• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 15

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI

PROGRAM LINEAR

Mitra Yeni1), Melisa2), Hafizah Delyana3)

1)Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat mitrayeni2205@gmail.com

2)Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat icamelisa87@gmail.com

3)Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat hafizahelyana@gmail.com

ABSTRAK

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan dari kemampuan matematis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi program linear di kelas XI MIPA IV SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA IV Lembah Gumanti. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah. Tahapan dari penelitian ini adalah mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Soal pemecahan masalah matematis yang diberikan merupkan soal yang telah divalidasi oleh para ahli matematis yang berjumlah 4 buah soal. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Siswa yang memiliki kriteria kemampuan pemecahan masalahrendah karena siswa kurang memahami masalah dari soal kemampuan pemecahan masalah, siswa kesulitan dalam menyusun perencanaan masalahnya dari soal program linear, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah dengan baik.

KataKunci:Kemampuan Pemecahan Masalah

ANALYSIS OF STUDENTS MATHEMATIC PROBLEM SOLVING ABILITY IN LINEAR

PROGRAM MATERIALS

ABSTRACT

Problem solving ability is one of the goals of mathematical ability. This study aims to analyze students' mathematical problem solving abilities in linear program material in class XI MIPA IV SMAN 1 Lembah Gumanti. This research uses qualitative research. The research subjects were students of class XI MIPA IV Lembah Gumanti. The research instrument used was a problem solving ability test. The stages of this research are starting from the planning, implementation, and observation processes. The mathematical problem solving problems given are 4 questions that have been validated by mathematical experts. From the results of the research that has been done, there are difficulties in solving the problem solving problems. Students who have low problem solving ability criteria because students do not understand the problem from the problem solving ability so that students have difficulty planning problems from linear program questions. So, students are not able to solve problem solving skills well.

(2)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 16

PENDAHULUAN

Kemampuan matematis merupakan kemampuan untuk menghadapi permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan matematis siswa. Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000:4) yaitu: (1) Belajar untuk berkomunikasi; (2) Belajar untuk bernalar; (3) Belajar untuk memecahkan masalah; (4) Belajar untuk mengaitkan ide; (5) Belajar untuk mempresentasikan ide-ide. Dari tujuan pembelajaran tersebut terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai . hal ini sejalan dengan (Noviantii et al., 2020) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah tujuan pembelajaran dan jantungnya matematika.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika. Pemecahan masalah yang meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika. Senada dengan pendapat (Andriani & Nurjaman, 2018) bahwa

kemampuan yang paling dasar pada kegiatan pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan tingkat tinggi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun, tidak banyak siswa yang mampu dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan (Heryani & Ramadani, 2019) bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang tergolong ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal berupa soal soal non rutin. Masalah-masalah matematika sampai saat ini masih saja selalu dirasa “menyulitkan” oleh peserta didik dalam proses penyelesaiannya, sehingga tidak banyak siswa yang dapat melakukan pemecahan masalah padahal peserta didik dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah matematika hingga mereka menemukan jawaban yang tepat untuk masalah tersebut. Dalam matematika, kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan soal-soal berbasis masalah. Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pemecahan masalah dapat diartikan dengan menggunakan interpretasi umum, yaitu pemecahan masalah sebagai tujuan,

(3)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 17

pemecahan masalah sebagai proses, dan pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar (Sumartini, 2018)

Observasi yang penulis lakukan di kelas X MIPA SMAN 1 Lembah Gumanti pada tanggal 10 s/d 13 Februari 2020 terlihat bahwa siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Ketika siswa diminta untuk membaca atau mencari informasi dari buku tentang materi pembelajaran, siswa kurang antusias untuk melakukannya. Menurut siswa, membutuhkan waktu lama untuk melakukan kegiatan tersebut. Siswa kelihatan cemas dan merasa gerogi jika guru mengamatinya saat mengerjakan latihan. Siswa kurang mampu memahami soal sehingga sulit untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah, karena siswa sudah terbiasa menerima asupan dari guru saja. Disamping itu siswa terbiasa mengerjakan soal-soal rutin dan meniru cara guru dalam proses penyelesaian masalah sehingga siswa mengalami kesulitan ketika mendapat soal-soal tidak rutin.

Hasil wawancara dengan beberapa guru matematika kelas X MIPA SMAN 1 Lembah Gumanti tentang kemampuan pemecahan masalah ketika dihadapkan dengan soal tidak rutin siswa kesulitan dalam menyelesaikan pemecahan masalah. Siswa kurang percaya diri dan mudah menyerah dalam menjawab soal latihan dan lebih suka menerima contekan dari

teman sebayanya. Siswa kurang memahami masalah sehingga siswa kurang mampu merencanakan pemecahannya dalam menyelesaikan soal cerita karena siswa malas membaca dan kesulitan dalam menyelesaikan pemecahan masalah dalam bentuk model matematika sendiri, mencari bahan ajar sendiri dan mengerjakan latihan sendiri.

Hasil wawancara dengan beberapa orang siswa kelas X MIPA SMAN 1 Lembah Gumanti diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika sulit dipahami karena turunan rumus yang panjang, mereka sulit memahami penyelesaian masalah dan siswa lebih suka jika ada menyelesaikan soal dengan rumus cepat tanpa harus menyelesaikan secara berurutan dan panjang lebar. Beberapa siswa suka dengan tantangan soal yang sulit untuk dikerjakan namun, banyak diantara mereka yang hanya mampu menyelesaikan soal yang sesuai dengan contoh soal yang diberikan guru. Soal cerita merupakan salah satu kesulitan siswa dalam menyelesaikan jawabannya, baik dalam menganalisis, maupun mengubah ke dalam model matematika.

Kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan hasil belajar yang diharapkan (Ramdan, Veralita, Rohaeti, & Purwasih, 2018). Senada dengan (Delyana, 2015) Kemampuan pemecahan masalah adalah

(4)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 18

kecakapan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis kemampuan pemecahan masalah pada materi program linear.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi program linear. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 tanggal 02 September 2020 di kelas XI MIPA 1V SMAN 1 Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Subjek penelitian dipilih secara purposive sampling. Kelas subjek yang dipilih adalah kelas XI MIPA IV berdasarkan pertimbangan dan saran dari guru mata pelajaran. Subjek penelitian diberi soal kemampuan pemecahan masalah. Kemudian hasil kemampuan pemecahan masalah akan dianalisis berdasarkan kriteria pemecahan masalah. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis berbentuk

essay dengan jumlah soal sebanyak 4 soal.

Hasil tes akhir akan dianalisis dan disimpulkan, maka akan diperoleh deskripsi tentang kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada soal program linear. Teknik analisis data adalah skor kemampuan pemecahan masalah dari tes kemampuan pemecahan

masalah yang diberikan kepada siswa. Perhitungan skor dilakukan menggunakan rubrik analitik. Berdasarkan skala yang telah dibuat dapat dinilai tes kemampuan pemecahan masalah. Skor yang diperoleh siswa dirubah ke dalam skala angka (0-100). Skor yang diperoleh siswa dikonversikan ke skala 0-100 yaitu:

Nilai siswa =skor yang diperoleh siswa

skor maksimum × 100

Penilaian tersebut digunakan untuk melihat keberhasilan siswa dalam menjawab setiap soal dilihat dari indikator yang dicapainya. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari angket yang dibagikan pada kelas penelitian dengan jumlah responden 31 siswa. Dari 31 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat bahwa terdapat 13 orang siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi, 8 orang siswa yang berkemampuan pemecahan masalah tinggi, 8 orang siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang dan 2 orang siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah.

Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat dari kemampuan pemecahan masalah persentase perindikator yang disajikan pada tabel.

(5)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 19

Tabel 1. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Perindikator

No Soal

Indikator Pemecahan Masalah Matematis (%) A B C D 1 91,39 80,10 86,02 36,59 2 95,69 90,32 86,02 39,78 3 89,24 81.18 57,34 41,57 4 83,87 74,19 57,70 40,86 Rata-Rata 90,04 81,44 71,77 39,7 Keterangan : A: Memahami masalah B: Merencanakan pemecahannya

C: Menyelesaikan masalah sesuai rencana D: Pengecekan kembali jawaban

Pada tabel 1 terlihat bahwa kemampuan siswa untuk memahami masalah pada soal nomor 2 tergolong paling tinggi dengan nilai 95,69%, untuk indikator merencanakan pemecahan masalah yang tertinggi adalah pada soal nomor 2 yaitu 90,32%, indikator menyelesaikan pemecahan masalah paling tinggi yaitu pada soal nomor 1 dan 2 yaitu dengan nilai 86,02% dan nilai terendah terletak pada indikator pengecekan kembali jawaban pada soal nomor 1 yaitu 36,59%.

Dari paparan di atas terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa sudah

tergolong tinggi ditinjau dari soal program linear. Berikut disajikan hasil jawaban siswa pada saat tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa Pada gambar 1 terlihat bahwa siswa yang berinisial UM memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi dari 4 soal yang diberikan siswa mampu menyelesaikan permasalah dengan sempurna seperti jawaban soal nomor 1 di atas siswa mampu menyelesaikan jawabannya dengan tepat dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa sangat tinggi karena memperoleh skor akhir 100.

(6)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 20

Gambar 2. Lembar Jawaban Siswa Pada gambar 2 lembar jawaban siswa yang berinisial IDY, jawaban soal nomor 4 menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi karena siswa sudah mampu menjawab soal pemecahan masalah sebanyak 4 buah yang mana dalam soal kedua siswa sudah menjawab dengan benar dan tepat, hanya saja siswa kurang menjawab sempurna pada soal nomor 3 dan 4, siswa tidak membuatkan grafiknya namun siswa dapat menyelesaikan permasalahannya sehingga dalam menjawab pertanyaan seperti indikator pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana. Nilai

akhir kemampuan pemecahan masalah adalah 83.

Gambar 3. Lembar Jawaban Siswa Gambar 3 menunjukan bahwa siswa yang berinisiaal HRF memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi dengan skor akhir 73, hal ini dapat dilihat bahwasanya siswa sudah bisa memecahkan masalah dengan baik, seperti lembar jawaban diatas untuk soal nomor 3 siswa sudah memahami masalah dan mampu membuat model matematika ke dalam bentuk pertidaksamaan, siswa juga sudah merencanakannya masalah dan melakukan pengecekan kembali.

(7)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 21

Gambar 4. Lembar Jawaban Siswa Gambar 4 menunjukkkan bahwa siswa yang berinisial MA sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi dengan skor akhir tes pemecahan masalah 78 dengan angket kemandirian berada dalam kriteria kuat. Hal ini dapat dilihat dari analisis lembar jawaban siswa nomor 4 bahwasanya sudah mampu memahami masalah, merencanakan pemecahannya seperti lembar jawaban di atas siswa bisa menentukan perhitungan keuntungan maksimal.

Gambar 5. Lembar Jawaban Siswa Gambar 5 menunjukkan bahwa lembar jawaban siswa yang berinisial FR, menjawab soal nomor 1, kemampuan pemecahan masalah berada pada kriteria sedang karena memiliki skor akhir 52. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa sudah berusaha menjawab semua soal kemampuan pemecahan masalah, namun siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Contohnya jawaban 1 seharusnya pada langkah kedua, tanda pertidaksamaannya adalah kecil sama namun sudah terlihat bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang.

(8)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan…

Volume 4 Nomor 1, Maret 2021, ISSN 2599-3291 (Cetak), ISSN 2614-3933 (Online)

22

Gambar 6. Lembar Jawaban Siswa Gambar 6 menunjukkan bahwa siswa yang berinisial FM berkemampuan pemecahan masalah yang mana skor akhir pemecahan masalah adalah 44. Hal ini dapat dilihat dari lembar jawban siswa yaitu siwa sudah memahami masalah namun tidak dapat merencanakan dan menyelesaikan masalah.

Gambar 7. Lembar Jawaban Siswa

Gambar 7 menunjukkan lembar jawaban siswa yang berinisial AI memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah, ini terlihat dari lembar jawaban siswa nomor 3, siswa kurang mampu menyelesaikan masalah untuk pertidaksamaan linear menentukan nilai minimum dan maksimum, siswa tidak mampu menjawab soal nomor 3 dan 4 karena kesulitan dalam memahami masalah sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan pemecahan masalah. Hal ini dibuktikan dari lembar jawaban siswa, siswa mendapat skor 28.

Gambar 8. Lembar Jawaban Siswa Gambar 8 menunjukan bahwa siswa yang berinisial MI dari jawaban soal nomor 1 memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah. Hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban siswa bahwa siswa hanya mampu menuliskan kembali apa yang diketahui namun tidak dapat memahami masalah dengan baik. Dari 4 soal pemecahan masalah siswa tidak mampu menjawab dengan benar, siswa hanya

(9)

Mitra Yeni, Melisa, Hafizah Delyana Analisis Kemampuan Pemecahan… 23

menuliskan diketahui saja sehingga siswa mendapatkan skor akhir pemecahan masalah 35 dan skor kemandirian belajar 45.

Dari analisis lembar jawaban siswa di atas terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa memiliki tingkatan sangat tinggi, tinggi dan sedang. Namun, secara keseluruhan siswa yang berkemampuan rendah hanya dua orang dan satu orang siswa memiliki kriteria kemandirian lemah dari 31 orang siswa, hal ini dapat dikatakan kemampuan pemecahan masalah siswa baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat dikatakan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi program linear siswa baik, dari empat indikator pemecahan masalah matematis, indikator yang memiliki nilai sangat tinggi adalah memahami masalah dengan skor 90,04% dan yang memiliki indikator dengan nilai terendah adalah pengecekan kembali jawaban dengan skor rata-rata 39,7%. Bagi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah adalah karena kurang memahami masalah, sehingga tidak mampu menyelesaikan jawaban ke tahap selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., & Nurjaman, A. (2018). Analisis

Kemampuan Pemahaman Konsep Materi Segitiga dan Segiempat pada Siswa SMP. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif,

1(2), 1015–1026.

https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.219-228 Delyana, H. (2015). Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended. Lemma, 2(1), 26–34.

Heryani, Y., & Ramadani, R. (2019). ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS PESERTA DIDIK

BERDASARKAN GAYA BELAJAR MODEL HONEY-. 1(2), 66–71.

NCTM. (2000). Six Principles for School Mathematics.

Noviantii, E., Yuanita, P., & Maimunah, M. (2020). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Journal of Education and Learning Mathematics

Research (JELMaR), 1(1), 65–73.

https://doi.org/10.37303/jelmar.v1i1.12 Sumartini, T. S. (2018). Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Mosharafa: Jurnal

Pendidikan Matematika, 5(2), 148–158.

https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.27 0

Gambar

Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa
Gambar 3. Lembar Jawaban Siswa
Gambar  4  menunjukkkan  bahwa  siswa  yang  berinisial  MA  sudah  memiliki  kemampuan  pemecahan  masalah  tinggi  dengan  skor  akhir  tes  pemecahan  masalah  78  dengan  angket  kemandirian  berada  dalam  kriteria  kuat
Gambar 6. Lembar Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini merupakan pembahasan mengenai Pengaruh Pembelajaran Fikih Terhadap Pemahaman Keagamaan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu

dikerjakan. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan di bidang ilmu sosial di Indonesia, ia mengajukan lima butir penting: 1) apa yang dimaksud

psychological well-being yang dimiliki. Psychological well-being dapat lebih optimal baik pada subjek yang bekerja di bidang akademik ataupun non-akademik, bila

d. Setiap perubahan terhadap makna dan tata ruang mestinya juga didialogkan dengan warga kota. Ada ruang partisipasi publik. Sehingga identitas yang dikehendaki

Dari hasil pengukuran geolistrik untuk air tanah dalam , akifer berada pada kedalaman 38,10 – > 138,40 - 200 meter dengan tahanan jenis vertikal batuan sebenarnya

Akibatnya terhadap menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pemilu, tetapi ini mungkin terjadi karena minimnya sosialisasi yang di lakukan oleh KPU, hal ini dapat di

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun

Bahkan untuk mencapai sasaran tersebut pemerintah merumuskan prioritas pembangunan nasional 2004-2009 adalah penanggulangan kemiskinan dengan kebijakan yang diarahkan