• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP HIPERTENSI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH KEPERAWATAN KEPERAWATAN KLINIK KLINIK VIVI (KEPERAWAT

(KEPERAWATAN AN MEDIKAL BEDAH)MEDIKAL BEDAH)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSIHIPERTENSI

Disusun Oleh Kelompok I (Program A 2010) Disusun Oleh Kelompok I (Program A 2010)

FANNY SATRIA FANNY SATRIA  NOVIE MERIDA  NOVIE MERIDA SITI RAHMAYANI SITI RAHMAYANI SITI ZURAIDA SITI ZURAIDA

Dosen pembimbing : Yesi Hasneli N, SKp, MNS Dosen pembimbing : Yesi Hasneli N, SKp, MNS

PROGRAM STUDI ILMU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANKEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU PEKANBARU 2012 2012

(2)

KATA

KATA PENGANTARPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yesi Hasneli N, SKp,MNS selaku dosen Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yesi Hasneli N, SKp,MNS selaku dosen  pembimbing yang

 pembimbing yang telah telah membimbing dalam membimbing dalam menyelesaikan menyelesaikan makalah inimakalah ini. . Serta kepada Serta kepada pihakpihak  – 

 –  pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah Keperawatan Klinik VI Makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah Keperawatan Klinik VI (Keperawatan Medikal Bedah) dengan judul

(Keperawatan Medikal Bedah) dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien DenganAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Hipertensi.

Hipertensi. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klienDiharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan hipertensi dengan benar dan tepat.

dengan hipertensi dengan benar dan tepat.

Penulis menyadari masih ada kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan Penulis menyadari masih ada kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan kalimat dalam makalah ini. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut kalimat dalam makalah ini. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada pembaca dan teman-teman Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada pembaca dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah i

sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.ni.

Pekanbaru,

Pekanbaru, September September 20122012

Penulis Penulis

(3)

KATA

KATA PENGANTARPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yesi Hasneli N, SKp,MNS selaku dosen Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yesi Hasneli N, SKp,MNS selaku dosen  pembimbing yang

 pembimbing yang telah telah membimbing dalam membimbing dalam menyelesaikan menyelesaikan makalah inimakalah ini. . Serta kepada Serta kepada pihakpihak  – 

 –  pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah Keperawatan Klinik VI Makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah Keperawatan Klinik VI (Keperawatan Medikal Bedah) dengan judul

(Keperawatan Medikal Bedah) dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien DenganAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Hipertensi.

Hipertensi. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klienDiharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan hipertensi dengan benar dan tepat.

dengan hipertensi dengan benar dan tepat.

Penulis menyadari masih ada kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan Penulis menyadari masih ada kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan kalimat dalam makalah ini. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut kalimat dalam makalah ini. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada pembaca dan teman-teman Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada pembaca dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah i

sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.ni.

Pekanbaru,

Pekanbaru, September September 20122012

Penulis Penulis

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... ... ii DAFTAR

DAFTAR ISI ...ISI ... ... iiii BAB I

BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.

A. Latar Latar Belakang Belakang Masalah Masalah ... ... 11 B.

B. Rumusan Rumusan Masalah ...Masalah ... ... 22 C. C. Tujuan Tujuan ... ... 22 BAB II BAB II TINJAUAN TEORITIS TINJAUAN TEORITIS A.

A. Definisi Definisi Hipertensi Hipertensi ... ... ... ... 33 B.

B. Etiologi Etiologi Hipertensi ...Hipertensi ... ... 44 C.

C. Manifestasi Manifestasi Klinis Klinis Hipertensi Hipertensi ... ... 55 D.

D. Evaluasi Evaluasi Diagnostik Diagnostik Hipertensi Hipertensi ... ... 66 E.

E. Diagnosa Diagnosa dan dan Intervensi Intervensi Keperawatan Keperawatan ... .... 66 F.

F. Klasifikasi Klasifikasi Hipertensi Hipertensi ... ... 77 G. G. Fisiologi Fisiologi ... ... 1111 H. H. Patofisiologi Patofisiologi ... . 1414 BAB III BAB III TINJAUAN KASUS TINJAUAN KASUS A.

A. Uraian Uraian Kasus Kasus ... ... 1616 B.

B. Pengkajian Pengkajian ... ... 1616 C.

(5)

D.

D. WOC WOC Sesuai Sesuai Kasus ...Kasus ... ... 2121 E.

E. Asuhan Asuhan Keperawatan Keperawatan ... ... 2222 F.

F. Penatalakasanaan Penatalakasanaan Farmakologi Farmakologi dan dan Non Non Farmakologi Farmakologi ... ... 2525 G.

G. Health Health Education Education (HE), (HE), leaflet ...leaflet ... ... 2929 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang terus-menerus (Valentina, 2008). Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 20% atau satu dari lima orang penduduk mengalami hipertensi.Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi, tetapi telah dilakukan  penelitian metodologis oleh para ahli. Dari hasil penelitian diperkirakan bahwa persentasi  penduduk usia 20 tahun yang menderita hipertensi adalah 1,8-2,86 %. Namun sebagian besar  penelitian menyatakan 8,6-10%. Persentase penderita hipertensi di perkotaan lebih besar dari  pedesaan.Penelitian lain menunjukkan angka prevalensi antara pria dan wanita adalah 6,0%

dan 11,6% (Dalimartha, 2008).

 Prevalensi penderita hipertensi primer di Riau adalah 8,4% berdasarkan hasil diagnosis tenaga kesehatan, 8,8% gabungan diagnosis dan minum obat, dan 33,9% berdasarkan hasil  pemeriksaan.Berdasarkan data dari Dinas Kota Pekanbaru (2009), hipertensi primer masuk

ke dalam 10 besar kasus penyakit terbanyak di Pekanbaru dengan angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki. Kasus terbanyak terjadi di Puskesmas Sidomulyo dengan jumlah penderita 29,19%, Puskesmas Limapuluh jumlah penderita 21,33%,  Puskesmas Harapan Raya dengan jumlah penderita 17,70%, Puskesmas Sail dengan jumlah  penderita 16,49%, serta Puskesmas Pekanbaru Kota dengan jumlah penderita 15,29%

(Antoni, 2011)

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi primer. Konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, kurangnya olahraga yang rutin, berlebihan asupan kopi atau alcohol, dan merokok (Antoni, 2011). Munculnya gejala dan ancaman berbagai penyakit seperti hipertensi, penyumbatan pembuluh darah, dan jantung koroner di era modern ini antara lain didukung oleh adanya pola dan gaya hidup modernis yang tidak sehat (Dalimartha dkk, 2008). Pengobatan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah yang biasanya dilakukan melalui modifikasi gaya hidup dan terapi diet. Selain itu, pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol, menciptakan keadaan rileks seperti meditasi, yoga, atau hipnotis juga dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. Pengontrolan hipertensi

(7)

lainnya dapat dilakukan dengan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4x seminggu. Pengobatan hipertensi dengan tanaman herbal sudah terbukti secara ilmiah untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah dapat dilakukan melalui efek diuretic, anti-adrenergik (menurunkan produksi, sekresi, dan efektifitas hormon adrenalin), dan vasodilator (zat-zat yang berkhasiat melancarkan peredaran darah dengan cara meningkatkan volum pembuluh darah dan organ-organ yang diisi darah), serta dapat menghilangkan sumbatan-sumbatan pada pembuluh darah (Antoni, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita hipertensi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui informasi mengenai penyakit hipertensi mulai dari penyebab hingga  penatalaksanaannya sehingga mampu menjelaskan dan mengaplikasikan saat di lapangan.

(8)

BAB II

TINJAUAN KASUS 2.1 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Atau hipertensi lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas tekanan normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Setiawan, 2008).

Hipertensi dengan peningkatan systole tanpa disertai peningkatan diastole lebih sering  pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan diastole tanpa disertai peningkatan systole lebih sering terjadi pada dewasa muda. Hipertensi dapat pula digolongkan sebagai esensial dan sekunder. Disebut hipertensi esensial bila tanpa memiliki etiologi spesifik, sedangkan disebut hipertensi sekunder bila memiliki penyebab. Ada lagi hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya beransur disebut benigna dan bila tekanannya naik secara  progresif dan cepat disebut maligna (Tambayong, 2002).

2.2 Etiologi

Sekitar 90% kasus hipertensi adalah hipertensi primer atau esensial sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal serta penyebab lainnya. Faktor tertentu yang mungkin menjadi faktor penyebab lainnya adalah (Muttaqin, 2009):

1. Usia lanjut

Kemungkinan pertambahan usia juga berpengaruh pada penderita hipertensi. Karena adanya perubahan struktural dan fungsional sistem vaskular perifer. Perubahan ini meliputi asteroklerosis, dan hilangnya elastisitas jaringan ikat. Dengan pertambahan usia, jantung penderita menjadi kaku dan kurang berfungsi.

2. Jenis kelamin

Umumnya hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki pada usia pertengahan umur, sedangkan pada perempuan terjadi setelah usia pertengahan umur. Penyakit ini  banyak menyebabkan komplikasi dan kematian pada pria.

3. Keturunan

Faktor keturunan sangat berpengaruh pada penderita hipertensi. Keluarga tertentu memiliki kadar natrium intraseluler dan menurunkan rasio potassium natrium. Studi menunjukkan hubungan antara tekanan darah dan lingkungan untuk anggota keluarga

(9)

genetiknya mirip. Dari studi tersebut, peneliti memperkirakan hampir 25-60% kasus hipertensi disebabkan oleh faktor genetik.

4. Obesitas

Umumnya, lebih besar berat badan orang, semakin tinggi tekanan darahnya. Oleh karena itu, orang dengan berat badan obesitas disarankan untuk menurunkan berat  badannya secara signifikan agar tekanan darah juga turun sehingga dapat mengurangi dosis obat antihipertensi. Penumpukan lemak pada tubuh bagian atas khususnya perut lebih berpotensi menderita hipertensi daripada lemak dibagian pinggul dan paha. 5. Konsumsi tembakau

Meskipun merokok belum tentu menjadi penyebab, namun orang yang berhenti merokok dapat mengurangi resiko terserang penyakit jantung. Berdasarkan hasil  penelitian, penderita hipertensi yang tidak merokok, tiga sampai lima kali lebih kecil kemungkinannya untuk menderita infark miokard dibandingkan pasien hipertensi yang merokok.

6. Diet lemak tinggi

Makanan dengan kandungan lemak tinggi memiliki efek langsung pada tekanan darah. Diet lemak tinggi memberikan kontribusi untuk obesitas dan hiperlipidemia yang meningkatkan risiko penderita komplikasi kardiovaskular. Hiperlipidemia merupakan kelebihan lemak dalam plasma yang dapat meningkatkan risiko aterosklerosis. Dengan demikian, pasien hipertensi harus dimotivasi untuk makan diet rendah lemak untuk mengurangi risiko komplikasi cardiovascular.

7. Stress

Tekanan darah pada penderita hipertensi dapat meningkat sebagai respon normal akibat stresor fisiologis seperti marah, takut, dan rasa sakit fisik. Namun, jika stressor tersebut tetap berlangsung, vasokonstriksi meningkat, detak jantung meningkat, dan stimulasi pelepasan renin dapat menyebabkan tekanan darah terus tinggi. Dengan demikian, pasien yang terkena stres berulang memiliki peningkatan risiko hipertensi. 8. Gaya hidup yang menetap

Risiko hipertensi meningkat sebanyak 25% akibat gaya hidup yang menetap. Penderita hipertensi harus didorong untuk latihan pola hidup sehat sebagai cara memperbaiki kesehatan kardiovaskularnya. Latihan yang dilakukan tidak perlu berat, misalnya aktivitas ringan seperti berjalan cepat 30-45 menit selama tiga sampai lima kali seminggu. Dengan mempertahankan aktivitas aerobik secara teratur, pasien hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistoliknya sekitar 10mmHg.

