

c. Menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan Munas, peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu dan bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam kepengurusan PMI

d. Telah mengikuti pelatihan dan orientasi kepalangmerahan e. Mempunyai prestasi, dedikasi, dan loyal terhadap organisasi

maupun negara, dan tidak tercela

(2) Persyaratan untuk menjadi anggota luar biasa :

a. Warga negara asing dapat berpartisipasi dalam kegiatan perhimpunan nasional sebagai sukarelawan.

b. Menerima prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan Munas, peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu dan bersedia untuk berpartisipasi aktif.

c. telah berusia 18 tahun atau telah menikah. (3) Persyaratan anggota kehormatan adalah :

a. Pejabat yang selama masa jabatannya dan atau tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan;

b. Pejabat dan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan penghargaan atas prestasinya dalam membantu dan atau mengembangkan kegiatan PMI

c. Generasi muda yang mempunyai prestasi luar biasa di bidangnya yang ditandai dengan piagam penghargaan yang pernah diterimanya, dan atau prestasi lainnya.

Pasal 5

(1) Penerimaan anggota dilakukan setelah memenuhi persyaratan keanggotaan seperti diatur dalam pasal 6

(2) Penerimaan anggota dapat dilakukan dengan mendaftarkan diri kepada pengurus kabupaten/kota di wilayah domisili yang bersangkutan

(3) Pengesahan keanggotaan dilakukan oleh pengurus PMI Kabupaten/Kota.

(28)

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 6

(1) Anggota biasa mempunyai hak :

a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan.

b. Menyampaikan pendapat dan mengajukan usul dan saran.

c. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah di tingkat kecamatan.

d. Memiliki hak memilih dan dipilih sebagai pengurus PMI (2) Anggota Luar Biasa mempunyai hak :

a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan

b. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan resmi PMI c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI

(3) Anggota Kehormatan mempunyai hak :

a. Menyampaikan pendapat dan saran kepada PMI diwilayahnya, baik diminta maupun tidak diminta.

b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI.

Pasal 7 Kewajiban Anggota

(1) Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

(2) Mendukung dan mensukseskan seluruh pelaksaan program organisasi. (3) Menjaga nama baik PMI.

(4) Mematuhi AD – ART PMI. (5) Membayar iuran anggota.

(6) Setiap anggota yang pindah domisili melaporkan diri kepada PMI di tempat domisili baru.

BAB V

PEMBERHENTIAN ANGGOTA Pasal 8

(1) Anggota dinyatakan berhenti karena : a. Atas permintaan sendiri.

b. Melanggar AD & ART PMI. c. Berhalangan tetap.

BAB VI PELINDUNG

Pasal 9

(1) Pelindung memberikan saran pertimbangan serta dukungan moril dan materil kepada PMI di setiap tingkatan

(2) Pengurus PMI memberikan laporan kepada pelindung secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali, sesuai tingkatan organisasi

BAB VII

SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN Pasal 10

(1) Dewan kehormatan adalah orang-per orang yang mendapatkan penghargaan dari pengurus sebagai pengakuan atas jasa-jasanya kepada PMI.

(2) Dewan Kehormatan ditetapkan dalam setiap musyawarah untuk masa bakti sesuai dengen kepengurusan dan disahkan satu tingkat diatasnya.

(29)

BAB VIII

SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROPINSI, KABUPATEN/KOTA DAN KECAMATAN

Pasal 11

Pengurus pusat terdiri dari 17 orang yaitu : (1) Ketua Umum

(2) Para Ketua Bidang (3) Sekretaris Jenderal (4) Bendahara Umum, dan (5) Anggota

Pasal 12 Pengurus propinsi terdiri dari 15 orang yaitu :

(1) Ketua

(2) Wakil – wakil Ketua (3) Sekretaris (4) Bendahara, dan (5) Anggota

Pasal 13

Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari 11 orang yaitu :

(1) Ketua

(2) Wakil - Wakil ketua (3) Sekretaris (4) Bendahara, dan (5) Anggota

Pasal 14 Pengurus Kecamatan terdiri dari 7 orang yaitu :

(1) Ketua

(2) Wakil – wakil Ketua (3) Sekretaris (4) Bendahara, dan (5) Anggota

BAB IX

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 15

Kekuasaan tertinggi organisasi PMI berada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya melalui Forum Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Provinsi (MUSPROV), Musyawarah Kabupaten/Kota (MUSKAB/KOTA) dan Musyawarah Kecamatan ( MUSKEC).

