Perawat Harus Dapat Menghitung Kebutuhan Cairan Infus
Pernahkan kita mendengarkan percakapan seperti ini...?. Dokter : "Mas/Mbak, tolong infuskan Tn.x.
Gunakan cairan RL" Perawat : "Berapa tetes dokter..?"
Dokter : "Maintenance aja 20 tetes/menit.." Perawat : " Ok...!"
Mungkin kita sering mendengarkan atau mendapatkan advice seperti di atas, namun apakah kita pernah memikirkan, kenapa klien harus mendapatkan carian RL..? Padahal carian kristaloid selain RL juga ada NS.. Kenapa 20 tetes/menit...? apakah pemberian cairan rumatan (Maintenace) selalu 20 tetes/menit (Sebagian besar tenaga kesehatan memahami bahwa pemberian cairan rumatan (maintenance) adalah 20 tpm). Eitss... tunggu dulu.. Pemberian Cairan rumatan tidak selalu 20 tpm.. :)
Kebanyakan kita sebagai perawat hanya manut saja dengan apa yang di advicekan dokter, mau tanya kenapa seperti ini..? kenapa ndak seperti itu..? takut nanti kalau ditanya balik sama
dokternya.. malah ndak bisa jawab karena ndak punya dasar kenapa mempertanyakan advice dokter...
Naahh... oleh karena itu kali ini kami akan mengulas sedikit mengenai dasar pengambilan keputusan dalam pemberian cairan pada klien. Biar nanti kalau ada advice dari dokter kita tahu mengapa dokter mengambil keputusan itu dan kita dapat mengingatkan apabila kita anggap tidak sesuai dengan kebutuhan klien...
;)
Rekan-rekan sekalian Jumlah kebutuhan cairan klien adalah salah satu dasar pengambilan keputusan untuk memberikan cairan tambahan dari luar. Rumusnya adalah sebagai berikut :
(O) Kebutuhan Cairan
Dewasa : 50cc/Kg BB/24 jam
Anak : 10Kg I --- 100cc/Kg BB/24 jam 10Kg II --- 50cc /Kg BB/24 jam selebihnya --- 20cc /Kg BB/24 jam
(O) Kebutuhan Natrium (Na+) 3-5 mEq/Kg BB/24 jam
RL memiliki kandungan Na+ sebesar 130 meq/L (1 flash = 65 meq) Ns memiliki kandungan Na+ sebesar 154 meq/L (1 flash = 77 meq)
* 1L(liter) = 1.000 cc, 1Flash = 500 cc
(O) Tetesan/ Menit
faktor tetes Otsuka --- 1cc = 15 tetes faktor tetes Terumo --- 1 cc = 20 tetes
(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit (jumlah jam x 60menit)
CONTOH KASUS
Berikan cairan maintenance pada klien laki-laki usia 25 tahun dengna berat badan 50Kg
(O) Kebutuhan cairan
= 50cc/Kg BB/24 Jam = 50cc x 50 /24 jam = 2.500 cc / 24 jam
(O) Kebutuhan Natrium
= 3-5 mEq/Kg BB/24 jam = 3-5 mEq x 50 / 24 jam = 150-250 mEq / 24 jam
(Jadi kebutuhan Natrium klien berada antara rentang 150-250 mEq dalam 24 jam)
(O) Tetes/menit
(Kebutuhan cairan x Faktor tetes) = jumlah tetesan/menit (Jumlah jam x 60 menit)
Infus set Otsuka (2.500 x 15) = 37.500 = 26 tetes/menit (24 x 60) 1.440
Infus set Terumo (2.500 x 20) = 50.000 = 35 tetes/menit (24 x 60) 1.440
Cara dan pilihan pemberian cairan
- RL memiliki kandungan Na+ (65 meq)/flash
- Jika kita berikan 3 flash RL maka kebutuhan Na+ klien terpenuhi 3 x 65 = 195 meq (kebutuhan klien antara 150-250 meq)
- jika kita memberikan 3 flash RL maka jumlah cairan yang kita berikan hanya 1.500 cc 3 flash x 500 cc (jumlah cairan 1 flash) = 1.500cc
Padahal kebutuhan cairan klien adalah 2.500 cc, maka klien membutuhkan 1.000 cc tambahan cairan
- Kekurangan cairan kita tutupi dengan cairan non-elektrolit seperti Dekstrosa (D5%) sebanyak 2 flash (1.000 cc)
Jadi, komposisi cairan maintenance yang kita berikan (sesuai dengan kebutuhan klien) adalah 3 flash RL ditambah 2 flash D5%, dengan tetesan 26 tpm (infus set otsuka), 35 tpm (Infus set terumo) InsyaAllah semuanya akan habis dalam 24 jam. ^_^
Nah... itu tadi sedikit ilmu yang bisa kami bagikan, semoga rekan-rekan sekalian dapat semakin kritis dalam menanggapi advice yang diberikan dokter, karena kita adalah mitra... yang bekerja sama dan saling mengingatkan semata-mata demi pelayanan terbaik bagi klien...
CAIRAN INFUS
JENIS – JENIS CAIRAN INFUS
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
-
Na 130 mEq
-
K 4 mEq
-
Cl 109 mEq
-
Ca 3 mEq
-
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati.
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding
RL pada neonatus.
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran.
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam).
< 24 jam pasca operasi.
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas.
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam).
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A.
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas.
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam).
Mensuplai kalium 20 mEq/L.
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
o
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak.
o
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal.
o
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun.
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia.
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
-
Na 30 mEq/L
-
K 8 mEq/L
-
Cl 28 mEq/L
-
Laktat 10 mEq/L
-
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare.
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar).
Otsu-RL
Indikasi:
o
Resusitasi
o
Suplai ion bikarbonat
o
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik.
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat
dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan.
Nitrisi dini pasca operasi.
Tifoid
RUMUS TRANSFUSI DARAH
Rumus :
Hb normal – Hb pasien = hasil
Hasil x BB x jenis darah
Keterangan :
Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal
Hb pasien = Hb pasien saat ini
Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
Jenis darah = darah yang dibutuhkan
PRC dikalikan 3
WB dikalikan 6
CARA PEMASANGAN INFUS
Memasang infus merupakan salah satu cara pemberian terapi cairan dengan menggunakan
prosedur infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan tehnik aseptik.
Tujuan Memasang Infus:
Mempertahankan atau menganti cairan tubuh yang hilang
Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki komponen darah
Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena
Rehidrasi cairan pada pasien shock
Persiapan Alat:
Alkohol spry
Infus Set
IV catheter sesuai ukuran
Pengalas
Infus sesuai pesanan
Toniquet
Sarung tangan bersih
Kapas steril
Plester
Bengkok
Prosedur Kerja:
1. Melakukan verifikasi program pengobatan
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
4. Mengecek tanggal kadaluarsa: infus, selang infus, catheter vena.
5. Menusuk saluran infus dengan benar ( jangan diputar ).
6. Menggantung cairan infus dan mengisi tabung reservoar sebanyak duapertiga bagian
/sebatas tanda hingga tidak ada udara dalam selang.
7. Atur posisi pasien, pasang pengalas, selanjutnya pasang toniquet 5cm dari area insersi.
Lakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% dan biarkan selama 15-20 detik
Pertahankan vena pada posisi stabil dengan menekan dan menarik bagian distal vena yang
akan diinsersi dengan ibu jari
8. Menusuk vena dengan sudut 30 derajat dan lubang jarum menghadap ke atas
9. Setelah dipastikan jarum masuk, turunkan posisi jarum 20 derajat dan tarik mandrin 0,5
cm, masukan catether secara perlahan.
Lakukan teknik V saat melepas mandrin dengan menekan port dan vena lalu segera
sambungkan selang infus dengan catheter.
10. Lepas torniquet dan masukan catheter secara perlahan, sambil menarik jarum keluar
11. Alirkan infus, selanjutnya lakukan fiksasi antara sayap dan lokasi insersi tanpa menutup
lokasi insersi
12. Letakkan kapas/gaas steril di atas area insersi.
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan fiksasi (plaster ukuran ± 5x8cm sampai menutup kapas steril.
15. Atur tetesan infus sesuai program dan tulis tanggal pemasangan, kolf, tetesan, jam
habis,dan k/p obat
16. Observasi respon pasien.
17. Bereskan alat dan kembalikan pada tempatnya dalam keadaan bersih
18. Cuci tangan
•Tanggal dan jam dipasang
•Jenis cairan
•Jumlah tetesan/menit•Jangka waktu
•Obat bila ada dll
Tahap Terminasi
Observasi terhadap kondisi umum(vital sign, keluhan nyeri, alergi)
Observasi kelancaran tetesan dan jumlah tetesan
Observasi area insersi (warna kulit / pembengkakan/ sakit)
Berikan KIE pada pasien/keluarga bila terjadi ketidaknyamanan
Teknik Pemasangan InfusPemberian Cairan Intravena Tujuan Utama Terapi Intravena:
1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh 2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena Keuntungan:
Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat.
Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari
Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis
Kerugian:
Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock” Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
§ Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu § Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
§ Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan
Peran Perawat Dalam Terapi Intravena
Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan
Persiapan Pasien
Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan. Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:
§ Arti dan tujuan terapi intravena (I.V) § Lama terapi intravena
§ Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan) § Anjuran:
- Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan) - Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
Larangan:
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set - Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan
Persiapan Peralatan Alat
Alat untuk kateter I.V. / Venocath
Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar
Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini: Ukuran 16
Guna: – Dewasa
- Bedah Mayor, Trauma
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi - Butuh vena besar
Ukuran 18
Guna: - Anak dan dewasa
- Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 20
Guna: – Anak dan dewasa
- Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: umum dipakai Ukuran 22
Guna: – Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut) - Cocok untuk sebagian besar cairan infus Pertimbangan Perawat:
- Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh - Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat
- Sulit insersi melalui kulit yang keras
Ukuran 24, 26
Guna: – Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut) - Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat Pertimbangan Perawat:
- Untuk vena yang sangat kecil - Sulit insersi melalui kulit keras
Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine (alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban
Label
Papan untuk lengan Alas/perlak
Alat untuk menggantung cairan infus
Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan tubuh pasien
2. Cairan
Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran
… cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated
… JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI…..!
Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus, tambahan obat, no urut kemasan
3. Infus Set
- Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai - Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang
1. Infusion pump atau infusion controller, jika diperlukan
Pemilihan Tempat Insersi Petunjuk Umum:
Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik
- Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam - Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama
- Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam catatan perawatan pasien
Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi Pedoman pemilihan vena”
- Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu - Gunakan lengan pasien yang tidak dominan - Pilih vena-vena diatas area fleksi
- Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter
- Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat
- Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
- Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan
- Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa A. Bagian atas tangan
- Metacarpal Veins
- Dorsal Venous Arch - Cephalic Vein - Basilic Vein B. Bagian bawah tangan
- Median antebrachial vein - Accessory Cephalic Vein - Median cuboital vein - Cephalic Vein
Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan
Jika perlu, jepit rambut diatas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa sakit sewaktu plester dilepas
Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi.
Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine) B Menstabilkan Vena
Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat
Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)
Pukul-pukul vena dengan lembut
Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan C Berikan anastesi lokal bila perlu
Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan Pilih vena yang paling baik
Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester dilepaskan
Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan antiseptik dan biarkan mengering
Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi
Fiksasi vena; letakkan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan.
Tusuk vena; pegang tebung bening kateter, bukan pusatnya:
- Metode langsung: tempatkan bevel jarum mengarah ke atas dengan sudut 30-40 0 dari kulit pasien. Tusukan searah dengan aliran vena: rasakan ‘letupam’ dan lihat adanya aliran darah.
Tehnik Pemasangan Infus
metode tidak langsung: tusuk kulit disamping vena, kemudia arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah.
Dorong kateter ke dlam vena kira-kira ¼ – ½ inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter
Lepas torniquet dan tarik stylet
Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi) Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter Pasang balutan steril
Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang Lepas sarungtangan dan cuci tangan
Rapikan alat-alat Tehnik Fiksasi Metode Chevron
- Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.
- Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien - Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label
Metode U
- Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub kateter
- Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel dengan hub kateter
- Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label
Metode H
- Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter Dokumentasi Terapi Intravena
Inisiasi:
1. Ukuran dan tipe peralatan
2. Nama petugas yang melakukan insersi 3. Tanggal dan jam insersi
4. Tempat insersi IV 5. Jenis cairan
6. Ada tidaknya penambahan obat 7. Kecepatan tetesan
8. Adanya pemakaian alat infus elektronik 9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat
10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya
Maintenance
1. Kondisi tempat insersi 2. Pemeliharaan tempat insersi 3. Pergantian balutan
4. Pemindahan tempat insersi 5. Pergantian cairan dalam infus set
6. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya.
1. Jam dan tanggal
2. Alasan dihentikan terapi IV
3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan
4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat 5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang
6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)
Tipe vena yang harus dihindari:
1. Vena yang telah digunakan sebelumnya
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis 3. Vena yang keras dan sklerotik
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan 5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti
6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi 7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke 9. Vena yang memar, merah dan bengkak
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi
11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium
Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set kemasan infus set
Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup Pertahankan sterilitas penusuk botol
Perhatikan arah menarik penutup
Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar
Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara Tekan chamber sampai cairan terisi setengah Naikkan ujung infus set sejajar chamber
Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm