• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Berbahasa Korea : Studi Kasus Karangan Mahasiswa Pembelajar Bahasa Korea Tingkat Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kesalahan Berbahasa Korea : Studi Kasus Karangan Mahasiswa Pembelajar Bahasa Korea Tingkat Awal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kesalahan Berbahasa Korea : Studi Kasus Karangan Mahasiswa

Pembelajar Bahasa Korea Tingkat Awal

Maria Triana Dewi

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

Email: mariatriana1104@gmail.com

Abstrak

Sebagian besar manusia merupakan masyarakat dwibahasa. Kemampuan bahasa asing atau bahasa kedua diperoleh melalui proses pembelajaran. Proses tersebut dilakukan melalui proses transfer dari bahasa pertama ke bahasa kedua, hal ini menimbulkan terjadinya kesalahan berbahasa. Penelitian ini membahas mengenai kesalahan ejaan dan tata bahasa Korea pada karangan yang dibuat oleh 35 mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia angkatan 2013/2014. Penelitian ini menggunakan analisis kesalahan berbahasa dan metode kuantitatif dan kualitatif dengan mendiskripsikan jenis kesalahan ejaan dan tata bahasa dari data yang didapat. Sumber penelitian ini diambil dari soal ujian TOPIK (Test of Profiency in Korean). Melalui penelitian ini pembaca diharapkan mampu mengetahui jenis kesalahan ejaan dan tatabahasa dalam mengarang.

Kata kunci :

Kesalahan penulisan, analisis kontrastif, analisis kesalahan, interferensi. ejaan, tata bahasa

Abstract

Most of people is bilingual society. Foreign language or second language ability is got by learning process. This process is doing by transfer process from first language to two language that will appear an error language. The topic of this paper is Korean Grammar and Spelling Errors of writing examination result which was made by 35 Korean Studies Students of the academic year of 2013/3014 of the University of Indonesia. This research is using language error’s analysis, and also using mix method by describing types of grammar and spelling errors from the qualitative data that was got. This sources in this research is taken from writing case of TOPIK (Test of Profiency in Korea). Through this paper we can comprehend about the kinds of grammar and spelling error in writing.

Keywords :

Writing errors, contrastive analysis, language error’s, analysis, interference, spelling, grammar

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di era global seperti sekarang ini, bahasa asing merupakan kemampuan utama yang diperlukan dalam bekomunikasi maupun bekerja, sehingga mempelajari bahasa asing merupakan sebuah keharusan apabila kita bekerja, berhubungan, dan bemasyarakat dengan orang asing. Hubungan antarbangsa menuntut bahasa sebagai alat komunikasinya, sehingga menimbulkan usaha untuk mempelajari bahasa asing. Hal tersebut sesuai dengan fungsi interaksional bahasa yaitu untuk memantapkan dan memelihara komunikasi sosial.

Bahasa asing yang dipelajari dan kelak digunakan dalam berkomunkasi tersebut dikenal dengan bahasa kedua (B2). Seperti yang diungkapkan oleh Muriel Saville (2006: 4) bahwa: “Typically an official or society dominant language needed for education, employment, and other basic purposes.

(2)

It is often acquired by minority group members or immigrants who speak another language natively” (Bahasa khas yang berpengaruh besar dalam masyarakat sosial maupun resmi, yang diperlukan dalam pendidikan, pekerjaan dan tujuan lainnya dan sering diperoleh dari anggota kelompok minoritas atau imigran yang dapat berbicara bahasa lainnya dengan alami).

Berbeda dengan bahasa pertama yang telah diperoleh secara alami sejak kecil, bahasa kedua diperoleh melalui proses pembelajaran. Menurut Chomsky, hasil dari proses pembelajaran bahasa yaitu kemampuan berbahasa (competence) dan kemahiran berbahasa (performance). Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran bahasa, competence berarti kemampuan membedakan bunyi, fonem, dan kalimat yang ambigu. Selain itu dapat pula membedakan kosakata dan kalimat, serta bunyi bahasa pertama dan kedua. Richard dan Roger Walen menambahkan bahwa kemampuan berbahasa yaitu kemampuan untuk memproduksikan dan memahami tutur-tutur. Di sisi

lain performance merupakan praktek/ pelaksanaan berbahasa asing yang telah dipelajari. Kemampuan berbahasa yang terwujud melalui proses pembelajaran pasti melalui fase kesalahan

sebelum mencapai tingkat kemahiran berbahasa. Kesalahan saat mempelajari bahasa adalah hal yang umum, baik saat mempelajari bahasa ibu maupun bahasa asing. Dulay, Burt and Krashen (1982: 61) berpendapat bahwa “Nowadays, errors made by learners in the process of language learning are not considered as a negative aspect of language learning but a natural step in development of language skills” (Kesalahan yang dibuat oleh seseorang dalam proses mempelajari suatu bahasa bukanlah suatu hal yang buruk, melainkan sebuah langkah alami dalam mengembangkan kemampuan berbahasa). Dulay, Burt and Krashen juga mengatakan “People cannot learn language without first systematically committing errors” (Manusia tidak dapat belajar bahasa tanpa melakukan kesalahan pertama secara sistematis).

Ejaan merupakan bagian dari otografi, yaitu bagaimana mewujudkan bunyi kedalam bentuk huruf dan sekaligus bagaimana menyusun huruf-huruf itu menjadi kontruksi yang lebih besar, yaitu tulisan (1995: 89). Berkaitan dengan kesalahan ejaan pada tulisan, Corder (1974) dalam Indihadi membatasi istilah kesalahan berbahasa yang terbagi menjadi 3 yakni lapses, error, dan mistake.

a. Lapses merupakan kesalahan berbahasa akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya. Jenis kesalahan ini diistilahkan dengan Slip of the tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan Slip of the pen.

b. Error merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (Breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Corder juga menambahkan bahwa error adalah penyimpangan yang sistematik dan konsisten dan menjadi ciri khas dari sistem bahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu.

c. Mistake yaitu penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, keseleo, kelelahan, tekanan emosional, dan sebagainya. Kesalahan ini dapat dibenahi dengan mengingatkan si penutur bahasa. Menurut analisis kesalahan (anakes), kesalahan berbahasa erat kaitanya dengan interferensi dan transfer, Tarigan (1986:46). Interferensi merupakan kesalahan yang disebabkan oleh ketidakfamiliaran penutur bahasa pertama dengan bahasa yang dipelajari yaitu bahasa kedua. Hal ini berarti bahwa interferensi sekecil apapun pasti terjadi saat mempelajari bahasa kedua/ bahasa sasaran. Adapun istilah transfer digunakan untuk pindahan bahasa yang menyebabkan kesalahan karena bentuk-bentuk bahasa itu tidak sama atau penggunaannya tidak sama.

Inteferensi menyebabkan munculnya berbagai kesalahan pada pembelajaran bahasa sasaran. Keragaman jenis kesalahan diakibatkan karena setiap bahasa memiliki aturan, kaedah dan sistem bahasa yang berbeda-beda. Hal ini menjadi pendorong bagi penulis untuk mengetahui lebih dalam

(3)

tentang dampak interferensi bahasa Indonesia terhadap kesalahan penulisan bahasa kedua yaitu bahasa Korea. Contoh kesalahan penulisan bahasa Korea yang penulis temui pada sebuah karangan mahasiswa yang diambil secara acak yaitu kesalahan penulisan fonem; yaitu kata 숙체(sukche),

어늘(eoneul), 여즘(yeojeum) yang seharusnya ditulis 숙제(sukje), 오늘(oneul), 요즘(yojeum). Contoh tersebut merupakan salah satu contoh kesalahan penulisan yang berhubungan dengan perbedaan fonem antara bahasa Indonesia dan bahasa Korea.

