1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Adanya otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun
2009 dan diubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dituntut secara mandiri untuk mengatur dan melaksanakan
kewenangan serta mengurus sendiri kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing.
Untuk memantapkan pelaksanaan otonomi daerah serta meminimalkan
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, maka salah satu
upayanya adalah agar pemerintah daerah diberi kewenangan dalam bidang
keuangan. Pentingnya posisi keuangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
disebabkan karena faktor keuangan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah. Kemandirian
dalam bidang keuangan merupakan salah satu kriteria penting untuk mengetahui
kemampuan daerah secara nyata dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Kemandirian dalam bidang keuangan ini dimaksudkan untuk pelaksanaan
otonomi daerah yang bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal
dari berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari
157 dalam UU No.32 Tahun 2004, disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah
terdiri dari : a) pendapatan asli daerah (PAD), yaitu hasil dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain
PAD yang sah; b) dana perimbangan; dan c) lain-lain pendapatan daerah yang
sah .
Salah satu sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin
untuk membangun suatu daerah yang otonom adalah sumber pembiayaan yang
berasal dari PAD. PAD merupakan pendapatan pemerintah daerah yang
bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi
untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil dari penerimaan pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan komponen PAD yang
telah ditetapkan adapun komponen yang paling utama dalam memberikan
kontribusinya terhadap PAD serta perlu dikelola secara maksimal adalah hasil
dari pajak daerah dan retribusi daerah, karena semakin besar pajak dan retribusi
daerah yang diterima oleh pemerintah daerah maka akan semakin meningkat pula
PAD nya.
Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ketentuannya diatur dalam
Undang-Undang yang dikeluarkan pemerintah tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yaitu UU No.28 Tahun 2009 yang menggantikan UU No.18
Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan
retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pajak daerah dan retribusi daerah memang telah memberikan kontribusi
signifikan dalam sumber penerimaan PAD. Akan tetapi, perannya belum cukup
kuat dalam menyokong APBD secara keseluruhan. Studi yang dilakukan oleh
LPEM-UI bekerja sama dengan Clean Urban Project, RTI (2000) menunjukkan walaupun pajak dan retribusi daerah menjadi pos dominan dalam PAD, tetapi
sumbangan PAD terhadap APBD sangatlah kecil. Penelitian ini sekaligus
membuktikan bahwa kemandirian daerah dalam membiayai pembangunan
dengan PAD nya sulit dilakukan. Dengan kata lain transfer dana dari pusat
(DAU, bagi hasil pajak, dan dana lain dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan
pembantuan) masih jadi penerimaan dominan dalam pembiayaan daerah (Jati,
2003).
Dengan melihat pentingnya peran pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap penerimaan pendapatan asli daerah bagi daerah-daerah di Indonesia,
khususnya Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki 11 Kabupaten dan 2 Kota
yang pada akhirnya akan mempengaruhi total pendapatan daerah masing-masing
daerah, maka peneliti tertarik untuk menganalisis seberapa besar kontribusi pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di seluruh Kabupaten
dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, dengan judul :
TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SELURUH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
penerimaan PAD seluruh Kabupatern dan Kota yang ada di Provinsi
Kalimantan Selatan ?
2. Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar memberikan kontribusi bagi
penerimaan PAD pemerintah daerahnya masing-masing. ?
1.3Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan
yang diharapkan, maka penulis hanya menitikberatkan pada masalah kinerja
keuangan tentang kontribusi dari pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pajak
Menurut Undang - Undang Nomor 28 Pasal 1 Tahun 2007 yaitu
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa para ahli
diantaranya adalah sebagai berikut Waluyo (2007:2) :
1. Feldman : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
2. Smeets : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Soeparman Soemahamidjaja : Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
4. Rochmat Soemitro, S.H. : Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
unsur-unsur yang melekat dalam pajak, diantaranya sebagai berikut :
1. Iuran wajib dari rakyat (orang pribadi maupun badan) kepada negara;
3. sifatnya dapat dipaksakan;
4. tidak adanya kontraprestasi (jasa timbal balik) secara langsung kepada
pembayar pajak;
5. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.1.2. Fungsi Pajak
Menurut Suandy (2009:13) pajak mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Finansial (Budgetair)
Fungsi budgetair/finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Dengan kata lain pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah yang diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi regulerend/mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Contohnya pajak yang dikenakan terhadap minuman keras tarif yang ditetapkan lebih tinggi dikarenakan agar dapat mengurangi konsumsi minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah, dikarenakan agar mengurangi gaya hidup yang konsumtif.
