• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KELAYAKAN KONSERVASI LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN PENUTUP LAHAN PADA PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KELAYAKAN KONSERVASI LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN PENUTUP LAHAN PADA PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAMBAS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KELAYAKAN KONSERVASI LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN PENUTUP LAHAN PADA PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI

KABUPATEN SAMBAS

Swastika Nugraheni, Tanti Savika*

ABSTRAK

Sebagai daerah yang beriklim tropis beberapa lokasi di Kalimantan Barat memiliki keadaan lahan yang cocok untuk perkebunan karet, dan tidak dapat dipungkiri lahan perkebunan karet merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat yang membudidayakan tanaman tersebut. Sayangnya, budidaya tanaman karet (Havea brasilliensis) dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menimbulkan degradasi kesuburan tanah yang dampaknya akan dirasakan masyarakat di wilayah tersebut dikarenakan rendahnya produktivitas tanaman karet. Salah satu yang dapat dilakukan dalam menjaga keberlangsungan budidaya tersebut ialah dengan cara konservasi lahan. Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya konservasi lahan dengan menggunakan metode deskriptif yang berasal dari kajian pustaka dan ide penulis yaitu dalam kajian kelayakan konservasi dengan menggunakan LCC pada perkebunan karet masyarakat agar terwujud kelestarian sumber daya alam hayati serta adanya kesinambungan sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Kata Kunci: Konservasi, Tanaman, Penutup Lahan, Karet ABSTRACT

As a tropical region some locations in West Kalimantan have a suitable land for rubber plantations, and it is undeniable that rubber plantations are a source of livelihood for the cultivating community. Unfortunately, the cultivation of rubber plants (Havea brasilliensis) is faced with several factors that can cause soil fertility degradation that impact people in the region due to the low productivity of rubber plants. One that can be done in maintaining the sustainability of the cultivation is by way of land conservation. This Scientific Writing work aims to find out and describe land conservation efforts using descriptive method derived from literature study and author's idea that is in the conservation feasibility study by using LCC on community rubber plantations to ensure the sustainability of biological resources and sustainability so as to support efforts improving the welfare of society and the quality of human life.

Key Words: Conservation, Plants, Land Cover, Rubber PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan perkebun an ditentukan oleh agroekosistem atau ling-kungan tumbuh tanaman yang dibudidaya-kan. Lingkungan tumbuh utama adalah

*

Tenaga Pendidik Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Sambas Kalimantan Barat

jenis tanah dan iklim yang dapat menjadi peluang atau masalah dalam pengembang-an perkebunpengembang-an, tergpengembang-antung kepada kemam-puan petani dalam menerapkan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.

(2)

Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyara kat pertanian. Sistem pertanian berkelanjut-an meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi. Sistem pertanian berkelanjutan pada hakikatnya adalah kembali pada alam yaitu sebuah sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah serasi, selaras dan seimbang denganlingkungan atau sistem pertanian yang patuh pada kaidah-kaidah alamiah. Kata “berkelanjutan” digunakan secara luas dalam lingkup program pembanguan yang diartikan menjaga agar suatu upaya terus berlangsung atau kemampuan untuk bertahan. Pertanian berkelanjutan dilaku-kan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan bahan-bahan kimia, mengendalikan erosi tanah dan gulma, serta memelihara kesuburan tanah.

Dalam hal ini pertanian berkelanjutan merupakan prinsip yang seharusnya dilaku kan yang mana betujuan agar pertanian layak dan menguntungkan secara ekonomi, secara ekologi dapat dipertanggung jawab kan, secara sosial dapat diterima, berkeadilan, dan secara budaya sesuai dengan kondisi setempat.

Budidaya tanaman karet (Havea brasilliensis) dihadapkan kepada faktor pembatas biofisik berupa kepekaan tanah kepada erosi yang dipicu adanya curah hujan yang tinggi. Disisi lain tindakan budidaya yang digunakan petani masih sangat sederhana. Akibat kurang tepatnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan dapat menimbulkan degradasi kesuburan tanah yang dampaknya akan dirasakan masyarakat di wilayah tersebut dikarenakan rendahnya produktivitas tamanaman karet yang diusahakan. Fenomena diatas juga dapat kita lihat di Kabupaten Sambas, dimana sebagian besar tanaman budidaya tanaman karet yang diusahakan masyarakat setempat masih sangat konvensional (minim dalam aplikasi teknologi). Bahkan merupakan hal yang umum, lahan perkebunan karet

ditumbuhi oleh gulma (tanaman pengganggu) sehingga sangat menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diusahakan.

Berdasarkan deskripsi singkat di atas maka penulis merasa perlumencoba menyusun karya tulis berkenaan dengan penggunaan tanaman penutup lahan atau LCC (Legimunose Cover Crops ) untuk konservasi lahan tanaman karet di perkebunanan rakyat.

Perumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan diatas, faktor budidaya merupakan kegiatan teknik agronomis yang sangat menentukan keberhasilan dalam pengembangan tanaman karet. Jika semua aspek genetis dan lingkungan telah mendekati kesesuaian untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet, maka pengaplikasian teknik budidaya yang baik mengakibatkan keuntungan secara signifikan bagi produksi dan pendapatan. Oleh karena itu, rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam

karya ilmiah ini adalah: 1. Bagaimana cara penanaman tanaman

penutup lahan dengan menggunakan tanaman kacangan penutup lahan (LCC) pada perkebunan karet rakyat?

2. Bagaimana kajian kelayakan konservasi lahan dengan menggunakan tanaman kacangan penutup lahan (LCC) pada perkebunan karet rakyat?

Tujuan Karya Tulis Ilmiah Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memaparkan bentuk konservasi lahan tanaman karet dengan menggunakan LCC dan penerapannya sehingga dapat mempertahankan produkti-vitas lahan secara berkesinambungan. Adapun secara spesifik, tujuan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan

bagaimana cara penanaman tanaman penutup lahan dengan menggunakan tanaman kacangan pada perkebunan karet rakyat dalam upaya peningkatan

(3)

kualitas lahan serta solusi yang dapat digunakan dalam meningkatkan produk tivitas lahan dan tanaman pada masa yang akan datang.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kelayakan penerapan konservasi lahan dengan menggunakan tanaman kacangan penutup lahan (LCC) sebagai upaya yang dilakukan dengan tujuan konservasi lahan.

Manfaat karya tulis

1. Manfaat bagi masyarakat, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tanaman karet menyangkut tindakan konservasi lahan yang secara aplikatif sangat mudah untuk dilakukan sehungga, dapat meningkatkan produktifitas tanaman karet dan kesejahteraan petani karet.

2. Manfaat bagi pemerintah, karya tulis ini membantu peran penyuluh pertanian dalam memeberikan pengetahuan kepada masyarakat berkenaan dengan tindakan konservasi lahan untuk mewujudkan sistem usaha tani yang berkelanjutan.

3. Manfaat bagi Ilmu pengetahuan, dapat menambah wawasan untuk langkah menuju ke pengetahuan yanh lebih luas, sehingga terciptanya sumber daya yang unggul.

4. Manfaat bagi penulis, penulis dapat mengasah ide, gagasan, menemukan solusi suatu masalah dan meningkatkan kemampuan menyusun laporan ilmiah pada masa yang akan datang.

Kajian Teori Konservasi lahan

Konservasi, berasal dari bahasa inggris: conservation yang berarti pengawetan atau pelindungan alam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konservasi ialah kegiatan menutupi bagian dalam badan kapal, mobil, dan lain sebagainya dengan suatu lapisan untuk melindungi dari karat. Contohnya badan kapal sangat rentan terkena karat dari air laut sehingga harus dirawat secara teratur. Kata “konservasi“ mengandung makna pengawetan atau usaha menuju kearah perbaikan. Menurut Dephut (1985 dan 1990), konservasi berarti upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman pada azas kelestarian. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No.19/1984, No. 059/Kpts-II/84 dan No.124/Kpts/84, Konservasi tanah adalah upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan tanah dengan cara pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif), agar tidak terjadi kerusakan tanah dan kemunduran daya guna dan produktifitas lahan.. Menurut Siswomartono (1989), konservasi adalah perlindungan, perbaikan dan pemakaian sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin keuntungan ekonomi atau sosial yang tertinggi secara lestari. Konservasi standar adalah standar untuk berbagai type tanah dan pemakaian tanah, meliputi kriteria, teknik dan metode-metode untuk pengendalian erosi dan sedimen yang disebabkan oleh aktivitas penggunaan tanah. Sedangkan Pengolahan Konservasi adalah setiap sistem pengolahan tanah yang mengurangi kehilangan tanah atau air dibanding pengolahan tanah yang lain, yang tidak mengindahkan kaidah konservasi.

Konservasi tanah dan air mengandung pengertian bagaimana kita menggunakan tanah agar dapat memberi

(4)

manfaat yang optimum bagi kepentingan umat manusia dalam jangka waktu berkelanjutan. Kegiatan konservasi tanah meliputi pengendalian erosi, banjir, pengaturan pemanfaatan air, peningkatan daya guna lahan, peningkatan produksi dan pendapatan petani termasuk peningkatan peran serta masyarakat yang terpadu dan kegiatan pengamanannya (Wahyudi 2014). Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) Mencegah erosi (2) Memperbaiki tanah yang rusak dan (3) Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006 dalam Simangunsong, 2011). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penegertian konservasi adalah suatu usaha pemeliharaan, penegelolaan dan perlindungan secara berkesinambunagan yang dilakukan terhdap sesuatu untuk menghindari kepunahan dan kerusakan dengan cara mengawetkan, melestarikan, atau mengefisiensikan penggunaanya.

Alternatif pengolahan tanah dengan prinsip konservasi yang lebih menekankan aspek perbaikan kesuburan tanah dan penyimpanan air adalah pemanfaatan mulsa. Pemulsaan (mulching) bertujuan menghambat perambatan panas secara konduksi yang dapat mengakibatkan kerak pada permukaan tanah, menghambat penguapan air dari permukaan tanah (evaporasi) dan meningkatkan daya infiltrasi tanah serta dampak biologis tanah (Arianti, 2011). Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah

terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas.

Lahan adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alam dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lahan didefinisikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah dan lain lain. Dari istilah lahan tersebut, Arsyad mendefinisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989). Sedangkan lahan adalah kawasan diluar kawasan hutan. Kegiatan penanaman dalam kawasan hutan disebut reboisasi sedangkan penanaman di luar kawasan hutan atau pada lahan disebut penghijauan (Dephut 1996).

2.1 Penggunaan LCC (Legimunose Cover Crops) pada Perkebunan

Karet

Tanaman penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutan cover crop adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi, memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah, dapat menyumbang bahan organik serta dapat mengendalikan organisme

pengganggu tanaman.

Penggunaan tanaman penutup tanah merupakan suatu usaha untuk menunjang keberhasilan dalam sistem pertanian

(5)

berkelanjutan. Tanaman Karet (Hevea brasilliensis) berasal dari Hutan Amazone di Brazil, masuk golongan tanaman dikotil. Berkembang biak secara generatif (biji), dapat dikembangkan secar vegetatif dengan sistem okulasi (Rismunandar, 2004). Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15O LS dan 15OLU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Siregar, 2009). Prinsip dasar dalam sistem konservasi lahan pada budidaya tanaman karet dipilih dengan teknik yang terbaik dan paling sesuai dengan kondisi lahan dan sumber daya yang dimiliki petani. Atau dengan kata lain, konservasi yang dilakukan merupakan tindakan agronomis yang dapat dengan mudah diterapkan, dimana tujuan akhirnya yaitu meningkatkan kesuburan tanah, memproteksi tanah dan meningkatkan hasil perkebunan. Untuk mengurangi tumbuhnya tanaman pengganggu (gulma) dan degradasi kesuburan tanah maka areal tanaman harus dilindungi dengan tanaman yang tidak merugikan tanaman karet. Tanaman tersebut ialah tanaman penutup tanah yang digunakan jenis kacang-kacangan yang ditanam diantara tanaman karet sehingga lebih dikenal dengan Leguminose Cover Crops (LCC).

Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang sengaja ditanam untuk mengurangi pengaruh erosi, menambah sumber bahan organik serta meningkatkan produktivitas tanaman. Karena konservasi lahan digunakan tanaman maka metode konservasi dikenal dengan metode vegetatif (metode pengawetan tanah dengan cara menanami vegetasi pada lahan yang dilestarikan) atau dengan kata lain metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau bagian-bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan

kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi. Penggunaan tanaman penutup merupakan salah satu kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang serta menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan dalam sistem pertanian berkelanjutan.

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode deskriptif yang berasal dari sumber-sumber kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas sehingga dapat memberi gambaran lengkap mengenai objek kajian dan variabel yang berkenaan dengan objek yang diteliti.Deskripsi yang dilakukan bertujuan memberi gambaran mengenai konservasi lahan dengan menggunakan LCC .

Dalam penyajiannya, karya tulisini menggunakan metode penyajian karya tulis sebagai berikut:

(6)

3.1.1 Kajian pustaka

Kajian pustaka dalam karya ilmiah ini berasal dari artikel, buku dan dokumen lain sebagai penunjang dalam pengambilan teori dasar, berkenaan dengan objek yang dikaji.

3.1.2 Ide penulis

Dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan berbagai ide-ide penulis yang dikembangkan yang didasarkan pada kajian pustaka dan metode berfikir ilmiah.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Cara Penanaman Tanaman Penutup Lahan Dengan

Menggunakan Tanaman Kacangan Penutup Lahan (LCC)

Prinsip dasar dalam mengimplementasikan sistem konservasi lahan pada budidaya tanaman karet bukanlah dilaksanakan secara kaku, tetapi dapat dipilih teknik konservasi yang terbaik dan paling sesuai dengan kondisi lahan dan sumber daya yang dimiliki petani. Secara umum, tujuan konservasi tanah adalah meningkatkan produktifitas lahan secra maksimal, memperbaiki lahan yang rusak atau kritis dan melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah akibat erosi atau dengan kata lain, konservasi yang akan dilakukan merupakan tindakan agronomis yang dapat dengan mudah diterapkan dimana tujuan akhirnya yaitu memproteksi tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan hasil perkebunan. Sasaran

konservasi tanah meliputi keseuruhan sumber daya lahan yang mencakup keseluruhan produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan ekosistem.

Jenis penutup tanah kacangan yang umum digunakan di perkebunan adalah

campuran dari Centrosema

pubescen (Cp), Calopogonium

mucuniodes (Cm), dan Pueraria javanica(Pj) dengan perbandingan 2:8:5 (daya kecambah di atas 70).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman penutup tanah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sebaiknya penutup tanah [berasal dari jenis leguminosa yang merambat.

b) Fikasasi N tinggi

c) Berumur panjang/tahunan.

d) Tahan terhadap

naungan/kekeringan.

e) Produksi bahan organik tinggi dan perakaran dalam.

f) Tidak merupakan inang/tidak mendorong pertumbuhan jamur akar putih dan penyakit lain.

Upaya yang dilakukan untuk mempercepat perkecambahan adalah dengan menghilangkan kulit biji yang keras dengan bahan kimia atau secara mekanis (skarifikasi). Perendaman biji dalam larutan asam sulfat pekat (85) selama 30 menit menghasilkan daya kecambah 70 dalam jangka tiga hari. Perlakuan biji sebelum ditanam adalah sebagai berikut :

1. Untuk setiap kilogram biji, diperlukan sebanyak 50 cc larutan asam sulfat pekat.

2. Biji dimasukkan ke dalam wadah kaca atau plastik.

3. Kemudian asam sulfat pekat (85) ditambahkan secara perlahan sambil biji diaduk dengan pengaduk yang terbuat dari kayu sampai terbentuk lapisan asam di seluruh permukaan biji.

(7)

4. Lama pengadukan 30 menit. Dengan cara ini lapisan kulit biji yang keras yang mencegah absorbsi air akan dilarutkan dan akhirnya membentuk substansi warna hitam. 5. Setelah perendaman/pengadukan, biji dipindahkan ke wadah lain yang berisi air.

6. Kemudian air rendaman dituang dan air segar ditambahkan kembali. 7. Selanjutnya biji dibilas beberapa kali untuk menghilangkan kulit biji. 8. Selanjutnya biji dihamparkan di

atas permukaan bahan yang menyerap seperti goni, kain atau kertas dan dikeringanginkan di bawah teduhan (sebentar).