Tulisan ini akan membahas tentang kesalahan penulisan yang mencakup kategori linguistik baik dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Objek penelitian ini yaitu hasil karangan mahasiswa jurusan bahasa dan kebudayaan Korea Universitas Indonesia angkatan pertama. Alasan pemilihan untuk meneliti mahasiswa tingkat 1 karena mahasiswa telah memahami tulisan aksara Korea dan dapat merangkai kalimat sederhana; selain itu mahasiswa tingkat 1 merupakan pembelajar bahasa dengan tingkat kesalahan akibat interferensi bahasa Indonesia paling besar. Penulis menggunakan teknik mengarang dalam mengetahui kesalahan penulisan pada obyek penelitian; hal itu dilandasi dengan alasan bahwa teknik mengarang merupakan sebuah teknik tes terpadu dan semua komponen bahasa akan tampak dalam teknik ini (1986: 27).

1.2 Masalah Penelitian

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1) Kesalahan linguistik apa yang sering dilakukan oleh mahasiswa tingkat pertama dalam mengarang?

2) Dari kesalahan yang ditemukan, pengaruh interferensi bahasa Indonesia apa yang menyebabkan kesalahan berbahasa Korea?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan kesalahan linguisitik dominan apa yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat pertama saat mengarang dalam bahasa Korea.

2) Menjelaskan pengaruh interferensi bahasa Indonesia dalam berbahasa Korea, dilihat dari kesalahan kategori linguistik penulisan pada karangan mahasiswa tingkat pertama.

3) Membantu mahasiswa dalam proses pemahaman bahasa Korea melalui kesalahan yang sering dilakukan dalam mengarang, dan membantu guru/ dosen dalam mengajarkan bahasa Korea. 1.4 Manfaat Penelitian

Kesalahan berbahasa merupakan salah satu proses untuk memperoleh kemampuan bahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, dengan mengetahui pola dan jenis kesalahan berbahasa Korea oleh mahasiswa Indonesia, pembelajar mampu mengetahui jenis kesalahan dan belajar menggunakan kaedah bahasa Korea yang benar. Melalui penelitian ini pembaca, khususnya pelajar bahasa Korea mampu memahami penggunaan ejaan dan tata bahasa Korea dengan benar. Sedangkan bagi pengajar, diharapkan dapat memahami kesalahan yang sering dilakukan dan mengulas kembali pembenaran ejaan dan tata bahasa yang salah.

(4)

Definisi analisis kesalahan menurut Tarigan adalah prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Ruru dan Ruru dalam Pateda (1989) menambahkan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pembelajar belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori- teori dan prosedur linguistik.

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan), meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) B1 terhadap B2. Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) B1 dengan B2. Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau interferensi B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang tepat. Analisis kesalahan berbahasa dalam penelitian ini menggunakan pembagian wilayah (taksonomi) kesalahan menurut Burt, Dulay, dan Krashen (1982) yakni Taksonomi kategori linguistik dan strategi performasi.

Taksonomi kategori linguistik menurut Nurhadi (1999) yaitu taksonomi yang membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dalam kategoti ini dibedakan menjadi:

a. Kesalahan tataran fonologi bagi lisan/ ejaan bagi tulisan; b. Kesalahan tataran morfologi dan sintaksis;

Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran penggunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sintaksis atau morfem-morfem gramatikal dalam tataran morfologi.

Sedangkan taksonomi kategori strategi performasi merupakan jenis kesalahan didasarkan kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran B2. Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan, yaitu :

a. Penanggalan/ penghilangan (Omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

b. Penambahan (Addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

c. Kesalahbentukan (Misformation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.

d. Kesalahurutan (Misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Penerapan metode yakni teknik penelitian berupa tes mengarang dan menghitung jumlah kesalahan. Setelah mendapatkan hasil, selanjutnya penulis akan mengelompokan dan mendiskripkan kesalahan ejaan dan tata bahasa. Penelitian ini berbentuk studi kasus terhadap kesalahan penulisan pada karangan berbahasa Korea mahasiswa tingkat 1(Semester 2) Universitas Indonesia.

(5)

4. Analisis dan Interpretasi Data

A. Kesalahan Ejaan Vokal

•Kesalahan ejaan ㅗ/o/ yang ditulis dengan ㅓ/eo/ dan penulisan ejaanㅓ/

/ yang ditulis

dengan ㅗ/o/.

Tabel kesalahan ejaan vokal ㅗ/o/ dan ㅓ/eo/.

Benarà Salah Benar Salah ㅗ/o/à ㅓ/eo/ 소설/soseol/ 서설/seoseol/ 보다/boda/ 버다/beoda/ 별로/byeollo/ 별러/byeolleo/ 일본/ilbon/ 일번/ilbeon/ 청소/cheongso/ 청서/cheongseo/ Benarà

Salah Benar Salah

ㅓ/eo/ à ㅗ/o/ 소설 /soseol/ 서솔 /seosol/ 부터 /butheo/ 보토 /botho/ 저 /jeo/ 조 /jo/ 정말 /jeongmal/ 종말 /jongmal/ 서로 /seoro/ 소로 /soro/

•Kesalahan ejaanㅐ/ɛ/ yang ditulis dengan에/e/. Tabel kesalahan ejaan vokal ㅐ/ae/

Benarà

Salah

Benar Salah

ㅐ/ae/àㅔ/e/ 오랫 /oraet/ 오렛 /oret/

매일 /maeil/ 메일 /meil/ 책 /chaek/ 첵 /chek/ 때 /ttae/ 떼 /tte/ 생각 /saeng’kak/ 셍각 /sengkak/

Dari kesalahan pada poin tersebut, tampak adanya kesalahan B1 pada ejaan pelafalan vokal B2. Pembelajar awal sulit membedakan vokal ㅓ[

] dan ㅗ[o], serta vokalㅐ[ɛ] yang sering ditulis menjadi ㅔ/e/. Kesalahan ini terjadi karena adanya perbedaan (deferensiasi) fonem antara bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Deferensiasi yang terjadi pada kesalahan vokal yakni deferensiasi fonem yang berkekurangan, hal ini terjadi apabila dua buah bunyi dalam sistem bahasa kedua, tidak dibedakan pada sistem bahasa pertama, Weinreich dalam ketut (1981: 25). Bahasa Indonesia hanya mengenal satu vokal o[o], misalnya vokal o pada ‘obat’ dan ‘ongkos’dan 2 jenis vokal [e], yaitu e pada ‘ekor’ dan ‘sore’; serta əә pada kata ‘emas’ dan ‘ruwet’, sedangkan bahasa Korea memiliki dua

(6)

vokal ㅓ [

] dan ㅗ[o], serta vokal ㅔ[e] dan ㅐ[ɛ] yang hampir sama dengan vokal e dalam bahasa Indonesia.

Pembelajar bahasa Korea awal sulit membedakan penggunaan vokal ㅓ[

] dan ㅗ[o] akibat kurangnya vokal o dalam bahasa Indonesia. Hal itu menjadikan pembelajar merasa kesulitan membedakan bentuk mulut antara ㅓ[

] danㅗ[o] yakni bulat dan tidak bulat. Selain itu vokalㅐ[ɛ] terdengar mirip dengan ㅔ[e]. Apabila pembelajar belum memahami penulisan yang seharusnya, maka kesalahan ini akan mudah terjadi. Kesalahan penulisan huruf ㅔ/e/ juga tampak pada penulisan 후회하다 /huhwoehada/ yang ditulis menjadi 후헤하다 /huhehada/. Hal ini menunjukan bahwa interferensi ‘e’ dalam bahasa Indonesia sangatlah dominan sehingga memberikan berpengaruh dalam kesalahan penulisan dari pelafalan vokal ㅐ[ɛ] danㅚ[ wae].

B.Kesalahan Ejaan Konsonan

Kesalahan penulisan konsonan afrikatif palatal ㅈ/j/ yang ditulis menjadi ㅊ/ch/.

Tabel kesalahan ejaan konsonan ㅈ/j/

Benarà Salah Benar Salah ㅈ/j/ à ㅊ/ch/ 좋아합니다/joahamnida/ 촣아합니다/choahamnida/ 제 /je/ 체/che/

Konsonan dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang mencolok. Dalam bahasa Indonesia terdapat bunyi tak bersuara dan bersuara, sedangkan dalam bahasa Korea terdapat tiga fonem dalam satu pasangan minimal yakni bunyi lax (lemah), reinforced (kuat), dan aspirate

(aspirasi).

Dalam konsonan afrikatif bahasa Korea, terdapat 3 konsonan yaitu afrikatf lemah ㅈ[t      ], afrikatif kuat ㅉ[t  '  ], dan afrikatif aspirasiㅊ[  h  ]. Dalam bahasa Indonesia terdapat dua konsonan afrikat, yakni [c] sebagai konsonan tak bersuara dan [j] sebagai konsonan afrikat bersuara. Berdasarkan pelafalannya konsonan afrikat palatal [c] dilafalkan dengan daun lidah ditempelkan pada langit-langit keras dan kemudian dilepas secara perlahan sehingga udara dapat lewat dengan menimbulkan bunyi desis. Hal itu menyebabkan fonem [c] terdengar seperti [ch], Hal itu menimbulkan kesalahan penulisan kata 좋아하다/joahada/ dan 저/jeo/ yang di lafalkan dengan [choahada] dan [chəә] akan ditulis menjadi 초/cho/ dan 처/cheo/. Sementara konsonan afrikat palatal ‘j’ dibentuk dengan cara yang sama, tetapi pita suara dalam keadaan bergetar, Hasan (2003: 68). Berdasarkan penelitian tentang kesalahan konsonan yang telah dilakukan, kesalahan pelafalan konsonan tidak banyak terjadi. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsonan dapat diterapkan dengan baik dan pemakaian konsonan yang mengalami perubah fonem belum digunakan.

C.Kesalahan Susunan Kata

Berbeda dengan penulisan bahasa Korea yang ditulis menggunakan silable block (mendatar-menurun), penuisan pada bahasa Indonesia ditulis mendatar. Hal ini berpengaruh terhadap ejaan dalam penggalan kata yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan sendi/ juncture. Sendi merupakan peralihan bunyi satu ke bunyi yang lain dengan terdapat pemberhentian sejenak. Dengan sendi beberapa kata yang dilafalkan memiliki makna lain atau bahkan menjadi salah, misalnya kata/kemeja/ yang dilafalkan dengam [kemeja] (baju) dan [ke+meja] ((arah )ke meja). Hal itu

(7)

berarti pelafalan dengan sendi dapat menyebabkan perbedaan ejaan yang akan ditulis dan menimbulkan salah makna.

Seperti dalam kesalahan penulisan 조그만/jo-ge-man/ dan 마냑/ma-nyak/ yang harusnya ditulis dengan 조금만/jo-gem-man/ dan 만약/man-yak/. Pada kata 조금만/jo-geum-man/ yang ditulis menjadi 조그만/jo-geu-man/, pembelajar kurang menuliskan kononan ‘m’ dibawah suku kata

그/geu/. Sedangkan pada kata 만약/man-yak/ yang ditulis 마냑/ma-nyak/. Pada kasus ini pembelajar salah memenggal kata, dengan menggabungkan konsonan ‘n’ suku kata 약/yak/ menjadi

냑/nyak/.

Tabel kesalahan susunan kata bahasa Korea

Salah Benar

조그만/jo-geu-man/(kecil) 조금만/jo-jeum-man/

마냑/ma-nyak/ 만약/man-yak/

Dalam kesalahan susunan kata terdapat 2 karangan yang mengalami kesalahan. Dari kesalahan tersebut tampak adanya interferensi bahasa Indonesia pada susunan kata bahasa Korea, khususnya pada peletakan konsonan akhir. Selain itu, penulisan suku kata silable block bahasa Korea terkadang menimbulkan kebingungan saat mengejanya, terlebih apabila pembelajar kurang memahami susunan penulisannya. Misalnya dalam pelafalan 만약 [man-nyak], pembelajar akan kebingungan antara menuliskan 마냑/ma-nyak/, 만약/man-yak/, maupun 만냑/man-yak/.

D.Kesalahan Partikel

1. Penghilangan (Ommision) partikel

• Penghilangan partikel kasus objek -을/- 를 (eul/reul) pada objek kata kerja.

Partikel -을/-를(eul/reul) merupakan partikel yang terletak setelah kata benda, berfungsi sebagai penanda objek dalam suatu kalimat. Apabila kata benda memiliki akhiran huruf konsonan, maka partikel yang digunakan yaitu –을(eul), sedangkan untuk objek yang berakhiran vokal menggunakan partikel –를(reul). Penghilangan partikel -을/-를(eul/reul) terjadi dalam contoh kalimat berikut :

(X) 나중에 한국어__ 잘해서 한국어 책__ 읽고 싶어요.

(najung-e han’gukeo__ jalhaeseo han’kukeo chaek__ ilgo sipheoyo)

nanti-plt bahasa Korea-plt mahir- akh bahasa Korea buku-plt membaca ingin Jika (saya) mahir bahasa Korea nanti, aku ingin membaca buku bahasa Korea.

(O) 나중에 한국어를 잘하면 한국어책을 읽고 싶어요.

(najung-e han’gukeo-reul jalhaeseo han’kukeo chaek-eul ilgo sipheoyo) Jika (saya) mahir bahasa Korea nanti, aku ingin membaca buku bahasa Korea.

Pembelajar melakukan kesalahan penulisan dengan tidak menuliskan partikel kasus objek -을

/-를(eul/reul) setelah kata benda yang menjadi objek kalimat yakni kata해리포터책(harry potter chaek), 한국어(hankukeo), dan 책(chaek). Dalam kasus ini terdapat interferensi bahasa Indonesia dengan tidak memberikan partikel pembentuk objek pada kata benda sebagai penanda objek kalimat.

(8)

Partikel –에(e) memiliki beberapa fungsi preposisi. Selain sebagai partikel keterangan (preposisi) yang menunjukan arah, lokasi atau waktu (ke/di/pada), partikel -에 (e) juga dapat ditambahkan untuk menunjukan ’satuan/unit, yang dalam bahasa Indoneisa diartikan dengan’per/ (berapa) kali se..’. Pada contoh kesalahan dibawah ini pelajar menghilangkan partikel –에(e) dan tampak mengikuti pola tata bahasa Indonesia. “Sebulan tiga kali” dengan menuliskan 1달 3 번(han dal –e se beon). Pada kesalahan tipe ini terdapat pada sebuah karangan.

(X) 옛날에 1 달__ 3 번쯤 만화책을 샀어요.

(yetnal-e han dal__ se beon jjeum manhwachae-eul sasseo-yo). Dulu-ptl sebulan-plt tiga kali kira-kira komik-plt membeli-akh Dulu (saya) membeli buku komik kira-kira tiga kali sebulan.

(O) 옛날에 1 달에 3 번쯤 만화책을 샀어요.

(yetnal-e han dal-e se beon jjeum manhwachae-eul sasseoyo). Dulu (saya) membeli buku komik kira-kira tiga kali sebulan.

• Penghilangan partikel kasus subjek -이/-가 (i/ga) sebagai subjek penanda kata sifat.

Penghilangan partikel juga terjadi pada partikel kasus subjek -이/가(i/ga) sebagai subjek penanda kata sifat. Terdapat 6 karangan yang melakukan kesalahan.

(X) 그런데지금만화책__ 너무 비싸서 살 수 없어요

(geureonde jigeum manhwachaek__ neomu pissa-seo sal su eobseoyo) Tapi sekarang buku komik sangat mahal-akh membeli bisa tidak-akh Tapi sekarang karena buku komik sangat mahal, aku tidak bisa beli

(O) 그런데 지금 만화책이 너무 비싸서 살 수 없어요.

(geureonde jigeummanhwachaek-i neomu pissaseo sal su eobseoyo) Tapi sekarang karena buku komik sangat mahal, aku tidak bisa beli

Selain menunjukan sebuah kata merupakan subjek pada suatu kalimat, partikel -이/-가(i/ga) harus diletakan pada subjek yang berpredikat adjektiva (kata sifat). Dari contoh kalimat diatas pelajar membuat kesalahan tidak menuliskan partikel subjek -이/-가(-i/ga) Kesalahan ini juga mencerminkan pengaruh bahasa Indonesia yang tidak menggunakan partikel penanda subjek.

• Penghilangan partikel subjek pelengkap - 이/가 (i/ga) pada bentuk - 이/-가 되다 (i/ga

dwoeda) yang berarti ‘ menjadi’.

