• Tidak ada hasil yang ditemukan

bronkitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bronkitis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PEMBAHASAN PEMBAHASAN

A.

Definisi

A.

Definisi

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi  bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau  bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau

gangguan respiratorik dengan batuk merupakan

gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utagejala yang utama dan ma dan dominan. Inidominan. Ini  berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari  berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari  penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang

 penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.peran.( Ngastiyah, 1997 )( Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis adalah masalah pada jalur pernafasan bagian bawah yang Bronkitis adalah masalah pada jalur pernafasan bagian bawah yang disebabkan oleh peradangan ataupun infeksi jalan udara, jalan udara ini termasuk  disebabkan oleh peradangan ataupun infeksi jalan udara, jalan udara ini termasuk   batang tenggorokan dan pipa udara yang merupakan jalan masuk oksigen kedalam  batang tenggorokan dan pipa udara yang merupakan jalan masuk oksigen kedalam  paru-paru.

 paru-paru.

Sedangkan menurut

Sedangkan menurut Samer Sarah (2007)Samer Sarah (2007), Bronkitis adalah suatu, Bronkitis adalah suatu   peradangan pada saluran bronchial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan   peradangan pada saluran bronchial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan

oleh virus, bakteri, merokok atau polusi udara. oleh virus, bakteri, merokok atau polusi udara.

Berdasarkan ketiga definisi ini, maka bronchitis adalah suatu permasalahan Berdasarkan ketiga definisi ini, maka bronchitis adalah suatu permasalahan yang terjadi pada daerah jalur pernafasan bagian bawah yang disebabkan oleh yang terjadi pada daerah jalur pernafasan bagian bawah yang disebabkan oleh  peradangan atau infeksi.

(2)

B.

B.

Penyebab

Penyebab (Etiologi)

(Etiologi)

Berdasarkan penyebabnya bronchitis dibagi menjadi 2 bagian, yakni : Berdasarkan penyebabnya bronchitis dibagi menjadi 2 bagian, yakni :   bronchitis infeksiosa; adalah bronchitis yang diakibatkan oleh bakteri atau infeksi   bronchitis infeksiosa; adalah bronchitis yang diakibatkan oleh bakteri atau infeksi   bakteri/virus. Yang kedua adalah bronchitis iritatif; ialah bronchitis yang   bakteri/virus. Yang kedua adalah bronchitis iritatif; ialah bronchitis yang disebabkan adanya alergi akan sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah disebabkan adanya alergi akan sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah rawan br

rawan bronchitisonchitis..

Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan tentang bronchitis berdasarkan Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan tentang bronchitis berdasarkan  penyebabnya:

 penyebabnya:

1.

1. Bronkitis Bronkitis InfeksiosaInfeksiosa

Penyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan yang paling utama Penyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan yang paling utama organisme ya

organisme ya ng menyerupai bakteri ng menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonie dan (Mycoplasma pneumonie dan ChalamyChalamydia).dia). Serangan bronchitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit Serangan bronchitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit  paru-paru dan saluran pernafasan menahun.

 paru-paru dan saluran pernafasan menahun.

Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari : Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :

y

y Sinusitis kronisSinusitis kronis y

y BronkiektasisBronkiektasis y

y AAlergilergi y

y Pembesaran amandel dan adenoid pada Pembesaran amandel dan adenoid pada anakanak-anak -anak 

2.

2. Bronkitis Bronkitis Iritatif Iritatif 

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: Berbagai jenis debu, asap dari asam Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: Berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan kuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan   bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida,   bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida,

tembakau dan r

(3)

C

.

Tanda-tanda dan gejala

Gejalanya berupa: batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, cepat lelah, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir  yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan   penglihatan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti: pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk  tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat, sering ditemukan bunyi nafas mengi, teruta ma setelah batuk, bisa terjadi pneumonia.

Sedangkan menurut Gunadi santoso dam Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:

y Biasanya todak demam, walaupun ada tetapi rendah y K eadaan umum baik, tidak tampak sakit

y Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis y Pada paru didapatkan suara napas yang kasar 

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk  yang lama, yaitu :

- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan sipenderita kekurangan istirahat

- Daya tahan tubuh penderita menurun

- Anoraksia sehingga berat badan sukar naik 

(4)

D.

Patofisiologi bronchitis

Sebelum kita membahas tentang patofisiologi dari br onchitis pada anak, ada  baiknya kita ketahui dulu definisi dari patofisiologi itu sendiri.

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit , permulaan perjalanan dan akibat.

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema pada mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme   pertahanannya sendiri. Faktor etiologi utama adalah virus dan zat polutan. Pada   penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang menetap yang mengakibatkan episema dan bronkhietaksis.

Gejala klinis bronkitis akut :

Batuk awalnya kering, setelah 2 sampai 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir, pada pemeriksaan dada, ditemukan ronkhi basah kasar  dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 sampai 3 minggu. Bila setelah 2 minggu masih ada batuk , mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder. Pada anak dahak yang kental jarang ditemukan karena sering ditelan. Anak yang usianya sudah besar biasanya

(5)

E.

Komplikasi

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada anak, antara lain :

y Bronchitis kronik 

y Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi

 berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.

y Pleuritis.K omplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.

Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

y Efusi pleura atau empisema

y A bses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

y Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri

 pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri br onchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. K omplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan

 beah gawat darurat.

y Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas y K or pulmonal kronik pada kasus ini bila t erjadi anastomisis cabang-cabang

arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi art erio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan t erjadi hipertensi pulmonal, kor   pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.

y K egagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang

 berat da luas

y Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi

klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea

(6)

F

.

Penatalaksanaan

F.1 Pengobatan

A. Pengobatan konservatif, terdiri atas :

1. Pengelolaan umum

Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi : a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

y Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering. y Mencegah / menghentikan rokok 

y Mencegah / menghindari debu,asap dan s ebagainya.

 b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :

Melakukan drainase postural

Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase  postural dilakukan selama 10 ± 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4

kali. Prinsip drainase postural ini adalah usa ha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan pada pada  punggung pasien dengan punggung jari.

Mencairkan sputum yang kental

Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.

Mengatur posisi tepat tidur pasien

Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.

(7)

c. Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA) harus diperkecil dengan jalan

mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

2. Pengelolaan khusus

a. K emotherapi pada bronchitisemotherapi dapat digunakan :

y secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA) y untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru y atau kedua-duanya digunakan

emotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian

antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan  bronchitis, tidak pada setiap pasien harus iberikan antibiotic. Antibiotik 

diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih).

emotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

 b. Drainase secret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan  pasien. K eperluannya antara lain :

(8)

y Menentukan dari mana asal secret

y Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

y Menghilangkan bstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.

3. Pengobatan simtomatik 

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan pasien.

a. Pengobatan obstruksi bronkus

A pabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal

 paru ( % FEV1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.

 b. Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen. c. Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dila porkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk 

menghentikan perdarahan. d. Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic  perlu juga diberikan obat antipiretik.

B. Pengobatan pembedahan

a. Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.

 b. Indikasi pembedahan :

y Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon

yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi

(9)

y Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau

haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan ha emaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

c.K ontra indikasi

y Pasien bronchitis dengan COPD y Pasien bronchitis berat

y Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.

d. Syarat-ayarat operasi.

y K elainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

y Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel

y Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau

 bronchitis kronik.

e. Cara operasi.

y Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tida k terdapat

kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan  persiapan operasinya baik.

y Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan

gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terda pat kontra indikasi operasi.

(10)

f. Persiapan operasi :

y Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,

 pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional ).

y Scanning dan USG.

y Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien. y Memperbaiki keadaan umum pasien.

F.2 Perawatan

Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi paru-paru secara umum:

1. Hindarkan dari perokok dan asap rokok. Asap tembakau meningkatkan

risiko bronkitis kronis dan emphysema.

2. Cobalah anak untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit anak terkena virus yang menyebabkan bronkitis. Hindari kerumunan orang selama musim flu.

3. Dapatkan vaksin flu ta hunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu

melindungiAnda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko

 bronkitis.

4. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Vaksin Prevnar dapat

membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia.K ami

menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 t ahun dan untuk anak usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma,  penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin

 pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak  di tempat suntikan. Jika anak anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat

(11)

5. Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan se cara teratur. Untuk  mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Da n jangan menggosok  hidung atau mata anak anda.

(12)

BAB II KASUS

1. IdentitasK lien

a. Biodata

  Nama Andi Setiawan atau:An. S

Tempat tanggal lahir : Ponorogo, 10 Maret 1999

Usia : 11 tahun (anak pertama)

Jenis kelamin : Laki-laki.   Nama ayah/ ibu : Tn. B/ Ny. D

Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMA

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat : Ds. Bdgec. Po

  No. Register : 02235

Tanggal MRS : 5 September 2010 pukul 07.30 WIB Tanggal Pengkajian : 5 September 2010 pukul 10.00 WIB Sumber informasi : Ibu dan anak 

Diagnosa medis : Bronkhitis alergika.

 b. K eluhan utama

Ibu mengungkapkan An. S sejak makan semangka batuk terus menerus selama 2

hari, bila untuk lari anak merasa sesak. c. Riwayat penyakit sekarang

2 hari sebelum kunjungan ke Poli Anak, klien makan semangka. + ½ jam setelah

klien makan semangka klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak   bertambah berat saat anak lari-lari. K emudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Anak 

RSUD Dr. Harjono Ponorogo d. Riwayat penyakit dahulu

lien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan

sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + ½ tahun. Pada usia 10 tahun

(13)

kambuh lagi setelah memakan buah melon. K lien bisa memenuhi kebutuhan

tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi anakanya terutama buah-buahan yang dapat menyebabkan alergi.

e. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan

lien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis, menurut

ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. K lien minum ASI sampai usia

6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun. Susu yang

diberikan adalah Lactogen. g. Riwayat imunisasi

lien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio, DPT,

Campak dan hepatitis. h. Riwayat nutrisi

Ibu mengungkapkan An. S diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai pada

saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu diberikan  pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 K g, TB 140 cm. Ibu

mengungkapkan anak sulit makan selama sakit ini, makanan yang disajikan tidak   pernah dihabiskan.

i. Riwayat tumbuh kembang

Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini bersekolah di

SD kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak sering menghias kamarnya.

 j. Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat. Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.

k. Pemeriksaan fisik  1) K eadaan umum

Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak

batuk- batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 x/mnt, suhu 37OC,  pernafasan 26 x/mnt teratur.

(14)

2) K epala dan leher 

 K epala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,

terpotong pendek.

 Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.

 Telinga tidak ada serumen.

 Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

 Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.

 Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/ nyeri, tidak ada kaku kuduk.

3) Dada dan thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2tunggal tidak ada bising/ murmur.

4) A bdomen

Bentuk simetris, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba.

5) Ekstrimitas

Tidak ada kelainan dala m segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-masing ekstrimitas, GCS 15. K lien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai

dengan arah gerak sendi.

l. Pemeriksaan penunjang medis Tanggal 5 Sept ember 2010 DL:

Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit 9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1

Pemeriksaan alergi:

House dust 10,3 mm, coklat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm. Foto thoraks:

(15)

c. Penatalaksanaan c.1 Pengobatan

Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, pengobatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian obat yang mengandung ekspektoran, yang berguna untuk  mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan. Sehingga An . S tidak merasa sesak.

2. Pemberian antibiotic, hal ini dilakukan karena An.S menderita bronchitis

dikarenakan adanya gangguan virus.

3. Pemberian banyak cairan dan obat yang mengandung acetaminophen untuk  mengurangi demam dan rasa tidak enak badannya.

d. Perawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan  produksi sekret.

2. K erusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronchus.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,  proses penyakit kronis.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7. K urang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

(16)

DA

F

TAR PUSTAKA

Irian Gunawan (2006).   Bronkitis Pada anak . From

http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/bronkitis-pada-anak.html, 16 A pril

2011

Feri Malinda (2011). K onsep Bronkitis pada anak. From

http://ferimalinda.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-bronkitis- pada-anak.html

(17)
(18)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ³Bronkitis  pada anak´.

Penulisan makalah a dalah merupakan salah satu tugas kelas dalam bentuk  kelompok sebagai bahan seminar di Akademiebidanan Sentral Padangsidimpuan.

Penulis berharap dengan penulisan makalah ini, pembaca dan khususnya   penulis memahami akan kasus yang dibahas, sehingga sebagai orang yang

menempuh pendidikan didunia kesehatan dapat menerapkannya di kehidupan masyarakat kelak.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak  sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan memberikan imbalan kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Terima kasih.

Padangsidimpuan, 17A pril 2011

(19)

BRONCHITIS PADA A NAK  D I S U S U  N OLEH : KELOMPO: A NGGOTA:

1. RIZK Y QORY R AHMADA NI

2. LE NNI MARLINA

AKADEMI KEBIDA NA N SE NTR AL PADA NGSIDIMPUA N

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Uraian tugas kepala ruangan yang ditentukan oleh Depkes (1994) dalam melaksanakan fungsi perencanaan adalah (1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga

(1) Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan

Dapat dilihat pada table 3 dan 4 bahwa pada penggunaan Filter aktif Cascaded Multilevel Inverter, nilai THD arus dan tegangan sumber masih dibawah batas yang diijinkan atau sesuai

Lembaga Kementerian Mengajar di satuan pendidikan Mengikuti BKP Dirjen Dikti Magang Industri; Diskominfo Tanggerang, Hotel Galuh Prambanan, Lipi Press, dll 17 SKS Pilihan

Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Maret 2015– hal 3 Amandemen yang disetujui pada bulan Maret 2015 berjumlah lima amandemen yang terdiri dari dua

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : „‟ Pengaruh

Isolat bakteri penambat N non-simbiotik pada sampel tanah HTA1 memperlihatkan bentuk, tepian dan elevasi yang berbeda-beda dengan warna koloni yang didominasi oleh

Gambar 6 menunjukkan bahwa persentase aktivitas penghambatan ACE yang ditunjukkan oleh ketiga isolat aktinomiset endofit asal daun pegagan (AEP-1, AEP-2, dan