• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN PENANGGULANGAN MEDIK KEDARURATAN NUKLIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN PENANGGULANGAN MEDIK KEDARURATAN NUKLIR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN MEDIK

KEDARURATAN NUKLIR

”DEKONTAMINASI INTERNA”

(DEKORPORASI)

I.

PENDAHULUAN

Dewasa ini sudah menjadi kelaziman di negara negara maju untuk melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir disegala bidang kehidupan masyarakat, seperti dalam bidang pertanian, peternakan, kesehatan, penelitian, industri, energi listrik dan energi sebagai salah satu upaya untuk mengisi pembangunan nasional demi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta untuk penguasaan teknologi nuklir itu sendiri. Meskipun demikian perlu diingat bahwa disamping manfaat demikian besar, tenaga nuklir juga mempunyai potensi bahaya radiasi yang harus dikendalikan.

Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1997 disebutkan bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan, ketentraman dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Untuk mencapai suasana yang aman dan sehat serta untuk melindungi akibat buruk yang mungkin terjadi terhadap pekerja ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan kerja terhadap radiasi yang didalamnya antara lain mencantumkan bahwa :

 Setiap pekerja calon pekerja radiasi wajib mendapatkan pemeriksaan/check kesehatan secara teliti dan menyeluruh oleh dokter yang ditunjuk oleh BATAN

 Dalam hal terjadi kecelakaan, setiap instalasi atom diwajibkan mengambil tindakan dan menyelenggarakan pengamanan untuk keadaan darurat dan dalam semua tindakan pertolongan terhadap kecelakaan, keselamatan manusia diutamakan

Dalam kaitan dengan setiap kecelakaan radiasi, selalu terdapat aspek medis dalam penanggulangannya. Dengan meningkatnya pemakaian zat radioaktif dalam berbagai bidang maka kemungkinan akan terjadinya kecelakaan yang melibatkan zat radioaktif kemungkinan akan meningkat. Untuk itu tenaga medis dan fasilitas kesehatan dari mulai yang terdekat dengan masyarakat yaitu para dokter Puskesmas, perusahaan, rumah sakit

Badan Tenaga Nuklir Nasional

(2)

terutama yang berada di garis depan seperti Unit Gawat Darurat seyogyanya harus mengenali dan memberi bantuan pada korban kecelakaan radiasi.

II. LATAR BELAKANG

Kontaminasi interna dapat terjadi melalui 3 jalur, yaitu inhalasi, ingesti dan luka terbuka yang terkontaminasi. Dari ketiganya, inhalasi merupakan jalur yang paling membutuhkan perhatian dan penanganan lebih cepat karena radionuklida yang berada di nasofaring dapat tertelan dan masuk ke saluran pencernaan akibat gerakan mukosilier. Namun apapun jalan masuk kontaminannya, dekontaminasi interna harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari penyerapan lebih lanjut.

Dekonkontaminasi interna/Dekorporasi sangat dipengaruhi oleh jalan masuk, sifat kimia radionuklida, kelarutan radionuklida, metabolisme tubuh dan ukuran partikel.

Ada beberapa macam antidot/agent dengan mekanisme kerja yang berbeda yaitu:

a) Memblok absorbsi usus (barium sulfat, alumunium dan magnesium sulfat, prussian blue, karbon aktif)

b) Memblok penyerapan target organ (KI) c) Dilusi (cairan, garam Fosfor )

d) Chelating agent (DTPA/Diethylone Triaminine Pentaacetic Acid, EDTA) e) Menurunkan kerusakan organ (Sodium bikarbonat)

f) Mempercepat ekskresi urin (diuretik)