(10)

2.3 Manifestasi Klinik 

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda (simptom) pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan  berdengung di telinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Bila hipertensi sudah mencapai taraf lanjut yang berarti telah berlangsung beberapa tahun akan menyebabkan sakit kepala, nafas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidurnya (Soeharto, 2001).

Gejala-gejala hipertensi yang umum di jumpai (Setiawan, 2008): 1. Pusing 2. Mudah marah 3. Telinga berdenging 4. Mimisan (jarang) 5. Sukar tidur 6. Sesak nafas

7. Rasa berat ditekuk 8. Mudah lelah

9. Mata berkunang-kunang

Evaluasi pasien hipertensi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk: 1. Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder,

2. Menetapkan keadaan pra pengobatan,

3. Menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau faktor yang akan  berubah karena pengobatan,

4. Menetapkan kerusakan organ target,

5. Menetapkan faktor resiko penderita jantung koroner lainnya. 2.4 Evaluasi diagnostik

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.Retina harus diperiksa, dan juga harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Adanya faktor resiko lainnya juga harus dikaji dan di evaluasi.

(11)

Evaluasi diagnostic menurut Baughman, 2002:

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan retina, pemeriksaan laboratorium untuk organ yang mengalami kerusakan, EKG untuk hipertrofi ventrikel kiri.

2. Pemeriksaan khusus : renogram, pielogram intravena, arteriogram ginjal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan kadar renin.

3. Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit ginjal: - Urinalisis

- Biakan urin

- Kimia Darah (kolesterol, albumin, globulin, asam urat, ureum, kreatinin) - Klirens kreatinin dan ureum

- Darah lengkap

- Pielografi intravena (bila skanning ginjal dan USG tak tersedia)

Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit endokrin: - Elektrolit serum

- Aktivitas renin plasma dan aldosteron - Katekolamin plasma

- Katekolamin urin dan metabolitnya dalam urin - Aldosteron dan metabolit steroid dalam urin - (17  ketosteroid dan 17 hidrokortikosteroid) 4. Evaluasi akibat hipertensi terhadap organ target: EKG, foto thorax dan ekokardiografi

2.5 Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan yang mungkin muncul secara teoritis (Muttaqin, 2009):

o

Diagnosa

keperawatan Intervensi Rasional

.

Intoleran Aktivitas  berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/ sesudah aktivitas, dan nyeri dada

Menyebutkan parameter

membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktifitas

(12)

teknik penghematan energi mengurangi penggunaan energy ,juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/  perawatan diri bertahap jika

dapat ditoleransi

Kemajuan aktivitas  bertahap mencegah  peningkatan kerja jantung

tiba-tiba . Sakit kepala  berhubungan dengan  peningkatan tekanan vascular serebral

Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi

Berikan tindakan

nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala. Misalnya teknik relaksasi, yaitu melakukan tarik napas dalam saat terasa nyeri.

Tindakan yang

menurunkan tekanan vascular serebral dan yang

memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya

Menghilangkan/meminimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat menyebabkan sakit kepala.

Misalnya berfikir terlalu keras saat ada masalah atau mengerjakan tugas yang menguras energi dan pikiran.

Aktivitas yang

meningkatkan vasokontriksi

menyebabkan sakit kepala akibat peningkatan tekanan vascular serebral

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan

dengan sakit

kepala.Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural

Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur, bila terjadi perdarahan hidung lakukan kompres hidung untuk menghentikan  perdarahan

Meningkatkan kenyamanan umum

.

 Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan hidup berhubungan dengan masukan  berlebihan

sehubungan dengan kebutuhan metabolic

Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan

Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disporsisi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung

(13)

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi

Kesalahan kebiasaan

makan menunjang

terjadinya aterosklerosis dan kegemukan

Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

Motivasi untuk

menurunkan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan menurunkan berat badan,  bila tidak maka  programnya tidak berhasil Kaji ulang masukan kalori

harian dan pilihan diet

Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan

dalam program diet terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan

individu untuk

 penyesuaian/penyuluhan Tetapkan rencana penurunan

 berat badan yang realistic dengan pasien.

Misalnya mengurangi makan makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging dan gulai.

Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat  badan 0,5 kg/minggu

Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan  perasaan sekitar saat makanan

dimakan.

Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan.

Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, seperti sayur, ikan, dan buah yang berserat tinggi.

Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan . Koping individual inefektif  berhubungan dengan  perubahan hidup  beragam

Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi  perilaku

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup

seseorang,mengatasi hipertensi kronik Catat laporan gangguan tidur,

kelelahan, kerusakan konsentrasi.

Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic

(14)

Bantu pasien mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya

Pengenalan terhadap stressor adalah langkah  pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor

Libatkan pasien dalam  perencanaan perawatan dan  beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana  pengobatan

Keterlibatan memberikan  pasien perasaan kontrol

diri yang berkelanjutan

Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup

Fokus perhatian pasien  pada realitas situasi yang ada relatif terhadap  pandangan pasien tentang

apa yang diinginkan Bantu pasien untuk

mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.

Misalnya berfikir positif pada setiap hal sehingga mengurangi masalah penyebab stres.

Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistik untuk

menghindari rasa tidak menentu dan tidak  berdaya . Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana pengobatan  berhubungan dengan kurang  pengetahuan/daya ingat

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

Kesalahan konseps dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien

Tetapkan dan nyatakan batas TD normal

Memberikan dasar untuk  pemahaman tentang  peningkatan TD dam mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan

Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan

Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan

Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah.

Mengurangi risiko dengan cara:

- Mengurangi berat badan - Tidak merokok

Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan

hubungan dalam

menunjang hipertensi dan  penyakit kardiovaskular

(15)

- Stres

- Gaya hidup yang menetap

Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factor-faktor di atas.

Contohnya mengubah gaya hidup dengan lebih banyak mengonsumsi makanan  berserat tinggi seperti sayur, ikan, dan buah untuk menurunkan berat badan. Diimbangi juga dengan rajin olahraga.

Faktor-faktor risiko dapat meningkatkan proses

 penyakit atau

memperburuk gejala

Bahas pentingnya

menghentikan merokok dan  bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok  Nikotin meningkatkan  pelepasan katelokamin, mengakibatkan  peningkatan frekuensi  jantung, TD, vasokontriksi Sarankan untuk sering

mengubah posisi, olahraga kaki saat baring

Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditimbulkan oleh

vasodilator dan

duduk/berdiri terlalu lama 2.6 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (Aru, 2009): Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

 Normal < 120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Hipertensi menurut kelompok umur berbeda (Tambayong, 2002):

Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)

Bayi 80/40 90/60 Anak 7-11 tahun 100/60 120/80 Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80 Dewasa 20-45 tahun 120-125/75-80 135/90 45-65 Ahun 135-140/85 140/90-160/95 > 65 tahun 150/85 160/95

(16)

2.7 Fisiologi a. Jantung

Jantung adalah organ berongga yang memiliki empat ruang. Adapun empat ruang tersebut terdiri dari bilik kanan, bilik kiri,serambi kanan, serambi kiri (Syaifuddin, 2009).

 b. Fisiologi Pembuluh Darah

Pembuluh darah memiliki peranan penting pada fisiologi kardiovaskuler karena  berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan lingkungan internal dengan sirkulasi dan sebagai transpor oksigen, karbondioksida, makanan, dan hormon serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan metabolisme setiap sel dalam organ tubuh. Fungsional dari sirkulasi menurut Syaifuddin, 2009:

1. Fungsi arteri adalah untuk mentranspor darah dibawah tekanan tinggi kejaringan. Karena alasan ini, arteri mempunyai dinding vaskuler yang kuat, dan darah mengalir dengan cepat di arteri.

2. Arteriol merupakan cabang-cabang kecil terakhir dari sistem arteri, dan berfungsi sebagai katup kendali di mana darah dikeluarkan kedalam kapiler. Arteriol memiliki dinding otot yang kuat yang mampu menutup arteriol sama sekali atau memungkinkannya untuk melakukan dilatasi beberapa kali lipat. Arteriol mempunyai kemampuan untuk mengubah aliran darah ke kapiler sebagai responnya terhadap kebutuhan jaringan.

3. Fungsi kapiler adalah untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon, dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstatiel. Untuk peran ini, dinding kapiler bersifat sangat tipis dan permieabel untuk zat bermolekul kecil.

4. Venula mengumpuli darah dari kapiler, secara bertahap bergabung menjadi vena yang makin besar.

5. Vena berfungsi sebagai saluran penampung guna pengangkutan darah dari jaringan kembali kejantung, tetapi sama pentingnya, vena bertindak sebagai penampung utama darah. Karna tekanan di sistem vena sangat rendah, dinding vena sangat tipis. Meskipun demikian, dindingnya mempunyai otot dan ini menyebabkan vena dapat berkontraksi atau meluas dan dengan demikian bertindak sebagai penampung darah yang dapat dikendalikan, bergantung pada kebutuhan tubuh.

c. Sistem Vaskuler

Sistem pembuluh darah sebagai tempat mengalirnya darah dari jantung, menyebar ke seluruh jaringan, dan kembali ke jantung.Fungsi utama pembuluh darah arteri untuk

(17)

mendistribusikan darah yang kaya oksigen jantung ke seluruh jaringan. Fungsi vena adalah mengalirkan darah yang membawa sisaa metabolisme dan CO2  dari jaringan kembali ke jantung. Pada peredaran darah di paru-paru, pembuluh darah arteri yang masuk paru-paru miskin O2  dan banyak CO2, sedangkan pembuluh darah vena yang keluar paru-paru banyak mengandung O2.

Secara anatomis sistem vaskular terdiri atas sistem-sistem berikut ini:

1. Sistem distribusi: arteri dan arteriola berfungsi sebagai pentranspor dan penyalur darah ke semua organ, jaringan, dan sel tubuh, serta mengatur alirannya ke bagian tubuh yang membutuhkan.

2. Sistem difusi: pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan dinding yang tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses difusi bahan di dalamnya seperti Karbondioksida, Oksigen, zat gizi, dan sisa metabolisme sehingga sel darah dapat melaluinya.

3. Sistem pengumpul:  berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler dan pembuluh limfe langsung dari sistem vena yang berfungsi mengalirkan darah ke jantung. Sistem saluran vaskuler merupakan sistem tertutup. Kontraksi dan relaksasi  jantung menimbulkan perubahan tekanan yang mampu memompakan darah dari  janttunng kembali ke jantung. Sistem sirkulasi terdiri dari dua yaitu:

1. Sirkulasi peredaran darah kecil (sirkulasi pulmonar)

Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke paru-paru kembali lagi ke jantung.Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah keluar dari paru-paru. Mekanisme aliran darah sebagai berikut:

Ventrikel kanan jantung arteri pulmonalis paru-paru vena pulmonalis atrium kiri jantung

2. Sirkulasi sistemik

Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang kaya akan oksigen yang berasal dari paru), darah di atrium kiri akan dialirkan ke ventrikel kiri. Sirkulasi sistemik pun dimulai saat darah yang kaya akan oksigen itu dialirkan ke luar dari ventrikel kiri melalui aorta ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Darah kemudian kembali ke jantung melalui serambi kanan.

(18)

Homeostatis Tekanan Darah

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem syaraf pusat yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal lain yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks  beroreseptor dengan mekanisme di bawah ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diametermya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer meningkat. Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun.

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus orta yang akan menyampaikan impuls ke pusat saraf simpatis di medula oblongata. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respon terhadap  penghambat pusat simpatis, dengan respon terjadinya pusat akselerasi gerak jantung

dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi pusat penghambat penggerak jantung yang  bermanifestasi pada penurunan curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor

adalah dihambatnya pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun, maka respon teaksi cepat untuk melakukan proses homeostasis tekanan darah supaya berada dalam kisaran normal.

Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan kontraksi langsung arteriol sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer (TPR) yang secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron, sehingga tejadi retensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah pelepasan eritropoetin yang menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Manifestasi dari ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah dan peningkatan tekanan darah secara simultan (Muttaqin, 2009).

2.8 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis  penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

(19)

angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, 2009).

(20)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Uraian Kasus Kasus:

Seorang laki-laki berusia 59 tahun dirawat di ruang Murai 1 RSUD Arifin Achmad sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan anamnesa didapatkan data : kepala sakit, badan lemah, sulit tidur, konjunctiva anemis, anoreksia, makan 4-5 sendok. Skala nyeri 6. Tanda-tanda vital:

BP : 190/120 mmHg P : 120x/i

RR : 30x/i T : 38,5o C

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluh sakit kepala dan sejak 1 bulan yang lalu hanya mengonsumsi obat warung untuk mengatasi sakitnya.

3.2 Pengkajian

1. Identitas klien

 Nama : Mr. X

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : laki-laki 2. Riwayat kesehatan

a.Keluhan utama

Pasien mengatakan kepala sakit dan keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien sering mengeluh sakit kepala.

(21)

 b.Keluhan tambahan

Pasien mengatakan badan lemah, sulit tidur, anoreksia, makan 4-5 sendok. c.Riwayat peyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan kepalanya sakit, badan lemah, sulit tidur, anoreksia, makan 4-5 sendok, keluarga mengatakan bahwa pasien sering mengeluh sakit kepala.

3.Pola nutrisi Selama sakit Makan: 4-5 sendok

4.Pola perseptual

Penglihatan: konjungtiva anemis 5.Pola persepsi diri

Klien terlihat lemah. 6.Pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 190/120 mmHg Pernafasan : 30x/i  Nadi : 120x/i Suhu : 38.5oC

Skala nyeri : 6 (sedang)

3.3 Analisa Data Data Subjektif:

1. Pasien mengatakan merasakan sakit kepala 2. Pasien mengatakan badannya lemah

3. Pasien mengatakan sulit tidur

4. Pasien mengatakan tidak nafsu makan

(22)

6. Keluarga pasien mengatakan pasien sering mengeluh sakit kepala sejak 1 bulan yang lalu dan hanya mengkonsumsi obat warung untuk mengatasi sa kitnya

Data Objektif:

1. Pasien berusia 59 tahun 2. Konjuctiva terlihat anemis 3. Tekan darah : 190/120 mmHg 4.  Nadi : 120 x/i

5. Pernapasan 30x/i 6. Suhu : 38,5 C 7. Skala nyeri sedang

Analisa Data

 NO Data Etiologi Masalah

keperawatan

1 DS:

Pasien mengatakan merasakan sakit kepala

DO:

Pasien berusia 59 tahun TD: 190/120 mmHg  Nadi : 120 x/i

Skala nyeri 6

Usia bertambah

Elastisitas sel dan  jaringan ↓

Pompa jantung ↑

Tekanan darah ↑

Sel-sel otak bekerja lebih keras

Sakit kepala

(23)

 Nyeri

2 DS:

- Pasien mengatakan badannya lemah

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan

DO:

Tekanan darah : 190/120 mmHg Pasien makan 4-5 sendok

Tekanan darah ↑

Tubuh mengeluarkan hormon-hormon

↑HCl

Reaksi mual

Tidak nafsu makan

Pemenuhan nutrisi↓

Gangguan Pemenuhan Nutrisi

(24)

3. DS:

Pasien mengatakan sulit tidur

DO:

Tekanan darah : 190/120 mmHg Pernapasan 30x/i

aliran darah arteri  pulmonal ↑

Pembuluh darah paru tersumbat

Sesak nafas

Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif

4. DS:

Pasien mengatakan badannya lemah DO: TD: 190/120 Gangguan konstriksi arteriol Pasokan darah ke seluruh tubuh  berkurang  Nutrisi+O2 berkurang Intoleransi aktivitas

(25)

Badan lemah 5 DS :

Pasien mengatakan sulit tidur DO : Konjunctiva anemis TD:190/120 Vasokontriksi organ  perifer Otak Resistensi Pembuluh darah Otak Gangguan kebutuhan isirahat tidur Gangguan kebutuhan istirahat tidur 6 DS : -DO : Suhu = 38.50 C TD:190/120 Vasokontriksi  pembuluh darah Curah jantung meningkat

Volume aliran darah hangat meningkat

Peningkatan suhu tubuh

(26)

WOC KASUS

Gangguan konstriksi arteriol

Tekanan darah tinggi terus-menerus

s

Aliran darah ke seluruh tubuh berkurang

 Nutrisi+O2 berkurang otot ventrikel kiri hipertrofi

Badan Lemah Dilatasi dan pembesaran jantung

Jantung berdenyut lebih cepat

(27)

Otak Vasokontriksi selektif pada organ perifer pemb.darah paru tersumbat

Resistensi pembuluh Volume sekuncup

darah otak sesak napas

Darah ke jantung

Curah jantung

hipertensi pengeluaran cairan lambung berlebihan mual+muntah anoreksia  Nyeri Gangguan kebutuhan istirahat Pola napas tidak

(28)

3.5 Asuhan Keperawatan

 No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan/Kriteria

Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala)  beruhubungan dengan  peningkatan tekanan  pembuluh darah di otak. Tj: Tekanan  pembuluh darah di otak menurun KH :Pasien tidak merasakan sakit kepala

1. Berikan posisi tidur yang nyaman

2. Berikan obat analgesik

3. Batasi aktivitas

4. Bantu pasien saat ambulasi 1. Pembuluh darah di otak mengurangi kerjanya sehingga diharapkan tekanan akan berkurang 2. Obat analgesik

mengurangi nyeri dan mengurangi

rangsangan saraf simpatis

3. Aktivitas yang sedikit mengurangi

 pengeluaran tenaga yang berlebihan sehingga kerja otak  berkurang

4. Sakit kepala disertai dengan penglihatan kabur.

5. Stres dapat meningkatkan adrenalin dan akan menambah kerja  pompa jantung

(29)

5. Mengurangi

 pembicaraan yang membuat pasien stress 2. Gangguan  pemenuhan nutrisi  berhubungan dengan tidak nafsu makan Tj : Nutrisi  pasien terpenuhi KH : Pasien  bisa nafsu makan kembali

1. Kaji penyebab tidak nafsu makan

2. Beri makanan kesukaan  pasien

3. Berikan porsi makan sedikit tapi sering

4. Kurangi makanan yang mengandung gas

5. Berikan makanan yang aromanya tidak tajam / menyengat

6. Kurangi makanan yang mengandung garam

1. Memberi solusi sehingga nutrisi terpenuhi

2. Mengembalikan selera makan pasien 3. Asupan nutrisi tetap

terpenuhi walau sedikit

4. Makanan yang

mengandung gas akan meningkatkan

 produksi HCl

5. Aroma yang tajam / menyengat menimbulkan mual 6. Konsentrasi garam yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat 3. Pola napas tidak

efektif  berhubungan dengan sesak nafas Tj : Sesak nafas pasien teratasi KH : Pasien  bisa bernafas normal dan istirahat tidur cukup 1. Pemberian oksigen 2. Memberikan posisi tidur yang nyaman

3. Anjurkan pasien mengkonsumsi timun  beberapa jam sebelum

waktu istirahat pasien

4. Sering pantau keadaan  pasien

1. Kebutuhan oksigen terpenuhi

2. Aliran oksigen tidak ada hambatan

sehingga tidak sesak nafas

3. Sebelum jam istirahat tekanan daran

menurun karena timun sehingga sesak nafas teratasi dan istirahat tidur pasien cukup. 4. Ketika pasien

terbangun segera  berikan obat untuk

(30)

5. Observasi tanda-tanda vital

meredakan sesak nafas

5. Deteksi dini adanya kelainan 4. Intoleran Aktivitas  berhubungan dengan kelemahan TJ : Aktivitas  pasien kembali normal KH : Pasien  bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya sehingga kelemahannya teratasi

1. Sarankan pasien tetap melakukan aktivitas ringan

2. Sarankan kepada  pasien ketika

melakukan aktivitas yang ringan untuk  beristirahat dalam

waktu beberapa menit, kemudian setelah itu  baru melanjutkan kembali aktivitasnya. 3. Sarankan kepada keluarga untuk membantu aktivitas  pasien. 4. Sarankan kepada  pasien untuk melakukan aktivitas dalam posisi duduk dikondisikan sesuai kegiatan.

5. Observasi reaksi nyeri saat melakukan

aktivitas

1. Aktivitas mencegah  peningkatan kerja  jantung secara

tiba-tiba

2. Memberikan waktu agar jantung tidak terlalu berat kerjanya.

3. Aktivitas pasien tidak terlalu berat namun tetap melakukan aktivitas. 4. Posisi duduk mengurangi tenaga yang berlebihan. 5. Dengan mobilisasi, terjadi penarikan otot, hal ini menimbulkan nyeri. 5 Gangguan kebutuhan Tujuan: Kebutuhan 1. Memberikan keadaan tempat tidur yang nyaman

1. Meningkatkan motivasi tidur

(31)

istirahat tidur b.d  peningkatan  pembuluh darah otak istirahat terpenuhi KH: 1. Klien rileks dan segar 2. TTV normal 3. Klien dapat tidur dan bersih. 2. Berikan suasana

kamar yang tenang, aman, dan terhindar dari keributan. Anjurkan juga keluarga untuk membatasi kunjungan ke kamar  pasien. 3. Kurangi aktivitas menjelang tidur 4. Berikan analgesic ½

 jam sebelum waktu tidur

5. Lakukan massase di  bagian belakang  pasien

6. Berikan penkes kepada pasien dan keluarga mengenai durasi tidur yang  baik, mengurangi

stres, dan latihan relaksasi

2. Mengurangi gangguan tidur

3. Dengan keadaan yang tenang, pembuluh darah otak mengurangi kerjanya 4. Mengurangi nyeri yang menimbulkan gangguan istirahat 5. Massase memberikan keadaan rileks 6. Menambah  pengetahuan pasien dan keluarga sehingga dapat mengimplementasikan sendiri 6 Peningkatan suhu tubuh b.d curah jantung meningkat Tujuan: Tidak terjadi  peningkatan suhu tubuh. KH : Suhu normal

1. Monitor tanda vital

2. Anjurkan klien mempertahankan cairan yang adekuat (2000l/hari)

3. Berikan kompres hangat pada lipatan

1. Indikator untuk mengetahui status hipotermi

2. Pada kondisi demam, terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

(32)

36-370C ketiak dan femur 4. Anjurkan klien memakai pakaian  penyerap keringat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit 4. Pakaian lembap memicu timbulnya  jamur

3.6 Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis 3.6.1 Penatalaksanaan Farmakologis (Sudoyo, 2009)

a) Terapi farmakologis ditujukan untuk pasien yang telah gagal dengan terapi modifikasi gaya hidup saja, mengalami hipertensi tahap 2 atau 3, mengalami kerusakan pada organ sasaran, atau memiliki faktor resiko kardiovaskuler lain yang bermakna.

 b) JNC VI tetap merekomendasikan diuretika atau penyekat-β (β-blocker) sebagai obat di garis pertama untuk penanganan hipertensi dan Hidroklorotiazid.

- β –  blocker

Terdapat banyak tipe penghambat beta. Penghambat beta tidak selektif seperti  propanolol (inderal) menghambat reseptor beta (jantung dan 2 bronkial). Denyut jantung lambat (tekanan darah menurun sekunder terhadap penurunan denyut jantung) sehingga timbul bronkokonstriksi.Penghambat beta kardioselektif lebih disukai karena hanya bekerja pada reseptor beta 2. Akibatnya tidak timbul bronkokonstriksi. Penghambat beta cenderung lebih efektif untuk menurunkan tekanan darah pada klien yang memiliki peningkatan kadar rennin serum.