BAB X

PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT LAINNYA Pasal 16

Musyawarah Nasional

(1) Musyawarah nasional dihadiri oleh peserta dan peninjau

(2) Peserta Musyawarah nasional adalah pengurus PMI pusat, propinsi, dan kabupaten/kota

(3) Peserta Musyawarah nasional seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki hak bicara dan suara

(30)

(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI pusat

Pasal 17

Musyawarah nasional luar biasa

Musyawarah nasional luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan peserta Musyawarah nasional sebaimana dimaksud pada pasal 18 ART ini

Pasal 18

Musyawarah Kerja nasional

(1) Peserta Musyawarah kerja nasional adalah: Pengurus pusat, Pengurus propinsi, Utusan unit kerja PMI seperti: unit donor darah, rumah sakit. (2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI pusat

Pasal 19 Musyawarah Provinsi

(1) Musyawarah Provinsi dihadiri oleh peserta dan peninjau

(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus PMI pusat, propinsi, dan kabupaten/kota

(3) Peserta Musyawarah Provinsi seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki hak bicara dan suara

(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Propinsi

Pasal 20

Musyawarah Provinsi luar biasa

Musyawarah Propinsi luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan peserta Musyawarah Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ART ini

Pasal 21

Musyawarah Kerja Provinsi

(1) Peserta Musyawarah kerja Propinsi adalah: Pengurus provinsi, Pengurus Kabupaten / Kota dan Utusan unit kerja PMI seperti: unit donor darah, rumah sakit.

(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Provinsi

Pasal 22

Musyawarah kabupaten/Kota

(1) Musyawarah Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau (2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus PMI Provinsi,

dan kabupaten/kota

(3) Peserta Musyawarah kabupaten/kota seperti dimaksud dalam ayat 2 memiliki hak bicara dan suara

(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI kabupaten/kota

Pasal 23

Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa

Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan peserta Musyawarah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ART ini.

Pasal 24

Musyawarah Kerja kabupaten/Kota

(1) Peserta Musyawarah kerja Kabupaten/Kota adalah: Pengurus Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Utusan unit kerja PMI seperti :

(31)

unit donor darah, rumah sakit.

(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Kabupaten/Kota

Pasal 25 Musyawarah Kecamatan

(1) Musyawarah kecamatan dihadiri oleh peserta

(2) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah pengurus PMI Kecamatan, kabupaten/kota dan anggota/relawan.

(3) Peserta Musyawarah Kecamatan seperti dimaksud dalam ayat (36) memiliki hak bicara dan suara.

Pasal 26

(1) Penggantian Kepengurusan yang kosong di PMI Kecamatan, tidak dilakukan melalui musyawarah luar biasa.

(2) Pengantian sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) oleh PMI Kabupaten/Kota.

Pasal 27

Musyawarah Kerja Kecamatan

(3) Peserta Musyawarah kerja Kecamatan adalah : Pengurus kecamatan dan anggota / relawan.

Pasal 28 Rapat PMI

(1) Peserta Rapat PMI adalah Pengurus, Staf dan Relawan.

(2) Peserta rapat PMI sebagimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

dalam peraturan organisasi

BAB XI SUKARELAWAN

Pasal 29

(1) Relawan adalah orang per orangan yang memenuhi syarat sebagai relawan PMI dan menjalankan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan anggaran dasar ini. (2) Keanggotan relawan PMI terbuka bagi semua pihak tanpa dibatasi oleh

keterbatasan fisik dan keterbatasan lainnya.

(3) Anggota PMI yang memiliki keahlian khusus dapat menjadi relawan PMI untuk menunjang kegiatan kepalangmerahan.

Pasal 30

Ketentuan yang berkaitan dengan relawan Remaja, KSR, TSR, ditetapkan dalam peraturan organisasi

Bab XII KARYAWAN/STAF

Pasal 31

Persyaratan, hak, dan kewajiban karyawan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi dan peraturan perudangan yang berlaku.

BAB XIII

(32)

Pasal 32

(1) Struktur organisasi markas ditetapkan oleh pengurus, sesuai dengan peraturan organisasi.

(2) Struktur organisasi markas dapat terdiri dari unit kerja sesuai dengan peraturan organisasi.

(3) Struktur markas, jumlah karyawan dan sistem remunerasi, ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal/sekretaris provinsi/sekretaris kabupaten, dan dilaporkan kepada pleno pengurus sesuai tingkatan.

Pasal 33 Kepala Markas Kualifikasi kepala markas PMI di semua tingkatan :

(1) Memiliki kemampuan dan profesional (2) Memahami manajemen organisasi

(3) Bekerja penuh (full time) sesuai tanggung jawabnya

(4) Kepala markas pusat, provnsi, kabupaten/kota diberhentikan sebelum masa kerjanya berakhir apabila:

a. Berhalangan tetap b. Mengundurkan diri

c. Melanggar AD-ART dan atau peraturan organisasi lainnya

d. Melakukan tindak pidana yang dijatuhi hukuman yang telah berkekuatan tetap

e. Kinerja dinilai buruk.

Pasal 34 Tugas pokok dan fungsi Markas PMI adalah:

(1) melaksanakan dan mengoordinasikan seluruh kegiatan PMI sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus;

(2) melaksanakan tugas-tugas teknis administratif dan teknis operasional kepalangmerahan;

(3) Kepala Markas melaporkan tugas dan tanggungjawabnya kepada pengurus PMI.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut tentang kemarkasan diataur dalam peraturan organisasi.

BAB XIV

PEMBINAAN, PEMBEKUAN, KEPENGURUSAN Pasal 36

Pembinaan

(1) Anggota pengurus melakukan pelanggaran, diberi sanksi organisasi berupa : peringatan, pemberhentian semntara, pemberhentian tetap. (2) Mekanisme sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini di atur

dalam peraturan organisasi.

Pasal 37

Pembekuan Kepengurusan

(1) Kepengurusan PMI dapat dibekukan jika :

a. Masa bakti kepengurusan telah melewati 6 (enam) bulan.

b. Kepengurusan tidak dikelola secara maksimal sesuai dengan AD/ART. (2) Kepengurusan PMI Provinsi/Kabupaten/kota dibekukan oleh Pengurus

PMI Pusat.

(33)

Propinsi, setelah berkonsultasi dengan pelindung kabupaten/kota (4) Kepengurusan PMI yang dibekukan di kendalikan oleh Pengurus Pusat atau kepengurusan PMI yang di tunjuk oleh PMI Pusat.

BAB XV PERBENDAHARAAN

Pasal 38

(1) Kekayaan PMI di semua tingkatan harus ter inventarisasikan

(2) Inventasisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Pengurus Pusat dan Pengurus satu tingkat diatasnya.

BAB XVI UNIT USAHA

Pasal 39

Ketentuan lebih lanjut tentang unit usaha diatur dalam peraturan organisasi.

BAB XVII

PELAYANAN DONOR DARAH Pasal 40

Ketentuan tentang Pelayanan Donor darah diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi

BAB XVIII

HUBUNGAN DAN KERJA SAMA Pasal 41

(1) Kerja sama PMI dengan Pihak lain dilaksanakan melalui PMI Pusat. (2) PMI provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan kerja sama dengan

pihak lain dengan persetujuan pengurus pusat PMI.

BAB XIX PENGHARGAAN

Pasal 42

(1) Pengurus PMI disetiap tingkatan memberikan penghargaan kepada mereka yang telah berjasa terhadap PMI.

(2) Penghargaan dapat berupa : a. Piagam

b. Benda berhara atau c. Surat berharga lainnya

(3) Mekanisme dan tata cara pemberian pengharagaan akan diatur Peraturan Organisasi.

BAB XX PERATURAN PERALIHAN

Pasal 43

Hal hal yang belum di tetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.

(34)

BAB XXI PENUTUP

Pasal 44

(35)

A

(36)
(37)

Salinan dari Salinan

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT NOMOR 25 TAHUN 1950

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Mendengar : Menteri Kesehatan dan Menteri Kehakiman; Menimbang : bahwa menurut perdjandjian-peralihan dalam

penjerahan kedaulatan oleh Keradjaan Belanda kepada Republik Indonesia Serikat semua perdjandjian internasional jang dilakukan oleh Keradjaan Belanda dan berlaku di Indonesia, tetap berlaku untuk Republik Indonesia Serikat, asal sadja dalam perdjandjian internasional itu, karena aturan-aturan jang

dimuatnja, menjebabkan Republik Indonesia Serikat ta' mungkin dapat ikut serta; Menimbang : bahwa Conventie Geneve tentang pekerdjaan palang-merah (1864, 1906, 1929, 1949) adalah suatu perdjandjian internasional seperti dimaksud diatas jang tetap berlaku untuk Republik Indonesia Serikat;