III. PRINSIP DEKONTAMINASI INTERNA /DEKORPORASI

1. Anamnesa lengkap

2. Segera periksa keadaan umum 3. Segera berikan antidot /agent. 4. Segera berikan blocking agent

5. Segera lakukan lavage bronchus apabila diduga sejumlah kontaminan terhirup dan mengendap didalam paru paru

6. Segera lakukan, emetics atau lavage lambung apabila terkontaminasi Cobalt

7. Segera mengambil sampel darah, urin, faeces, muntahan untuk dianalisa secara invitro (Bioassay).

8. Lakukan pengukuran invivo dengan WBC (Whole Body Counter) untuk mengevaluasi/mengetahui dimana adanya zat radioaktif.

9. Evaluasi korban/ follow up 1. DEKORPORASI IODINE

Jalan masuk : Terhirup,tertelan,luka terbuka Antidot : KI (Potassium iodide) tablet 130 mg Prinsip : Memblok deposit tyroid

(3)

Dosis dan cara : Potassium Jodida 130 mg, selama 1-2 minggu Bila sensitif terhadap I, dapat diberikan Potassium perklorat 200 mg.

Profilaksis untuk kelompok yg diduga terpajan Iodine :

Dewasa : 2 tablet Potassium Jodida singgle dose Anak dan remaja : 1 tablet Potassium Jodida singgle dose Infant : ½ tablet Potassium Jodida singgle dose Neonatus : ¼ tablet dihancurkan, singgle dose 2. DEKORPORASI PLUTONIUM

Jalan masuk : tertelan Prinsip tindakan : chelating

Antidot : Ca-DTPA (pilihan pertama), Zn-DTPA

Dosis dan cara : 1 gram Ca-DTPA atau Zn-DTPA dalam 150-250 ml, atau pemberian glukosa 5 % IV dalam waktu 60 menit, atau DFOA (Desferal) 1x1 gram, IV, kemudian 0,5 gram setiap 4-12 jam

3. DEKORPORASI URANIUM

Jalan masuk : tertelan, luka terbuka

Prinsip tindakan : membasakan urin untuk menurunkan resiko nekrosis tubuli akut

Antidot : Bicarbonate

Dosis dan cara : Sodium bikarbonate 2 ampul dalam 1000 ml atau pemberian NaCl 0,9 % dalam waktu 8 jam atau Sodium bikarbonat 2 tablet setiap 4 jam sampai urin mencapai pH 8-9.

4. DEKORPORASI CESIUM, RUBIDIUM, THALIUM Jalan masuk : tertelan, inhalasi

Prinsip tindakan : memblok absorbsi saluran cerna

Antidot : Prussian blue (Radiogardase), Ferrihexacyano-Ferrate

Dosis dan cara : 1 gram Prussian blue diencerkan dengan 100-200 ml air, diminum 3 kali sehari selama beberapa hari sampai 3 minggu (tergantung kondisi)

5. DEKORPORASI TRITIUM

Jalan masuk : Tertelan

Prinsip tindakan : Pengenceran isotop

Antidot : Air

Dosis dan cara : Beri cairan yang banyak (minum sebanyak 5-10 ltr/hari) pemberian atau melalui pemberian IV, selama seminggu.

6. DEKORPORASI COBALT

Jalan masuk : Tertelan, melalui luka terbuka Prinsip tindakan : Chelating

(4)

Dosis dan cara : Infus DTPA 0,5 gram dalam 250 ml NaCl 0,9 % atau pemberian Glukosa 5 %

7. DEKORPORASI SRONSIUM Jalan masuk : Tertelan

Antidot : Amonium Clorida, Kalsium Glukonat, Alginat, Stronsium Glukonat, Alumunium Fosfat.

Dosis dan cara : Amonium Clorida 6 gram dibagi dalam 3 dosis pemberian per hari, peroral Kalsium Glukonat oral 6-10 gram (terbagi dalam 3 dosis/hari) atau IV 1-5 gram atau 2 ampul Kalsium Glukonat dalam 500 ml Glukosa 5 % dengan tetesan lambat atau Alginat peroral 2x5 gram, kemudian 4x1 gram/hari atau Stronsium Glukonat 600 mgram dalam 500 ml Glukosa 5 % dengan tetesan lambat atau Stronsium laktat peroral 500-1500 mgram atau Alumunium Fosfat peroral 100mgram Barium sulfat peroral 300 mgram dalam suspensi cair 8. DEKORPORASI RADIUM

Jalan masuk : Tertelan, melalui luka terbuka

Antidot : Alumunium sulfat, Kalsium Glukonat, Amonium Klorid.

Dosis dan cara : Alumunium sulfat 60 gram atau pemberian Kalsium Glukonat peroral 6-10 mgram dibagi dalam 3 dosis/hari atau IV 1-5 gram dalam 500 ml glukosa 5% atau Amonium klorida peroral, 6 gram dibagi dalam 3 dosis/hari

9. DEKORPORASI AMERISIUM

Jalan masuk : Tertelan, inhalasi Prinsip tindakan : Chelating

Antidot- : DTPA

Dosis dan Cara : nfus DTPA 0,5 gram dalam 250 ml NaCl 0,9 % atau pemberian Glukosa 5 % atau DTPA 1 ampul (1 grm/4 ml)

(5)

Tindakan Dekontaminasi Interna RADIO

NUKLIDA OBATANPENG- MASUKJALAN DOSIS DAN CARA PEMBERIAN TINDAKANPRINSIP

Iodine KI

(potassium iodide)

Terhirup

Tertelan • Ds awal 130 mg (tabl), diikuti 4 x 130 mg selama 1 minggu bila ada indikasi.

• 5-6 tetes larutan KI(1g/ml) atau

• Untuk pasien yang sensitif terhadap I, dapat diberikan Potasium perklorat 200mg

Profilaksis untuk

kelompok yang diduga terpajan Iodin:

 Dewasa : 2 tablet

 Anak dan remaja : 1 tablet  Infant : ½ tablet

 Neonatus : 16 mg/hari, dihancurkan

 Wanita hamil :

Dekat dengan lokasi kejadian: profilaksis untuk semua wanita hamil

Jauh dengan lokasi kejadian: profilaksis untuk wanita hamil Trimester 2 dan 3

Memblok deposit tyroid Plutonium Ca-DTPA (pilihan pertama) Zn-DTPA

Tertelan 1 gm Ca-DTPA (Zn-DTPA dalam 150-250 ml dalam glucose 5% IV waktu 60 menit dan atau

• DFOA (DesferalR) IV 1x1gr, kemudian 0,5gr setiap 4-12jam

Chelating

Uranium Bicarbonate Tertelan, Melalui luka

• 2 ampul sodium bicarbonate (44.3 mEq each; 7.5%) dalam1000 cc NaCl 0,9% dalam waktu 8jam atau 125 cc/ jam atau

• 2 tab bikarbonat peroral setiap 4 jam sampai urin mencapai pH 8-9 Membasaka n urin untuk menurunkan risiko nekrosis tubuli akut Cesium Rubidium Thallium Prussian Blue (Radiogard aseR) [Ferrihexac yano- Ferrate (II)] Tertelan

Inhalasi 1 gram, diencerkan dengan 100-200 ml air, diminum 3 kali sehari selama beberapa hari sampai 3 minggu (tergantung kondisi) Memblok absorbsi dari saluran cerna dan mencegah daur ulang.

Tritium Air Beri cairan yang banyak (minum

sebanyak 5-10 L/hari atau IV) selama 1 minggu.