- Hidroklorotiazid

Adalah diuretic yang paling sering diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan.Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri pada penderita hipertensi ringan atau penderita yang baru.Banyak obat antihipertensi yang menyebabkan retensi cairan.Oleh karena itu, seringkali diuretic diberi bersama antihipertensi.

Efek samping dari penggunaan kedua jenis obat ini adalah penurunan denyut  jantung, penurunan tekanan darah yang nyata, dan bronkospasme.Penghambat

(33)

 beta 2 jangan dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan angina, disritmia, dan infark miokard.

c) Simpatolitik

- Simpatolitik yang Bekerja di Pusat

Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan aliran darah ke ginjal. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, pusing, dan denyut jantung lambat (bradikardia). Obat-obat golongan ini meliputi metildopa, klinidin, guanabenz, dan guanfasin. Metildopa adalah salah satu dari obat pertama yang digunakan secara luas untuk mengontrol hipertensi. Guanebenz dan guanfasin adalah simpatolitik baru yang bekerja di pusat dan memiliki efek yang mirip dengan klonidin.

- Penghambat Adrenergik-Alfa

Golongan obat ini memblok reseptor adrenergic alfa 1 sehingga menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat alfa yang kuat yaitu fentolamin, fenoksibenzamin, dan tolazolin. Terutama digunakan untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor medulla adrenal. Prazosin, terazosin, dan doksazosin (penghambat adrenergic alfa selektif) terutama digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini diklasifikasikan sebagai terapi tahap II, tetapi jika ditambah diuretic menjadi tahap III.

Efek sampingnya adalah hipotensi, reflex takikardia karena tekanan darah menurun drastic, kongesti hidung karena efek vasodilatasi, dan gangguan gastrointestinal.

- Penghambat Neuron Adrenergik ( Simpatolitik yang bekerja perifer)

Merupakan obat antihipertensi kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan curah jantung ataupun tahanan vascular perifer menurun. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) digunakan untuk mengendalikan hipertensi berat. Efek sampingnya adalah hipotensi ortostatik. d) Vasodilator Arterial yang bekerja langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh darah terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan

(34)

turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretic dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.

Dua dari vasodilator yang bekerja langsung adalah hidralazin dan minoksidil. Digunakan untuk hipertensi yang sedang dan berat. Nitroprusid yang bekerja  pada arteri dan vena dan diazoksid yang bekerja hanya pada arteri diresepkan

untuk hipertensi akut yang darurat.

Efek sampingnya takikardia, palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala,  pusing, perdarahan saluran cerna, dan gejala neurologis seperti kesemutan. e) Ada kelas obat yang baru dikenal sebagai penyekat reseptor angiotensin II; obat

ini memiliki efek samping yang lebih sedikit dari inhibitor enzim pengonversi angiotensin (angiotensin converting enzyme, ACE)  yang klasik dan efektif dalam mengontrol tekanan darah pasien tetapi perlindungan jangka panjangnya terhadap organ sasaran belum diketahui. Obat-obat ini digunakan pada klien yang mempunyai kadar rennin serum yang tinggi. Efek sampingnya mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang  berlebihan, dan takikardia.

f) Kombinasi dosis terapi 2 obat dari kelas yang berbeda sering mengandung dosis yang sangat kecil dari obat, sehingga meminimalkan efek buruk sementara memberikan efek antihipertensi yang baik (mis. diuretika dosis rendah + inhibitor ACE)

g) Penghambat Adrenergik Beta dan Alfa

Labetalol menghambat reseptor alfa dan beta.Efeknya pada reseptor alfa lebih kuat daripada reseptor beta. Oleh karena itu, obat ini menurunkan tekanan darah dan cukup kuat untuk menurunkan denyut jantung. Efek sampingnya, gangguan saluran cerna, gugup, mulut kering, dan letih.

Setelah keberhasilan dalam mengontrol tekanan darah selama setahun, terutama bila terjadi modifikasi gaya hidup yang bermakna, pasien penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat menjalani terapi pengurangan ( step down), meliputi:

(35)

A. Pengurangan obat harus dilakukan perlahan dengan tindak lanjut yang ketat.

B. Pasien harus selalu diperiksa secara teratur karena hipertensi dapat kembali setelah beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah obat dihentikan

Terapi yang adekuat secara bermakna menurunkan risiko terjadinya penyakit  jantung, stroke, dan gagal jantung kongestif. Keberhasilan terapi bergantung pada  pendidikan pasien, pemilihan obat yang tepat, tindak lanjut yang tepat, serta  pembahasan strategi secara berulang dengan pasien.

3.6.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi (Sudoyo, 2009)

1.Pasien disarankan untuk diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan berat badan dapat dapat menurunksn tekanan darah disertakan dengan  penurunan aktivitas rein dalam plasma dan kadar aldosterone dalam plasma.

2.Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan  batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda

atau berenang.

3.Menyarankan pasien untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan olesterol dari makanan. Karena lemak dan kolerterol dapat menumpuk di pembuluh darah dan  bisa menyumbat aliran darah.

3.7 Health Education

Turunkan tekanan darah ke tingkat normal

1. Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi dengan cara biaya efektif yaitu obat antihipertensif, pembatasan diet natrium dan lemak, kontrol berat badan, perubahan gaya hidup, program latihan, dan perawatan kesehatan tindak lanjut pada interval yang teratur.

2. Berikan dorongan konseling, penyuluhan dan kelompok swa-bantu untuk keluarga dan pasien.

Tingkatkan kepatuhan dengan program perawatan diri

1. Berikan dorongan partisipasi aktif pasien dalam program, termasuk pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan kepatuhan.

(36)

2. Berikan dorongan pada pasien untuk tidak menggunakan alkohol karena alkohol dapat memberikan efek sinergis dengan obat.

3. Jangan anjurkan penggunaan tembakau dan produk nikotin.

4. Berikan pasien informasi tertulis mengenai efek yang diperkirakan serta efek samping obat.

5. Ajarkan pasien untuk tekanan darah mandiri (Baughman, 2000).

3.8 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran:

Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui informasi mengenai: 1. Faktor-faktor prediposisi terjadinya hipertensi

2. Proses patofisiologi hipertensi

3. Penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan, baik secara farmakologi maupun non farmakologi

(37)

Efidence Based

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA PENDERITA LANJUT USIA

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia menunjukkan  pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada perempuan sering ditemukan hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya TDS.

a. Sasaran tekanan darah

Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD hendaknya mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang diajukan pada JNCVI dimana  pengendalian tekanan darah (TDS<140 mmHg dan TDD<90mmHg) tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia. Sys-Eur trial merekomendasikan penurunan TDS < 160

(38)

mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal.

b. Modifikasi pola hidup

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah : menurunkan berat  badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada orang yang lebih muda, intervensi nonfarmakologis ini harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan.

Efidence based terkait diagnosa keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Berhubungan Dengan Peningkatan Tekanan Pembuluh Darah Di Otak.

c. Terapi farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan pertama untuk pengobatan pada  penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta. Pada HST,

direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat; namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan

(39)

seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik,  penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan  ptlihan terbaik.

Sumber:

Kuswardhani, Tuty.2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia.Jurnal.FK UNUD.hal 5-6

Efidence Based

Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari Sampai Juni 2008

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik  pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana

natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.

Efidence based terkait diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan tidak nafsu makan

(40)

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan  pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat . Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

Anggraini, Waren A & Situmorang E.dkk.2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan  Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas  Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Jurnal.FK UNRI.hal 10-11

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Waren A & Situmorang E.dkk.2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan  Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas  Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Jurnal.FK UNRI.hal 10-11

Antoni, Adi.2011. Efektifitas Mengkonsumsi Seduhan Pegagan Terhadap Penurunan Tekanan  Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Primer . Skripsi. PSIK UR.hal 6-7

Baughman, D. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Brashers, L.Valentina. 2008. Aplikasi klinis patofisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer&Bane. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Dalimartha, Setiawan, dkk. 2008. Care Yourself Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus

Kuswardhani, Tuty.2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia.Jurnal.FK UNUD.hal 5-6

(42)

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler  Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S. C. & bare, B.G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Soeharto, I. 2001. Kolesterol & Lemak Jahat, Kolesterol & Baik, Dan Proses Terjadinya Serangan Jantung Dan Stroke. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sudoyo, A. W. 2009.  Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Inter Publishing

Syaifuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

(43)

WOC secara Teoritis

(44)

Hipertensi Pulmonal

Jenis kelamin

umur Gaya hidup obesitas

Hipertens

Kerusakan vaskuler pembuluh

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Nyeri kepala Gangguan kebutuhan Suplai O2 otak menurun sinkop Gangguan perfusi Vasokonstriksi pembuluh darah Blood flow munurun Respon RAA Rangsang aldosteron Retensi Na edema sistemik vasokonstriksi Afterload meningkat Penurunan curah antun Fatique Intoleransi aktifitas koroner Iskemi miocard Nyeri dada Spasme arteriole diplopia Resti injuri Resistensi pembuluh Elastisitas , arteriosklerosis

(45)

Lampiran

PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Pembuluh darah paru rusak/tersumbat

 aliran darah pada arteri pulmonal

 tekanan arteri pulmonal

Pembuluh darah paru paru rusak/tersumbat gagal jantung kiri, HIV, peny autoimun,

sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan, peny tiroid, PPOK, peny paru

HIPERTENSI PULMONAL

Primer

Sekunder

≠ diket penyebabnya

Kondisi medis lain Sesak nafas bertahap, batuk tidak produktif,

kelemahan, pingsan, sinkop, edema perifer,

Distensi vena jugularis, impuls vent kanan dominan, komponen katup paru menguat, murmur tricuspid,

Pengerasan pembuluh

Kerja jantung berat

Gagal jantung kanan

Aliran darah ke paru terganggu Edema perifer

MK: kelebihan volume cairan

Hipoksia Paru Cardiak output turun

Kerusakan jaringan

MK: nyeri kronis Sesak saat bernapas

MK: gangguan ertukaran as ebutuhan 2 tidak MK: intoleransi aktivitas b.d MK: penurunan curah elemahan

(46)

Renin

Angiotensin I

Angiotensin II

Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari

Urin sedikit ekat & osmolaritas mengentalkan

Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorbsinya di tubulus ginjal

Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Volume darah

Tekanan darah

Konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Diencerkan dengan volume ekstraseluler

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan

1) Semua Isim 'Alam (Nama) yang diakhiri dengan Ta Marbuthah (meskipun ia adalah Mudzakkar). 2) Semua Isim 'Alam Muannats (meskipun tidak diakhiri dengan Ta Marbuthah).. 4) Isim

SYAIFUL

Oleh : R.A .z. Kartini Djauhari Yurisdiksi negara yang berlaku terhadap pelaku penguasaan pesawat udara seeara melawan hukum adalah yurisdiksi dari negara tempat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.. Intermittent fasting during Ramadan

Hal ini sesuai dengan pendapat (Mujahidah, Nanning, dan Selle: 2015) bahwasanya Strategi Pembelajaran Sinergetic Teaching ini pada dasarnya merupakan suatu aktivasa

Pada awal hingga akhir penelitian Optimasi PSO Untuk Metode Clustering Fuzzy C-Means Dalam Pengelompokan Kelas dengan variabel nilai akademik dan variabel nilai perilaku atau

Lembaga keuangan mikro syariah merupakan salah satu alternatif para pengusaha mikro dalam mendapatkan modal usaha khususnya bagi pengusaha kecil yang mengalami keterbatasan