9. Setelah perlakuan tersebut biji segera ditanam di lapangan. Perlakuan skarifikasi biji secara mekanis dapat juga dilakukan dengan menggunakan kertas pasir atau bahan yang permukaannya kasar dan akan menghasilkan persentase perkecambahan sebesar 95 dalam waktu tiga hari.

Kebutuhan jumlah biji per hektar tanaman karet adalah 200- 300 gram (daya kecambah 75). Selain dengan menanam biji langsung di lapangan, biji dapat ditanam sebelumnya di polybag kecil berukuran 12 cm x 7 cm (ukuran terlipat) yang telah diisi dengan tanah lapisan atas. Enam minggu setelah biji ditanam, tanaman dapat

dipindahkan ke lapangan.

Jumlah polybag yang diperlukan per hektar tanaman karet adalah 500 polybag. Jarak tanam didalam barisan adalah 4 m dan antar barisan adalah 5 m.

Penanaman kacangan dilakukan dengan cara:

a) Penanaman kacangan segera dilakukan setelah persiapan lahan selesai dilakukan.

b) Campuran biji Cp (2kg), Cm (8 kg), dan Pj (5 kg) dicampur dengan pupuk RP dengan perbandingan 1:1.

c) Campuran biji kacangan tersebut ditanam dengan 4-5 jalur pada tiap gawangan tanaman karet. d) Jarak jalur kacangan dengan

barisan tanaman karet 1-1,5 m dan jarak antara jalur penanaman kacangan 0,75-1 m atau disesuaikan dengan jarak tanam karet.

Sistem penanaman kacangan dilakukan dengan cara:

a) Membuat lobang pada jalur yang sudah ada dengan kedalaman kurang lebih 2 cm.

b) Dalam lobang ditaburkan campuran kacangan tersebut. c) Kemudian ditutup seperlunya

lobang tersebut dengan tanah. d) Setelah satu tahun, tanaman

penutup tanah dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Sumber:

http://berrydhiya.blogspot.com/2012/10/ta naman-penutup-tanah-cover-crop.html

Gambar 1.1 Tanaman penutup tanah pada lahan

(8)

4.2 Kajian kelayakan konservasi lahan dengan tanaman penutup tanah (LCC)

Salah satu parameter kelayakan konservasi lahan dengan metode pegunaan tanaman penutup tanah (LCC) dapat dilihat dari efisiensi biaya yang dikeluarkan petani dalam konservasi dan juga beberapa kelebihan metode konservasi dengan tanaman penutup lahan. Analisis kelayakan konservasi dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu konserasi lahan, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah konservasi yang akan di jalankan dapat memberikan keuntungan atau tidak.

Selain dari efisiensi biaya yang dikeluarkan , kelayakan konservasi lahan juga perlu ditinjau dari segi kemudahan perawatan. Perawatan tanaman penutup tanah lebih mudah dibanding yang lainnya. Hal ini dapat dilihat saat tanaman penutup tanah telah mencapai pertumbuhan maksimal dengan ditandainya seluruh permukaan tanah telah tertutup oleh tanaman kacangan tersebut. Perbandingan kelayakan biaya membangun LCC dengan biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman karet secara konvensional (tradisional) dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1 Biaya membangun LCC per hektar hingga perawatan ke-enam pada tanaman karet.

Pemeliharaan dan perawatan HOK Rp

Tenaga - Menanam LCC (3x85.000) 3 250.000 Perawatan pertama (2x85.000) 2 170.000 Perawatan kedua (2x85.000) 2 170.000 Memupuk (2x85.000) 2 170.000 Perawatan ketiga 2 170.000 Perawatan keempat - Perawatan kelima - Perawatan keenam - Bahan Pj (4kgx50.000) 200.000 Cm (6kgx25.000) 150.000 Cp (4kgx25.000) 100.000 Pupuk TSP (100kgx2.500) 250.000 Pupuk NPK (50kgx2.500) 125.000 Jumlah 1.705.000

Tabel 4.2 biaya pemeliharaan dan perawatan pada tanaman karet secara konvensional.

(9)

Dengan melihat hasil analisis perbandingan dari kedua tabel diatas koservasi lahan LCC dengan syarat tersebut sangat diperlukan terutaman pada kondisi sekarang dimana harga pupuk terus meningkat. Peningkatan efisiensi pemupukan dengan menggunakan LCC yang dapat mengembalikan hara tanah merupakan salah satu pilihan.

Selain dilihat dari analisis perbandingan kedua tabel di atas tanaman penutup lahan pada perkebunan karet juga memeliki beberapa keuntungan diantaranya dapat melindungi tanah terhadap erosi, mengurangi penguapan air pada permukaan tanah, membantu menyimpan air dalam tanah, meningkatkan unsur hara melalui pelapukan bahan organik (Setyamijaya, 1993). Bahan organik dari penutup tanah kacangan dapat memperbaiki kesuburan tanah, baik kimia, fisika maupun biologi tanah. Perbaikan sifat fisik tanah akibat penambahan bahan organik adalah meningkatkan daya sanggah air, agregat, permeabilitas dan aerase tanah serta mengurangi aliran permukaan dan erosi. Perbaikan sifat kimia tanah akibat penambahan bahan organik adalah menyediakan unsur hara, memperbaiki kapasitas tukar kation dan meningkatkan kelarutan unsur fosfat dalam tanah. Di samping keunggulan tersebut diatas, satu lagi syarat LCC yang ideal adalah

mampu meningkatkan kesuburan tanah, sehingga mampu menambah hara tanah dan tersedia bagi tanaman. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas organisme

dalam menguraikan bahan organik, dengan demikian unsur hara yang terdapat di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanah (Hakim dkk, 1986).

Dari segi penutupannya pada permukaan tanah, LCC membentuk jalinan tanaman yang sedemikian rapatnya, sehingga permukaan tanah terlindung dari hempasan air hujan yang deras secara langsung. Hal ini akan mencegah proses pemampatan/pemadatan tanah. Disamping itu,akar tanaman penutup tanah ”mengikat” partikel-partikel tanah, sehingga tanah akan menjadi lebih gembur. Menekan pertumbuhan gulma LCC dapat menutup permukaan lahan dalam waktu yang relatif cepat (menguasai ruang dan cahaya), sehingga menaungi tanah dan mengurangi kesempatan gulma untuk tumbuh dan mampu menyaingi pertumbuhan gulma.

Jika dibandingkan antara membangun LCC dengan biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman karet secara konvensional (tradisional), dapat dilihat beberapa keunggulan membangun LCC, diantaranya:

1. Biaya perawatan penanaman tanaman penutup relatif lebih murah. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan perawatan secara konvensional. Hal lain yang paling penting dengan adanya tanaman penutup tanah pengaruh positifnya terhadap perbaikan kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, sekaligus berpengaruh pada peningkatan produktifitas tanaman.

No Pemeliharaan dan perawatan HOK Rp

1. Pengendaliaan gulma (penebasan lahan) 20x85.000 20 1.700.000

2. Herbisida (5 Liter) 5x60.000 300.000

3. Upah pekerja 5x85.000 5 425.000

4. Aplikasi penyemprotan (3 kali/tahun) 2x725.000 1.450.000

(10)

2. Proses penanaman tidak rumit dan tidak memerlukan waktu yang lama. 3. Ramah lingkungan, hal ini dikarenakan

memanfaatkan tumbuhan yang tidak dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan polusi, baik polusi tanah maupun air sehingga mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar lingkungan tersebut.

4. Berdasarkan analisis pada penerapan tanaman penutup tanah, hal ini sangat diperlukan terutaman pada kondisi sekarang, dimana harga pupuk terus meningkat, sehingga biaya perawatan akan jauh lebih efisien dan hal ini juga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

5. Dengan penerapan konservasi dengan

tanaman penutup mampu

mengembalikan fungsi konservasi tanah dan air sebagai sistem penyangga, sehingga dapat mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan dan peningkatan perekonomian masyarakat.

Dari sisi kemudahan penanaman, waktu dan biaya penerapan maka konservasi lahan dengan cara ini dipertimbangkan untuk diterapkan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penulisan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan tanaman penutup tanah merupakan salah satu usaha yang dilakukan dalam sistem pertanian berkelanjutan untuk menunjang dan meningkatkan produktivitas serta untuk memperoleh keuntungan dalam bidang ekonomi, sosial, serta ekologi.

2. Konstribusi terbesar yang dapat diperoleh dengan dilakukannya penanaman tumbuhan penutup tanah adalah menekan pertumbuhan gulma sekaligus mengurangi biaya perawatan dan menjaga produktifitas tanaman.

3. Penggunaan tanaman penutup tanah merupakan bentuk konservasi lahan yang hasilnya sangat menunjang kelestarian sumber daya alam secara berkesinambungan.

4. Konservasi lahan merupakan upaya mempertahankan keaslian serta kelestarian lahan, serta untuk mendapatkan keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas.

(11)

saran

1. Pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat agar

dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam melalui upaya sosialisasi dan demonstrasi tentang aplikasi tanaman penutup tanah kepada masyarakat.

2. Masyarakat diharapkan dapat menindaklanjuti program konservasi lahan dimana salah satunya adalah penanaman kacangan penutup tanah di lahan dan perkebunan karet.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Danti Indri Astuti. (2016). Pengaruh Pergaulan Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Parakan, Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Wahyudi, 2014, Sustainable Forest Management Policy in Central Kalimantan,

Indonesia. International Journal of Science and Research (IJSR), Vol.3, Issue 4, April 2014.

Rismunandar. 2004.Budidaya Tanaman Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siswomartono, D., 1989, Ensiklopedi Konservasi Sumber Daya, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1989

Dephut, 1985, Kumpulan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Tahun 1980-1985 Dephut, 1990, Kumpulan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Tahun 1985-1990 Dephut, 1996, Hand Book of Indonesian Forestry, Forestry Department of Republic of

Indonesia, Jakarta

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB (IPB Press)

Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor

Siregar A. R, 2009. file:///G:/morfologi-tanaman-karet.html. Morfologi Tanamaa Karet. Diakses pada tanggal 2 juli 2018.

Arianti, I. 2011. Pemanfaatan Lahan Dengan Prinsip Konservasi. Jurnal Ilmu pengetahuan dan Rekayasa Jurusan Teknik Sipil Polnep. Kalimantan.

Simangunsong, Z. 2011. Konservasi tanah dan Air Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Sari Lembah Subur, Pelalawan Riau. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/10/cara-menanam-tanaman-penutup-tanah.html/diakses pada tanggal 2 juli 2018

(13)

http://berrydhiya.blogspot.com/2012/10/tanaman-penutup-lahan-cover- crop.html/diakses

pada tanggal 2 juli 2018

Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.A. Diha., Go Ban Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Hal 46 – 137.

Gambar

Gambar 1.1 Tanaman penutup tanah  pada lahan
Tabel 4.2 biaya pemeliharaan dan  perawatan pada tanaman karet secara  konvensional.

Referensi

Dokumen terkait

Dikutip dari artikel juga mengatakan atribut website dapat memberikan kontribusi terhadap positioning suatu e-commerce fashion .[3] Oleh karena itu, maka diambilah judul

Saham dalam kelompok JII merupakan saham syariah yang mempunyai batasan hutang yang berbasis bunga adalah kurang dari 82% sehingga dengan adanya batasan tersebut hutang perusahaan

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu pertumbuhan lilit batang TBM yang diukur dari TBM-1 sampai dengan TBM-4, tebal kulit dan anatomi kulit (jumlah cincin

Bagi peneliti yang akan datang bila ingin meneliti tentang judul yang sama atau berkaitan dengan obat herbal, disarankan untuk menggunakan variabel lain untuk lebih besar

01 Fasilitasi, Koordinasi, Pembinaan dan Pengawasan, Serta Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan pada Kawasan Sumberdaya Alam Yang Mencakup Kawasan

Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu

Jika jarak Bandung – Surabaya adalah 540 km, berapa skala yang digunakan jika jarak Bandung – Surabaya pada peta adalah 27 cm?. Ibu Erna membeli sebuah tas

Pemrograman dan komunikasi pada Arduino Uno menggunakan software LDmicro berfungsi sebagai perangkat untuk pemrograman ladder diagram , simulator, dan compiler yang