Pada kesalahan sebelumnya, kesalahan penggunaan partikel -이/-가(i/ga) terdapat pada kalimat dengan predikat adjektif (kata sifat). Dalam pembahasan kali ini terdapat penghilangan Partikel

-이/-가(i/ga) yang seharusnya diletakan sebelum predikat ’되다’(dwoeda) yang berarti ‘menjadi….’, terdapat sebuah kesalahan dalam penghilangan partikel ini.

(X) 지금은 책을 읽는 것은 제 취미__ 됐어요.

(jigeumeun chaek-eul ikneun geoss-eun je chuimi__ dwaesseo-yo) Sekarang-ptl buku-ptl membaca-plt saya hobi-ptl menjadi-akh Sekarang membaca buku menjadi hobiku

(O) 지금 책을 읽는 것은 제 취미가 됐어요.

(jigeumeun chaek-eul ikneun geosseun je chuimi-ga dwaesseoyo.) Sekarang membaca buku menjadi hobiku

(9)

Jika dibandingkan dengan struktur bahasa Indonesia, kesalahan penghilangan partikel kasus objek

-을/-를(eul/reul), partikel kasus keterangan –에(e), partikel kasus subjek -이/-가(i/ga), serta partikel subjek pelengkap -이/-가(i/-ga) sebelum kata kerja 되다(dwoeda) terjadi karena adanya interferensi B1 akibat dalam struktur B1 tidak mengenal partikel tersebut.

2. Penambahan (Addition) partikel

• Penambahan partikel kasus adnominal –에(e) sebelum partikel pelengkap –마다(mada)

‘setiap’.

Penambahan partikel kasus adnominal –에(e) sebelum partikel pelengkap –마다(mada)’setiap’ berarti bahwa terdapat dua partikel yang digunakan dalam sebuah nomina. Aturan pemakaian –

마다(mada) menurut Baek yakni “명사에 붙어서 쓰이는데 다른 조사와 어울릴 수 있다, 예를

들면 ‘-마다도, -마다는, -마다의’가 쓰이다” (Partikel –마다(mada) dapat diletakan setelah nomina, serta dapat digabungkan dengan partikel lain, misalnya –도(do), -는(neun), dan –의(eu). Dari aturan pemakaian –마다 (mada) tersebut, penulis menemukan sebuah kesalahan dengan adanya penambahan partikel preposisi –에(-e) pada nomina keterangan waktu ‘주말’(jumal) yang berarti akhir pekan.

(X) 보통 주말에 마다 제가 만화책을 읽어요.

(bothong jumal-e mada je-ga manhwachae-eul ilgeoyo)

Biasanya akhir pekan-prl prl saya-prl buku komik-prl membaca-akh Biasanya saya membaca buku komik setiap akhir pekan.

(O) 보통 주말마다 제가 만화책을 읽어요.

(bothong jumalmada je-ga manhwachae-eul ilgeoyo) Biasanya saya membaca buku setiap akhir pekan.

Partikel -에(e) yang berarti ‘pada’ dalam kalimat tersebut dapat digunakan bila kata –마다(mada) dihilangkan, misalnya ‘보통주말에제가만화책을읽어요’ (bothong jumar-e je-ga manhwachae-eul ilgeoyo) yang berarti (pada) akhir pekan biasanya saya membaca komik. Sebaliknya, partikel –

마다(mada) dapat digunakan bila partikel –에(e) dihilangkan, misalnya dalam kata’보통주말마다 제가만화책을읽어요’(bothong jumalmada je-ga manhwachae-eul ilgeoyo) yang artinya biasanya setiap akhir pekan saya membaca buku. Kesalahan ini termasuk dalam generalisasi berlebihan, pembelajar salah menerapkan aturan penggunaan partikel Bahasa Korea.

• Penambahan partikel objek - 을/-를(eul/reul) sebelum partikel pelengkap –도(do)’juga’.

Penggunaan –도(do) menurut Baek yakni “문장에서 주어, 목적어 기능을 하는 명사에 붙어서

그 기능을 하고 뜻을 더해 준다. 주격, 목적격 조사 이외의 다른 조사와 쓰일 때는 그들

조사 뒤에 붙는다. 예를 들면 ‘- 과도’, -에게도, -께도, 께서도, - 까지도’ 등과 같다. 또

때로는 어미나 부사와 연결하여 ‘-어서도, -다가도, - 는데도, 많이도,…’와 같이 쓴다”(Diletakan setelah nomina subjek dan objek dan memberikan tambahan nomina baru dalam suatu kalimat. Selain partikel kasus subjek dan objek, -도(do) juga dapat digabungkan dengan partikel lainnya, contohnya –과도(kwado), -에게도(egedo), -께도(kkedo), 께서도(kkeseodo)). Kim-Renaund (2009: 190) menambahkan bahwa partikel objek -을/-를(eul/reul) harus dihapus bila partikel –도(do) digunakan.

Terdapat 3 karangan yang melakukan penambahan partikel kesalahan dengan menambahkan partikel kasus objek -을/-를(eul/reul) diantara nomina objek dan partikel pelengkap sebelum kata –

(10)

intralanguage dari B2 ke B2 yang berarti kesalahan bukan dikarenakan pengaruh bahasa pertama, melainkan karena pembelajar salah memahami tata bahasa bahasa kedua maupun ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tak sempurna, dan salah menghipotesiskan konsep bahasa kedua.

(X) Hriller 서솔책을도싫어해요.

(Hriller seosol chaek-eul-do sirheohae-yo) Hriller novel buku-prl prl tidak suka-akh Saya juga tidak menyukai novel Hriller.

(O) Hriller 소설책도 싫어해요.

(Hriller seosol chaek-eul-do sirheohaeyo) Saya juga tidak menyukai novel Hriller. 3. Kesalahbentukan (Misformation) partikel

• Kesalahanbentukan partikel kasus objek -을/-를(eul/reul).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, partikel -을/-를(eul/reul) berfungsi sebagai penunjuk objek suatu kalimat yang terletak di akhir kata benda. Selain kesalahan penghilangan partikel -을

/-를(eul/reul), terdapat pula kesalahan dengan tidak digunakannya partikel objek pada suatu objek kalimat. Pembalajar melakukan empat kesalahan dengan menggunakan partikel pembentuk topik

-는/-은(neun/eun) dan partikel subjek -이/-가(i/ga) pada objek kalimat. Kesalahan yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajar belum memahami penggunaan partikel bahasa Korea.

(X) .

(detective seoseol chaek-eun igeul ttae saengkak-eul manhi haeya ha-mnida) Dektektif novel buku-ptl membaca saat berfikir-plt banyak harus-akh Ketika membaca komik detektive, (saya) harus banyak berfikir.

(O) .

(thamjeong seoseol chaek-eul igeul ttae saengkak-eul manhi haeya hamnida) Ketika membaca komik detektive, (saya) harus banyak berfikir.

Disisi lain, penggunaan partikel -는/-은(neun/eun) pada objek kalimat yang seharusnya diberi partikel -을/-를(eul/reul) menunjukan bahwa pembelajar menjadikan objek kalimat sebagai topik kalimat yang ingin dibicarakan

• Kesalahbentukan partikel kasus subjek -이/-가(i/ga).

Selain sebagai penanda subjek dalam suatu kalimat, partikel kasus subjek -이/-가(i/ga) wajib diletakan pada kata benda yang memiliki predikat berupa kata sifat. Pada kasus ini terdapat kesalahan penggunaan partikel -이/-가(i/ga); pembelajar menggunakan partikel penanda objek –

을/-를(eul/reul) pada objek yang berpredikat kata sifat, seperti : banyak gambar, tidak suka novel, dan ada banyak gambar. Terdapat 8 kesalahan karangan pada penggunaan partikel ini.

(X) 그책속에많이그림을 있어서재미있습니다.

(geu chaeksok-e manhi geurim-eul isseoseo jaemiisseumnida)

Itu buku dalam-ptl(di) banyak gambar-ptl ada-akh (karena) menarik-akh Buku itu menarik karena ada banyak gambar di dalamnya.

(O) 그 책에그림이 많이 있어서 재미있습니다.

(11)

Buku itu menarik karena ada banyak gambar didalamnya.

