STANDARD OPERASI DAN PROSEDUR
(SOP)
PENGELOLAAN EMBUNG/SITU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
MACAM TAMPUNGAN AIR (RESERVOAR)
TAMPUNGAN AIR YANG DIBENTUK SECARA
ALAMI (DANAU, SITU), TIDAK PUNYA INLET
SUMBER AIR DARI HUJAN, ADA YANG TIDAK
PUNYA OUTLET
TAMPUNGAN
AIR YANG DIBENTUK OLEH
MANUSIA (BENDUNGAN, EMBUNG) DI
DAERAH NTB EMBUNG ADA YANG MEMPUNYAI
INLET ADA JUGA YANG TIDAK (TADAH HUJAN)
EMBUNG
ADALAH
BANGUNAN
KONSERVASI
AIR
BERBENTUK
KOLAM UNTUK MENAMPUNG AIR
HUJAN DAN AIR LIMPASAN (RUN OFF)
SERTA SUMBER AIR LAINNYA UNTUK
MENDUKUNG USAHA PERTANIAN,
PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN.
TUJUAN PEMBANGUNAN EMBUNG
Diantaranya :
1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run
off) pada wilayah sekitarnya serta sumber air
lainnya yang memungkinkan seperti mata air, parit,
sungai-sungai kecil dan sebagainya.
2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di
musim
kemarau
untuk
tanaman
palawija,
hortikultura
semusim,
tanaman
perkebunan
PADA
UMUMNYA
EMBUNG
MEMPUNYAI TAMPUNGAN AIR YANG
KECIL TETAPI DI NTB ATAU NTT ADA
EMBUNG
YANG
MEMPUNYAI
TAMPUNGAN AIR LEBIH DARI 2 JUTA
M3, CONTOH EMBUNG HALIWEN
DAN EMBUNG HAEKRIT DI NTT
FUNGSI TUNGGAL :
KEPERLUAN IRIGASI ATAU,
PENGENDALIAN BANJIR ATAU,
KONSERVASI DAN PENYEDIAAN AIR ATAU,
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)
FUNGSI MULTIGUNA :
PENYEDIAAN AIR, YANG BERFUNGSI GABUNGAN UNTUK
IRIGASI, PENGENDALIAN BANJIR, RUMAH TANGGA/AIR
MINUM, KONSERVASI , PERIKANAN DARAT, PLTA DAN
PARIWISATA
KEPERLUAN IRIGASI
UNTUK KEPERLUAN IRIGASI HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN ANTARA LAIN :
1. MUKA AIR WADUK UNTUK PENCAPAIN AIR
KE AREAL IRIGASI
2. VOLUME WADUK UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
3. KUALITAS AIR TIDAK MENGANDUK ZAT
KIMIA YANG MEMATIKAN TANAMAN
4. KEBUTUHAN AIR IRIGASI (POLA TANAM)
UNTUK MENENTUKAN POLA OPERASI
KEPERLUAN PENGENDALI BANJIR
YANG HAURUS DIPERHATIKAN HANYA
OPERASI PINTU DAN KAPASITAS PALUNG
SUNGAI DI HILIRNYA
UNTUK ITU PINTU AIR HARUS SELALU DIJAGA
JANGAN SAMPAI MACET ATAU MENEMUI
KENDALA PENGOPERASIANNYA. BILA PINTU
MACET AKAN BERAKIBAT FATAL,
PENGOPERASIANNYA HARUS
MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN PALUNG
SUNGAI AGAR TIDAK SAMPAI MELUAP.
KEPERLUAN PLTA
YANG
HARUS
DIPERHATIKAN
UNTUK
KEPERLUAR
PLTA
ADALAH HEAD ATAU TINGGI
JATUHNYA AIR ATAU DEBIT AIR
YANG KELUAR MELALUI TAILRIS
YANG BERFUNGSI SEBAGAI
TENAGA AIR UNTUK MEMUTAR
TURBINE.
Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar,
juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula di
hilirnya. Di Indonesia sampai saat ini telah terdapat
284
bendungan yang tergolong bendungan besar,
sebanyak
257
bendungan milik Kementerian
Pekerjaan Umum dan sisanya
27
bendungan di
lingkungan lain seperti PLN Persero, Swasta (PT.
INCO) dan lainnya, yang kesemuanya memerlukan
pemeliharaan untuk menjamin kelangsungannya.
