• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Hipotesis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengujian Hipotesis"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi)

Oleh :

TINI HENDRAYATI 110210302024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER 2013

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengujian Hipotesis” dengan baik. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, teman-teman kami dan keterlibatan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.

Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah “Metodologi Penelitian Bidang Studi” dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.

Dalam pembuatan gagasan tertulis ini, penulis menyadari bahwa terdapat beberapa kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak.

(3)

3 DAFTAR ISI Halaman Judul KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Rumusan Masalah ... 2 1.3.Tujuan ... 2 BAB 2. PEMBAHASAN ... 4

2.1.Pengertian pengujian hipotesis ... 4

2.2. Syarat-syarat pengujian hipotesi ... 6

2.3. Ciri-ciri hipotesis yang baik ... 8

2.4. Jenis-jenis pengujian hipotesisi ... 9

2.4.1. Jenis Hipotesis secara umum ... 10

2.4.2. Hipotesis berdasarkan arah atau bentuk formulasi hipotesis ... 14

2.5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis ... 16

2.6. Sumber-sumber perumusan hipotesis ... 19

(4)

4

2.8. Hipotesis dan estimasi ... 20

2.9. Cara menguji hipotesis ... 21

2.10. Pengujian hipotesis dalam analisa inferensi ... 22

2.11. Hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti ... 23

2.12. Penelitian tanpa hipotesis ... 25

BAB 3. PENUTUP ... 27

3.1. Kesimpulan ... 27 3.2. Saran ...

(5)

5

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. (Arikunto, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas

(6)

6

mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian hipotesis? 2. Apa saja syarat-syarat hipotesis? 3. Apa saja ciri-ciri hipotesis? 4. Apa Jenis-jenis hipotesis?

5. Bagaimana bentuk-bentuk perumusan hipotesis? 6. Apa sumber-sumber perumusan hipotesis? 7. Apa hipotesis penelitian dan hipotesis statistik? 8. Apa hipotesis dan estimate?

9. Bagaimana cara menguji Hipotesis?

10. Bagaimana pengujian hipotesis dalam analisa inferensi?

11. Apa hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti? 12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang. 1. Pengertian hipotesis.

2. Syarat- syarat hipotesis 3. Ciri-ciri hipotesis 4. Jenis-jenis hipotesis.

5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis. 6. Sumber-sumber perumusan hipotesis. 7. Hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. 8. Hipotesis dan estimate.

(7)

7 9. Cara menguji hipotesis.

10. Cara pengujian hipotesis dalam analisa inferensi. 11. Sebab suatu hipotesis tidak terbukti.

(8)

8

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengujian Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan “pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan Antara variabel-variabel di dalam persoalan. (W.Gulo : 2002).

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti menggali informasi dan data.

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA(dalam buku Arikunto, 2006:71), tentang pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu:

(9)

9

1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca.

2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.

Berkaitan dengan hipotesis yang di rumuskan peneliti dapat bersikap dua hal: 1) Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).

2) Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:

1) Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat.

2) Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.

3) Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bias menimbulkan akibat tersebut.

Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting

(10)

10

sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya (Arikunto, 2006).

G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:

1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude). 2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).

3. Penelitian hubungan (relationship).

2.2 Syarat-Syarat Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.

Borg dan Gall (dalam buku Arikunto,2006: 73) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.

Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.

2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.

Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable

(11)

11

tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.

3) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

Rumusan hipotesis kerja:

a. Jika………maka……… Contoh:

Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik. b. Ada perbedaan antara……… ….dan

Contoh:

Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.

c. Ada pengaruh………terhadap………… Contoh:

Ada pengaruh makanan terhadap berat badan. 2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho

Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan sttistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel. Dengan kata lain, selisish verbal pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.

(12)

12

a. Tidak ada perbedaan antara…………..dengan……….. Contoh:

Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswatingkat II dalam disiplin kuliah.

b. Tidak ada pengaruh…………..terhadap………….. Contoh:

Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.

Dalam pembuktian hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruhi pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.

2.3. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:

a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel dependen dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana hubungannya.

(13)

13

b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan

Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya. c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik

Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

d) Hipotesis harus bisa diuji.

Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.

(14)

14 2.4 Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis

Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya. Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh.

Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan lebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan desain penelitian yang digunakan. 2.4.1 Jenis Hipotesis Secara umum

Secara umum hipotesis dapat diuji melalui dua cara, yaitu mencocokkan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis.

1.Menguji hipotesis dengan konsistensi logis

Penggunaan logika memang berperan penting dalam menguji hipotesis dengan konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi alas an. Karena cara memeberi alas an adalah berkenaan dengan berfikir tentang berfikir. Secara lebih luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan, dengan mana fakta-fakta diamati, bukti-bukti dikumpulkan, dan kesimpulan yang wajar diambil. Dengan demikian, logika tidak lain adalah metode memberi alasan. Cara penarikan kesimpulan dengan berfikir secara valid dinamakan berfikir secara logis.

Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara dalam

(15)

15

memberi alasan, yaitu cara deduktif, (dari umum menjadi spesifik), dan cara induktif, (dari spesifik menuju umum.

a. Alasan deduktif

Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berfikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya dengan jalan menggunakan pola berfikir yang disebut sillogisma. Sillogisma berasal dari kota Yunani yang berarti sama-sama. Suatu sillogisma terdiri dari tiga kalimat, dimana dua kalimat pertama adalah dua proposisi atau premis dan kalimat terakhir adalah suatu kesimpulan. Premis-premis gunanya untuk memberikan dasar atau alsan agar memperoleh esimpulan pada kalimat ketiga.

b. Alasan induktif

Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi alasan yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan untuk menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena. Karena dalam kehidupan jagat raya ilmu tidak menggugat pencipta, tetapi menelaah sebab dan akibat dari kejadian di jagad raya yang telah diciptakan Allah. Alasan-alasan induktif banyak digunakan dalam pembuktiannya.

Dalam alasan nduktif, suatu kesimpulan umum ditarik dari pernyataan spesifik. Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, ayam ada mulut, kuda ada mulut, kambing ada mulut, burung ada mulut, maka ditarik kesimpulan bahwa semua binatang ada mulut.

Dalam menguji hipotesis seacara konsistensi logis, tidak ada suatu ketentuan apakah seorang peneliti harus menggunakan alasan deduktif atau induktif. Dengan perkataan lain, dalam proses pengujian hipotesis peneliti tidak mempunyai batasan yang nyata dalam memberikan alasan untuk menguji, mengutak-ngatik data, serta

(16)

16

variabel khas untuk menguji hipotesis ataupun dari suatu hal yang umum diturunkannya ke sifat-sifat khas untuk menguji hipotesis.

Alasan deduktif sering digunakan oleh si peneliti untuk menguji hipotesis. Dari hubungan-hubungan yang kompleks dari fenomena dapat ditarik suatu proposisi sebagai suatu factor penyebab dalam pengujian hipotesis. Dalam hal ini, si peneliti menyaring dari perilaku yang kompleks sebuah ide yang cocok dengan hipotesisnya. Cara deduksi memberi tiga keuntungan (Cohen, 1931).

a. Menolong menemukan beberapa asumsi yang benar serta memperbanyak hipotesis alternative sebagai hipotesis pendamping.

b. Deduksi serta akibat-akibatnya akan memperjelas arti hipotesis sehingga akan menolong proses pengujian hipotesis.

c. Proses induksi dalam cara berfikir dapat membantu menghindari hal-hal yang tidak relevan, dan induksi merupakan kunci untuk menyelesaikan teka-teki. Penggunaan alasan induksi dalam menguji hipotesis mempunyai dua macam keuntungan. Pertama, pernyataan atau kesimpulan yang diambil yang mempunyai sifat umum, lebih ekonomis. Berbagai fakta mempunyai hubungan dan pengumpulan fakta tesebut dapat merupakan satu esensi yang menyeluruh. Kedua, pernyataan yang bersifat umum tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan alasan lebih lanjut, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif, dari pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan menjadi sifat yang lebih umum lagi. Misalnya, karena binatang mempunyai mulut, dan manusia mempunyai mulut, maka disimpulkan bahwa semua mahkluk Tuhan mempunyai mulut.

2. Menguji dengan Mencocokkan Fakta

Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan fakta. Hal ini sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan. Si peneliti, dalam hal ini, mengadakan percobaan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk

(17)

17

menguji hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan control. Kontrol dalam suatu percobaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Dengan manipulasi fisik

Manuipulasi fisik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan menggunakan berbagai alat. Manipulasi fisik dapat berupa manipulasi mekanis dengan menggunakan listrik, dengan cara pembedahan, dengan cara farmakologi, dan sebagainya. Misalnya seorang peneliti ingin melihat pengaruh pemangkasan terhadap produksi kopi. Si peneliti adan melakukan manipulasi fisik terhadap kopi percobaannya, yaitu memangkas tanaman kopi secara mekanis, dengan menggunakan pisau pemangkas. Seorang peneliti lain akan mencoba efekivitas racun hama, maka ia akan melakukan manipulasi farmakologis dalam percobaan di laboratorium akan melakukan manipulasi kimiawi. Sering kali, peneliti melakukan banyak ragam manipulasi dalam satu percobaan

b) Dengan pemilihan bahan atau desain.

Control dalam percobaan juga dapat dikerjakan dengan seleksi, baik seleksi bahan ataupun seleksi terhadap desain percobaan yang akan digunakan. Dalam metode percobaan, si peneliti dapat memilih sesuka hati bahan-bahan yang digunakan asal saja bahan tersebut sesuai dengan tujuan ( apakah menggunakan cangkul, peptisida, rumpur, pupuk, dan sebagainya), ataupun masalah penelitian yang dipilih (apakah pemupukan, penyiangan, penyemprotan, dan sebagainya).

Dengan desai percobaan yang dipilih jumlah replikasi dan perlakukan dapat di atur, dan pengamatan dilakukan untuk menguji hipotesis. Jika data cocok dengan hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya, jika hasil percobaan tidak cocok dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak atau di simpan.

(18)

18

Contoh pengujian hipotesis dengan cara memcocokkan dengan fakta dapat dilihat sebagai berikut.

Seorang peneliti dahadapkan kepada masalah berikut.

Apakah diperlukan cahaya supaya biji jagung dapat tumbuh? Dari masalah ini si peneliti merumuskan sebuah hipotesis nul. Yaitu biji jagung tidak memerlukan cahaya untuk tumbuh. Hipotesis tersebut diuji dengan cara mencocokkan dengan fakta dari percobaan.

1. Masalah

Apakah biji jangung memerlukan cahaya untuk tumbuh 2. Hipotesis

Biji jagung tidak memerlukan cahanya untuk tumbuh 3. Ho.Alternatif

Biji jagung memerlukan cahanya untuk tumbuh 4. Menguji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan mengadakan percobaan

a) Si peneliti menyediakan biji jangung yang daya kecambahnya baik b) Disediakan suatu tempat di mana kondisi tanah, suhu, cuaca,dan

sebagainya cukup ideal untuk pertumbuhan jagung c) Si peneliti membagi biji jagung atas dua perlakuan:

- Sebagian dibiarkan memperoleh cahaya - Sebagain lagi tidak diberi cahaya (ditutup) d) Si peneliti melakukan pengamatan selama tujuh hari 5. Hasil Pengamatan

Biji jagung yang kena cahaya tumbuh dengan baik dalam tempo tujuh hari. Sebaliknya biji jagung yang tertutup (tanpa cahaya) tidak tumbuh dalam tempo tujuh hari.

6. Kesimpulan

Biji jagung memerlukan cahaya untuk tumbuh. Dengan perkataan lain, si peneliti menolak hipotesis nulnya, dan menerima hipotesis alternatif.

(19)

19

2.4.2 Hipotesis Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesis a) Pengujian Hipotesis Dua Pihak (two tail test)

Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi “tidak sama dengan”.

Ho : β = 0 Ha : β ≠ 0

b) Pengujian Hipotesis Sisi Kiri

Pengujian hipotesis sisi kiri adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan”.

Secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut: Ho : β 1 ≥ 0

Ha : β 1 < 0

c) Pengujian Hipotesis Sisi Kanan

Pengujian hipotesis sisi kanan adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan”.

Ho : β 1 ≤ 0 Ha : β 1 > 0

2). Berdasarkan Jenis Parameter

(20)

20

Pengujian tentang hipotesis rata-rata adalah pengujian hipotesis mengenai populasi yang didasarkan atas data sampelnya.

Contoh:

1) Pengujian hipotesis beda dua rata-rata

2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua rata-rata b) Pengujian hipotesis tentang proporsi

Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah pengujian hipotesis mengenai proporsi polpulasi yang didasarkan atas data sampelnya.

Contoh:

1) Pengujian hipotesis beda dua proporsi

2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua proporsi

2.5 Bentuk-Bentuk Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji atau jenis permasalahannya maka perumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri yang tidak dalam bentuk perbandingan atau hubungan.

Contoh:

Jika perumusan masalahnya berbentuk sebagai berikut:

(21)

21

2) Seberapa baik gaya kepemimpinan Bupati didaerah “X”? Perumusan hipotesis deskriptif adalah:

1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” adalah lima juta setiap panen.

2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” hanya mendekati 40% dari yang diharapkan.

2.Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan anatara sutu variabel dengan variabel lainnya.

Contoh:

Jik perumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” dibandingkan dengan rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”?

2) Bagaimana gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” dibandingkan dengan gaya kepemimpinan Bupati di daerah “Y”?

Perumusan masalahnya adalah:

1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” lebih rendah daripada rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”.

2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “x” lebih buruk dibandingkan dengan gaya kepemimpinan Bupati daerah “Y”.

(22)

22

Hipotesis asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau lebiih variabel dengan satu atau variabel lainnya.

Contoh:

Jika perumusan maslah berbentuk sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk hubungan antara insentif dengan prestasi karyawan? 2) Bagaimana bentuk hubungan antara pajak dengan investasi?

Perumusan hipotsesi asosiatifnya adalah:

1) Ada hubungan positif antara insentif dengan prestasi karyawan 2) Ada hubungan negative antara pajak dengan investasi

Berdasarkan uji statistic, perumusan hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Hipotesis Nol atau Hipotsesis Nihil

Hipotesis Nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang diuji, disimbulkan dalam bentuk Ho. Hipotesis Nol sering dinyatakan dalam bentuk: tidak ada perbedaan, tidak ada pengaruh, dan sebagainya.

Contoh

1) Tidak ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulus S1 dengan PNS yang lulusan S2.

2) Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan.

(23)

23

Hipotesis alternatif (disimbolkan Ha) adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan hipotesis nol. Hipotesis alternatif sering dinyatakan sebagai: ada perbedaan, ada pengaruh, dan lain sebagainya.

Contoh perumusan hipotesis alternative:

1) Ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulusan S1 dengan PNS yang lulusan S2.

2) Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan

2.6 Sumber-Sumber Perumusan Hipotesis a) Hasil penelitian terdahulu

Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada di9susun kembali menjadi hipotesis yang kemudian diuji kemmbali kebenarannya.

b) Teori dan Konsepsi

Teori-teori dan konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian.

c) Dari peneliti sendiri

Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya.

(24)

24

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.

Contoh:

Hipotesis penelitian:

“Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai” Hipotesis statistik”.

Ho: Tidak ada hubungan positif antara penelitian dengan kinerja pegawai.

Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai.

2.8 Hipotesis Dan Estimasi

Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan interval estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter populasi didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sebagai contoh, penghasilan petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi Rp. 1000.000/bulan. Sedangkan taksiran interval (interval estimate) adalah metode menaksir parameter populasi yang didasarkan pada nilai interval rata-rata ata sampel. Contohnya, penghasilan petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000 setiap bulannya.

Penaksiran dengan point estimate memiliki resiko lebih besar disbanding penaksiran dengan interval estimate. Makin besar interval taksirannya akan semakin kecil kemungkinan kesalahannya. Estimate interval sangat erat kaitannya dengan selang kepercayaan (confidence interval). Yaitu interval yang menunjukkan rentang

(25)

25

kepercayaan peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden, yang biasanya ditunjukan dengan angka minus dan plus. Untuk memeproleh rentang kepercayaan peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden diperlukan tingkat kepercayaan atau derajat kepercayaan. Tingkat kepercayaan yang sering digunakan adalah 90%,95% dan 99%

2.9 Cara Menguji Hipotesis

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat

dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2½%.

Daerah kritik Daerah Penerimaan

(26)

26

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari perhitungan Z-score dengan rumus:

Z= X - X SD

Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan, tidak diterima.

2.10 Pengujian Hipotesis dalam Analisa Inferensi

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bias benar atau salah.

Ada beberapa langkah untuk menguji hipotesis, yaitu: a. Merumuskan hipotesis

Pada analisa inferensi menggunakan hipotesis yang untuk diuji. Hipotesis digunakan untuk menguji data sampel untuk digeneralisasikan kepada populasi. Pada tahap perumusan hipotesis, kita merumuskan dua hipotesis yaitu: Ho dan Ha.

 Hipotesis Nol (Ho)  Hipotesis Alternatif (Ha) b. Merumuskan Hipotesis

(27)

27

Parameter sampel dapat dikatakan mewakili atau sama dengan parameter populasi apabila hasil uji statistiknya mengatakan signifikan. Untuk melakukan uji statistik, kita perlu menentukan tingkat kepercayaan (confidence level) untuk mendapatkan populasi. Misalnya derajat kepercyaan 95% menunjukan bahwa peneliti 95% yakin bahwa populasi penelitian jika ditanya akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam rentang derajat kepercayaan yang telah ditetapkan tersebut.

Kemudian selang kepercayaan (confidence interval) adalah interval yang menunjukkan rentang kepercayaann peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden, yang biasanya ditunjukan dengan angka minus dan plus. Sebagai contoh jika peneliti menggunakan interval kepercayaan 4 dan dari hasil penelitian diperoleh data 47% responden menjawab “ya” dapat berarti bahwa yang menjawab “ya” sebenarnya terentang antara 43% (47-4) dan 51% (47+).

d. Melakukan uji statistik

Uji statistik misalnya tes, anova, chi square. e. Melakukan analisa dan menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan bias diartikan penetapan keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis nol. Didalam output SPSS, kita bias secara langsung membuat keputusan dengan didasarkan pada nilai probalitas (sig). Dengan tingkat percayan 5%, kita dapat mengambil keputusan.

2.11 Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Suatu Hipotesis Tidak Terbukti 1) Teori yang tidak kontekstual dengan kondisi penelitian yang akan dilakukan.

Bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang valid atau kurang relevan diterapkan maka hipotesisnya akan menjadi salah. Hal ini dapat terjadi karena

(28)

28

peneliti salah dalam memilih sumber bacaan atau kurang dalam membaca kepustakaan, sehingga tidak menetahui informasi terakhir di bidang tersebut.

2)Kesalahan sampling

Yaitu apabila sampel yang diambil tidak representatif. Baik karena terlalu kecil atau kurang merata, sehingga tidak mencerminkan karakteristik dari populasi.

3)Kesalahan perhitungan

Walaupun metode dan rumus yang digunakan sudah benar, tapi kalau terjadi kesalahan dalam menghitung akan menjadi hipotesis salah, meskipun kebenaran hipotesis tersebut sudah benar.

4)Kesalahan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman untuk menentukan langkah-langkah penelitian guna menguji hipotesis. Apabila rancangannya salah sudah bvarang tentu hipotesisnya tidak terbukti.

5)Pengaruh Varibel Luaran

Bila pengaruh variable luaran terdapat data yang sangat kuat, sehingga data yang dikumpulkan buklan data yang dimaksud, mak hipotesis tidak dapat terbukti,

Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang diambil berupa penerimaan atau penolakan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian bias benar atau bias juga salah. Apabila hipotesis benar seharusnya tidak ditolak (diterima). Tetapi apabila hipotesis salah seharusnya ditolak. Namun, dapat pula terjadi keslahan yaitu hipotesis yang benar dan seharusnya tidak ditolak malah ditolak.

(29)

29 Ada dua tipe kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan tipe I adalah bentuk kesalahan apabila menolak Hipotesis Nol (Ho) yang benar (yang seharusnya diterima), tingkat keslahannya dinyatakan dengan σ (alpha).

2. Kesalahan tipe II adalah bentuk kesalahan menerima hipotesis yang salah (yang seharusnya ditolak), tingkat kesalahannya dinyatakan dengan β (beta).

Tingkat kesalahan selanjutnya disebut tingkat signifikansi (level of significant). Ketika kita menguji hipotesis pasti menentukan tingkat signifikansi terlebih dahulu, biasanya 1% atau 5%. Uji hipotesis dengan tingkat signifikansi 5%, berarti penelitian yang dilakukan terhadap 100 sampel dari suatu populasi maka akan terdapat 5 kesalahan.

2.12 Penelitian Tanpa Hipotesis

Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butirbutirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.

Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan. Daerah kritik 2.% Daerah Kritik 2.%

(30)

30

Contoh: Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.

Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan).

Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan) Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?

Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A.

(31)

31

BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti menggali informasi dan data.

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:

a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel dependen dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana hubungannya.

(32)

32

b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan

Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.

c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik

Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

d) Hipotesis harus bisa diuji.

Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi

(33)

33

hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.

Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan interval estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter populasi didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel.

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).

3.2 Saran

Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin kompleks mengikuti perkembangan masa.

(34)

34

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Indonesia: Ghalia

Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.

Sumber Internet :

Herlina. Ika. Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya. [Serial Online] http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN-HIPOTESIS.pdf (di akses pada tanggal 5 november 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi unit AC akan berkurang dengan pemakaian yang terus menerus dengan kenaikan getaran dari kompresor dan suara bising menjadikannya semakin keras. Keadaan sirkulasi panas

c.mengedarkan benih bina yang tidak sesuai dengan label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); d.mengeluarkan benih dari atau memasukkan ke dalam wilayah Negara

Tingkat likuiditas yang dicapai oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna dengan menggunakan current ratio dan quick ratio sudah cukup baik, HMSP mampu membayar liabilitas

Pada Gambar 4.5 merupakan gambar tampilan program pada game 2 level 3 yang mana menjelaskan tentang yang akan terjadi pada game 2 level 3, untuk lanjut ke game berikutnya klik

Kegiatan sosialisasi pendidikan perilaku makan sehat dilakukan untuk memberikan wawasan tentang kepentingan PJAS yang sehat, aman, dan bergizi melalui

Penelitian sebelumnya mengenai katalis berbasis pengemban β-zeolit untuk konversi sitronelal telah banyak dilaporkan, antara lain adalah Ni/Zr-beta (Nie et al.

Batas maksimum penambahan lemak dalam pembuatan sosis yaitu sebesar 25% (Erdiansyah 2006). Selain itu, penyusun dari kedua sosis pun berbeda, dilihat dari analisis proksimat

Hasil pertandingan akan tersimpan dengan tabel klasemen sebagai penentu juara di akhir musim bagi yang menempati peringkat pertama. Dalam hal prediksi melalui track record sebuah