2.1.3. Asas Pemungutan Pajak
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam
Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of Nations pada abad ke-18 menyatakan bahwa pemungutan pajak didasarkan pada, (Suandy, 2009 : 27) :
1. Equality
Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal ini, suatu negara tidak diperbolehkan mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak.
Maksudnya, dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus diperlakukan berbeda.
2. Certainty
Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan mengenai pembayarannya.
3. Convenience of Payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak untuk membayarnya, yaitu saat yang paling dekat dengan saat Wajib Pajak menerima penghasilan/keuntungan.
4. Economic of Collections
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak akan ada artinya kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.
2.1.4. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutnya
Pajak yang dipungut dapat dikelompokkan dalam berbagai kelompok
(Mardiasmo, 2009 : 5) :
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai contoh pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas pajak Propinsi contohnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Kabupaten/Kota, contohnya Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.
2.1.5. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2009 : 2) untuk menghindari hambatan atau
perlawanan dalam pemungutan pajak, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
1. Syarat Keadilan
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis pertimbangan Pajak.
2. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun masyarakat. 3. Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu perekonomian dalam hal kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan.
4. Syarat Finansiil
Pemungutan pajak harus efisien, dimana sesuai dengan fungsi budgetair yaitu biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
2.1.6. Pendapatan Asli Daerah
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam
desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan
daerah bersumber dari 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu komponen terpenting
dari sumber-sumber pendapatan daerah yang lain, karena semakin tinggi
penerimaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah maka akan
dinilai semakin tinggi pula kemampuan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan otonomi daerah. Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayah daerahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumber pendapatan asli daerah meliputi hasil dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain PAD yang sah (Halim, 2008) :
1. Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Jenis pajak daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Jenis retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN.
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a. Hasil penjualan aset daeraha yang tidak dipisahkan. b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibatdari penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.
f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiahterhadap mata uang asing.
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. h. Pendapatan denda pajak.
i. Pendapatan denda retribusi.
j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan. k. Pendapatan dari pengembalian.
l. Fasilitas social dan umum.
m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2.1.7. Pajak Daerah
2.1.7.1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang merupakan pengganti dari UU No.18 Tahun
1997 dan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000
tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.1.7.2. Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang merupakan undang-undang
menggantikan UU No. 18/1997 sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 34/2000, jenis-jenis pajak daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu :
1. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Provinsi :
a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
2. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan / peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran.
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran.
c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggara hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan yang dapat dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
g. Pajak Parkir, yaitu pajak ataas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
2.1.7.3. Tarif Pajak Daerah
Penetapan tarif pajak daerah telah diatur dalam UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut adalah
tarif pajak yang termasuk dalam Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi, untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 2%; untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif ditetapkan secara progresif paling rendah 2% dan paling tinggi sebesar 10%.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar 0,2%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 20% sedangkan penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 0,75% sedangkan penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%, khusus untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pribadi.
4. Pajak Air Permukaan
Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% 5. Pajak Rokok
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok 6. Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% 7. Pajak Restoran
Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% 8. Pajak Hiburan
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%, khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana dan sebagainya tarif pajak ditetapkan paling tinggi sebesar 75%, sedangkan untuk hiburan kesenian rakyat/tradisional, tarif pajak ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
9. Pajak Reklame
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% 10.Pajak Penerangan Jalan
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%, untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5%.