Pengencera n isotop

(6)

Tindakan Dekontaminasi Interna RADIO

NUKLIDA OBATANPENG- MASUKJALAN DOSIS DAN CARA PEMBERIAN TINDAKANPRINSIP

Cobalt DTPA Tertelan

Melalui luka

Infus DTPA 0,5gr dalam NaCl

0,9% 250ml atau glukosa 5% Chelating

Stronsium Amonium klorida, Kalsium Glukonat, Alginat, Strontium Glukonat, Alumuniu m fosfat Tertelan

• Amonium klorida 6 grm/hari dibagi 3 dosis, selama 6 hari atau

• Kalsium glukonat oral 6 – 10 gr (3 dosis terbagi/hari) atau IV: 1 – 5 gr atau 2 ampul (20%) kalsium glukonat dalam 500ml Glukosa 5%, tetes lambat atau

• Alginat oral 2x5 gr kemudian 4x1 gr/hari (GavisconR) atau • Strontium glukonat 600 mg

dalam 500 ml glukosa 5% tetes lambat atau

• Strontium laktat oral 500– 1500 mg atau

• Alumunium fosfat oral 100 mg (PhosphalugelR) atau • Barium sulfat oral 300 mg

dalam suspensi cair

Radium Alumuniu m sulfa, Kalsium glukonat oral, Amonium klorid.

• Alumunium sulfat 60g gel koloidal pada 20% atau • Kalsium glukonat oral 6-10

mg dalam 3 dosis terbagi/hari atau IV: 1-5 gr dalam glukosa 5% atau

• Amonium klorida oral 6 gr dalam tiga dosis terbagi/hari.

Amerisium DTPA Inhalasi

Tertelan kulit yang luka

• DTPA 0,5 gr dalam NaCl 0,9% 250 ml

atau glukosa 5%.

• DTPA 1 ampul (1g/4ml) atau bubuk

kapsul mikro (100mg)

Chelating

FOLLOW UP

● Pengambilan sampel darah setiap 6 jam (hari pertama)

● Pengambilan sampel urin setiap 6 jam (hari pertama) untuk pengujian

invitro

● Bioassay.

● Pengujian dengan WBC

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. IAEA, Medical Handling of Accidental Exposed Individuals, IAEA, Safety Series No. 88, 1988.

2. IAEA, Diagnosis and Treatment of Radiation Injuries, IAEA Safety Series No. 2, 1998.

3. IAEA, Preparedness and Medical Response of Radiation Accidents, IAEA Regional Training Course, Chiba, JAPAN, 2001.

4. Radiation Accident Management for Emergency Personal, Training Course REACT/TC, Oak Ridge TN, USA.

5. IAEA, Generic Procedures for Medical Response During a Nuclear or Radiological Emergency, EPR- Medical 2005, Emergency Preparedness And Response, IAEA

6. IAEA, Planing The Medical Response To adiological Accidents, IAEA Safety Reports Series No. 4

7. Carol S. Marcus, Ph.D., M>D. and Jeffry A. Siegel, Ph.D., Medical Management of Internally Radiocontamina Patients, June 2006.

(8)

FORMULIR KORBAN KECELAKAAN RADIASI/NUKLIR

IDENTITAS KORBAN :  Nama Lengkap : ... ... ...  Umur/tanggal lahir : ... ...  Jenis kelamin : L/P  Pekerjaan : ... IDENTITAS INDIVIDU YANG MENGISI FORMULIR:

Nama Lengkap : ... ... ...

Jabatan : ... ... ...

Organisasi : ... ... ...

Waktu pengisian formulir

Tanggal : ... ... ... Jam : ... ... ...

KECELAKAAN :

 Tanggal kejadian : ... ... ...  Perkiraan jam : ...  Jalan masuk Radioaktif: Pernafasan (menghirup)/ Mulut (menelan)

 Jenis radioaktif : ... KONDISI PAJANAN:

 Waktu mulai : ... ..(Jika diketahui)  Akhir pajanan : ... ... ...  Lama pajanan : ... ... ...  Posisi korban : ... ... ...  Pekerjan korban : ... ... ...

INFORMASI DOSIMETRI :

 Korban memakai dosimeter Ya / Tidak  Dosimeter ditemukan Ya / Tidak

 Bila ya, nomor dosimeter ... ... ....  Pemakaian pelindung pernafasan Ya /Tidak

(9)

FORMULIR KORBAN KECELAKAAN RADIASI / NUKLIR

POSTERIOR ANTERIOR

Tandai lokasi kontaminasi dan luka

(10)

GEJALA AWAL DAN PERTOLONGAN MEDIK AWAL Kondisi Waktu pemunculan dan Pertolongan pertama

KLINIS KORBAN YA / TIDAK WAKTU TIMBUL (URAIKAN TINDAKAN YANG DIBERIKAN) Nausea Ya / Tidak Muntah Ya / Tidak Luka Ya / Tidak Trauma Ya / Tidak Luka bakar Ya / Tidak

TEMUAN MEDIK (diisi oleh dokter)

Nama dokter : ... ... ... Nama korban : ... ... ... Tanggal Pemeriksaan : ... ... Jam ... ...

Asthenia Ya / Tidak Capalgia Ya / Tidak

Waktu pemunculan : ... ... ... Nausea Ya /Tidak Frekuensi : ... Muntah Ya /Tidak Frekuensi : ... Diare Ya /Tidak Frekuensi : ... Suhu : ……... oC

Nadi : ……... x/menit Tekanan Darah : ……... mmHg

Kesadaran : Normal/Tidak normal (gelisah, mengigau, pingsan, koma) Gangguan kesetimbangan : Ya / Tidak

Gangguan koordinasi : Ya / Tidak

Kulit dan mucosa : oedema Ya / Tidak, erythema Ya / Tidak

Temuan lain : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(11)

TINDAKAN YANG DILAKUKAN : Undressing Ya / Tidak Dekontaminasi Ya / Tidak

DTPA Ya / Tidak

Prussian blue Ya / Tidak lodin stabil Ya / Tidak UJI LABORATORIUM :

 SAMPEL DARAH

 Sampel pertama jika mungkin, sebelum tiga jam

Tanggal : ... Jam :... Hitung sel darah Ya / Tidak

Sitogenetik Ya / Tidak Sampel untuk Spektrometri Ya / Tidak

 Sampel kedua jika mungkin, dua jam/empat jam setelah sampel pertama Tanggal : ... Jam :... Hitung sel darah Ya / Tidak

Sitogenetik Ya / Tidak Sampel untuk Spektrometri Ya / Tidak  SWAB

Lubang Hidung Ya / Tidak Lubang Telinga Ya / Tidak

Mulut Ya/ Tidak

Luka Ya / Tidak

 SAMPEL URIN (Jika mungkin, untuk spektrometri gamma) Ya / Tidak  SAMPEL FAESES... ... Ya / Tidak

UJI WBC : ... ... ... ... KESIMPULAN : ... ... ... ... ... ...

(12)

TINDAK LANJUT PADA KORBAN : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..., ...200... Dokter Pemeriksa Nama : NIP :

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan metode kuantitatif yang memiliki tujuan untuk menguji hipotesis secara parsial dan simultan pengaruh variabel firm size (ukuran perusahaan) yang diwakilkan

Perbedaan cashflow masing-masing proyek akan dianalisis dilihat dari kontrak unit price dengan skenario dengan uang muka dan tanpa uang muka; termijn pembayaran (progress dan

Adapun untuk besarnya pengaruh limbah kelapa sawit terhadap pendapatan petani di Desa Pariok Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin adalah sebesar 72%.. Sedangkan

Penerapan pola agroforestri di Maluku dengan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sebuah sistem ditujukan untuk

displacement yang terjadi akibat beban gempa, (3) model II mempunyai daktilitas paling besar dibandingkan dengan model yang lain, (4) besarnya displacement struktur akibat

Dari data status hara tanah sawah di Kabupaten Bengkulu Selatan maka diperoleh rekomendasi pupuk N, P dan K dalam bentuk Urea, SP-36 dan KCl untuk padi sawah

Router adalah perangkat yang akan melewatkan IP dari suatu jaringan ke jaringan yang lain, menggunakan metode addressing dan protocol tertentu untuk melewatkan paket data

Pelelangan terbatas dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia barang atau jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan ntuk pekerjaan yang kompleks serta