• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda)"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda Kota Malang). SKRIPSI. Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Adiba Jeyhan Shafira 145030100111069. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2018.

(2) iv.

(3) ii.

(4) iii.

(5) 161. CURRICULUM VITAE. A. Identitas Diri Nama. : Adiba Jeyhan Shafira. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Juni 1996 Jenis Kelamin. : Perempuan. Agama. : Islam. Alamat di Malang. : Jl. Terusan Bendungan Wonogiri No. 4. Alamat Asal. : Jl. Poncol II No.81 RT 013/RW 007, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. NIM. : 145030100111069. Fakultas / Jurusan. : Fakultas Ilmu Administrasi / Administrasi Publik. Universitas. : Universitas Brawijaya. Nomor Telepon. : 081294644003. Email. : adibajeyhan@gmail.com. B. Riwayat Pendidikan Formal No. Pendidikan Formal. Tahun. 1. TK Wahyu. 2001 – 2002. 2. MIN Al-Azhar Asy-Syarif Indonesia. 2002 – 2008. 3. MTsN Al-Azhar Asy-Syarif Indonesia. 2008 – 2011. 4. MAN 13 Jakarta. 2011 – 2014. S-1 Ilmu Administrasi Publik, Jurusan. 2014 - 2018. 5. Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.

(6) Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tua hebatku, Papa dan Mama yang senantiasa selalu mendukung dan selalu ada disaat suka maupun duka, yang selalu memanjatkan do’a dalam sujudnya untuk kesuksesan anak-anaknya, yang selalu menjadi terang disaat aku dalam gelap.. v.

(7) Adiba Jeyhan Shafira, 2018. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda). Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Agus Suryono, MS.. RINGKASAN Kemandirian ekonomi merupakan salah satu prioritas yang ingin dicapai melalui Nawa Cita dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Penumbuhan sektor-sektor usaha mikro serta melakukan pemberdayaan merupakan salah satu fokus pemerintah untuk mencapai kemandirian perekonomian tersebut. Usaha mikro di masa yang akan datang merupakan sebagai stabilisator dan pendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan bangsa dan negara, atas dasar itulah pertumbuhan dan pengembangan usaha mikro melalui program pemberdayaan penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda serta untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berlokasi di Kota Malang, sedangkan situsnya berada di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang serta Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda. Sumber data primer diperoleh dari beberapa wawancara dari informan yang berkaitan, sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri serta beberapa alat penunjang seperti pedoman wawancara dan alat bantu lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang untuk mengembangkan usaha mikro melalui pemberdayaan masyarakat meliputi aspek 1) penyelenggaraan pembinaan; 2) penyaluran bantuan sosial; 3) fasilitator pengembangan usaha mikro. Selain itu selama proses pemberdayaan tersebut meliputi proses pemberdayaan masyarakat: 1) enabling yaitu menciptakan suatu iklim yang dapat mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran dalam memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya dalam upaya mengembangkan potensi yang ada; 2) empowering yaitu proses pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi yang dimiliki untuk membuka akses pada peluang dan penyediaan berbagai masukan yang berkaitan degan pasar input dan output; 3) protecting yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem yang diarahkan untuk mencegah persaingan yang tidak. vi.

(8) seimbang dan praktik eksploitasi yang berguna sebagai perlindungan bagi masyarakat. Faktor pendukung adalah adanya paguyuban UKM, dukungan dari instansi-instansi lainnya, serta peran serta masyarakat dalam pemberdayaan. Sedangkan faktor penghambat adalah adanya permasalahan teknis usaha mikro yang meliputi permasalahan pemasaran produk dan manajemen usaha, serta permasalahan permodalan. Kata Kunci: Pemberdayaan masyarakat, usaha mikro, pengembangan usaha mikro.. vii.

(9) Adiba Jeyhan Shafira, 2018. Community Empowerment through Micro Enterprise Development (Study in Department of Cooperatives and Micro Business of Malang City and Yuda Banana Chips Micro Business). Undergraduate Thesis. Major of Public Administration Science, Faculty of Administration Science, Brawijaya University. Supervisor : Prof. Dr. Agus Suryono, MS. SUMMARY Economic independence is one of the priorities to be achieved through Nawa Cita by moving the strategic sectors of the domestic economy. The growth of micro business sectors and empowerment is one of the government's focuses to achieve economic independence. Micro-enterprise in the future is as a stabilizer and a driver of economic growth so as to improve the living standards and prosperity of the nation and the state, on the basis of growth and development of micro enterprises through empowerment program is important to do. This study aims to describe community empowerment in the development of Micro Enterprises in the Department of Cooperatives and Micro Enterprises Malang City and Micro Banana Chips and to describe the factors supporting and the obstacled found in community empowerment in the development of Micro Enterprises in the Office of Cooperatives and Micro Enterprises Malang City and Micro Enterprises Chips Banana Yuda. This research uses descriptive research type with qualitative approach located in Malang City, while the site is in the Department of Cooperatives and Micro Enterprises of Malang City and Micro Banana Chips Business of Yuda. Primary data sources were obtained from interviews from related informants, while secondary data were obtained from documents related to the research topic. Data collection techniques are done through interviews and documentation. While the research instruments used are the researchers themselves as well as some supporting tools such as interview guides and other aids. Empowerment efforts undertaken by the Department of Cooperatives and Micro Enterprises Malang to develop micro business through community empowerment includes aspects 1) the implementation of coaching; 2) distribution of social assistance; 3) facilitator of micro business development. In addition, during the process of empowerment includes the process of community empowerment: 1) enabling is to create a climate that can encourage, motivate, and raise awareness in maximizing the utilization of resources in an effort to develop the potential that exists; 2) empowering is a process of community empowerment that enhances capacity by strengthening its potential to open access to opportunities and provide inputs related to input and output markets; 3) protecting that is to protect the interest by developing a system directed to prevent uneven competition and exploitation practices that are useful as protection for the community. Supporting factors are the existence of UKM community, support from other agencies, and community participation in empowerment. While the obstacle factor. viii.

(10) is the existence of technical problems of micro business covering the problem of product marketing and business management, as well as capital problem. Keywords: Community empowerment, micro business, micro business development.. ix.

(11) KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda.)” Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada prodi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, khususnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang. 2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang. 3. Bapak Fadillah Amin, Dr., M.AP., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.. x.

(12) 4. Prof. Dr. Agus Suryono, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu memberikan dorongan, arahan, motivasi serta nasehat kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu yang tergabung dalam Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang terutama Bidang Usaha Mikro dan juga Ibu Ida selaku pemilik usaha mikro Keripik Pisang Yuda yang senantiasa mengarahkan, mendampingi, membimbing, dan memberikan informasi selama penelitian berlangsung. 6. Orang tua penulis, Papa Drs. Abdillah, MM dan Mama Dra. Rossita Tri Harjanti, MSi yang tiada henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan motivasi serta semangat bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabatku Adinda Saraswati, Anggiyaza Adha, Afifatuz Zakiyah, Farah Dhiba, Reyna Lazuardi, dan Quntum Chanif yang selalu memberikan semangat, doa serta motivasi dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku di masa SMA yaitu Dhita Imas, Fatiya Zahra, Iffah Sabrina, Imroatul Azizah, Mukhbitah, Nabila Shafarien, Nurvica Rosady, Zakiyyah Hamidah yang senantiasa memberikan semangat, doa, dukungan, serta canda tawa dan menjadi pelipur lara bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Rekan-rekan AIESEC Brawijaya, The Mockingjay OGV 1617 yaitu Alvian Restu, Almer Reyhan, Amira Naufalia dan Geby Mariska. Metanoia OGT 1718 yaitu Lilia Purnamawati, Naura Naryswari, Reval Shidqi. Ksatria Executive Board 1718 yang telah menjadi bagian dari penulis untuk berproses, yang selalu memberikan dukungan, masukan, motivasi dan pelajaran bagi penulis.. xi.

(13) 10. Rekan-rekan HUMANISTIK FIA UB 2016 terutama Departemen Pelayanan Mahasiswa yang menjadi wadah pertama bagi penulis untuk belajar berorganisasi dan berproses serta selalu memberikan dukungan dan pelajaran berharga bagi penulis. 11. Teman-teman seperjuangan penulis di Jurusan Administrasi Publik angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi, serta selalu menghibur penulis selama penulisan skripsi ini. 12. Bagi semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.. Malang, 30 April 2018. Penulis. xii.

(14) DAFTAR ISI. MOTTO ...................................................................................................................i TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................................ii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .........................................................iii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v RINGKASAN ...........................................................................................................vi SUMMARY .............................................................................................................viii KATA PENGANTAR ..............................................................................................x DAFTAR ISI ............................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................................xvii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xx. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................11 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................11 D. Kontribusi Penelitian ...............................................................................12 E. Sistematika Pembahasan .........................................................................13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Administrasi Publik dan Pemberdayaan .................................................15 1. Administrasi Publik ...........................................................................15 2. Konsep Pemberdayaan ......................................................................22 B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah..........................................................35 1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ................................35 2. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah.............................38 3. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah............39. xiii.

(15) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .....................................................................................42 B. Fokus Penelitian ....................................................................................43 C. Lokasi dan Situs Penelitian ...................................................................45 D. Sumber Data .........................................................................................46 E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................47 F. Instrumen Penelitian .............................................................................50 G. Analisis Data .........................................................................................51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Lokasi Situs Penelitian ........................................55 1. Gambaran Umum Kota Malang ........................................................55 2. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang..65 3. Gambaran Umum Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda......................71 B. Penyajian Data Fokus ..............................................................................72 1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ...................................................73 a. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aspek Penyelenggaraan Pembinaan .......................................................74 b. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pengaksesan Permodalan ............................................................80 c. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Fasilitator Pengembangan Usaha Mikro ......................................................85 2. Proses Pemberdayaan Masyarakat ....................................................88 a. Enabling ......................................................................................88 b. Empowering ................................................................................91 c. Protecting ....................................................................................96 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM .............................................................99 a. Faktor Pendukung Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM ..................................................................99. xiv.

(16) 1) Adanya Paguyuban UKM .....................................................99 2) Dukungan dari Instansi-Instansi Lainnya ..............................101 3) Peran Serta Masyarakat dalam Pemberdayaan......................105 b. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM ..................................................................107 1) Permasalahan Teknis Usaha Mikro .......................................107 2) Keterbatasan Permodalan ......................................................108 C. Analisis Data Fokus ................................................................................110 1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ...................................................110 a. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aspek Penyelenggaraan Pembinaan .......................................................112 b. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pengaksesan Permodalan ............................................................115 c. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Fasilitator Pengembangan Usaha Mikro ......................................................117 2. Proses Pemberdayaan Masyarakat ....................................................118 a. Enabling ......................................................................................120 b. Empowering ................................................................................121 c. Protecting ....................................................................................123 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM .............................................................125 a. Faktor Pendukung Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM ..................................................................125 1) Adanya Paguyuban UKM .....................................................125 2) Dukungan dari Instansi-Instansi Lainnya ..............................126 3) Peran Serta Masyarakat dalam Pemberdayaan......................128 b. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan UKM ..................................................................129 1) Permasalahan Teknis Usaha Mikro .......................................129 2) Keterbatasan Permodalan ......................................................130. xv.

(17) BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................132 B. Saran ...............................................................................................................137. DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................139 LAMPIRAN ..............................................................................................................142. xvi.

(18) DAFTAR TABEL. No. Judul. Halaman. Tabel 2.1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .....................................................29. Tabel 2.2. Strategi Pemberdayaan dengan mempertimbangkan tiga bentuk intervensi .................................................................................................34. Tabel 3.1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .....................................................119. xvii.

(19) DAFTAR GAMBAR. No. Judul. Halaman. Gambar 1. Infografis Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil Mikro Berdasarkan Provinsi dengan Jumlah Terbanyak Tahun 2016 ...............................4. Gambar 2. Jumlah UMKM di Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota.................5. Gambar 3. Infografis Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil Mikro Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Jawa Timur dengan Jumlah Terbanyak Tahun 2016 .........................................................................................6. Gambar 4. Model Lingkaran Setan Kemiskinan ..................................................26. Gambar 5. Komponen Analisis Data Model Interaktif ........................................51. Gambar 6. Peta Wilayah Kota Malang Provinsi Jawa Timur ..............................57. Gambar 7. Lambang Kota Malang .......................................................................61. Gambar 8. Struktur Organisasi Dinas Koperasi ...................................................70. Gambar 9. Produk Keripik Pisang Yuda Kreeez Milik Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda. .......................................................................................71. Gambar 10. Dokumentasi Kegiatan Pembinaan Kemampuan dan Keterampilan Kerja Masyarakat di Lingkungan Industri Tembakau Melalui Pelatihan Kain Perca Tingkat Lanjut ..................................................76. Gambar 11. Daftar Nama-Nama Paguyuban UKM Kota Malang .........................78. Gambar 12. Daftar Wirausaha Pemula di Provinsi Jawa Timur yang telah Realisasi Pada Tahap Ke Lima ...........................................................81. Gambar 13. Proses Usulan Penetapan dan Pencairan Bantuan Pemerintah untuk Pengembangan Wirausaha Pemula Tahun 2018 ................................83. Gambar 14. Alur Pengajuan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan Wirausaha Pemula Tahun 2018 ..........................................................84. Gambar 15. Status Merk Dagang Yuda Kreees Milik Ibu Ida dalam HKI ............87. xviii.

(20) Gambar 16. Sertifikat Pembinaan dan Keterampilan Kerja Masyarakat di Lingkungan Industri Tembakau Melalui Pelatihan Kue Kering ........90. Gambar 17. Galeri UKM di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang .......94. Gambar 18. Nutrition Facts Keripik Pisang Yuda Kreees .....................................102. Gambar 19. Surat Perihal Penyampaian Program Bantuan Pemerintah bagi Wirausaha Pemula Tahun 2018 oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia................................104. xix.

(21) DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul. Halaman. Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL)..........................................................................142. Lampiran 2. Surat Laporan Pemanfaatan dan Monitoring Serta Evaluasi Perkembangan Usaha Program Bantuan Dana bagi Wirausaha Pemula Tahun 2017............................................................................143. Lampiran 3. Dokumentasi Peneliti Saat Melakukan Wawancara dengan Beberapa Narasumber.........................................................................144. Lampiran 4. Daftar Paguyuban UKM Amangtiwi Kota Malang............................145. Lampiran 5. Pedoman Wawancara Dinas Koperasi dan Usaha Mikro...................157. Lampiran 6. Pedoman Wawancara Usaha Mikro....................................................159. xx.

(22) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu prioritas utama bagi negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Pada hakikatnya, pembangunan diartikan oleh Todaro dalam Frisdiantara dan Mukhlis (2000:17-18) sebagai suatu proses multi dimensional yang meliputi perubahan dalam struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam tingkat kelembagaan nasional. Selain itu, pembangunan juga meliputi perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan nasional, dan pemberantasan kemiskinan. Pembangunan suatu negara dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan dengan meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial dalam kehidupannya. Bagi negara berkembang, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional adalah bidang perekonomian. Terbukti dalam Program Nawa Cita yang digagas oleh Presiden Jokowi, kemandirian ekonomi merupakan salah satu visi misi Nawa Cita. Nawa Cita memiliki tujuan untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Adanya prioritas perekonomian dalam Nawa Cita tertuang dalam Nawa Cita nomor 6 dan 7. 1.

(23) 2. yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. Pemerintah memfokuskan pada penumbuhan sektor-sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) serta melakukan pemberdayaan sehingga UMKM memiliki keunggulan daya saing untuk mencapai kemandirian perekonomian. Menurut Hikmat, Hary dalam Surjono dkk (2007: 24) munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari aksi reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat, dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara. Kegagalan arus utama model pengembangan ekonomi berupa ketidak mampuan memecahkan masalah kemiskinan dan keberlangsungan lingkungan membutuhkan sebuah alternatif pembangunan yang memberdayakan masyarakat. Friedman dalam Suryono (2007:24) berpendapat bahwa pembangunan alternatif tersebut harus lebih dipusatkan pada manusia dan lingkungan dari pada produksi, laba, pendekatan pertumbuhan ekonomi yang memakai pandangan perusahaan sebagai dasar ekonomi neoklasik. Sumodiningrat dalam Surjono (2007:146) menyatakan bahwa strategi dalam menanggulangi kemiskinan antara lain adalah pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Proses ini diarahkan agar setiap upaya penanggulangan kemiskinan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan akumulasi modal. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu.

(24) 3. melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dengan demikiran, secara konkret pemberdayaan masyarakat diupayakan melalui pembangunan ekonomi rakyat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembangunan ekonomi rakyat adalah menumbuhkan dan memberdayakan sektorsektor UMKM. UMKM sejak dulu memang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam sejarah perekonomian Indonesia. Terbukti dalam masa krisis ekonomi tahun 1998, hanya sektor UMKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi dibandingankan dengan sektor yang lebih besar. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Puspayoga dalam Republika tanggal 15 Juni 2016 mengatakan, langkah pemerintah menghadapi krisis salah satunya dengan berusaha memperkuat sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal itu dilakukan karena UMKM sudah terbukti bisa bertahan dari terpaan krisis pada 1998, 2008, dan 2013. Bahkan, keberadaan UMKM akan digarap serius menjadi tulang punggung untuk menggerakkan perekonomian bangsa ini. Pemerintah sangat gencar memberikan dorongan dalam meningkatkan peran dari UMKM dalam memperluas pasar domestik dan internasional. Krisis yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan hal buruk bagi perekonomian Indonesia. Krisis ini mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu bangkrut karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang.

(25) 4. ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UMKM yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. Usaha Mikro Kecil dan Menengah selain memiliki pengaruh besar dalam krisis ekonomi juga berpengaruh dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Mengutip data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 tentang kontribusi sektor UMKM terhadap PDB mencapai 60.34 persen. Selain itu, UMKM. 1.300.000. 1.400.000. 1.800.000. 1.800.000. 1.800.000. 2.300.000. 2.300.000. 7.600.000. 8.500.000. 11.000.000. juga berperan dalam penyerapan jumlah tenaga kerja.. Gambar 1. Infografis Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil Mikro Berdasarkan Provinsi dengan Jumlah Terbanyak Tahun 2016 Sumber: Data primer diolah, 2018.

(26) 5. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, UMKM menyerap hingga 57,9 juta tenaga kerja pada tahun 2016 lalu. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah tenaga kerja usaha mikro dan kecil terbanyak, yakni sejumlah 11 juta yang disusul oleh Jawa Barat dengan 8,5 juta pekerja, Jawa Tengah dengan 7,6 juta pekerja, dan DKI Jakarta dengan 2,3 juta pekerja.. 450.000. 424.151. 414.516. 400.000 350.000 300.000. 296.706. 281.967. 269.005. 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0. Gambar 2. Jumlah UMKM di Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota Sumber: Data primer diolah, 2018 Salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki pertumbuhan UMKM cukup pesat adalah Kota Malang. Berdasarkan data perkembangan UMKM Jawa Timur, Kota Malang menduduki peringkat kedua dengan jumlah UMKM 414.516, namun jumlah tersebut masih kalah dengan Kota Jember yang memiliki 414.151 UMKM. Selain itu, menurut Walikota Malang Moch. Anton dalam Surya Malang 27 April 2017 mengatakan pertumbuhan ekonomi Kota Malang 2017 mencapai 5,61 persen,.

(27) 6. atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang 5.5 persen. Pemberi sumbangan paling banyak untuk pertumbuhan ekonomi di Kota Malang adalan sektor industri dan perdagangan. Kelompok UMKM termasuk dalam dua kelompok tersebut yang artinya UMKM turut menyumbang pertumbuhan ekonomi di Kota Malang. Keberadaan UMKM juga memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Kabid Usaha Kecil dan Menengah Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Soelistyowati yang menyatakan bahwa UMKM di Kota Malang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah serta penyerapan tenaga kerja.. 900.000. Malang; 826.375. 800.000. Jember; 729.962. 700.000 600.000. Banyuwangi; Sumenep; 501.379 486.196. 500.000. Surabaya; 466.779. 400.000 300.000 200.000 100.000 0 Malang. Jember. Banyuwangi. Sumenep. Surabaya. Gambar 3. Infografis Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil Mikro Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Jawa Timur dengan Jumlah Terbanyak Tahun 2016 Sumber: Data primer diolah, 2018.