11.Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%
12.Pajak Parkir
Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% 13.Pajak Air Tanah
Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% 14.Pajak Sarang Burung Walet
Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
15.Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%
16.Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%.
2.1.8. Retribusi Daerah
2.1.8.1. Pengertian Retribusi Daerah
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia saat
Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi
daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, retribusi daerah adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
Retribusi Daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan
undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara
ekonomis, yaitu yang tidak membayar retribusi, tidak akan
memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
2.1.8.2 Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Berlakunya undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah
yang baru disatu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya
sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa
lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30
jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke
dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
a) Retribusi Jasa Umum, yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi jasa umum adalah :
1) Retribusi layanan kesehatan;
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;
3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil; 4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat; 5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum;
6) Retribusi pelayanan pasar;
7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor;
8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; 9) Retribusi penggantian biaya cetak peta;
10)Retribusi penyediaan/penyedotan kakus; 11)Retribusi pengolahan limbah cair; 12)Retribusi pelayanan tera/tera ulang; 13)Retribusi pelayanan pendidikan;
14)Retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
b) Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi jasa usaha yakni:
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah; 2) Retribusi pasar grosir/pertokoan; 3) Retribusi tempat pelelangan; 4) Retribusi terminal;
5) Retribusi tempat khusus parkir;
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa; 7) Retribusi rumah potong hewan;
8) Retribusi pelayanan kepelabuhanan; 9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga; 10)Retribusi penyeberangan di air;
11)Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
c) Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi perizinan tertentu yakni :
1) Retribusi izin mendirikan bangunan;
2) Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol; 3) Retribusi izin gangguan;
4) Retribusi izin trayek;
5) Retribusi izin usaha perikanan.
2.1.8.3. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah
Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis retribusi sebagai berikut
(Mardiasmo, 2009:17) :
1) Retribusi jasa umum berdasarkan kebijakan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan;
2) Retribusi jasa usaha berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar;
3) Retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
2.1.9. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam PAD
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Permasalahan yang dihadapi oleh Daerah pada umumnya dalam kaitan
penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang
merupakan salah satu komponen dari PAD, adalah belum memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan
Dengan adanya kebijakan mengenai pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah yang terus dikembangkan dan disempurnakan oleh
pemerintah dewasa ini, sangat diharapkan bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah dimasa yang akan datang memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap penerimaan daerah, khususnya pendapatan asli daerah demi
kelancaran pembiayaan untuk penyelenggaraan dan pembangunan daerah
yang otonom.
2.1.10. Pemerintahan Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi. Daerah provinsi terbagi lagi menjadi daerah kabupaten dan daerah
kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan
daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
pemerintahan. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.
2.1.10.1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi. Pemerintahan kabupaten terdiri atas pemerintah kabupaten
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten. Struktur
pemerintahan di daerah kabupaten terdiri dari kecamatan, kelurahan dan desa.
Kecamatan dan kelurahan merupakan bagian dari pemerintah daerah
kabupaten yang menyatu dalam hal pembuatan kebijakan dan anggaran
dengan pemerintah daerah, sementara Desa merupakan daerah otonom
tersendiri di wilayah daerah kabupaten, sehingga memiliki anggaran sendiri.
Kota juga merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Pemerintahan kota
terdiri atas pemerintah kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
kota. Dahulu di Indonesia istilah kota dikenal dengan daerah tingkat II
kotamadya. Sejak diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah (yang kemudian digantikan oleh Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah), istilah daerah
tingkat II kotamadya pun diganti dengan kota saja. Untuk daerah kota,
struktur pemerintahan yang dibentuk adalah terdiri dari kecamatan dan
2.1.10.2. Perbedaan Karakteristik Kabupaten dan Kota
Kabupaten dan kota merupakan daerah yang memiliki kewenangan
serta tingkat yang sama dalam urusan pemerintahan daerah. Akan tetapi
daerah kabupaten dan daerah kota merupakan daerah otonom yang tersendiri
di wilayah daerah provinsi. Memiliki kewenangan serta tingkat yang sama
bukan berarti tidak ada perbedaan diantara kedua daerah tersebut.