Partikel -이/-가(i/ga) merupakan phonological allomorph yang mengikuti akhiran suku kata pada nomina, jika kata berakhiran konsonan, maka partikel yang digunakan adalah –이(i) dan kata yang berakhiran vokal menggunakan partikel –가(ga). Berikut terdapat contoh kesalahan penggunaan partikel -이/-가(i/ga) yang dilakukan oleh pembelajar bahasa Korea tingkat awal akibat ketidaktelitian saat menulis.

(X) 로만스 소설가 재미 촣아합니다.

(romance soseol-ga jaemi choaha-mnida) Romance novel-ptl menarik suka-akh Saya novel romance karena menarik

(O) 로맨스 소설이 재미있어서 좋아합니다. (romance novel-i jaemi-isseoseo joahamnida)

Saya menyukai novel romance karena menarik

Kesalahan penggunaan partikel kasus subjek -이/-가(i/ga) yang lain yakni penggantian partikel pada nomina yang berarti menjadi subjek kalimat -이/-가(i/ga) dengan partikel penanda topik kalimat -는/-은(neun/eun). Pada kalimat ‘저는 좋아하는 소설책은 Bidadari-Bidadari Surga 예요’(jeoneun joahaneun soseol chaek-eun bidadari-bidadari surgayeyo). Subjek kalimat ‘저’(jeo/saya) harus dibubuhi partikel –가(ga) menjadi ‘제가’ (jega/ku). Selain itu, topik kalimat yang ditandai oleh partikel –은/-는(eun/neun) pada kalimat tersebut yakni ‘좋아하는 소설 책‘(joahaneun soseol chaek) yang berarti ‘buku novel yang disukai’.

(X) 저는 좋아하는소설책은Bidadari-Bidadari Surga예요.

(Jeo-neun joaha-neun soseol chaek-eun Bidadari- bidadari surge-yeyo) Saya sukai-akh (yang) novel buku-ptl Bidadari-bidadari surga kop(adalah) Novel yang ku sukai adalah “ bidadari-bidadari surga.

(O) 제가 좋아하는소설책은 “Bidadari-Bidadari Surga”예요.

(Je-ga joahaneun soseol chaek-eun bidadari- bidadari surgayeyo) Novel yang ku sukai adalah “bidadari-bidadari surga.

• Kesalahanbentukan partikel pelengkap -은/-는(eun/eun).

Partikel -은/-는(eun/-neun) merupakan partikel kasus pelengkap pada kata benda yang menunjukan bahwa kata tersebut merupakan topik suatu kalimat. Seperti yang dikatakan oleh Baek,”-는/은 이 붙은 명사가 문장의 맨 앞에 올 때는 그 명사가 문장의 주제임을 나타내고. 그 밖에 명사가

아닌 다른 형태소와 결합해서 쓰이는 경우에는 ‘대조’와 ‘강조’의 뜻을 나타낸다”(Partikel

-는/-은(neun/eun) yang melekat pada kata benda di awal kalimat menunjukan topik dalam kalimat tersebut; sedangkan bila terdapat dalam kata benda lainnya dalam satu kalimat maka fungsi partikel ini menjadi sebuah ‘pembanding’ atau ‘penekan’ dalam suatu kata benda).

Dalam karangan yang ditulis oleh mahasiswa, kesalahan pemakaian partikel pelengkap -은

/-는(eun/neun) dilakukan oleh 8 pembelajar dengan mengganti partikel tersebut dengan partikel subjek -이/-가(i/ga), sehingga dalam satu kalimat terdapat dua partikel subjek -이/-가(i/ga) tanpa adanya partikel -은/-는(eun/neun) yang menunjukan adanya topik dalam suatu kalimat. Kesalahan penggunaan partikel -이/-가(i/ga) pada topik kalimat dapat terjadi karena kurangnya pemahaman

(12)

pembelajar terhadap fungsi partikel, serta adanya interferensi struktur S-P-O bahasa Indonesia. Sebagai contoh :

“Buku yang paling kusukai adalah novel” Subjek Predikat Objek

Dalam kalimat diatas kata ’buku yang paling kusukai’ merupakan subjek dalam bahasa Indonesia, sehingga pembelajar menggunakan partikel pembentuk subjek -이/-가(i/ga) walaupun sebelumnya telah menggunakan partikel -이/-가(i/ga) untuk nomina pada kata ‘saya’ (제가(je-ga)).

(X) 제가가장좋아하는책이 만화예요.

(je-ga kajang joahaneun chaek-i manhwa-yeyo)

Saya-ptl paling suka-akh (yang) buku ptl novel-kop(adalah) Buku yang paling kusukai adalah novel.

(O) 제가가장좋아하는책은 만화예요.

(je-ga kajang joahaneun chaek-eun manhwayeyo) Buku yang paling kusukai adalah novel.

Terdapat juga kesalahan penggunaan partikel pembentuk topik -은/-는(eun/neun) dengan menggunakan partikel kasus objek -을/-를(eul/reul). Hal ini mungkin terjadi akibat ketidaktelitian dalam penggunaan partikel.

(X) 제가제일좋아하는책을 Illiana Tan의 Autumn in Paris이에요.

(je-ga jeil joahaneun chaek-eul Illiana Tan-eu Autumn in Paris-ieyo)

Saya-ptl paling sukai-akh (yang) buku-ptl Iliiana Tan-plt Autum in paris-akh Buku yang paling kusukai adalah buku autumn in Paris karangan Illiana Tan. (O) 제가제일좋아하는책은 Illiana Tan 의 Autumn in Paris예요.

(je-ga jeil joahaneun chaek-eun Illiana Tan-eu Autumn in Paris-ieyo) Buku yang paling kusukai adalah autumn in Paris karangan Illiana Tan.

• Kesalahbentukan partikel –의(eu)

Partikel kasus adnominal atau yang dalam bahasa inggris dikenal dengan apostrophe plus s[-‘s]’ memiliki fungsi mirip dengan ‘of,on, for, to, by, at,dan in. Menurut Usmi (2007:64), partikel –

의(eu) merupakan partikel kasus adnominal yang dapat digunakan untuk menunjukan kepunyaan/ kepemilikan. Selain itu menurut Baek partikel –의(eu) memiliki arti ‘yang ada didalam …(-에속해 있는’이라는의미를지니고있다).

Melalu penelitian ini, peneliti menemukan dua kesalahan pemakaian partikel –의(eu) yang berarti ‘yang didalam…’ pembelajar menggunakan partikel yang tidak tepat yaitu partikel kasus objek

-을/-를(eul/reul). Menurut penulis kesalahan ini terjadi akibat objek/ benda yang ingin dibahas adalah 소설 (soseol/ novel), sehingga fokus pemberian partikel bukanlah menurut fungsi kelas kata dalam kalimat (sebagai adnominal), namun sebagai objek/ kata benda yang ingin diceritakan. Kesalahan ini juga dapat terjadi apabila pembelajar belum memahami fungsi partikel adnominal secara keseluruhan.

(X) .

(soseol chaek-eul series-ga neomu manh-ayo) Novel buku-ptl series-ptl sangat banyak-akh

Series buku (yang ada didalam) novel sangat banyak.

(13)

(soseol chaek-eu series-ga neomu manhayo)

Series buku (yang ada didalam) novel sangat banyak. E. Kesalahan Ending (어미)

어미(eomi) dalam bahasa Inggris diartikan sebagai ending , Arti dan fungsi ending menurut, Han

(2010: 198) yakni “어형 변화를 하는 단어는 어간과 문법적 기능을 표시하는 어미로

구성된다” (Kata yang ditafsirkan atau yang dibangun melalui akhiran dalam kalimat dan memiliki kemampuan grammatikal). Berdasarkan distribusinya ending dalam bahasa Korea dibagi menjadi dua yakni close ending dan connective ending. Connective ending merupakan akhiran yang tidak mengakhiri suatu kalimat, melainkan berfungsi sebagai kata sambung/ penghubung dengan kalimat lainnya. Sedangkan final ending terletak pada akhir kalimat setelah kata kerja. Kesalahan ending

bahasa Korea yang muncul dalam karangan yakni kesalabentukan connective ending

-아/어서(a/eoseo) yang berarti alasan/urut

• Kesalahbentukan cause, reason connective ending (-아서/-어서/그래서)

(aseo/eoseo/geuraeseo).

Kesalahan penggunaan cause, reason final ending (원인.이유연결어미) –아서/-어서(aseo/eoseo) atau –그래서(geuraeseo) yang seharusnya menggunakan contrast final ending –지만(jiman)

(대립.대조관계 연결 어미). Dalam kalimat 바쁘고 시간이 없어서요. 그래서 저는 시간이

있으면 만화를 읽어요(bappeugo sigan-i eobseoseoyo. Geuraeseo jeoneun sigan-i isseumyeon manhwa-reul ilgeoyo) yang artinya saya sibuk dan tidak ada waktu, jadi kalau saya ada waktu saya membaca komik), pembelajar menggunakan ending –그래서(geuraeseo) yang berfungsi sebagai penanda hubungan sebab akibat. Namun dalam kalimat ini terdapat kontras kalimat antara ‘시간이 없다’(sigan-i eobta) yang berarti ‘tidak ada waktu’ dan ‘시간이 있다’(sigan-i itta) yang berarti ‘ada waktu’, maka kata hubung yang seharusnya digunakan yakni final ending kontras –

지만(jiman) yang berati ‘tetapi’. Seperti yang dijelaskan oleh Kim mengenai fungsi konjungsi –

지만(jiman), Kim (2008: 382) mengatakan ‘-지만’은 앞절과 뒷절이 ‘대립.대조’ 관계가 되도록 연결해 주는 기능을 지니고 있다’(Kalimat pertama dan kedua pada kalimat berpenghubung ‘tetapi’ mengandung hubungan ‘lawan’ dan ‘kontras’.

(X) 바쁘고 시간이 없어서요. 그래서 저는 시간이 있으면 만화를 읽어요.

(bappeugo sigan-i eobseoseoyo. Geuraeseo jeoneun sigan-i isseumyeon manhwa-reul ilg-eoyo)

Sibuk-ptl waktu-ptl tidak ada-akh (karena-alasan). Jadi saya-ptl waktu-ptl ada-akh(jika) komik-ptl membaca-akh.

Sekarang saya sibuk dan tidak ada waktu, tapi jika (saya) ada waktu saya membaca buku.

(O) 지금은바쁘고시간이없지만시간이있으면만화책을읽어요.

(jigeum-eun bappeugo sigan-i eobjiman sigan-i isseumyeon manhwachae-eul ilgeoyo) Sekarang saya sibuk dan tidak ada waktu, tapi jika (saya) ada waktu saya membaca buku

• Kesalahbentukan connective ending completion - /- (aseo/-eoseo).

Kesalahan terdapat pada penggunaan final ending completion - /- (aseo/eoseo) yang berarti ‘dan’ maupun ‘selajutnya/ setelah itu’; yang seharusnya diberi ending jika/ (myeon). Pada

kalimat (najung-e hankukeo-reul jalhaeseo

hankukeo chaek-eul ilgo sipheoyo). (Nanti (setelah) lancar bahasa Korea, (kemudian) saya ingin membaca buku bahasa Korea, kata ‘Ingin membaca’ (ilgo siptha) merupakan imbuhan kata kerja yang berati harapan, selain itu kata’ lancar berbahasa Korea’ merupakan kegiatan yang dapat diperoleh dengan proses yang cukup lama, sedangkan ending - /- (aseo/eoseo) yang berati ‘kemudian’; digunakan pada jangka waktu yang hampir bersamaan, contoh

(14)

(seour-e kaseo chin’gu-reul manayo) yang berati ‘saya pergi ke Seoul dan (selanjutnya) bertemu teman’. Contoh tersebut memperkuat bahwa - /- (aseo/eoseo) tidaklah tepat digabungkan dengan kalimat tersebut karena dalam proses lancar berbahasa Korea memerlukan waktu lama dan tak berurutan.

(X) .

(najung-e hankukeo-reul jalhaeseo hankukeo chaek-eul ilgo sipheoyo)

Nanti-ptl bahasa Korea-ptl lancar-akh (urutan waktu) bahasa Korea buku-ptl membaca ingin-akh

Jika (saya) lancar berbahasa Korea, (saya) ingin membaca buku bahasa Korea

(O) .

(najung-e hankukeo-reul jalhage dwemyeon hankukeo chaek-eul ilgo sipheoyo) Jika (saya) lancar berbahasa Korea, (saya) ingin membaca buku bahasa Korea

• Kesalahbentukan connective ending -V/A 고(go), N고(go).

Fungsi -V/-A/-N–고(go) menurut Kim yaitu: the connective ending is used with a verb stem. It is used to link more than two verb together regardless of their order. (Akhiran penghubung yang digunakan dengan stem kata kerja untuk menghubungkan lebih dari dua kata kerja). Connective ending –고(go) memang dapat digunakan pada lebih dari dua kata kerja, namun dalam kalimat

스릴러도있고맨타지도있고개그고있어요(Thrillerdo ittgo mentagedo ittgo gagego isseoyeo),

secara harafiah (bahasa lisan) dapat diartikan menjadi ‘ada Thrille juga, ada mentage juga, dan ada gage.’, namun dalam tata bahasa Korea ending –고(go) tidak dapat digabungkan sebelum kata ‘ada’ ’있어요’(isseoyo). Hal tersebut dikarenakan rumus V–고 있어요 memiliki arti ‘sedang…’. Kesalahan pada sebuah penulisan ending -고/-go/ ini dapat terjadi akibat generalisasi berlebihan antara B1 ke B2 yang berarti pembelajar kurang memahami aturan B2.

(X) .

(Thrillerdo ittgo mentagedo ittgo gagegoisseoyeo).

Thriller-ptl (juga) ada-akh (dan) mentage-ptl (juga) ada-akh(dan) gage-ptl(juga) ada-akh Ada thriller, ada mentage, dan juga ada gage.

(O) .

(Thrillerdo ittgo mentagedo ittgo gagedo isseoyeo). Ada thriller, ada mentage, dan juga ada gage.

• Penghilangan connective ending -N고(go).

Kesalahan juga terjadi dengan penghilangan connective ending (연결 어미/yeon’gyeol eomi) ‘N고(go)’. Terdapat 1 kesalahan pada connective ending ini yakni dengan menggabungkan dua kata untuk menjelaskan topik kalimat tanpa adanya kata hubung. Hal ini dapat terjadi akibat ketidaktelitian penulis dalam mengarang.

(X) __ .

(Romance novel-eun jaemi joahamnida). Romance novel-ptl menari bagus-akh Novel romance bagus dan menarik.

(O) .

(Romance soseol-eun jaemiitgo joseumnida). Novel romance bagus dan menarik.

(15)

• Kesalahbentukan connective ending –니까(nikka) ‘karena’

Secara arti fisik antara final ending –니까(nikka) dan -아서/-어서(aseo/eoseo) memiliki arti ‘karena’, hal itu membuat pembelajar awal merasa kesulitan untuk membedakannya penggunaan final ending tersebut karena keduanya sama-sama menyatakan sebuah alasan. Namun dalam bukunya Tiga Langkah Menguasai Bahasa Korea, Usmi menjelaskan perbedaan fungsi penggunaan ending tersebut. Bila kata sambung -아서/-어서(aseo/eoseo), induk kalimatnya menggunakan akhiran bentuk lampau atau rutinitas. Sedangkan kata sambung –니까(nikka) induk kalimatnya biasanya menggunakan akhiran yang berbentuk ajakan/ 읍시다(eubsida), perintah /-자(ja), –

세요(seyo) atau future tense /-겠다(gett’a).

Selain aturan tersebut, Kim (2010: 7) juga menambahkan aturan penggunaan connective ending/ konjungsi –니까(nikka/karena), yakni dalam penggunaannya pada kalimat pertama harus ada alasan subjektif/ sebab untuk menerangkan kalimat kedua dan tidak boleh menyatakan kata sifat (perasaan) pada kata kedua, misalnya 만나니까 반갑습니다(manna-nikka bankabseumnida) yang berarti senang(karena) bertemu dengan anda. Kalimat tersebut harus menggunakan ending/ penghubung ‘karena’ dengan rumus 아/어서(a/eoseo) menjadi 만나서 반갑습니다(manna-seo bankanseumnida) yang artinya sama yaitu senang (karena) bertemu dengan anda. Pada penelitian ini penulis menemukan kesalahan penggunaan –니까(nikka), yakni dengan adanya pernyataan tentang perasaan pada kalimat ke dua.

(X) 제 친구들이 자주 다른 책을 읽으니까, 너무 부럽습니다.

(je chin’gudeur-i jaju dareun chaek-eul ilgeunikka neomu bureobseumnida) Saya teman-suf- ptl sering lain buku-ptl membaca-akh(karena), sangat malu-akh Saya sangat iri karena teman saya sering membaca buku lain.

(O) 제친구들이자주다른책을읽어서 너무부럽습니다.

(je chin’gudeur-i jaju dareun chaek-eul ilgeoseo neomu bureobseumnida) Saya sangat iri karena teman saya sering membaca buku lain.

Kesalahan juga terjadi penggunaan ending karena dalam bentuk lampau, namun menggunakan connective ending karena -아/어서(a/eoseo)yang seharusnya menggunakan connective ending karena -니까(nikka). Kim juga menjelaskan bahwa ending karena -아/어서(a/eoseo) tidak boleh digunakan dalam kalimat yang menyatakan alasan pada kala lampau

(X) 사실제가책을자주안읽었서 원하는대로쓰기어렵습니다.

(sasil je-ga chaek-eul jaju an ilgeosseo wonhaneun dae-ro sseugi himdeulda)

Sebenarnya saya-ptl buku-ptl sering tidak membaca-akh (karena) diinginkan-akh (yang) tulisan sulit-akh

Sebenarnya, karena saya tidak sering membaca, saya sulit menuliskannya.

(O) 사실제가책을자주안읽어서 원하는대로쓰기힘듭니다.

(sasil je-ga chaek-eul jaju an ilgeoseo wonhaneun dae-ro sseugi himdeulda) Sebenarnya, karena saya tidak sering membaca, saya sulit menuliskannya.

(16)

Kesalahan kala yang ditemukan pada 2 karangan, yakni tidak digunakannya bentuk lampau dalam kalimat. Dalam bahasa Korea untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan atau kebiasaan pada bentuk masa lampu, akhiran pada kata kerja dalam suatu kalimat tersebut akan mengalami perubahan dengan menambahkan akhiran - 았/었/였다(att/eott/yeott’a) sebagai petunjuk waktu lampau, Kim Renaud (2009: 105). Berbeda dengan bahasa Korea, bentuk lampau bahasa Indonesia diketahui melalui keterangan waktu yang berada di awal, tengah, akhir kalimat misalnya: dulu, kemarin, lusa, sejak…, kemari, dan lain-lain; dengan tidak merubah bentuk kata kerja. Oleh karena itu, kesalahan pemakaian bentuk lampau bahasa Korea yang tidak merubah kata kerja penanda lampau berikut ini merupakan bukti bahwa B1 mempengaruhi proses pembelajaran B2.

(X) 처음 읽어 봤을 때 저는 아직 중학교를 다니고 있어요.

(cheo’eum ilgeo bwasseul ttae jeo-neun ajik junghagyo-reul danigo isseoyo. Pertama membaca saat saya-ptl masih SMP-ptl duduk di bangku. Saat pertama kali membaca, (saya) masih duduk dibangku SMP.

(O) 처음 읽었을 때 저는 아직 중학교를 다니고 있었어요.

(cheo’eum ilgeo bwasseul ttae jeo-neun ajik junghagyo-reul danigo isseosseoyo. Geu ttaebutheo soseol chaek-eul joahaesseoyo).

Saat pertama kali membaca, (saya) masih duduk dibangku SMP. G.Kesalahan Struktur

• Kesalahbentukan verba.

Kesalahan terjadi pada penggunaan verba ‘bisa’ V-ㄹ 수 있다(eul su itta) yang digabung dengan rumus ’ingin’ V-고 싶다(go siptha) menjadi ‘ingin bisa…’. Dalam bahasa Indonesia penggunaan

kalimat 저는 만화책을 만들 수 있고 싶어요(jeo-neun manhwachae-eul mandeul su ittgo

sipheoyo) ‘saya ingin bisa membuat komik’ adalah benar. Namun jika pembelajar menggunakan gabung kata ‘ingin’ dan ‘bisa’ menjadi V-ㄹ 수 있고 싶다(eul su ittgo siptha), secara arti harafiah dalam bahasa Indonesia akan benar, namun struktur ini tidak dibenarkan dalam bahasa Korea. Umumnya bahasa Korea menggunakan rumus V-ㄹ 수 있길 바라다/ 원하다(eul su ittgil barada/wonhada) jika akan menyebutkan ‘harapan’. Hal ini juga dikarenakan subjek (saya) dalam konteks kalimat tersebut belum bisa (sama sekali) membuat komik. Jika rumus V-고 싶다(go siptha) ‘ingin’ tetap digunakan maka struktur yang ditulis menjadi 저는 만화책을 만들고 싶어요(jeo-neun manhwachae-eul mandeulgo sipheoyo) yang berarti ‘saya’ dalam kalimat tersebut sudah bisa membuat komik dan ingin membuatnya lagi.

(X) 저는 만화책을 만들 수 있고 싶어요.

(jeo-neun manhwachaek-eul mandeul su ittgo sipheoyo) Saya-ptl komik buku-ptl membuat-akh bisa-akh

Saya ingin bisa membuat komik.

(O) 저는 만화책을 만들 수 있길 원해요/바래요

(jeo-neun manhwachaek-eul mandeul su ittgil wonhaeyo/ baraeyo) Saya ingin bisa membuat komik.

Terdapat 1 kesalahan pada pembentukan verba ini. Kesalahan diatas juga dapat disebut dengan generalisasi berlebihan dari bahasa kedua kebahasa kedua, sesuai dengan teori Brown dalam analisis kontrastif yang mengatakan bahwa kesalahan ini akibat dari ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tak sempurna, dan salah menghipotesiskan konsep.dari bahasa kedua yakni bahasa Korea.

(17)

• Kesalahurutan adverbial.

Menurut Alwi (2003: 197), adverbia merupakan kata yang menjelaskan verba. Adjektiva dan kata lain seperti sangat, banyak, hampir, dll. Sedikit berbeda dengan aturan penulisan adverbia bahasa Korea, adverbia dalam bahasa Indonesia dapat dituliskan sebelum kata benda/objek, contoh ‘saya membaca banyak buku’. Sebaliknya jika dalam aturan bahasa Korea, kata adverbial diletakan setelah kata benda/ objeknya; yakni ‘saya- buku- banyak- membaca ’책을 많이 읽어요(chaek-eul manhi ilgeoyo). Definisi adverbial bahasa Korea yakni 부사어는 관형어와 마찬가지로 필수 성분은

아니면 서술어 앞에 놓여서 그 뜻을 수식해 주거나 다른 부사어나 관형어 앞에 놓여 이들을 수식해 주기도

한다, Kim (2005 :76).(kata adverbial merupakan kata yang mirip dengan idiom yakni sebagai

elemen penjelas (modifier) yang terletak di depan predikat, atau dapat pula diletakan didepan adverbial lainnya). Perbedaan peletakan adverbial bahasa Korea yang terletak sebelum predikat

atau di akhir kata benda ini menimbulkan beberapa kesalahan peletakan posisi adverbial. Terdapat 8 karangan yang menunjukan kesalabentukan dalam peletakan adverbial seperti :

(X) 방학때도 많이 책을 읽어요

(banghakttae-do manhi chaek-eul ilgeoyo) Liburan saat ptl banyak buku-ptl membaca-akh Saat liburanpun saya (banyak) membaca buku.

(O) 방학때도 책을 많이 읽어요.

(banghakttae-do chaek-eul manhi ilgeoyo) Saat liburanpun saya banyak membaca buku.

(X) 그 App으로통해서다시 만화책을읽을수있어요.

(geu App-euro thonghaeseo dasi manhwachae-eul igeul su isseoyo) itu App-ptl dengan lagi komik buku-ptl membaca-akh

Dengan Aplikasi itu (saya) (lagi) bisa membaca komiknya.

(O) 그앱을통해서만화책을다시 읽을수있어요.

(geu App-eul thonghaeseo manhwachae-eul dasi igeul su isseoyo) Dengan Aplikasi itu (saya) bisa membaca komiknya lagi.

Kesimpulan

Kesalahan berbahasa Korea yang ditemukan yakni kesalahan ejaan dan tata bahasa. Kesalahan ejaan terdiri atas kesalahan ejaan vokal 어(eo), 오(o), 에 (e), dan kesalahan ejaan konsonanㅈ(j) yang ditulis ㅊ(ch). Kesalahan ejaan terjadi akibat tidak adanya alphabet tersebut dalam bahasa Indonesia, selain itu ketidakfamiliaran alfabet di telinga pembelajar juga membuat pembelajar menuliskan alfabet Korea sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, sehingga kesalahan tidak bisa terelakan. Dari keseluruhan kesalahan ejaan, kesalahan paling banyak terjadi pada ejaan vokal

ㅓ(eo) dan ㅗ (o) yaitu 8 karangan dari 35 Karangan.

Sedangkan untuk tata bahasa, kesalahan terjadi pada penggunaan partikel bahasa Korea yang tidak terdapat di aturan bahasa Indonesia. Kesalahan yang terjadi yakni penghilangan partikel

을/를(eul/reul), 에(e), 이/가(i/ga), penambahan partikel 에(e) dan 을/를(eul/reul), kesalahan pemakaian partikel 을/를(eul/reul), partikel pelengkap이/가(i/-ga), 은/는(eun/neun), dan 의(eu), serta kesalahan peletakan partikel 과/와(kwa/wa). Kesalahan partikel tersebut terjadi akibat interferensi bahasa Indonesia yang tidak mengenal partikel maupun generalisasi berlebihan akibat pembelajar tidak mengetahui batasan/ aturan partikel yang dipelajari.

(18)

Selain itu, kesalahan juga terjadi pada pemakaian connectice ending (konjungsi)

-아서/어서(aseo/eoseo) yang berarti ‘sebab-akibat’ maupun ‘urutan waktu’ dan penggunaan V/A/N -고(go) serta –니까(nikka). Kesalahan final ending juga terjadi akibat interferensi bahasa Indonesia, misalnya bahasa Indonesia hanya mengenal satu konjungsi ‘karena’sedangkan bahasa Korea kata’karena’ dapat menggunakan banyak konjungsi; misalnya –니까(nikka) maupun

-아서/어서 (aseo/-eoseo). Kesalahan akibat interferensi dan generalisasi berlebih juga tampak pada struktur bahasa Korea pada pemakaian rumus verba dan peletakan adverbial yang sesuai dengan aturan bahasa Indonesia. Dari keseluruhan kesalahan tata bahasa, kesalahan yang paling mendominasi yakni kesalahbentukan partikel 은/는 (eun/neun), 이/가(i/ga) dan peletakan adverbial kata 많이(manhi)’ yaitu masing-masing sebanyak 8 karangan. Dari penjabaran diatas, pengaruh interferensi bahasa Indonesia sangatlah berdampak pada kesalahan penulisan bahasa Korea, khususnya dalam ejaan (konsonan, vokal) dan tata bahasa (partikel, ending, dan struktur).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang kesalahan ejaan dan tata bahasa Bahasa Korea, saran diberikan kepada pembelajar bahasa Korea, yakni untuk lebih teliti dan cermat dalam mengeja suatu kata, memperdalam materi yang telah disampaikan, serta belajar dari kesalahan yang dilakukan setiap mengarang. Sedangkan saran bagi pengajar agar yakni dengan menjelaskan perbedaan dan penggunaan vokal dan konsonan kedua bahasa, serta menjelaskan kembali pembenaran dari kesalahan yang dilakukan mahasiswa. Bagi penulis kesalahan akan dapat berkurang apabila pembelajar terbiasa dengan bahasa Korea dan memahami kembali fungsi dan aturan gramatikal dan struktur bahasa Korea.

Daftar Rujukan

김정숙, 역움. 2005. 외국인을 위한 한국어 문붭 1. 서울남 : 커뮤니케이션북스

(Jeongsuk,Kim,dkk. 2005. Wekukindeul wihan hangueo munbeob 1. Seoulnam : Communication Books)

김종록. 2008.외국인의 위한 표준 한국어 문법.서울: 박이정 (Jongnok,kim. 2008. Wekukin-ei

wihan pyojun hangugo munbob. Seoul : Park Lee Jeong)

김진호, 외. 2010. 외국인을 위한 한국어 문법. 서울 :박이정 (Jinho, Kim, et. al. 2010.

Wekukin-ei wihan pyojun hangugo munbob. Seoul : Park Lee Jeong)

서울 대학교 연구소. 2002. 문법 고등학교 서울 :동아 (Seoul daehaggyo yeonguso. 2002.

munbob Godeunghaggyo seoul : Dong-a)

이관수. 2007. 학교 문법론. 서울: 도서출판 (Kwansu, Lee. 2007. haggyo munbobron. Seoul : Dosochulphan)

한재영, 안경화, 박지영. 2010. 한국어학. 경기 : 친구북 (Jaeyeong,Han, Kyeonghwa, An, dan Jiyeong,Park. 2010. Hankukeohak. Gyeonggi : Shingubook)

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (Noor Cholis & Yusi Avianto Pareamon, penerjemah). Jakarta : The Public Affairs Section U.S Embassy Jakarta Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

(19)

Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen, Stephen, 1982. Language Two. Oxford: Oxford University Press

Kim-Reaund, Young Key. 2009. Korean : An Essential Grammar. New York : Routledge

Kushartati, Untung, dan Multamia. 2007. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Muriel Saville, Troike. 2006. Introducing Second Language Acquisition. Cambrige : Cambridge University Press

Onibala, Gareth. 2012. Analisis Kesalahan Otografis Bahasa Jerman pada Karangan Mahasiswa Program Studi Jerman Universitas Indonesia Angkatan 2011/2012. Universitas Indonesia : Depok

Papera, Jos Daniel. 1986. Linguistik Educational. Jakarta : Erlangga

Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Jogjakarta : Ar-r uzz media

Rindjin, Ketut, dkk. 1981. Interfernsi Gramatikal Bahasa Bali dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Murid Sekolah dasar di Bali. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1984. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Usmi. 2007. Tiga Langkah Menguasai Bahasa Korea. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Indihadi, Dian. Analisis Kesalahan Berbahasa

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/10_BB M_8.pdf, diunduh pada 2 Januari 2014

Gambar

Tabel kesalahan ejaan vokal ㅗ/o/ dan ㅓ/eo/.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan pada penulisan latar belakang yang dilakukan oleh mahasiswa non bahasa dan sastra Indonesia

Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan pada penulisan latar belakang yang dilakukan oleh mahasiswa non bahasa dan sastra Indonesia

Buku ini disusun berdasarkan pendekatan komunikatif dengan kecenderungan lebih memperhatikan fungsi-fungsi bahasa atau pemakaian bahasa tersebut daripada bentuk-bentuk

Saran yang diberikan dari penelitian ini adalah diharapkan pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai makna dan penggunaan kosa kata, kata sambung, dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesalahan dan faktor- faktor penyebab kesalahan penggunaan kakujoshi de, ni dan o pada kalimat pembelajar bahasa Jepang pada

Tujuan tersebut yaitu (1) menjelaskan bentuk-bentuk dan kecenderungan kesalahan sintaksis pembelajar bahasa tulis BIPA level akademik, (2) menjelaskan faktor penyebab

Buku ini disusun berdasarkan pendekatan komunikatif dengan kecenderungan lebih memperhatikan fungsi-fungsi bahasa atau pemakaian bahasa tersebut daripada bentuk-bentuk

Hasil analisis kesalahan bentukan kata berafiks ditinjau dari konteks kalimat dalam karangan mahasiswa yang berbahasa ibu bahasa Melayu ternyata terdapat kesalahan,