• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ADJOURNING

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu yang berkumpul dan membentuk suatu kelompok. Di dalam kelompok terdapat beragam karakter manusia yang berbeda satu sama lainnya. Setiap kelompok memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan bersama dan semangat bersatu yaitu melalui kesamaan visi dan misi yang ingin dituju.

Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi.

Sebuah kelompok akan berhasil apabila dimulai dari beberapa tahap seperti: Forming, Storming, Norming, Performing dan Adjourning ini dilaksanakan dengan baik. Dalam sebuah kelompok yang ada mungkin kurang begitu memahami hal tersebut.

Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:

1. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut

2. Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya

(2)

4. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota

kelompok

B. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk mengetahui:

1. Proses pembubaran kelompok

2. Dampak pembubaran kelompok terhadap anggota kelompok

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana persiapan pembubaran kelompok?

2. Bagaimana proses pembubaran dalam kelompok ?

3. Bagaimana dampak pembubaran terhadap anggota kelompok?

D. Sistematika Penulisan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah D. Sistematika Penulisan BAB II PEMBAHASAN

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

Pembubaran kelompok secara keseluruhan merupakan kegiatan tahap akhir dari serangkaian pertemuan kelompok. Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian khusus dari pimpinan kelompok, terutama ketika kelompok hendak dibubarkan.

Pembubaran kelompok dalam proses layanan bimbingan dan konseling adalah suatu proses alamiah yang harus disadari oleh pimpinan dan anggota-anaggotanya, dan mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menghadapi pembubaran itu. Shapiro (1978) menyatakan bahwa pembubaran kelompok sering ditangani secara tidak professional oleh pimpinan kelompok, dan tidak dibuat persiapan yang matang, sehingga proses pembubaran itu sendiri sering dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan anggota kelompoknya yang kadang kala tidak terarah pada tujuan yang diharapkan.

Kegiatan-kegiatan utama anggota kelompok menjelang kelompok dibubarkan adalah: 1) membayangkan kembali pengalaman-pengalaman mereka selama kerja kelompok berlangsung; 2) memproses kembali ingatannya; 3) mengevaluasi; 4) mengakui dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yang saling bertentangan; dan 5) membantu anggota dalam membuat keputusannya secara kognitif untuk menghadapi masa depan.

Sebelum kelompok dibubarkan, pimpinan kelompok perlu menyediakan kesempatan bagi para anggota untuk mengklasifikasi kembali makna dari pengalaman yang diperoleh selama kerja kelompok berlangsung, menghubungkan hasil kerja kelompok, membuat keputusan mengenai perilaku-perilaku lama yang hendak mereka tinggalkan, dan merumuskan perilaku-perilaku baru yang ingin diaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(4)

Di saat-saat terakhir kelompok dibubarkan, seringkali persoalan emosional anggota muncul ke permukaan, seperti rasa tak ingin berpisah, merasa kehilangan teman, sedih, dan bahkan bercampur haru serta penuh harapan. Situasi ini juga ikut mempengaruhi suasana pembubaran kelompok. Oleh karena itu, untuk mencapai sasaran pembubaran kelompok, perlu diperhatikan beberapa hal, di antaranya menyangkut persiapan, dampak-dampak pembubaran terhadap anggota, kemungkinan pembubaran dini, prosedur pembubaran, masalah-masalah yang terkait dengan pembubaran, dan hal-hal yang menyangkut tindak lajut.

A.Persiapan Pembubaran Kelompok

Dalam tahapan ini pimpinan kelompok harus merencanakan berapa lama kinerja kelompok akan berlangsung, aktivitas kerja kelompok, dan kapan kelompok harus dibubarkan. Pimpinan kelompok harus mengambil pertimbangan empiris dan pragmatis dalam membuat keputusan ini. Selain itu pertimbangan lain yang harus diambil yaitu natara lain prosedur kerja kelompok yang tepat serta batasan-batasan aktivitas baik ditinjau dari segi fisik maupun mental anggota. Rencana untuk pembubaran kelompok harus dikendalikan oleh prosedur kelompok, dan terkoordinasi dengan baik. Dalam bimbingan kelompok, sebuah orientasi kedepan terhadap pengakhiran harus diikuti oleh langkah tepat dalam proses penyelesaian sehingga dapat membantu anggota menyelesaikan tujuan kelompok dan mengklarifikasikan berbagai permasalahnnya.

Terdapat empat langkah dalam pembubaran kelompok yaitu: 1. Orientasi

Pada tahap ini anggota diingatkan bahwa kelompok akan dibubarkan.

2. Ringkasan

Peninjauan materi dan proses yang telah berlangsung dalam kelompok. 3. Diskusi tentang tujuan

Setelah sesi kerja berakhir kemudian anggota kelopok memfokuskan tentang apa yang harus dikerjakan.

(5)

Anggota kelompok saling menginformasikan mengenai kemajuan studi dalam meraih tujuan dan sasaran.

B.Dampak Pembubaran terhadap Anggota Kelompok

Dampak dari pembubaran kelompok akan tempak terlihat dalam beberapa segi. Jika pembubaran kelompok tidak dapat ditangani dengan professional, maka pembubaran itu sendiri akan berdampak negative terhadap anggota dan sekaligus menghambat perkembangan mereka dimasa yang akan datang. Apabila proses pembubaran kelompok ditangani denmgan tepat, maka pembubaran tersebut dapat menjadi pengalaman yang berharga dan menjadi pedoman pengaturan diri anggota dalam mengembangkan perilaku baru mereka yang lebih positif dan produktif.

Menurut Luft (1984) dan Shulman (1992) mengemukakan bahwa para anggota ingin tahu apa yang akan terjadi setelah kelompok dibibarkan, dan kadang kala mereka merasa tidak berfungsi apa-apa tanpa dukungan kleompok. Anggota yang kecewa terhadap pembubaran kelompok ini akan merasa khawatir bahwa mereka belum menyelesaikan apa yang seharusnya dikerjakan dalam kelompok.

Dalam aspek-aspek tertentu, sebagian anggota memandang positif terhadap apa yang berlangsung dalam kelompok serta mereka akan merasa bahagia berada didalamnya. Pembubaran kelompok cenderung dipandang sebagai suatu peristiwa yang menyakitkan oleh karena itu perlu dihindari. Cara yang terbaik yang harus ditempuh oleh pimpinan kelompok adalah membantu anggota menghadapi pembubaran kelompok dengan memusatkan perhatian anggota untuk memahami apa yang telah mereka alami dalam proses kerja kelompok, dan membantu mereka membuat rumusan mengenai cara-cara baru tentang hidupnya diluar kelompok.

Terdapat 3 alternatif bagi pimpinan untuk membantu anggota yang mengalami masalah dalam menghadapi pembubaran kelompok yaitu:

1. Memberikan layanan konseling individual untuk memberikan perhatian yang lebih besar bagi permasalahan-permasalahan pribadi anggota.

(6)

2. Menyerahkan anggota kepada kelompok lain atau memberikian bantuan khusus kepadanya.

3. Pengalihan, yaitu anggota tertentu dikembalikan kepada pengalaman kelompok yang telah dilalui untuk mempertajam dan mendalami kembali pelajaran yang tertinggal.

C.Pembubaran Dini

Pembubaran kelompok mungkin saja terjadi lebih cepat dari yang

direncanakan atau disebut pembubaran dini (premature termination).

Pembubaran dini mungkin terjadi karena:

1. Atas keinginan anggota kelompok meskipun tujuan yang diharapkan belum tercapai, atau dapat dicapai lebih cepat dari waktu yang direncanakan.

2. Atas keinginan pimpinan kelompok karena ia merasa mendapat tekanan dari kelompoknya, dan ketidakmampuan mengelola kelompok dengan baik sehingga persoalan-persoalan yang dikemukakan tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Anggota kelompok yang secara tiba-tiba meninggalkan kelompok, atau menghendaki pembubaran kelompok secara tiba-tiba, biasanya sangat dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan pimpinan kelompok. Persoalan ini merupakan contoh dari pembubaran dini, dan hal ini bisa menimbulkan berbagai kesulitan bagi para anggotanya. Yalom, (1985) mengemukakan tiga tipe pembubaran dini dalam kerja kelompok, yaitu:

1. Pembubaran kelompok secara keseluruhan

Pembubaran dini terhadap kelompok secara keseluruhan dapat terjadi karena sikap dan tindakan pimpinan kelompok karena sikap dan tindakan anggota kelompok. Apabila pimpinan kelompok membubarkan kelompok sebelum waktunya, maka akan terjadi kekacauan sehingga situasi tersebut memungkinkan anggota kelompok tidak merasa tentram. Untuk menangani tipe pembubaran, pemimpin harus menciptakan suatu pertemuan kelompok secara khusus, dan secara langsung harus

(7)

diberitahukan anggota-anggotanya. Bermard (1979) mengatakan pimpinan kelompok yang membubarkan kelompoknya secara mendadak ini mungkin disebabkan ia merasa tidak nyaman secara individu persoalan-persoalan, merasa dibebani oleh persoalan-persoalan anggotanya, lalu secara serta merta meninggalkan persoalan-persoalan kelompok tanpa penyelesaian. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, dan pimpinan kelompok dinilai gagal membangun kinerja kelompoknya secara efektif.

2. Pembubaran terhadap anggota kelompok yang sukses

Pembubaran dini yang dimotori oleh anggota, biasanya dikarenakan oleh berbagai alasan yang tidak tepat dan pengalaman-pengalamannya yang tidak berarti. Yalom, (1985) mendapat sejumlah alasan anggota yang meninggalkan psikoterapi dan konseling kelompok sebelum waktunya, yaitu: a) faktor eksternal, seperti konflik-konflik atau tekanan-tekanan eksternal; b) penyimpangan kelompok (anggota kelompok yang tidak cocok dengan anggota lainnya); c) pendekatan permasalahan yang kurang tepat; d) rasa takut secara emosional; e) menginginkan perhatian khusus dari pimpinan kelompok; f) kesulitan terhadap penyembuhan kelompok dan anggota yang terjadi secara bersamaan; g) propokasi seperti perlawanan anggota terhadap kelompok atau pimpinan; h) orientasi yang tidak memadai terhadap penyembuhan; dan i) kesulitan-kesulitan dari komponen-komponen yang ada dalam kelompok.

3. Pembubaran terhadap anggota kelompok yang tidak sukses

Jika perkembangan kinerja kelompok berpotensi tinggi untuk pembubaran dini, maka ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh pimpinan kelompok sebagai upaya pencegahan, di antaranya: a) kelompok berusaha memulai dan mengakhiri sejumlah pertemuan; b) anggota membuat perjanjian untuk menghadiri sejumlah pertemuan; c) anggota harus diperlakukan secara wajar baik secara pribadi maupun secara profesional; dan d) adanya kejelasan kesimpulan terhadapan semua pembicaraan mengenai kelompok dan anggotanya.

(8)

Langkah-langkah lain yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya pembubaran dini, yaitu: a) pimpinan atau anggota menginformasikan mengenai keinginan perpindahannya dari suatu kelompok; dan b) pimpinan kelompok mendiskusikan secara seksama dengan anggotanya yang bermaksud berhenti secara dini dari kegiatan kelompoknya. Dalam persoalan pembubaran dini ini, anggota tersebut sebaiknya dibantu agar menyadari apa yang mungkin mereka peroleh dari kelompok yang sedang diikutinya, dan langkah-langkah positif apa yang dapat diambil untuk masa depan.

D.Pembubaran Tiap Pertemuan Kelompok

Ada dua cara yang umum dilakukan untuk membubarkan setiap kali pertemuan kelompok, yaitu membuat ringkasan hasil pertemuan oleh masing-masing anggota dan oleh pimpinan kelompok.

1. Ringkasan oleh Anggota

Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan rasa memiliki dari anggota kelompok tentang apa yang telah dialami secara individu dan bagaimana mereka mampu merumuskan hasil-hasil kerja kelompok secara ringkas dan mudah dipahami.

2. Ringkasan oleh Pimpinan Kelompok

Pimpinan perlu membuat ringkasan mengenai apa yang dapat dia amati dari pertemuan kerja, baik dari segi prosesnya, kerjasama antar anggota, sikap toleransi, motivasi kerja, dan hasil-hasil yang dicapai. Para anggota diberikan kesempatan untuk memberikan reaksi atau responnya secara pribadi terhadap apa yang mereka rasakan dari perubahn-perubahan kelompoknya. Pimpinan dapat memberikan komentar baik mengenai keterpaduan kerja, tema-tema kerja, kesediaan anggota untuk mengambil risiko kerja, dan membicarakan topik-topik yang menyenangkan, serta keinginan anggota untuk mendiskusikan perasaan-perasaan atau fokus perhatian anggota yang bersifat negatif.

(9)

Keuntungan yang dapat diambil oleh pimpinan kelompok dari ringkasan ini adalah dapat membuat penegasan terhadap masalah-masalah atau komentar-komentar tertentu yang berkembang di dalam kelompok. Kelemahannya adalah adanya beberapa perkembangan penting dalam pertemuan kelompok yang menyita waktu untuk dibahas, sehingga pimpinan tidak dapat menerjemahkan perilaku-perilaku yang menyimpang di kalangan anggota kelompok secara keseluruhan.

3. Ringkasan Dibuat Anggota secara Berpasangan

Membuat ringkasan secara berpasangan merupakan salah satu cara menemukan variasi ringkasan oleh anggota kelompok yang berbeda.

Setiap anggota kelompok berkesempatan mencurahkan

pengalamannya dan memberikan ulasan singkat mengenai pokok-pokok hasil kerja kelompok.

4. Membagi Anggota menjadi Dyad

Membentuk sub kelompok yang terdiri atas dua orang (dyad), dan salah satu dari mereka ini ditugaskan untuk membuat ringkasan hasil kerja kelompok, atau kedua-duanya diberi tugas yang sama. Hasil ringkasan tersebut disajikan dalam forum kelompok. Oleh sebab itu pimpinan kelompok dapat memberikan tekanan bahwa semua anggota kelompok baik secara bersama-sama maupun secara individu perlu memikirkan dan merenungkan apa yang telah diperoleh dan telah disumbangkan kepada kelompok selama satu kali pertemuan, dan dengan kemampuan perenungan ini pertemuan kelompok dibubarkan.

5. Meminta Reaksi Tertulis

Hal lain yang dapat dipergunakan dalam rangka mengakhiri pertemuan kelompok oleh pimpinan kelompok yaitu meminta memberikan reaksi tertulis dari para anggotanya. Hal-hal tersebut antara lain:

a. Anggota dilatih untuk mampu memberikan tanggapan tertulis terhadap apa yang terjadi dalam pertemuan kelompok sesuai

(10)

dengan minat, fokus perhatian, perasaan, dan fikiran masing-masing anggota. Kelemahan utama dari bentuk latihan ini adalah terbatasnya waktu yang tersisa guna membagi-bagikan hasil tanggapan tersebut kepada anggota lainnya.

b. Anggota kelompok diminta menulis ringkasan hasil pertemuan secara kronologis mulai dari pertemuan satu sampai selesai secara teratur. Kemudian anggota dapat menulis tanggapan-tanggapannya mengenai peristiwa –peristiwa yang terjadi pada tiap pertemuan.

c. Dengan cara memadukan tulisan dengan music atau

gambar-gambar. Anggota kelompok didorong untuk berfikir tentang gambar atau musik yang ditulis tersebut. Dalam hal ini pimpinan kelompok dapat memberikan catatan tertulis tentang keadaan masing-masing anggota dan ini dibagikan kembali kepada mereka guna mendapat umpan balik mengenai sejauh mana pemahaman mereka selama ini.

6. Memberikan Lembar Penilaian

Pada akhir pertemuan, pimpinan dapat membagikan lembar penilaian kepada para anggota dan mereka diwajibkan mengisi lembaran secara singkat, baik mengenai tingkat kepuasan atau mengenai bagaimana mereka dapat mengembangkan cara berfikirnya. Lembar penilaian ini wajib dikembalikan kepada pi,pinan kelompok, dan pimpinan dapat memberikan respon atau komentar-komentar seperlunya.

7. Memberikan Pekerjaan Rumah

Dengan adanya pekerjaan rumah, anggota kelompok dapat menemukan cara-cara tersendiri terutama untuk menuangkan pengalaman-pengalaman khusus atau peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan rumah ini memberikan tekanan pada tujuan anggota yang hendak dicapai dalam pertemuan kelompok.

(11)

Pembubaran kelompok biasanya dipengaruhi oleh perpaduan emosi dan tugas-tugas. Pada kelompok yang berhasil, pembubaran ini ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas ke arah yang positif dan memperoleh umpan balik pada rentang waktu tertentu sebagai suatu perubahan dalam dalam mengantisipasi anggota-anggota. Pada kelompok yang gagal, pembubaran ini ditandai dengan frustasi, kemarahan dan menimbulkan jarak tertentu antar anggota, dan mereka merasakan bahwa ia tidak mencapai tujuan baik secara individu maupun kelompok.

Ada ciri-ciri kemampuan yang harus dikuasai oleh anggota kelompok sebelum dilakukannya pembubaran kelompok. ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Mengulang dan meringkas pengalaman kelompok.

2. Menetapkan perubahan dan perkembangan yang seharusnya dimiliki

anggota.

3. Menyelesaikan permasalahan.

4. Membuat keputusan-keputusan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Menyediakan wadah penyaluran bakat-minat.

6. Menangani pengucapan selamat jalan.

7. Merencanakan pertemuan tindak lanjut atau reuni anggota

F. Masalah-masalah dalam pembubaran kelompok

masalah-masalah yang umum dialami oleh pimpinan kelompok dan anggota kelompok dalam menghadapi pembubaran kelompok yaitu antara lain:

1. Penolakan atau penyangkalan (denial)

Penolakan adalah suatu aksi anggota yang berharap pengalaman kelompok tidak pernah berakhir. biasanya penolakan itu adalah persoalan individual anggota, meskipun anggota lainnya dapat merasakan dan memperoleh pengalamannya dalam kelompok yang terbatas. untuk menghadapi masalah ini, pimpinan kelompok perlu mengingatkan anggota bahwa setelah pembubaran kelompok akan ada pertemuan tindak lanjut yang membahas persoalan-persoalan yang terkait dengan anggota.

(12)

2. Pemindahan (transference)

Transference adalah pemindahan pengaruh dari seorang anggota kepada anggota lainnya, atau dari suatu situasi ke situasi lainnya. pada dasrnya pemindahan ini terjadi secara tidak disadari, dan ini dapat diamati pada cara-cara seseorang berinteraksi dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan situasi yang ada.

3. Countertransference

Countertransference adalah respon pimpinan kelompok yang bersifat emosional kepada anggotanya sebagai reaksi pimpinan terhadap sikap

transference anggota, atau ketika persoalan yang sedang dihadapi pimpinan tidak dapat diselesaikan.

4. Menangani pembubaran kelompok secara benar

Ada beberapa ciri khusus mengenai pyang tidak benar, diantaranya:

a. Adanya persoalan-persoalan mengenai pembubaran kelompok yang

tidak diproses sebagaimana mestinya.

b. Tidak dipersiapkan mengenai tindak lanjut hasil pertemuan kelompok.

c. Anggota masih menyimpan sejumlah persoalan yang tidak ada

(13)

BAB III

KESIMPULAN

Pembubaran kelompok dalam proses layanan bimbingan dan konseling adalah suatu proses alamiah yang harus disadari oleh pimpinan dan anggota-anaggotanya, dan mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menghadapi pembubaran itu. Shapiro (1978) menyatakan bahwa pembubaran kelompok sering ditangani secara tidak professional oleh pimpinan kelompok, dan tidak dibuat persiapan yang matang, sehingga proses pembubaran itu sendiri sering dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan anggota kelompoknya yang kadang kala tidak terarah pada tujuan yang diharapkan.

Sebelum kelompok dibubarkan, pimpinan kelompok perlu menyediakan kesempatan bagi para anggota untuk mengklasifikasi kembali makna dari pengalaman yang diperoleh selama kerja kelompok berlangsung, menghubungkan hasil kerja kelompok, membuat keputusan mengenai perilaku-perilaku lama yang hendak mereka tinggalkan, dan merumuskan perilaku-perilaku baru yang ingin diaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Tahap-tahap dalam pembubaran kelompok yaitu antara lain:

1. Persiapan Pembubaran Kelompok

2. Dampak pembubaran terhadap anggota kelompok

3. Pembubaran Dini

4. Pembubaran Tiap Pertemuan Kelompok

5. Pembubaran kelompok

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok. Bandung:Aditama. Walgito, Bimo. 2006. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: ANDI.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Bubu karang merupakan alat tangkap yang bersifat statis, tergolong ke dalam alat penangkapan fishing with traps, berbentuk empat persegi, pada bagian belakang agak lancip,

Sedangkan sasaran strategis dari BPTP Jawa Barat pada tahun 2019 adalah: (1) Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi, (2) terdiseminasi dan tersiapkannya teknologi

Bagaimana pentingnya peran perpustakaan sekolah juga dapat disimak dari pernyataaan seorang mantan anggota komisi pendidikan di Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa apa

Seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator harus pandai memilih metode pembelajaran yang cocok dengan karakteristik siswa, seperti yang dilaksanakan di SMPN 13

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji Pedoman standar teknis kerja di UPT Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam proses digitalisasi koleksi deposit

‰ Jika diberi bahan dielektrik diantara kedua pelat maka untuk beda potensial yang sama, muatan kapasitor menjadi bertambah, sehingga kapasitasnya pun bertambah.. Efek

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif MANDIRI INVESTA

RPA Maharani Farm terletak di kawasan Radar, Kecamatan Kiara Condong, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Rumah potong tersebut terletak di wilayah perkampungan