Berikut ini beberapa perbedaan karakteristik antara daerah kabupaten
dan daerah kota yang dapat dilihat sebagai pembeda dari keduanya,
diantaranya dari aspek luas wilayah, kependudukan, mata pencaharian
penduduk, struktur pemerintahan, sosial budaya, dan perekonomian.
Tabel 2.1
Perbedaan Karakteristik antara Kabupaten dan Kota
Dilihat dari aspek Kabupaten Kota
Luas Wilayah relatif lebih luas lebih sempit Kependudukan kepadatan penduduk lebih
rendah
kepadatan penduduk lebih tinggi
Mata Pencaharian Penduduk
didominasi oleh sektor pertanian
didominasi oleh sektor industri, perdagangan dan jasa
Struktur Pemerintahan
dibentuk kecamatan, kelurahan, dan desa, akan tetapi desa merupakan daerah otonom tersendiri di wilayah daerah
kabupaten
dibentuk kecamatan dan kelurahan
Sosial Budaya memiliki tingkat
pendidikan dan kesehatan, serta pelayanan publik yang cukup baik
tingkat pendidikan dan kesehatan, serta
pelayanan publiknya lebih tinggi dari kab Perekonomian rata-rata Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) lebih rendah sehingga berimplikasi pada proporsi sumber pendapatan asli daerah (PAD)
aktivitas ekonomi dan pendapatan (income) lebih besar
Sumber : http://eddyyusran.blogspot.com/2012/05/beberapa-perbedaan-karakteristik-antara.html, diakses 16 April 2013
2.2Review Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini, diantaranya sebagai berikut :
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. A.Waluya Jati (2003)
Peranan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Jawa Timur (Studi Pada
Setiap Daerahdi
Tingkat II di Jawa Timur).
Peranan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD di kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 1998-2002 cukup dominan dengan rata-rata prosentase diatas 60% serta peranan dan kontribusi tersebut tidak berbeda secara signifikan antara kelima wilayah di Jawa Timur.
2. Mohd. Rangga Diza (2009)
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sumatera Utara
Hasil analisis menujukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki kontribusi signifikan positif terhadap PAD kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara. 3. Reza
Adinardo (2012)
Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Dalam Rangka
Pembiayaan
Pembangunan Daerah Di Lampung Utara.
Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan perolehan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah antara lain: Kurangnya kesadaran wajib Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam melakukan pembayaran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Kemampuan dan keterampilan pegawai yang belum merata. Akan tetapi, jelas bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai peranan dalam pelaksanaan Pembangunan
Daerah, karena hasil
penerimaan dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung seluruhnya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan daerah dan
menunjang pelaksanaan
demikian kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap APBD masih sangat kecil yaitu masih di bawah 10 % dari realisasi APBD Kabupaten Lampung Utara.
2.3Kerangka Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang
diuraikan,maka digambarkan alur kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten/Kota
PAD Kabupaten
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Analisis PAD Kota Pajak Daerah Kontribusi terhadap PAD (H1) Kesimpulan Kontribusi terhadap PAD (H2) Retribusi Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang di ajukan, tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Untuk menganalisis kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
penerimaan PAD seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan
2. Untuk menganalisis Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar
memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD di pemerintah daerahnya
masing-masing
3.2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini Peneliti berharap dapat memberikan manfaat,
yaitu :
1). Bagi Lembaga Akademik
Dapat meningkatkan minat bagi peneliti-peneliti selanjutnya sehingga dapat
mengembangkan penelitian di masa mendatang.
2). Bagi Pemerintah Daerah
Dapat dilihat Kabupaten dan Kota mana yang ada Di Provinsi Kalimantan
Selatan yang memberikan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah yang
terbesar terhadap sumber penerimaan PAD. Selain itu juga, dapat menjadi
masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka untuk
meningkatkan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat
kuantitatif. Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran suatu data
mengenai kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
PAD seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.
4.1.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu kontribusi dari pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah serta kontribusi dari retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah
seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 13 kabupaten/kota, yang
terbagi atas 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten
Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin.
Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang wilayahnya
dan sumber daya alam yang cukup besar sebagai sumber pendapatan asli daerah.
Secara keseluruhan potensi daerah yang dimiliki masing-masing daerah
kabupaten dan kota relatif homogen yang dimana sumber potensi daerah tersebut
terdapat diberbagai sektor antara lain sektor pertanian, perikanan dan kelautan,
perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, dan jasa.
4.3. Jenis dan Sumber Data 4.3.1. Jenis Data
a. Data kuantitatif, meliputi data dalam bentuk angka. Data kuantitatif yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu data laporan realisasi APBD kabupaten
dan kota di provinsi Kalimantan Selatan selama 3 tahun (2008-2010).
b. Data kualitatif, meliputi data bukan dalam bentuk angka melainkan data yang
berkaitan dengan gambaran umum dari objek penelitian serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian.
4.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder
mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang yang dapat diakses
melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi (Sekaran,
2006:65). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa dokumen realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, publikasi dari Pemerintah Daerah,
literatur serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pajak daerah
4.4. Definisi Operasional Variabel
1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD
Pajak daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat
(orang pribadi atau badan) yang pemungutannya bersifat memaksa tanpa
adanya kontraprestasi secara langsung. Kontribusi pajak daerah merupakan
sumbangan realisasi dari penerimaan pajak daerah terhadap besarnya
pendapatan asli daerah yang diterima. Kontribusi pajak daerah diukur
dengan cara membandingkan realisasi dari penerimaan pajak daerah
terhadap realisasi pendapatan asli daerah.
2. Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD
Retribusi daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat
dengan adanya kontraprestasi secara langsung kepada si pembayar.
Kontribusi retribusi daerah merupakan sumbangan realisasi dari
penerimaan retribusi daerah terhadap besarnya pendapatan asli daerah yang
diterima. Kontribusi retribusi daerah diukur dengan cara membandingkan
realisasi dari penerimaan retribusi daerah terhadap realisasi pendapatan asli
daerah.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah
yang bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah
yang berpotensi untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dilakukan dengan teknik
dokumentasi, yaitu pengumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai media
seperti literatur, laporan, peraturan, artikel, dan lain-lain. Untuk data laporan
realisasi APBD kabupaten dan kota diperoleh melalui hasil pengelolaan pihak
kedua.
4.6. Teknik Analisis Data
Setelah data sekunder diperoleh, data tersebut akan diolah membuat
klasifikasi dan perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin terletak di
sebelah selatan pulau Kalimantan memiliki kawasan dataran rendah di bagian
barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan
Meratus di tengah. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di
antara 114°19" 33" BT - 116°33' 28 BT dan 1°21' 49" LS - 1°10" 14" LS
memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur
Sebelah Timur : Selat Makasar
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah
Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan secara
keseluruhan sebesar 37.377,53 km² atau hanya 6,98% dari luas Pulau
Kalimantan.
Secara administratif wilayah Kalimantan Selatan meliputi 11 kabupaten
dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito
Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kota
Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah
Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota
Sebelum membahas hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota,
berikut adalah data realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2008 -
2010.