Menimbang : bahwa untuk memenuhi bunjinja Conventie tersebut dianggap perlu adanja suatu perhimpunan jang mendjalankan pekerdjaan palang-merah; Menimbang : bahwa dalam perdjoangan bangsa Indonesia mentjapai kemerdekaan dan kedaulatan tanah-air, pekerdjaan palang-merah itu dikerdjakan dengan memuaskan oleh “Perhimpunan Palang Merah Indonesia”, jang menurut anggaran dasarnja dan dengan njata telah

menundjukkan sebagai perhimpunan jang memberi pertolongan dengan sukarela baik kepada umum maupun kepada badan-badan Pemerintahan istimewa dalam arti fatsal 26 daripada Conventie Geneve; Menimbang : bahwa sudah selajaknja kalau pekerdjaan itu

seterusnja diserahkan kepada perhimpunan tersebut dan menundjuknja sebagai satu-satunja organisasi jang dapat mendjalankan pekerdjaan palang-merah menurut Conventie tersebut di Republik Indonesia serta mengakuinja sebagai badan hukum; Memperhatikan : fatsal 5 perdjandjian-peralihan penjerahan kedaulatan, dan fatsalfatsal 68, 117, 118, 119, 192 dan 193 Konstitutie Republik Indonesia Serikat dan fatsal 2 dari Peraturan pengakuan perkumpulan, sebagai badan-hukum (1870 No. 64);

M e n e t a p k a n :

Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan-hukum; “PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA”

Menundjuk : “Perhimpunan Palang Merah Indonesia” sebagai satu-satunja organisasi untuk mendjalankan pekerdjaan palang-merah di Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864, 1906, 1929, 1949)

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 16 Djanuari 1950. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

ttd (SUKARNO) MENTERI KESEHATAN Ttd (J. LEIMENA) MENTERI KEHAKIMAN, Lampiran III

(38)

ttd (SUPOMO)

Dikeluarkan di Djakarta Pada tanggal 16 Djanuari 1950. DIREKTUR KABINET PRESIDEN,

ttd

(A.K. PRINGGAODIGDO)

Disalin sesuai dengan aslinya oleh Markas Pusat PMI, Februari 2005 Ttd.

Iyang D. Sukandar Sekretaris Jenderal PMI

Sekretariat Negara Sts. 3272/12/63-50 Kabinet Presiden

Salinan dari salinan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 246 TAHUN 1963

TENTANG

PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia merupakan suatu organisasi nasional jang berdiri atas azas peri-kemanusiaan dan karenanja sangat sesuai dengan filsasafah Negara “PANTJASILA” ; : b. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia selama

ini telah menundjukan ektivitasnja sebagai perhimpunan jang selalu memberi pertolongan dengan sukarela baik kepada umum maupun kepada badan-badan Pemerintah ;

: c. bahwa sampai saat ini belum ada peraturan tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia tersebut, sehingga dipandang perlu segera menetapkan peraturan tentang, Perhimpunan Palang Merah Indonesia, terutama mengenai kedudukan dan tugasnja.

Mengingat : 1. pasal 4 ajat 1 Undang-undang Dasar ; 2. Keputusan Presiden No. 25 tahun 1950 tentang

pengesahan Anggaran Dasar dan pengakuan sebagai badan hukum “Palang Merah Indonesia” dan

Referensi

Dokumen terkait

(4) Mentaati segala ketentuan yang telah diatur dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat Anggota, kontrak kerja dan ketentuan lainnya yang berlaku pada

Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Induk Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT

Alhamdulillah untuk melandasi tugas dan kewajiban baik pengurus maupun anggotanya maka dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Paguyuban yang telah dibahas

Menjalankan semua ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Konferensi Besar, Peraturan

Semoga dengan tersusunnya Angaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga ini dapat menjadi pedoman dan landasan pengurus Malang Volley Ball Club ( MVC ) dalam menjalankan

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat Anggota, kontrak Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat Anggota, kontrak kerja dan ketentuan lainnya yang

Segala sesuatu yang tidak atau belum diatur dalam anggaran rumah tangga Segala sesuatu yang tidak atau belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini, diatur dalam Peraturan Ikatan

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam peraturan tersendiri oleh Dewan Pengurus Pusat yang isinya