(28) 7. Dari data tersebut didapatkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMKM kota Malang berjumlah 826.375 tenaga kerja dan jumlah tersebut merupakan jumlah serapan tenaga kerja terbanyak diantara kota dan kabupaten Jawa Timur. Adanya UMKM akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan melalui strategi yang diberikan pemerintah dapat mendorong masyarakat untuk mandiri. Perkembangan UMKM di kota Malang membuat kota ini terpilih sebagai Kota Branding dalam Pameran Koperasi dan UMKM Expo 2017 di Grand City Convex, Surabaya untuk mewakili 38 kota dan kabupaten se Jawa Timur. Prestasi tersebut diraih berdasarkan perkembangan Koperasi dan UMKM Kota Malang. Meskipun jumlah UMKM di Kota Malang terus bertambah namun bukan berarti eksistensinya tanpa masalah. Menurut data yang dihimpun oleh Bidang Usaha Kecil Menengah pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, permasalahan UMKM berkaitan dengan permodalan, pemasaran, dan pengelolaan yang kurang profesional. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, Tri Widyani dalam beritajatim 27 Juli 2017 mengatakan bahwa pihaknya sedang serius menjalankan berbagai program peningkatan kapasitas bagi pelaku UMKM dan Koperasi. Tujuannya, agar produk koperasi dan UMKM bisa bersiap menuju persaingan di pasar global terutama setelah dibuka pintu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan ASEAN Free Trade Area (AFTA), sebab peran kedua sektor itu penting. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang merupakan instansi yang menaungi usaha mikro di Kota Malang dan juga sebagai salah satu unsur pelaksana Pemerintah Kota yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota Malang..

(29) 8. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang sebelumnya bernama Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Malang serta memiliki tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Namun, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah berubah menjadi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro berdasarkan Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang. Sebelumnya Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Malang memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan juga menengah di Kota Malang. Namun, semenjak berganti nama menjadi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, dinas tersebut berubah tugas dan fungsinya yaitu untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang koperasi serta hanya melaksanakan urusan pemerintahan di bidang usaha mikro yang ada di Kota Malang dan tidak lagi melaksanakan urusan pemerintahan di bidang usaha kecil dan menengah. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang tidak lagi melaksanakan urusan pemerintahan di bidang usaha kecil dan menengah dikarenakan orientasi dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang adalah memfokuskan pada peningkatan usaha dari usaha mikro menjadi usaha kecil. Selain itu, pemberdayaan yang diperlukan antara usaha mikro dengan usaha kecil dan menengah pun berbeda sehingga perlu adanya perhatian khusus bagi usaha mikro untuk mewujudkan peningkatan usaha yang diinginkan. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang berperan untuk memberdayakan usaha mikro sebagai pelaku ekonomi yang.

(30) 9. memiliki daya saing sehingga dapat mewujudkan salah satu misi Kota Malang yaitu “meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah.” Masyarakat dalam hal ini adalah usaha mikro yang terdaftar sebagai binaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang merupakan objek dari pemberdayaan, sehingga masyarakat harus berpartisipasi secara aktif agar dapat tercapainya tujuan pemberdayaan tersebut. Salah satu objek pemberdayaan atau usaha mikro yang berada dibawah naungan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang adalah Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda. Usaha mikro yang bergerak pada bidang industri makanan tersebut merupakan usaha tradisional atau usaha rumahan milik Ibu Ida beserta keluarganya yang berada di Jalan Karya Tim. Wonosari, Purwantoro, Blimbing, Malang. Usaha keripik pisang milik Ibu Ida tersebut baru memasuki tahun kedua, beliau memulai usaha keripik pisang setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang untuk memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang berlaku bagi para pelaku usaha yang berada dibawah naungan paguyuban UKM yang telah terdaftar pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang serta bagi para individu yang ingin memiliki usaha, tidak terkecuali usaha keripik pisang milik Ibu Ida. Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda dengan produk makanan keripik pisang yang dinamakan “Keripik Pisang Yuda Kreees” merupakan anggota dari paguyuban bernama Preman Super atau Perempuan Mandiri Sumber Perubahan. Paguyuban Preman Super memiliki anggota yang bervariasi, anggotanya tidak.

(31) 10. hanya para pelaku usaha mikro namun juga para pelaku usaha kecil sehingga paguyuban Preman Super berada dibawah naungan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan juga Dinas Perindustrian. Meski begitu, pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang hanya berlaku bagi para pelaku usaha mikro ataupun usaha pemula, sehingga meskipun ada usaha kecil atau usaha menengah sebagai anggota dari paguyuban yang dinaungi oleh dua instansi seperti Preman Super, pelaku usaha tersebut tidak dapat mengikuti program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang memberikan berbagai strategi pengembangan untuk usaha mikro sebagai bentuk pemberdayaan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat sehingga usaha mikro dapat menciptakan lapangan pekerjaan, menyerap angka pengangguran, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan juga memiliki peningkatan usaha dari usaha mikro menjadi usaha kecil sesuai dengan orientasi dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengangkat judul “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Usaha Mikro (Studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda).”.

(32) 11. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penentuan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda? 2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penentuan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan. dan. menganalisa. pemberdayaan. masyarakat. dalam. pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda. 2. Mendeskripsikan dan menganalisa faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda..

(33) 12. D. Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara akademik maupun praktis. 1. Kontribusi Teoritis: a. Sebagai bahan kajian dan menambah wacana keilmuan pengembangan ilmu administrasi publik. b. Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi wacana keilmuan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pengembangan Usaha Mikro.. 2. Kontribusi praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau sumber informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha mikro dan dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai data atau pedoman pelaksanaan penelitian lebih lanjut tentang pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha mikro. b. Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan dan gambaran bagi kalangan akademisi dan para pelaku (stakeholder) yang terlibat pada pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha mikro..

(34) 13. E. Sistematika Pembahasan Bentuk upaya untuk memberikan kemudahan dalam memahami isi skripsi ini secara keseluruhan dan agar terdapatnya susunan yang logis dan sistematis, maka penulisan dalam penelitian ini mengacu pada sistematika sebagai berikut: BAB I. : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian yaitu pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha mikro (studi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dan Usaha Mikro Keripik Pisang Yuda). Dalam bab ini juga memaparkan rumusan masalah sebagai batasan penelitian, kemudian penjelasan terkait tujuan penelitian, kontribusi penelitian baik secara akademis maupun praktis, dan sistematika pembahasan.. BAB II. : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan paparan dan uraian teori sebagai landasan yang digunakan peneliti untuk menyusun penelitian ini. Teori atau konsep yang dipaparkan dalam bab ini juga dapat digunakan sebagai instrumen analisis data yang telah didapat oleh peneliti di lapangan.. BAB III. : METODE PENELITIAN Bab ini membahas metode penelitian apa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Metode penelitian ini terdiri dari: jenis penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi dan situs penelitian.

(35) 14. beserta alasannya, sumber data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. BAB IV. : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil dan pembahasan penelitian yang mencakup penyajian data dan analisis data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian serta memaparkan interpretasi hasil data penelitian.. BAB V. : PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian berdasarkan pembahasan dan interpretasi hasil analisis data penelitian. Dalam bab ini juga dipaparkan saran-saran peneliti yang sesuai dengan kesimpulan yang telah peneliti uraikan sebelumnya..

(36) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Administrasi Publik dan Pemberdayaan 1. Administrasi Publik Organisasi merupakan sekelompok orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Siagian dalam Indradi (2010:18) menyebutkan bahwa organisasi merupakan setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan nama terdapat seorang/beberapa orang yang disebut bawahan. Kegiatan administrasi dibutuhkan sebagai upaya untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam perkembangan administrasi sebagai ilmu, maka pengertian administrasi itu sendiri mengalami perkembangan, mulai dari yang memandang administrasi sebagai usaha, manajemen, proses, hingga pada pemerintahan. Administrasi yang selama ini dikenal berasal dari kata administrare dari bahasa latin, yaitu ad yang berarti pada dan ministrare yang berarti melayani. Mengutip dari Indardi (2010:1) administrasi dapat juga berasal dari kata administration (to administer). Kata to administer ini dapat berarti to manage atau mengelola dan to direct yang berarti menggerakkan sehingga dapat disimpulkan bahwa administrasi. merupakan. kegiatan mengelola. dan. menggerakkan. Siagian (2014) mengartikan administrasi sebagai keseluruhan. 15.

(37) 16. proses. pelaksanaan. keputusan-keputusan. yang. telah. diambil. dan. diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Darmadi dan Sukidin (2011) administrasi memiliki arti sempit dan arti luas: a. Arti sempit: administrasi merupakan penyusunan, pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan. dan. informasi. secara. sistematis. serta. memudahkan. memperolehnya kembali. b. Arti luas: istilah administrasi berhubungan dengan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok orang sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Namun tidak semua kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang bisa disebut administrasi. The Liang Gie dalam Indradi (2010: 18) menyebutkan bahwa administrasi yang sempurna harus memiliki delapan unsur yang saling bertautan dan tidak dapat terpisahkan. Kedelapan unsur tersebut yaitu organisasi, manajemen, tata hubungan, komunikasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tata usaha/perkantoran, dan perwakilan/hubungan masyarakat.. A. Dunsire. dalam Keban (2008:2) mengartikan administrasi sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan implementasi, kegiatan pengarahan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan publik, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritik. Berdasarkan dari.

(38) 17. beberapa pengertian administrasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah kegiatan mengelola dan menggerakkan yang dilakukan secara kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Administrasi memiliki tiga ruang lingkup menurut Hutabarat dalam Indradi (2010: 71) yaitu administrasi negara (public administration), administrasi swasta/privat. (privat. administration). dan. administrasi. internasional. (international administration). Administrasi publik sebagai salah satu ruang lingkup administrasi menurut Keban (2004:6,15) adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik dengan tujuan mempromosi pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi publik berusaha melembagakan praktik-praktik manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara lebih baik. Administrasi publik diadakan untuk memberikan pelayanan publik dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah pemerintah meningkatkan profesionalismenya, menerapkan teknis efisiensi dan efektivitas dan lebih menguntungkan masyarakatnya. Orientasi administrasi publik saat ini diarahkan kepada kepentingan dan kekuasaan pada rakyat dan lebih menekankan pada program aksi yang berorientasi kepada kepentingan publik. Administrasi publik lebih menekankan kepada peranan publik untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, oleh karena itu setiap kegiatan dalam administrasi publik diupayakan tercapainya.

(39) 18. tujuan sesuai dengan yang direncanakan dan mengandung rasio terbaik antara input dan output. Administrasi publik menurut Tjokroamidjoyo dalam Tjiptoherijanto dan Manurung (2010:112) memiliki tiga fungsi utama, yaitu: a. Formulasi kebijakan Fungsi formulasi kebijakan memiliki empat subfungsi, yaitu analisis kebijakan, perkiraan masa depan untuk menyusun langkah-langkah alternatif, penyusunan program/strategi dan pengambilan keputusan. Konsistensi formulasi kebijakan sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan masyarakat yang sejahtera. b. Pengaturan/pengendalian unsur-unsur administrasi Unsur-unsur administrasi yang perlu dikelola ialah struktur organisasi, keuangan, kepegawaian, dan sarana-sarana lain. Tugas administrasi adalah mendapatkan, administrasi. menggunakan, tersebut. diatas.. mengendalikan. keempat. elemen. Pengaturan/pengendalian unsur-unsur. administrasi tidak lain adalah pengelolaan internal administrasi publik atau dapat juga dikatakan sebagai pengelolaan kapasitas administrasi publik. c. Penggunaan dinamika administrasi Dinamika administrasi meliputi kepemimpinan, koordinasi, pengawasan, dan komunikasi. Jika pengaturan/pengendalian unsur-unsur administrasi lebih menekankan pada aspek organisasi dari admnistrasi publik, maka penggunaan dinamika administrasi menekankan pada aspek manajemen dari administrasi publik..

(40) 19. Berdasarkan fungsi administrasi publik tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi administrasi publik lebih kepada untuk apa administrasi publik tersebut dilaksanakan. Administrasi publik memiliki ruang lingkup atau cakupan sehingga dapat mempermudah proses pelaksanaan administrasi publik. Menurut Nicholas Henry dalam Pasolong (2012:64) dapat dilihat dari topik-topik yang dibahas selain dari perkembangan ilmu administrasi publik itu sendiri, yaitu: a. Organisasi publik, pada prinsipnya berkenaan dengan model-model organisasi dan perilaku birokrasi. b. Manajemen publik, berkenaan dengan sistem dan ilmu manajemen, evaluasi program dan produktivitas, anggaran publik dan manajemen sumber daya manusia. c. Implementasi, menyangkut pendekatan terhadap kebijakan publik dan implementasinya, privatisasi, administrasi antar pemerintahan dan etika birokrasi. Pada hakikatnya ruang lingkup atau cakupan dari administrasi publik sangat kompleks dan bergantung dengan perkembangan kebutuhan dan dinamika masalah yang dihadapi masyarakat. Dimock dan Dimock dalam Pasolong (2012:64) membagi ruang lingkup administrasi publik kedalam empat komponen, diantaranya: a. Apa yang dilakukan pemerintah: pengaruh kebijakan dan tindakantindakan politis, dasar-dasar, wewenang, lingkungan kerja pemerintah, penentuan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan administratif yang bersifat ke dalam, dan rencana-rencana..

(41) 20. b. Bagaimana pemerintah mengatur organisasi, personalia, dan pembiayaan usaha-usahanya; struktur administrasi dari segi formalnya. c. Bagaimana para administrator mewujudkan kerjasama (teamwork). Aliran dan proses administrasi dalam pelaksanaan, dengan titik berat pada pemimpin, tuntutan, koordinasi, pelimpahan wewenang, hubungan pusat dengan bagian-bagian, pengawasan, moril, hubungan masyarakat dan sebagainya. d. Bagaimana pemerintah tetap bertanggung jawab, baik mengenai pengawasan dalam badan-badan eksekutif sendiri, dan yang lebih penting lagi mengenai pengawasan oleh badan-badan perwakilan rakyat, badanbadan yudikatif dan berbagai badan-badan lainnya. Administrasi publik sebagai ilmu memiliki perkembangan, salah satunya adalah pengembangan administrasi publik ke arah pembangunan. Dapat dikatakan administrasi pembangunan adalah disiplin ilmu yang belum berkembang dikarenakan administrasi pembangunan belum diakui sebagai cabang ilmu pengetahuan secara universal. Perkembangan tersebut terarah kepada dua fokus, yaitu administrasi bagi negara-negara yang sedang berkembang atau mengalami perubahan dan kepada masalah interelasi antara administrasi sebagai ilmu maupun praktik di bidang-bidang lainnya. Administrasi publik cenderung memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan pencapaian dari tujuan pembangunan itu sendiri yang kemudian dijadikan kecenderungan atau gagasan dari administrasi pembangunan..

(42) 21. Administrasi pembangunan menurut Siagian (2014:2) mencakup dua pengertian, yang pertama administrasi dan yang kedua adalah pembangunan. Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan. yang. telah. ditentukan. sebelumnya.. Sedangkan. pembangunan. didefinisikan sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nations building). Sebagaimana realita pada umumnya, pembangunan menjadi kegiatan untuk membangun dirinya sendiri (self project reality) dan menjadi acuan dalam proses pembangunan. Kesadaran suatu bangsa terbentuk melalui pengalaman bangsa itu sendiri akan mempengaruhi pandangan suatu bangsa terhadap pembangunan. Karena hal tersebut lah timbul adanya pergeseran-pergeseran paradigma pembangunan. Mengutip dari Suryono (2010:16) terdapat tujuh paradigma mengenai pembangunan: a. Strategi pertumbuhan (growth strategi) b. Pertumbuhan dengan pemerataan (growth with distribution) c. Teknologi tepat guna (appropriate technology) d. Kebutuhan dasar pembangunan (basic needs development) e. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) f. Konsep pemberdayaan (empowerment concept) g. Pembangunan berpusat pada manusia (people center development).

(43) 22. 2. Konsep Pemberdayaan Pemberdayaan berasal dari bahasa inggris yaitu empowerment yang berarti “pemberkuasaan”. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan dan kemampuan. Konsep pemberdayaan yang dipelopori oleh Friedman muncul karena adanya dua hal, yakni kegagalan model-model pembangunan ekonomi dalam. menanggulangi masalah. kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, serta harapan karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, persamaan antar generasi, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Friedman dalam Suryono (2010:21) menyatakan bahwa konsep empowerment sebagai suatu konsep alternatif pembangunan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung, melalui partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran sosial pengalaman langsung. Konsep pemberdayaan yang diajukan oleh Friedman menitik beratkan pada persoalan lokalitas dikarenakan civil society akan lebih siap diberdayakan melalui isu-isu lokal sekaligus tidak mengabaikan kekuatan-kekuatan ekonomi dan strukturstruktur di luar civil society. Sulistiyani (2004:77) mengatakan bahwa pemberdayaan dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya..

(44) 23. Tujuan pemberdayaan menurut Sulistiyani (2004:80) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Fahrudin (2011:7) menyimpulkan beberapa prinsip dan asumsi pemberdayaan yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: a. Pemberdayaan merupakan sebuah proses kolaboratif, dimana klien yang mencakup individu, keluarga kelompok, organisasi, masyarakat dan pekerja sosial bekerjasama sebagai partner. b. Proses dari pemberdayaan melihat sistem klien sebagai pemegang peranan penting serta mampu memberikan akses kepada sumber-sumber dan peluang. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergi dan berevolusi. c. Klien sebagai casual agent yang mampu menerima perubahan. d. Kompetensi atau kemampuan yang diperoleh dari sebuah pengalaman hidup. e. Pemberdayaan dapat dicapai melalui kesepadanan struktur-struktur pribadi dan perkembangan ekonomi. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan secara kolaboratif untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan berbagai kegiatan yang ada bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Secara konseptual, menurut Huraerah (2008:86) pemberdayaan harus mencakup enam hal berikut:.

(45) 24. a. Learning by doing, pemberdayaan merupakan sebuah proses pembelajaran dan suatu tindakan-tindakan konkrit yang terus menerus yang terlihat dampaknya. b. Problem solving, pemberdayaan harus dapat memberikan suatu pemecahan masalah yang krusial dengan cara dan waktu yang tepat. c. Self-evaluation, pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau kelompok untuk melakukan evaluasi secara mandiri. d. Self-development and coordination, mendorong agar mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dengan pihak lain secara luas. e. Self-selection, suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah-langkah kedepan. f. Self-decisim, memiliki kepercayaan diri untuk memutuskan sesuatu secara mandiri dalam memilih tindakan yang tepat. Suharto (1997:218-219) dalam Suharto (2009: 67) mengungkapkan bahwa pendekatan pemberdayaan dapat dicapai melalui 5P yaitu: a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memunginkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat..

(46) 25. d. Penyokongan: pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin melemah dan terpinggirkan. e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Keenam unsur tersebut dilakukan untuk menjadi masyarakat yang berdaya, sebagai penguat pemberdayaan jika dilakukan secara berkelanjutan. Pemberdayaan juga bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat setempat untuk memiliki kehidupan yang layak dan lebih baik. Pemberdayaan masyarakat memiliki beberapa model pemberdayaan untuk mencapai kehidupan yang layak dan lebih baik tersebut, menurut Suryono (2010:264) terdapat beberapa model pemberdayaan masyarakat, yaitu: a. Model people center development: menurut model ini pembangunan kualitas manusia adalah upaya meningkatkan kapasitas manusia untuk mempengaruhi dan mengatur masa depannya. b. Model lingkaran setan kemiskinan: asumsi dasar dari model ini adalah “a poor country is poor because it is poor”. Kemiskinan itu merupakan suatu lingkaran. yang. disebutnya. dengan. lingkaran. kemiskinan. yang. mengemukakan bahwa kemiskinan diawali adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan.

(47) 26. berimplikasi pada rendahnya tabungan dan rendahnya investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir dari model ini dapat digambarkan sebagai berikut.. Gambar 4. Model Lingkaran Setan Kemiskinan Sumber: Suryono, 2014. c. Model kemitraan: kemitraan dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan (1) ada dua pihak atau lebih, (2) memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan, (3) ada kesepakatan, (4) saling membutuhkan. Kemitraan dapat dilakukan oleh.

(48) 27. pihak-pihak baik perseorangan maupun badan hukum, atau kelompokkelompok. d. Model Grameen Bank: model ini berasal dari contoh pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Bangladesh Grameen Bank yang memberikan pelayanan program pengentasan kemiskinan pada masyarakat. Model kerja dari Grameen Bank sebagai berikut: sebuah unit bank dipimpin oleh manager lapangan dan sejumlah pekerja yang mencakup area pelayanan sekitar 15-20 desa. Manajer dan karyawan datang ke desa untuk memperkenalkan mereka dan mengenalkan program Bank pada masyarakat. Grameen Bank mempunyai 2.247 cabang dan memberikan pelayanan di 72.096 desa, mereka juga menerangkan tujuan, fungsi, model kerja Bank kemasyarakatan daerah. Grameen Bank memberikan kredit kepada masyarakat tanpa agunan dan menciptakan sistem perbankan yang berbasis pada kesalingpercayaan, akuntabilitas, partisipasi dan kreativitas. e. Model sistem kelompok tanggung renteng (multiplier effect): model ini banyak diadopsi oleh para pengelola koperasi di Indonesia yang pada dasarnya merupakan upaya penguatan kelompok dalam berintekrasi antar manusia atau antar anggotanya dengan menggunakan prinsip-prinsip berikut: (1) sistem tanggung renteng merupakan upaya memperbaiki kualitas manusia melalui interaksi antar manusia, (2) kelompok tanggung renteng merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana pendewasaan manusia melalui interaksi antar manusia dalam kelompok menuju. manusia. berkualitas,. (3). kelompok. tanggung. renteng.

(49) 28. mengembangkan nilai-nilai umum dan nilai-nilai khusus yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki koperasi. Proses pemberdayaan masyarakat. tidak dilakukan selamanya,. melainkan hingga masyarakat mampu untuk mandiri dan dilepaskan ketika sudah mandiri melalui berbagai proses hingga dapat dikatakan mandiri. Menurut Sumodiningrat yang dikutip oleh Sulistiyani (2004:83) terdapat beberapa tahap proses belajar untuk mencapai status mandiri tersebut. Tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. b. Tahap. transformasi. kemampuan. berupa. wawasan. pengetahuan,. kecakapan, keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan dan keterampilan sehingga. terbentuklah. inisiatif. dan. kemampuan. inovatif. untuk. mengantarkan pada kemandirian. Tahapan-tahapan dari proses belajar dalam pemberdayaan suatu masyarakat dapat dilihat juga melalui kedewasaan sikap masyarakat seperti pada tabel berikut:.

(50) 29. Tabel 2.1 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tahapan afektif. Tahapan kognitif. Tahapan psikomotorik Belum merasa Belum memiliki Belum memiliki sadar dan peduli wawasan keterampilan pengetahuan dasar Tumbuh rasa Menguasai Menguasai kesadaran dan pengetahuan keterampilan kepedulian dasar dasar Memupuk Mengembangkan Mengembangkan semangat pengetahuan keterampilan kesadaran dan dasar dasar kepedulian Merasa Mendalami Memperkaya membutuhkan pengetahuan pada variasi kemandirian tingkat yang lebih keterampilan tinggi Sumber: Sumodiningrat dikutip oleh Sulistiyani (2004:84). Tahapan konatif Tidak berperilaku membangun Bersedia terlibat dalam pembangunan Berinisiatif untuk mengambil peran dalam pembangunan Berposisi secara mandiri untuk membangun diri dan lingkungan. Tabel tersebut menjelaskan bagaimana peningkatan afeksi, kognisi, psikomotorik, dan konatif dalam suatu pemberdayaan masyarakat. Suatu masyarakat memerlukan untuk melewati berbagai tahapan untuk mencapai pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup suatu masyarakat atau kelompok tersebut. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu alternatif pembangunan yang mengubah paradigma pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Menurut Fahrudin (2011:96) terdapat tiga hal pokok dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu: a. Enabling, menciptakan suatu iklim yang dapat mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran dalam memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya dalam upaya mengembangkan potensi yang ada..

(51) 30. b. Empowering, meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi yang dimiliki untuk membuka akses pada peluang dan penyediaan berbagai masukan yang berkaitan degan pasar input dan output. c. Protecting, melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem yang diarahkan untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan praktik eksploitasi yang berguna sebagai perlindungan bagi masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan selamanya, namun hanya hingga masyarakat itu berdaya dan pemberdayaan yang diberikan telah mencapai keberhasilan. Sumodiningrat (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok serta makin luasnya interaksi kelompok lain di dalam masyarakat e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar..

(52) 31. Masyarakat sebagai objek pemberdayaan harus berperan aktif dalam berbagai kegiatan pemberdayaan sebagai syarat utama untuk menjadi masyarakat yang memiliki suatu keberlanjutan baik secara ekonomi, sosial maupun ekologi yang dinamis. Slamet dalam Suryono (2010:256) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Ada lima jenis partisipasi dalam pembangunan, yaitu: a. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan menikmati hasilnya. b. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. c. Ikut memberi input dan menerima imbalan, tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung. d. Menikmati atau memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. e. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya. Proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan mengalami tahapantahapan partisipasi menurut Ndraha dalam Suryono (2010:257) menjelaskan tahapan-tahapan tersebut antara lain: a. Partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosial. b. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (menaati, memenuhi,.

(53) 32. melaksanakan), meng-iyakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan (penetapan rencana). Partisipasi ini disebut juga sebagai partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis. d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan. e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan yang bermanfaat (participation in benefits). f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat sebagai objek dari pemberdayaan perlu digerakkan demi tercapainya pembangunan yang diinginkan. Adapun cara atau metode untuk menggerakkan. partisipasi. dari. masyarakat. dapat. dilakukan. dengan. mempertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) disesuaikan dengan kebutuhan nyata masyarakat, (2) dijadikan stimulasi terhadap penyadaran masyarakat untuk membangun dan sekaligus berfungsi sebagai pendorong timbulnya tanggapan yang dikehendaki bersama, (3) dijadikan langkah motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi untuk membangkitkan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, praktik kerja dan status kehidupan mereka secara berlanjut, (4) proyek yang dirancang sedemikian rupa secara sederhana, mudah dikelola, dan dilaksanakan.

(54) 33. oleh masyarakat, (5) adanya dukungan organisasi dan kelembagaan masyarakat yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat secara terbuka dan independen, (6) adanya peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan secara aktif, (7) partisipasi itu harus memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan dan memenuhi kepentingan masyarakat setempat, (8) dalam proses partisipasi itu terjamin adanya pengawasan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat terutama dalam proses monitoring, evaluasi dan pengambilan keputusan secara perwakilan atau representatif, (9) dalam partisipasi masyarakat berlaku juga prinsip teori pertukaran dasar yakni semakin banyak manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu, maka semakin kuat pihak itu akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian penting dari adanya pembangunan. Terdapat beberapa strategi pemberdayaan dimana strategi tersebut berbeda-beda menyesuaikan dengan kliennya. Dalam hal ini klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat itu sendiri. Strategi pemberdayaan tersebut mempertimbangkan tiga bentuk intervensi, yaitu intervensi mikro (sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas atau task centered approach), mezzo, dan makro (sering disebut sebagai system strategy)..

(55) 34. Tabel 2.2 Strategi Pemberdayaan dengan mempertimbangkan tiga bentuk intervensi Pendekatan. Sasaran. Teknik. Tujuan. Mikro. Individu,. Konseling, terapi, Mengurangi. keluarga. bimbingan,. menumbuhkan. pembinaan,. self image, konsep diri,. manajemen. tumbuhnya. tekanan, kesadaran, motivasi,. stress, konseling, mengenal. potensi,. perkawinan, dan kemampuan dan kelemahan, intervensi krisis. mengarahkan, membimbing dan melatih klien dalam menjalankan. tugas-tugas. kehidupannya. Mezzo. Kelompok, peer. Pendidikan,. Peningkatan. group, pelatihan,. kesadaran,. pengetahuan,. self-help. dinamika. keterampilan, sikap-sikap. group. kelompok. agar. dapat. masalah. mengatasi. sendiri. dan. kelompok. Makro. Komunitas. Kebijakan sosial, Partisipasi. masyarakat,. dan. perencanaan. masyarakat. sosial, kampanye, performa/kinerja. meningkatkan. lobbying, media organisasi,. perubahan. massa,. kebijakan, dan perubahan. pengorganisasian. sosio ekonomi.. masyarakat. dan. manajemen konflik Sumber: hasil adaptasi Ife, Parson, Jorgensen, dan Hernandes, serta Netting Kettner, dan McMurtry dalam Fahrudin (2011)..

(56) 35. Tabel tersebut menjelaskan berbagai strategi dalam pemberdayaan masyarakat dilihat dari klien atau objek pemberdayaan. Setiap klien atau objek pemberdayaan memiliki strategi pemberdayaan yang berbeda dikarenakan setiap klien memiliki karakteristik dan tujuan yang ingin dicapai dari klien tersebut berbeda-beda. Dengan penggunaan strategi pemberdayaan yang tepat diharapkan pemberdayaan masyarakat yang diinginkan dapat tercapai.. B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah dewasa ini memberikan banyak kontribusi dalam sektor ekonomi terutama dalam menyerap tenaga kerja. Serapan tenaga kerja pada sektor UMKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir. Dengan jumlah serapan tenaga kerja yang meningkat, sektor UMKM dianggap memegang peranan penting dalam menanggulangi kemiskinan serta pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha Kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang. Sedangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah:.

(57) 36. a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah memberikan banyak kontribusi terutama dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia maupun dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri. Selain itu, UMKM juga memiliki peranan penting.

(58) 37. dalam perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami stagnansi dalam aktivitasnya sedangkan usaha kecil seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah lebih tangguh dalam krisis yang terjadi. Menurut Partomo (2004:2) terdapat beberapa keunggulan UMKM dibandingkan dengan usaha besar, diantaranya: a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. b. Hubungan kemanusiaan yang akrab didalam perusahaan kecil. c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja. d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis. e. Terdapat dinamisme managerial dan peranan kewirausahaan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia terutama dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Setiap usaha baik usaha mikro, kecil, menengah dan besar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dimana dengan karakteristik tersebut sebuah usaha memberikan kontribusi yang berbeda dari yang lainnya dalam perekonomian Indonesia..

(59) 38. 2. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah Suatu usaha harus memenuhi suatu karakteristik tertentu untuk dapat dikategorikan sebagai usaha mikro, kecil, menengah ataupun besar. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah sendiri diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 yang berbunyi: 1. Kriteria Usaha Mikro: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah.) 2. Kriteria Usaha Kecil: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau.

(60) 39. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).. 3. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sebagai usaha yang masih berkembang membutuhkan berbagai strategi yang sesuai dengan UMKM itu sendiri untuk mengembangkan usaha terkait. Menurut Rachmat (2005:109) strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dapat dilakukan oleh pemerintah baik secara jangka menengah maupun jangka panjang: a. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif dan dukungan perkuatan. (1) Menumbuhkan iklim usaha mencakup kebijakan: persaingan sehat, pemberian peluang usaha, penumbuhan kemitraan, pencadangan tempat dan bidang usaha, memperluas sumber dan bentuk-bentuk pembiayaan. (2) Dukungan perkuatan berupa upaya peningkatan: kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan informasi, optimalisasi organisasi dan manajemen akses pasar. b. Membangun skenario kebangkitan ekonomi non-sembako menuju teknologi tepat guna. c. Mencegah konsentrasi aset produktif di tangan segelintir orang dan memperluas aset produktif di tangan rakyat. d. Meningkatkan pembangunan.. partisipasi. dan. advokasi. rakyat. dalam. proses.

(61) 40. e. Ketersediaan dana yang cukup untuk pengembangan pengusaha kecil dan menengah. f. Mengembangkan basis ekonomi wilayah daerah tingkat II dan pedesaan. g. Mempercepat proses pembangunan dari kebutuhan pokok (basic need) ke sektor modern yang mempunyai nilai tambah. Strategi-strategi tersebut apabila dilakukan secara baik dan tepat sasaran oleh pemerintah daerah dapat menjaga keberlangsungan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah tersebut yang memberikan peran dalam penumbuhan dan perbaikan perekonomian suatu daerah. Hafsah (2004:43) menyatakan beberapa hal yang perlu diupayakan dalam pengembangan UKM: a. Penciptaan iklim usaha yang kondusif, pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif. b. Bantuan permodalan, pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM. c. Perlindungan usaha, jenis-jenis usaha tertentu teruma jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah baik melalui undang-undang maupun. peraturan. pemerintah. yang. bermuara. kepada. saling. menguntungkan (win-win solution). d. Pengembangan kemitraan, perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha..

Gambar

Gambar 16      Sertifikat Pembinaan dan Keterampilan Kerja Masyarakat di
Gambar 1. Infografis Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil Mikro Berdasarkan  Provinsi dengan Jumlah Terbanyak Tahun 2016
Gambar 2. Jumlah UMKM di Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota  Sumber: Data primer diolah, 2018
Gambar  3.  Infografis  Jumlah  Tenaga  Kerja  Usaha  Kecil  Mikro  Berdasarkan  Kota  dan  Kabupaten  di  Jawa  Timur  dengan  Jumlah  Terbanyak Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan

Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan dalam bentuk pertumbuhan iklim usaha, pembinaan, dan pengembangan usaha, sehingga

Aspek perlindungan usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) huruf h, dilaksanakan untuk memberikan perlindungan usaha sebagai pemberdayaan dan pengembangan

Selanjutnya, bersama ini kami sampaikan proposal Permohoan Bantuan Dana untuk Kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro di Kabupaten Serang yang

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dalam pemberdayaan UMKM selama masa pandemi COVID-19, peneliti berusaha mendapatkan

Berdasarkan diagram analisis dari SWOT posisi strategi pengembangan usaha keripik pisang Flamboyan berada pada kuadran I, maka strategi yang difokuskan bagi pengembangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Jombang dalam mengatasi permasalahan UKM

Keberhasilan dari peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang melalui program-program penggerak UMKM dapat dibuktikan dengan peningkatan jumlah presentase usaha mikro yang