Tabel 5.1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapin Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli Daerah 15.830.862.990 18.823.719.509 20.737.650.856
Pajak Daerah 1.932.403.285 2.259.062.534 2.766.463.020
Retribusi Daerah 5.414.682.380 5.578.788.582 7.429.303.999 Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1.123.940.050 1.354.755.725 1.799.724.723,93
Lain-lain PAD yang Sah 7.359.837.275 9.641.112.688 8.742.159.113 Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tapin
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 terjadi
kenaikan sebesar Rp. 2.992.856.519 atau sebesar 19% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.913.931.347 atau
Tabel 5.2
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 22.331.666.402,39 28.152.513.660,00 27.931.097.811,00 Pajak Daerah 2.453.761.818,00 2.678.584.679,00 2.954.243.573,00 Retribusi Daerah 6.771.525.260,00 6.606.746.517,00 13.797.225.638,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.194.650.586,00 2.711,832.924,00 3.723.345.493,00
Lain-lain PAD yang
Sah 10.911.728.738,39 16.155.349.540,00 7.456.283.107,00 Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai
Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat
sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 5.820.847.257,61 atau sebesar 26% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 221.415.849,- atau
turun sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 23.157.388.710 29.233.575.246,48 31.047.807.718,28 Pajak Daerah 2.520.717.777 2.656.529.047 2.749.165.393 Retribusi Daerah 4.836.163.559 8.804.165.926 7.734.760.112 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.485.284.053 3.443.777.035 3.906.545.333,28
Lain-lain PAD yang
Sah 12.315223321 14329.103.238 16.657.336.880
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai
mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.076.186.536,48 atau sebesar 26% dibandingkan
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 sebesar Rp. 1.814.232.471,80 atau naik
sebesar 6 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.4
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 22.741.200.771 25.495.508.761 25.130986.503 Pajak Daerah 2.112.508.617 2.851.535.106 2.578.097.190 Retribusi Daerah 8.768.651.292 10.820.852.263 10.558.255.814 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.102.290.929 2.880.909.148 4.287.313.051
Lain-lain PAD yang
Sah 9.757.749.933 8.942.212.244 7.707.320.448
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai Utara
selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat sedangkan
pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 2.754.307.990,- atau sebesar 12% dibandingkan pada tahun 2008.
Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 364.522.258,- atau turun
sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.5
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabalong Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 27.812.376.986 24.879.970.534 31.131.903.436,67 Pajak Daerah 13.438.904.689 5.954.002.244 4.879.238.721 Retribusi Daerah 5.191.716.248 7.083.544.439 12.153.667.223 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.292.137.038 3.096.080.729 4.076.472.214,63
Lain-lain PAD yang
Sah 6.889.619.010 8.746.343.062 10.022.525.278,04
Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tabalong selama 3
(tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun
2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp. 2.932.406.452,- atau sebesar 11% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.251.932.902,67,- atau naik sebesar
25% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.6
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Balangan Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 12.837.961.912 17.379.556.775,30 21.904.999.213 Pajak Daerah 1.054.949.255 1.999.043.778 1.104.566.224 Retribusi Daerah 768.562.425 1.678.672.822 2.356.047.381 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 624.663.566 793.235.161 2.371.065.908
Lain-lain PAD yang
Sah 10.389.786.676 12.908.605.014 16.071.319.702
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari Tabel 5.6. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Balangan
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 4.541.594.863,30 atau sebesar 35% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 4.525.442.437,70 atau sebesar 26 %
Tabel 5.7
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarmasin Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 64.995.580.605 67.765.852.500 80.510.646.971 Pajak Daerah 37.150.861.882 39.254.332.892 42.962.620.588 Retribusi Daerah 12.315.715.332 12.855.435.512 18.207.136.373 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.848.519.646 6.158.596.240 9.248.344.791
Lain-lain PAD yang
Sah 12.680.483.745 9.497.487.856 10.092.545.219
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.7. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota
Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun
2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.770.271.895,- atau sebesar 4% dibandingkan
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 12.744.794.471,- atau
sebesar 19 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.8
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarbaru Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 23.928.790.036 24.779.987.040 28.461.028.114 Pajak Daerah 8.142.642.284 8.065.440.347 8.464.044.434 Retribusi Daerah 9.298.910.944 10.952.648.350 14.316.509.320 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 848.028.100 996.762.345 1.754.860.845
