• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI GURU DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI KURIKULUM 2013 DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI GURU DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI KURIKULUM 2013 DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI GURU DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI KURIKULUM 2013 DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA

Dominggus Petra Nugrahedi, Universitas Sebelas Maret Surakarta domingguspetra@yahoo.co.id

Sudiyanto, Universitas Sebelas Maret Surakarta Soeddie.fkipuns@gmail.com

Nurhasan Hamidi, Universitas Sebelas Maret Surakarta nurhasan_hamidi@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui kompetensi guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta; dan (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi guru-guru tersebut dalam melakukan penilaian kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di SMK Negeri 3 Surakarta. Subjek penelitian ini adalah guru akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta. Objek penelitian ini adalah kompetensi penilaian pembelajaran akuntansi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan triangulasi, meningkatkan ketekunan, dan bahan referensi. Teknik analisis data menggunakan model analisis Miles and Huberman, yaitu dengan melakukan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi guru akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta cukup memadai. Guru telah melakukan proses penilaian mulai dari membuat perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan data, hingga melaporkan hasil penilaian ke dewan guru, siswa, dan wali murid. Ada beberapa langkah dalam standar penilaian yang tidak dilaksanakan, yaitu pelaksanaan penilaian tidak dilakukan berdasarkan pedoman penilaian, tidak adanya kisi-kisi penilaian, dan deskripsi penilaian yang tidak menggambarkan kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kompetensi guru dalam melakukan penilaian dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal, guru masih terbiasa dengan kurikulum yang lama (KTSP). Sementara itu, faktor eksternal mencakup workshop/seminar/pelatihan dan supervisi yang dilakukan oleh pihak pengawas dan pihak sekolah.

Kata kunci: Kompetensi Guru, Penilaian, Kurikulum 2013, Pembelajaran Akuntansi.

ABSTRACT

The objectives of this research are to investigate: (1) the teachers’ competency in the 2013 curriculum ecaluation on the accounting subject matter learning at State Vocaltional

(2)

High School 3 of Surakarta; and (2) the factors influecing the teachers in the 2013 Curriculum evaluation.

This research used the descriptive qualitative research method. It was conducted at State Vocational High School 3 of Surakarta. The subject of this research is accounting teacher at State Vocational High School 3 of Surakarta. The object of this research is competency in evaluation on the accounting subject matter learning. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique. The data sources of research were teachers and the students in grade XI AK 2. The data of reserch were collected through observation, in-depth interview, and documentation. They were validated by using the source and method triangulations, continuous observations, and supporting references. The data were analized by using the reduction, data display, and conclusing drawing.

The result of research are as follows: 1) the teachers’ competency in the 2013 curriculum evaluation on the accounting subject matter learning at State Vocational High School 3 of Surakarta is enaugh to implement the 2013 curriculum 2013 standards and procedures. The teachers took some measures in the planning, implementation, processing, and reporting standards. However, few measures of the evaluating standards were not performed so that the evaluation bore some weaknesses. 2) the factors influencing the teachers in the 2013 curriculum evaluation included the internal and external ones. In the former, the teachers still used to employ the old curriculum, namely: the school-based curriculum. In the latter, the factors included workshops/seminars/training and supervisions conducted by School Superintendents and the aforementioned school.

Keywords: Teacher’s Competency, Evaluation, the 2013 Curriculum, Accounting Subject Matter Learning

PENDAHULUAN

Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Dikatakan sangat penting, karena penilaian dapat digunakan dalam memberikan informasi penting, diantaranya adalah menentukan hasil belajar peserta didik, mengukur sejauh mana keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran selama proses belajar mengajar, dan mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran yang telah diajarkan. Informasi-informasi tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah peserta didik, guru, orang tua, sekolah, dinas pendidikan, bahkan secara

umum dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Bagi para peserta didik, hasil penilaian yang telah disusun oleh para guru dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas proses belajar yang telah diikuti selama ini. Ketika terdapat kekurangan dalam suatu bidang studi, peserta didik dapat meningkatkan intensitas belajar mereka pada bidang tersebut. Selain itu, penilaian tersebut dapat dijadikan motivasi bagi peserta didik untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai dan kemampuan mereka pada bidang ilmu yang mereka minati. Dengan demikian, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam mengikuti pembelajaran, serta bidang ilmu apa saja

(3)

yang menjadi minat mereka, yang nantinya hal tersebut akan mempengaruhi bidang ilmu yang akan mereka didalami di dunia perkuliahan.

Bagi para guru, hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan para guru tersebut dalam memberikan materi pelajaran kepada peserta didik selama proses pembelajaran. Hasil belajar peserta didik yang rendah, menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Sebaliknya, hasil belajar peserta didik yang baik, menunjukkan bahwa para guru mampu menguasai kelas, dan mampu memberikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan baik. Artinya, penilaian dapat dijadikan acuan/patokan bagi sekolah-sekolah untuk mengetahui apakah para guru sudah melakukan proses belajar mengajar dengan benar, dan mampu menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan baik.

Sementara itu, hasil penilaian yang baik juga dapat dijadikan sebagai gambaran pelaksanaan pendidikan dalam suatu sekolah. Pimpinan di sekolah bisa memperhatikan sinergi antara masing-masing bagian yang ada di sekolah, apakah sinergi tersebut sudah mengarah pada tujuan pendidikan. Sekolah juga bisa mengadakan suatu kegiatan atau penambahan fasilitas

sekolah untuk meningkatkan kinerja dan kemampua guru dalam mengajar, dan meningkatkan kemampuan serta kreativitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dalam skala yang lebih luas, penilaian yang baik dapat dijadikan acuan bagi dunia pendidikan, karena dari hasil penilaian tersebut, maka dapat dilihat peta kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran secara keseluruhan. Melalui sistem penilaian ini, maka pihak yang berwenang (pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dapat mengambil langkah-langkah konkret melalui hasil penilaian secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga bisa mengevaluasi mengenai pendidikan yang telah dilaksanakan, apakah sudah mengarah pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik dari segi kemampuan guru dalam mengajar, maupun dari segi kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah (di era Menteri M.Nuh) adalah memberlakukan kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP. Kemudian kebijakan ini sedikit direvisi oleh pemerintahan yang baru (melalui Menteri Anis Baswedan), dengan memberhentikan pelaksanaan kurikulum 2013 bagi sekolah yang baru menjalankan selama satu semester, dan tetap melanjutkan pelaksanaan

(4)

kurikulum 2013 bagi sekolah yang telah menjalankan kurikulum tersebut selama tiga semester.

Seiring dengan diubahnya kurikulum pendidikan Indonesia dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013, ternyata juga mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas mereka. Ada beberapa hal yang berubah, diantaranya dalam hal penilaian. Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Tujuan dari standar penilaian tersebut yaitu untuk menjamin perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penilaian. Hal ini berdampak pada tata cara penilaian yang tidak hanya dilakukan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi dilakukan dalam bentuk deskriptif dan administratif. Tidak sedikit guru yang mengeluh mengenai sistem penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan artikel-artikel terkini (terlampir di bagian lampiran) yang menyatakan bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya penilaian kurikulum 2013. Selain itu, pernyataan guru yang telah diobservasi di awal penelitian juga senada, yaitu guru tersebut masih bingung dalam implementasi penilaian kurikulum 2013. Tuntutan untuk menggambarkan secara deskriptif dan rinci mengenai keseluruhan penilaian siswa

menjadi suatu kesulitan bagi guru. Selain memakan waktu dan tenaga yang sangat banyak, guru jelas akan terhalang oleh banyaknya jumlah siswa. Semua siswa harus dinilai secara deskriptif baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Padahal penilaian adalah suatu komponen yang sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran di dalam kelas. Penilaian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penilaian itu sendiri adalah proses pengumpulan informasi ataupun bukti-bukti belajar yang dilakukan guru terhadap siswa yang digunakan untuk pengambilan keputusan berupa penentuan grade/nilai, perbaikan hasil belajar siswa, dan perbaikan cara mengajar guru. Oleh karena itu, guru harus benar-benar memahami bagaimana prosedur dan teknik dalam melakukan penilaian.

Pentingnya masalah penilaian pada guru dalam proses pendidikan memunculkan beberapa penelitian yang terkait dengan hal ini, diantaranya adalah penelitian Fatmawati, Zainul Akhyar dan Mariatul Kiptiah pada tahun 2012. Penelitian ini mengatakan bahwa guru sudah cukup mampu dalam melakukan penilaian, namun masih tedapat kekurangan dalam perencanaan dan penerapan penilaian.

Ada pula penelitian yang dilakakukan Camellia dan Umi Chotimah pada tahun 2012. Penelitian ini menyatakan

(5)

bahwa kemampuan guru dalam membuat instrumen penilaian domain afektif pada mata pelajaran PKn di SMP Negeri se-Kabupaten Ogan Ilir cukup baik, jika dilihat dari persentasenya, kemampuan yang dimiliki oleh guru adalah delapan puluh tiga koma tiga persen (83,3%). Oleh karena itu, pelaksanaan penilaian domain afektif pada mata pelajaran PKn di sekolah untuk mengukur sikap, miniat, konsep diri, nilai, dan moral siswa harus terus dilaksanakan oleh guru.

Selain itu, penelitian yang terkait dengan masalah ini adalah penelitian Bambang Suryadi, tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru-guru madrasah di wilayah Jakarta Selatan yang menjadi responden penelitian ini masih kurang, karena minimnya sosialisasi dan pelatihan tentang standar penilaian untuk Kurikulum 2013. Oleh sebab itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan yang intensif untuk guru-guru madrasah di Jakarta Selatan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan.

Untuk menambah data mengenai kemampuan guru dalam melakukan penilaian, telah dilakukan pra observasi (wawancara) terhadap guru-guru di SMK Negeri 3 Surakarta. Berdasarkan hasil pra observasi, terdapat kesamaan antara fakta yang terjadi di sekolah ini dengan fenomena di atas. yaitu kesulitan dalam melakukan

penilaian. Ada beberapa poin yang menjadi permasalahan, diantaranya adalah (1) kurikulum 2013 tidak jelas dan benar-benar membingungkan, khususnya di aspek penilaian; (2) guru belum begitu paham mengenai proses penilaian secara detail; (3) kesulitan terhadap format penilaian kurikulum 13, karena banyak sekali format penilaian yang harus diisi, sehingga terpaksa guru melewatkan poin poin yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Sebagai contoh adalah penilaian sikap yang dilakukan secara tidak prosedural/mengira-ngira saja. Hal ini juga pastinya berdampak pada prosedur dan mekanisme penilaian yang dilaksanakan oleh guru tersebut. Jika guru sudah mengalami permasalahan dalam melakukan penilaian, dapat dipastikan bahwa ada prosedur dan mekanisme penilaian yang tidak dijalankan ataupun tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut guru tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya kompetensi guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 adalah kurangnya pelatihan. Pelatihan yang didapat selama ini adalah pelatihan dalam bentuk workshop yang hanya bersifat umum dan tidak mendetail. Pelatihan seperti ini dirasa beliau belum cukup untuk membuat guru lebih paham dan berkompeten dalam melakukan penilaian. Kondisi seperti ini harus segera diperbaiki dan harus ada upaya praktis dan efektif

(6)

untuk menanganinya, karena jika tidak akan menghambat proses pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa hambatan tersebut akan berdampak pada evaluasi dan keputusan yang diambil dari hasil penilaian tersebut..

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kompetensi guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta, serta faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam melakukan penilaian. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui bagaimana tingkat kompetensi guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta. (2) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kompetensi guru saat ini dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan informan, dokumen atau arsip, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran akuntansi dan siswa jurusan akuntansi. Dokumen atau arsip yang digunakan adalah RPP guru dan nilai ulangan siswa (harian dan UAS). Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sample. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi (sumber dan metode), meningkatkan ketekunan, dan bahan referensi. Analisis data menggunakan skema Interactive Model of Analysis menurut Milles dan Huberman. Prosedur penelitian terdiri atas (1) persiapan peneiltian (2) pengumpulan data, (3) analisis data awal, (4) analisis data akhir, (5) penarikan kesimpulan, (6) penulisan dan penggandaan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan kompetensi guru SMK Negeri 3 Surakarta dalam melakukan penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 cukup memadai. Guru telah melakukan sebagian besar prosedur dalam standar penilaian, diantaranya melaksanakan pengembangan kriteria pencapaian kompetensi dasar, memberitahukan kepada siswa mengenai aspek yang dinilai, menetapkan bobot untuk tiap-tiap teknik penilaian dan menetapkan rumus penentuain nilai akhir, menetapkan acuan kriteria (KKM) sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan, menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian bebas dari kecurangan, memeriksa dan mengembalikan hasil pekerjaan siswa dan memberikan umpan balik, memberi skor disertai makna/interpretasi dari skor tersebut, menyampaikan hasil belajar siswa dalam

(7)

rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas dan kelulusan, hingga melaporkan hasil belajar siswa kepada wali murid. Adapula prosedur penilaian yang tidak dilakukan oleh guru, antara lain tidak melaksanakan penilaian sesuai dengan pedoman penilaian kurikulum 2013, tidak membuat kisi-kisi penilaian, serta tidak medeskripsikan hasil belajar siswa secara rinci, yang menggambarkan keadaan/kondisi siswa dalam megikuti pelajaran.

Hasil penelitian ini adalah logis. Kompetensi guru dalam melakukan penilaian tidak terlepas faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah pengalaman dan pendidikan guru, baik sebelum menjabat sebagai seorang guru (preservice-training) maupun selama menjabat sebagai guru (inservice-training). Guru-guru di SMK Negeri 3 Surakarta telah memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan undang-undang, yaitu minimal Strata-1. Faktor inilah yang mempengaruhi kemampuan guru dalam melakukan sebagian besar proses penilaian yang sesuai dengan standar dan prosedur penilaian kurikulum 2013. Akan tetapi, di dalam proses penilaian ini terdapat langkah-langkah/tahap-tahap yang belum dilakukan oleh para guru, atau sudah dilakukan namun tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Langkah-langkah tersebut antara lain guru tidak melaksanakan penilaian sesuai dengan pedoman penilaian

kurikulum 2013, tidak membuat kisi-kisi penilaian, serta tidak medeskripsikan hasil belajar siswa secara rinci, yang menggambarkan keadaan/kondisi siswa dalam mengikuti pelajaran. Tentu saja masalah ini akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil penelitian, ada dua faktor yang mempengaruhi guru dalam melakukan penilaian pembelajaran kurikulum 2013, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru tersebut, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar. Yang termasuk ke dalam faktor internal adalah: a) guru masih terbiasa dengan kurikulum yang lama (KTSP). Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah adalah a) workshop/pelatihan/seminar yang diikuti oleh para guru, dan b) adanya supervisi yang dilakukan baik dari pihak pengawas maupun pihak sekolah.

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Fatmawati, Zainul Akhyar dan Mariatul Kiptiah (2012), yang menyatakan bahwa pelaksanaan penilaian yang dilakukan guru sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat kekurangan dalam melakukan perencanaan penilaian, serta masih kurangnya perhatian guru dalam membuat RPP. Selain itu, penelitian ini juga senada dengan penelitian Ahmad Jafar (2013).

(8)

Penelitian ini juga menyatakan guru-guru sudah melaksanakan penilaian dengan sebagaiman mestinya. Namun, para guru masih belum memahami mengenai proses yang harus dilalui dalam merencanakan penilaian, seperti guru-guru tidak membuat kisi-kisi, tidak menguji validitas dan reliabilitas tes, dan tidak membuat profil tentang kemajuan peserta didik. Hasil penelitian ini juga relatif sama dengan penelitian Bambang Suryadi (2014), yang menyatakan bahwa kesiapan guru-guru madrasah di wilayah Jakarta Selatan yang menjadi responden penelitian ini masih kurang karena minimnya sosialisasi dan pelatihan tentang standar penilaian untuk Kurikulum 2013. Oleh sebab itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan yang intensif untuk guru-guru madrasah di Jakarta Selatan sebelum atau selama Kurikulum 2013 diimplementasikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dari pembahasan yang dilakukan di bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kompetensi Guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 pada mata pelajaran akuntansi di SMK Negeri 3 Surakarta cukup memadai. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan guru daam membuat perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, serta pengolahan

dan pelaporan penilaian. Sebagian dari guru akuntansi yang tidak sepenuhnya menjalankan perencanaan penilaian sesuai dengan standar penilaian yang berlaku. Namun hal itu beralasan, karena banyaknya kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran ditambah kegiatan-kegiatan nonakademik lainnya, sehingga tidak ada waktu untuk mengerjakan. Dalam pelaksanaan, kemampuan guru sudah memadai. Hal ini ditunjukkan oleh semua guru yang sudah melaksanakan proses pelaksanaan penilaian. Pada tahap pengolahan dan pelaporan, kemampuan guru cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dari hampir semua guru yang telah melaksanakan proses ini dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. Namun yang menjadi catatan adalah penilaian deskriptif seharusnya dilakukan sesuai dengan keadaan peserta didik yang sebenarnya. Inilah yang harus diperhatikan oleh para guru. Guru tidak hanya sekadar melakukan penilaian, melainkan tetap menjaga kualitas dari pelaksanaan penilian tersebut. Jika proses penilaian sudah dilaksanakan dengan kualitas yang bermutu, maka hasilnya pun akan bermutu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam melakukan penilaian kurikulum 2013 lebih mengarah pada kemampuan

(9)

beradaptasi guru yang kurang dalam mengimplementasikan sistem penilaian kurikulum 2013. Ini terlihat dari belum terbiasanya guru-guru dalam melakukan penilaian yang berbentuk deskriptif, dan masih terbiasa dengan sistem yang berlaku di kurikulum sebelumnya. Selain itu kemampuan guru dalam melakukan penilaian saat ini lebih

dipengaruhi oleh

workshop/pelatihan/seminar yang dilakukan di sekolah. Dengan adanya kegiatan tersebut, pengetahuan guru dalam melakukan penilaian menjadi bertambah sehingga adanya masukan informasi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan penilaian.

BIODATA

Dominggus Petra Nugrahedi lahir di Curup, 19 Desember 1992. Menyelesaikan studi sekolah dasar di SD Kristen Pelita Kasih Curup, dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Curup, kemudian dilanjutkan di SMA Negeri 1 Curup. Saat ini telah menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Program Studi Pendidikan Akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Alkharusi, dkk. 2012. Educational Assessment Attitudes, Competence,

Knowledge, and Practices: An Exploratory Study of Muscat Teachersin the Sultanate of Oman. Journal of Education and Learning. Vol. 1, No. 2. ISSN 1927-5250. Halaman 217-232Tersedia (diakses 1 Maret 2015)

Amka Abdul Aziz. 2012 .Guru Profesional Berkarakter. Klaten : Penerbit Cempaka Putih.

Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran.Surakarta : Yuma Pustaka.

Camelia dan Chotimah, Umi. 2012. Kemampuan Guru Membuat Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran PKn di SMP Negeri Se-Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Forum Sosial, Vol.5, No.02. Halaman 114-122. Tersedia http://eprints.unsri.ac.id/1417/1/Ke mampuan_Guru_dlm_memuat_inst rumen_Penilaian_Afektif.pdf (diakses 1 Maret 2015)

Charles E Johnson, et all. 1974. Psychology and Teaching. Bombay: D.B. Taraporevala Sons & Co. Private Limited.

Daniel Lenox Barlow. 1985. Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, Chicago: The Moody Bible Institute.

Djamarah, Syaiful Bahri. Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kuriklum 2013). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(10)

E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fatmawati. Akhyar, Zainul. Kiptiah, Mariatul. 2012. Kemampuan Guru Melakukan Penilaian dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Vol. 2, No.4, ISSN: 2303-2979. Tersedia http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php?article=96031&val=5072 (diakses 3 Maret 2015)

Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Jafar, Ahmad. 2013. Kompetensi Guru

Bahasa Arab dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Di MTs Negeri Prambanan Klaten.

Kamus besar bahasa Indonesia.

Liputan6. (2013, 6 Januari). Guru Keluhkan Sulitnya Terapkan Kurikulum 2013, M Nuh Optimis. Diperoleh 2 Juli

2015, dari

http://news.liputan6.com/read/2081 171/guru-keluhkan-sulitnya- terapkan-kurikulum-2013-m-nuh-optimistis

Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE – UII.

Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Novia, D.R.M. (2013, 16 Februari) Guru Sulit Lakukan Penilaian Otentik. Republika. Diperoleh 2 Juli 2015. http://www.republika.co.id/berita/p endidikan/eduaction/14/07/22/n92v

qz-guru-sulit-lakukan-penilaian-otentik(diakses pada Kamis, 2 Juli

2015)

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Penididkan.

Puspitarini, M. (2013, 4 Desember). Guru Keluhkan Sulitnya Implementasi Kurikulum 2013. Okezone. Kamis,

2 Juli 2015, dari

http://news.okezone.com/read/2014 /11/15/65/1065890/guru-keluhkan- sulitnya-implementasi-kurikulum-2013 (di akses pada Kamis, 2 Juli 2015)

Roestiyah. 1989. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara. Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran

Berbasis Komputer

Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Shoimin, A. 2014. Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter. Yogyakarta :Penerbit Gava Media. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi

pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah production.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : ALFABETA.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, Jakarta : Bumi Aksara.

Suryadi, Bambang. 2014. Kesiapan

Guru-guru Madrasah dalam

(11)

Mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan untuk Kurikulum 2013 Di Jakarta Selatan. Jakarta.

Sutratinah Tirtonegoro. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit. Tohirin, 2006, Psikologi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Jakarta: Grasindo.

Yusup, Haryono. 2011. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam merencanakan maupun melaksanakan program pembangunan pedesaan tidak bisa dilakukan secara seragam melainkan harus sesuai dengan ciri khas dari

Tim Peneliti Kalangan Anak Zaman, “ Laporan penelitian Existing Documentation dalam Perkembangan Teater Kontemporer di Yogyakarta periode 1950-1990 Kepingan Riwayat Teater

Soal ujian nasional juga harus mempunyai implementasi yang merata pada aspek-aspek yang menyangkut proses perubahan perilaku pada peserta didik, yang membutuhkan banyak aspek

Some examples related to the territorial variation of language within the advertising campaign strategy can be seen on figure 2 and figure 3 below: Figure 3: SimPATI Telkomsel

Alert when the minimum level over the maximum level If all the fields are filled and the user confirms the add device then the app will try to connect with the server and display

Perlakuan perendaman biji dengan air kelapa dapat memicu perkecambahan dan menurunkan persentase biji yang tidak tumbuh dikarenakan bahan alami yang terdapat terdapat

The aim of this research is to investigate the effect of neuroticism and loneliness to SNS (Social Networking Site) addiction on social media users.. It means

Sikap inferioritas yang dimiliki pelajar, yaitu merasa tidak mampu, tidak dipedulikan, lemah, bodoh, kurang diperhatikan akan memicu dirinya untuk berbuat sesuatu bahkan yang