Berdasarkan pengalaman yang baru terjadi yaitu
Situ Gintung Ciputat Tanggerang yang tinggi tanggul
kurang dari 15 m dan tampungan air volumenya
kurang dari 500 ribu m
3
, begitu jebol memakan
korban jiwa yang banyak dan kerugian harta benda
yang nilainya sangat besar. Begitu pula bendungan
Sempor Jawa Tengah pada 1 Desember tahun 1967
yang sedang dibangun jebol akibat banjir yang
menimpanya mengakibatkan korban jiwa sekitar
200 orang dan merusak sarana dan prasarana.
Pengalaman jebolnya bendungan dialami juga di
Luar Negeri.
DAFTAR BENDUNGAN,
Alur Pikir
(3/3)
PENURUNAN DAYA DUKUNG/FUNGSI: - Volume berkurang, - Luas berkurang, - Peredaman banjir berkurang.- Kualitas air menurun, - Cepat surut/mengering. PENURUNAN KEAMANAN: - Pintu-pintu rusak, - Tanggul tidak terpelihara, - Kapasitas pelimpah
menjadi tidak cukup.
PENGELOLAAN OPTIMAL:
- Keamanan bangunan terjaga,
- Keselamatan masyarakat terjamin,
- Fungsi berjalan optimal, - Keberadaan situ dapat
lestari. TEKANAN SOSIAL:
- Alih fungsi untuk pemanfaatan lain, - Penyerobotan lahan, - Pengalihan hak tanah
untuk permukiman dll.
BAHAYA:
- Banjir, overtopping, - Tanggul runtuh, - Air tanah tercemar, - Sumber penyakit.
Operasi & Pemeliharaan Optimal
Operasi & Pemeliharaan Tidak Optimal
Peman-tauan ALUR PIKIR
PERMASALAHAN DAN PERLUNYA PEMANTAUAN SITU-SITU
Sekitar 10% Situ Alamiah :
- Di areal depresi
- Tidak dengan Tanggul,
- Tidak ada Resiko runtuh.
Sekitar 90% Situ Buatan :
- Dengan Tanggul , - Resiko tanggul runtuh.
MANFAAT SITU :
- Konservasi;
- Sumber air: irigasi, air baku; - Meredam banjir; - Perikanan. - Pariwisata. TEKANAN LINGKUNGAN: - Pencemaran air bertambah,
- Inflow banjir bertambah, - Sedimantasi bertambah, - Inflow pada musim
kering berkurang,
SITU ADA DI 3 PROVINSI: DKI, JABAR, BANTEN
Jumlah 423 PENGGUNAAN LAHAN: PERUBAHAN - Di hilir: areal Irigasi
menjadi permukiman bahkan perkotaan; - Sekitar situ: lahan
pertanian menjadi permukiman,
- Di hulu: hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman. Tidak Memadai Memadai SOP Pemantauan Situ/Embung
SOP Pemantauan
Situ/Embung diperlukan
sebagai langkah awal
Pemantauan yang
memadai agar dapat
melakukan operasi dan
pemeliharaan secara
optimal
Pasal 21 ayat 1:
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk
melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan
keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang
disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang
disebabkan oleh tindakan manusia.
Pasal 24:
Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,
mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan
pencemaran air.
Dasar Hukum Pengelolaan Situ
Situ merupakan sumber air dan juga prasarana sumber air sehingga wajib
untuk dilindungi dan dilestarikan dengan dijaga jangan sampai rusak apalagi
dirusak.
Penjelasan Pasal 145 ayat 1:
Pemantauan meliputi pengamatan dan pengukuran melalui alat/instrumen
yang dilakukan terus menerus oleh Pengelola bendungan.
Pemeriksaan meliputi pengamatan secara visual, pengujian peralatan
hidro-mekanik dan hidro-elektrik yang dilakukan oleh Pengelola bendungan
secara rutin, tahunan, besar, dan luar biasa.
Dasar Hukum Pemantauan Situ
Berdasar Pasal 137:
Pengelolaan bendungan selain bendungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan sesuai dengan tahapan
pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 .
Berdasar Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 2010
Sedangkan Pasal 74 berisi Penglolaan Bendungan, ini berarti Pemantauan Situ
juga dapat mengacu ke PP 37.
Lingkup Pemantauan
Kegiatan
Metode
Pelaksana
Waktu
Pemantauan
•
Pengamatan dan
Pengukuran alat/
instrumen
•
Pengelola
Bendungan/Embu
ng
•
Terus
menerus
Pemeriksaan
•
Pengamatan visual,
•
Pengujian peralatan
mekanik,
hidro-elektrik.
•
Pengelola
Bendungan/Embu
ng
•
Rutin,
•
Tahunan,
•
Besar,
•
Luar biasa.
Dari PP 37 Tahun 2010 penjelasan pasal 145, lingkup pekerjaan pemantauan dapat
dirinci sebagai berikut.
Kondisi bangunan situ/Embung (tanggul dan bangunan
pelengkap);
Perilaku situ: volume tampungan, aliran masuk, aliran keluar;
Sedimentasi;
Kualitas air;
Pemanfaatan ruang;
Sempadan situ/Embung;
Penggunaan lahan pada daerah tangkapan air.
Sasaran Yang Dipantau
Organisasi Pemantauan Situ
Unit Pengelola, dengan organisasi:
Organisasi ini dapat juga
diletakkan pada Seksi
O&P pada Dinas
PU/PSDA
Pengelola /BBWS Pemantauan Petugas Petugas Petugas/ Penjaga Situ Unit Pengelola Operasi/ Pemeliharaan Petugas PetugasKondisi Bangunan Situ dan
Alat Pemantauannya (Studi Kasus)
No. Nama Situ Tanggul Spillway Penguras Pengambilan Instrumen
1 Ciburuy Urugan Tanah diperkuat
pasangan batu di hulu tidak ada tidak ada Rusak peilskal
2 Kamojing
Urugan Tanah dengan pelindung balok-balok beton
ada Baik Rusak
peilskal, V-Notch, patok geser, penakar hujan
3 Citapen Urugan Tanah diperkuat
pasangan batu di hulu ada Baik Rusak peilskal
4 Gede
Urugan Tanah diperkuat pasangan batu di hulu dan hilir
ada Baik Baik peilskal
5 Lengkong tidak ada tidak ada Baik Rusak peilskal
6 Ranca Beureum Urugan Tanah ada Baik Rusak peilskal
7 Bagendit tidak ada tidak ada tidak ada Baik peilskal
8 Cangkuang Urugan Tanah tidak ada tidak ada Baik
No. Nama Situ Tanggul Spillway Penguras Pengambilan Instrumen
9 Mangga Bolong
Urugan Tanah diperkuat pasangan batu di hulu dan hilir
ada Rusak tidak ada peilskal
10 Babakan
Urugan Tanah diperkuat pasangan batu di hulu dan hilir
ada Baik Baik peilskal
11 Pedongkelan Urugan Tanah diperkuat
pasangan batu di hulu ada Baik tidak ada peilskal
12 Bojong Sari Urugan Tanah ada Baik tidak ada peilskal
13 Pondok Bendo Urugan Tanah diperkuat
pasangan batu di hulu ada Rusak tidak ada peilskal
14 Sasak Tinggi Urugan Tanah diperkuat
pasangan batu di hulu ada Rusak tidak ada peilskal
15 Patrasana Urugan Tanah tidak ada Rusak tidak ada
Kondisi Bangunan Situ dan
Permasalahan Pada Situ
(1/2)
I. BANGUNAN SITU
1. Tanggul
a. Banjir besar apalagi sampai melimpas tanggul. Taraf muka air b. Longsor pada tebing tanggul menyebabkan tanggul menjadi lemah. Geser/turun
c. Bocoran yang membawa bahan-bahan penyusun tanggul. Rembesan di lereng hilir d. Tanggul pecah dan menjadi jalan bocornya yang cepat membesar. Retakan
2. Pelimpah
a. Kurang atau tidak cukupnya kapasitas pelimpah. Pelimpah sering penuh b. Terganggunya aliran hingga melimpah tidak optimal. Timbunan material di alur
c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
3. Bangunan Penguras
a. Pintu tidak berfungsi. Pintu diuji operasi
b. Terganggunya aliran di hulu dan hilir pintu. Timbunan material di alur c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
4. Bangunan Pengambilan
a. Pintu tidak berfungsi. Pintu diuji operasi
b. Terganggunya aliran di hulu dan hilir pintu. Timbunan material di alur c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
Permasalahan Pada Situ
(2/2)
II. AREAL TAMPUNGAN
1. Seberapa air yang masih tertampung di situ. Taraf muka air
2. Seberapa debit yang masuk ke situ. Taraf muka air masuk/hujan
3. Seberapa debit yang keluar dari situ. Taraf muka air keluar
4. Sampah, mengurangi kuantitas dan kualitas air situ. Sampah
5. Pencemaran, mengurangi kualitas air situ. Warna dan bau air
6. Gulma air, mengurangi kuantitas air situ. Gulma air
7. Sedimentasi, mengurangi kuantitas air situ. Kekeruhan air dan endapan
8. Alih fungsi lahan. Lahan yang dialih fungsikan
III. SEMPADAN
1. Perubahan penggunaan sempadan. Penggunaan lahan
2. Sumber pencemaran di sempadan. Sumber pencemaran
IV. DERAH TANGKAPAN AIR
1. Perubahan penggunaan lahan: hutan jadi ladang jadi permukiman. Penggunaan lahan
2. Sumber pencemaran: pembuangan sampah, pertambangan. Sumber pencemaran
Kebutuhan Pemantauan
(1/2)
I. Bangunan
1. Tanggul
a. Rembesan/bocoran Pengamatan kalau ada rembesan atau bocoran,
Pengamatan papan duga muka air pengukur rembesan (V-Notch)
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Geser/turun Pengamatan kalau tubuh tanggul bergeser (horisontal dan vertikal),
Pengukuran secara geodetik bila ada patok tetap dan patok geser.
2. Spillway
a. Kinerja Pengamatan saat banjir: pelimpah cukup atau tidak
Pengamatan saat tidak banjir: ada material pengganggu atau tidak
b. Retakan Pengamatan kalau ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada rembesan di sambungan pasangan dan tanah
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
3. Bangunan Penguras
a. Kinerja Pengamatan apakah pintu dapat dioperasikan,
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada bocoran melalui kanan, kiri bangunan
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
4. Bangunan Pengambilan
a. Kinerja Pengamatan apakah pintu dapat dioperasikan,
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada bocoran melalui kanan, kiri bangunan
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
Kebutuhan Pemantauan
(2/2)
II. Areal Tampungan
1. Air Tertampung Pengukuran taraf tampungan air situ dengan papan duga muka air, 2. Debit masuk Pengukuran taraf aliran masuk dengan papan duga muka air,
3. Debit Melimpah Pengukuran taraf aliran melimpah dengan papan duga muka air,
4. Debit pengambilan Pengukuran debit dengan papan duga muka air di Bang. Pengambilan 5. Sampah Pengamatan ada/tidak sampah dan berapa % menutup situ.
Kualitas air Pengamatan secara visual perubahan kualitas air
6. Pengambilan sampel dan uji kualitas air di laboratorium. 7. Gulma air Pengamatan ada/tidak gulma air dan berapa % menutup situ. 8. Sedimentasi Pengamatan ada/tidak, banyak/sedikit sedimen yang masuk,
Pengukuran pendangkalan dan penyempitan situ. 9. Alih Fungsi Lahan Pengamatan apakah ada alih fungsi lahan situ
Memperkirakan luas lahan yang dialih-fungsi.
III. Sempadan
1. Penggunaan lahan Pengamatan apakah ada perubahan penggunaan lahan, Memperkirakan luas lahan yang berubah.
2. Sumber Pencemaran Pengamatan apakah ada sumber pencemaran di sempadan,
IV. Daerah Tangkapan Air
1. Penggunaan lahan Pengamatan apakah ada perubahan penggunaan lahan Memperkirakan luasnya perubahan lahan
2. Sumber pencemaran Pengamatan ada/tidak sumber pencemaran
Ilustrasi Hubungan Pemantauan
(1/2)
A
B
(2/2)
A
B
C
Mengacu ke PP 37 pasal 3, pasal 137 dan pasal 74:
Situ, khususnya yang buatan, termasuk bendungan juga
tetapi tidak termasuk yang dimaksud pada pasal 3 ayat 2
(a, b dan c).
Pengelolaan situ dilakukan sesuai dengan tahapan
pengelolaan bendungan.
Pemantauan merupakan bagian dari pengelolaan, maka:
Pemantauan Situ tetap mengacu kepada pemantauan
bendungan,
Situ lebih sederhana dengan alat pemantauan yang
terbatas, sehingga pemantauannya juga sederhana.
Prisip Pemantauan Situ adalah Sederhana, tetapi bisa
mendapatkan indikasi bila ada gejala atau penyebab yang
dapat memicu kegagalan bangunan:
Rembesan,
Pergerakan tanggul (tubuh bendungan): penurunan,
pergeseran;
Kerusakan a.l. longsoran, pengikisan dan retakan;