Lain-lain PAD yang
Sah 5.639.208.708 4.765.135.998 3.925.813.514,77
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.8. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 3.681.041.074,00,- atau
sebesar 15 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.9
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjar Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 34.559.897.305 37.364.158.584 49.301.392.325 Pajak Daerah 4.825.078.793 6.640.453.760 8.036.345.640 Retribusi Daerah 13.697.433.656 14.149.653.506 17.191.539.243 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 7.905.394.062 9.120.171.810 21.390.177.335
Lain-lain PAD yang
Sah 8.131.990.794 7.453.879.508 2.683.330.109
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel 5.9. di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Banjar
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 2.804.261.279,00,- atau sebesar 8% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 11.937.233.741,0,- atau naik sebesar
32 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.10
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Laut Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 43.389.899.652,00 36.411.064.419,00 48.205.761.958,77 Pajak Daerah 3.993.293.577,00 4.358.201.888,00 3.646.828.431,00 Retribusi Daerah 22.235.989.219,00 17.382.224.744,00 20.061.798.728,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.499.628.581,00 1.685.668.268,00 3.378.054.739,75
Lain-lain PAD yang
Sah 13.660.988.275,00 12.984.969.519,00 21.119.080.060,00 Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tanah
selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun
2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp. 6.978.835.233,- atau sebesar 16% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 11.794.697.539,77,- atau naik sebesar
32% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.11
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 18.459.175.810 17.946.308.638 18.093.581.124 Pajak Daerah 2.663.329.395 4.090.380.967 4.674.700.485 Retribusi Daerah 8.406.868.373 7.326.067.496 9.647.718.997 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 386.155.653 573.348.224 651.279.595
Lain-lain PAD yang
Sah 7.002.822.389 5.956.511.951 3.119.882.047
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten
Tanah Bumbu selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun
sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar Rp. 512.867.172,- atau sebesar 3% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 147.272.486,- atau
Tabel 5.12
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kotabaru Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 31.660.442.544 41.449.384.152 43.704.220.151 Pajak Daerah 10.737.537.961 14.965.116.201 14.525.597.303 Retribusi Daerah 8.924.163.596 10.543.805.360 11.691.074.760 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.763.663.005 2.548.616.185 3.342.345.916
Lain-lain PAD yang
Sah 9.235.077.982 13.391.846.406 14.145.202.172
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Kotabaru
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 9.788.941.608,- atau sebesar 31% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 2.254.835.999,- atau naik sebesar 5 %
dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.13
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2008 - 2010 Uraian 2008 2009 2010 Pendapatan Asli Daerah 10.534.098.439 10.099.494.744 15.176.138.439 Pajak Daerah 2.904.371.629 2.353.503.856 3.293.224.683 Retribusi Daerah 2.866.297.428 3.005.894.755 5.838.999.074 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 561.946.761 829.109.135 1.292.659.425
Lain-lain PAD yang
Sah 4.181.482.621 3.910.986.998 4.751.255.257
Berdasarkan Tabel 5.13 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten
Barito Kuala selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun
sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar Rp. 434.603.695,- atau sebesar 4% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.076.643.695,- atau
naik sebesar 50% dibandingkan dengan tahun 2009.
5.2.2 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota
Untuk melihat hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota di
Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan statistik deskriptif. Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.14 sampai dengan tabel 5.27 dibawah ini.
Tabel 5.14
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Tapin
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 15.830.862.990 1.932.403.285 5.414.682.380 12 % 34 % 2009 18.823.719.509 2.259.062.534 2.766.463.020 12 % 15 % 2010 20.737.650.856 5.578.788.582 7.429.303.999 27 % 36 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
KabupatenTapin selama 3 (tiga) tahun mengalami kenaikan, sedangkan kontribusi
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah berfluktuasi. Kontribusi pajak
daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada
pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2008) yaitu sebesar 12%, dan
kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 15%, sedangkan tahun 2010,
kontribusi pajak daerah dan retribusi meningkat masing-masing untuk pajak daerah
menjadi 27% dan retribusi daerah menjadi 36%.
Tabel 5.15
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 22.331.666.402 2.453.761.818 6.771.525.260 11 % 30 % 2009 28.152.513.660 2.678.584.679 6.606.746.517 10 % 23 % 2010 27.931.097.811 2.954.243.573 13.797.225.638 11 % 49 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 30%. Tahun
2009 kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 10% dibandingkan tahun
2008 dan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 23%. Sedangkan
tahun 2010, kontribusi pajak daerah dan retribusi sama-sama meningkat
masing-masing untuk pajak daerah menjadi 11% dan retribusi daerah menjadi 49%.
Tabel 5.16
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 23.157.388.710 2.520.717.777 4.836.163.559 11 % 21 % 2009 29.233.575.247 2.656.529.047 8.804.165.926 9 % 30 % 2010 31.047.807.718 2.749.165.393 7.734.760.112 9 % 25 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 21%. Tahun
2009 kontribusi pajak daerah hanya sebesar 9% yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 11%., sedangkan kontribusi retribusi daerah
sebesar 30% meningkat dibandingkan tahun 2008, sedangkan tahun 2010, kontribusi
pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2009) yaitu sebesar 9%, dan retribusi
menurun menjadi 25%.
Tabel 5.17
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 22.741.200.771 2.112.508.617 8.768.651.292 9 % 39 % 2009 25.495.508.761 2.851.535.106 10.820.852.263 11 % 42 % 2010 25.130.986.503 2.578.097.190 10.558.255.814 10 % 42 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 9% dan 39%. Tahun 2009
kontribusi pajak daerah sebesar 11% yang mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2008, demikian dengan kontribusi retribusi daerah sebesar 42% meningkat
dibandingkan tahun 2008. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 10%
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009) sedangkan retribusi daerah
Tabel 5.18
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Tabalong
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 27.812.376.986 13.438.904.689 5.191.716.248 48 % 19 % 2009 24.879.970.534 5.954.002.244 7.083.544.439 24 % 28 % 2010 31.131.903.437 4.879.238.721 12.153.667.223 16 % 39 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Tabalong selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi
retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak daerah dan
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 48% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
hanya 24% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, sedangkan
kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi sebesar 28%. Untuk tahun 2010,
kontribusi pajak daerah sebesar 16% menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 39%.
Tabel 5.19
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Balangan
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak
Daerah Retribusi Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 12.837.961.912 1.054.949.255 768.562.425 8 % 6 % 2009 17.379.556.775 1.999.043.778 1.678.672.822 12 % 10 % 2010 21.904.999.213 1.104.566.224 2.356.047.381 5 % 11 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Balangan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 8% dan 6%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
meningkat menjadi 12% dibandingkan tahun 2008, sedangkan kontribusi retribusi
daerah meningkat menjadi sebesar 10%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah
sebesar 5% menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008)
sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 11%.
Tabel 5.20
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kota Banjarmasin
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 64.995.580.605 37.150.861.882 12.315.715.332 57 % 19 % 2009 67.765.852.500 39.254.332.892 12.855.435.512 58 % 19 % 2010 80.510.646.971 42.962.620.588 18.207.136.373 53 % 23 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi
daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar
57% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat menjadi 58%
sedangkan kontribusi retribusi daerah sama dengan tahun 2008 yaitu sebesar 19%.
Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 53% menurun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat
Tabel 5.21
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kota Banjarbaru
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 23.928.790.036 8.142.642.284 9.298.910.944 34 % 39 % 2009 24.779.987.040 8.065.440.347 10.952.648.350 33 % 44 % 2010 28.461.028.114 8.464.044.434 14.316.509.320 30 % 50 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami penurunan, sedangkan
kontribusi retribusi daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 34% dan 39%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
menurun menjadi 33% sedangkan kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi
44%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 30%
sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 50%.
Tabel 5.22
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Banjar
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah Kontribusi Pajak Daerah (%) Kontribusi Retribusi Daerah (%) 2008 34.559.897.305 4.825.078.793 13.697.433.656 14 % 40 % 2009 37.364.158.584 6.640.453.760 14.149.653.506 18 % 38 % 2010 49.301.392.325 8.036.345.640 17.191.539.243 16 % 35 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi daerah
terus menerus mengalami penurunan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi