• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAMPIRAN

Validitas Kuesioner Penelitian

Divalidkan oleh Evi Karota Bukit,S.Kp,MNS (expert 1), Asrizal,S.Kep,Ns,M.Kep (expert 2), dan Ismayadi,S.Kep,Ns,M.Kes (expert 3).

Penelitian ini menggunakan content validity index dengan 3 judge or expert dengan standar valid 0,8 (polit & Beck, 2006). Adapun rumus CVI yakni : CVI = Number of item expert agreement rated 3 or 4

(3)

LAMPIRAN

HASIL SPSS KUESIONER

DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN DUKUNGAN KELUARGA

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

perempuan 37 33,9 33,9 33,9

laki-laki 72 66,1 66,1 100,0

Total 109 100,0 100,0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SD 7 6,4 6,4 6,4

SLTP/SMP 19 17,4 17,4 23,9

SMA/SMK 62 56,9 56,9 80,7

PT 18 16,5 16,5 97,2

Tidak Sekolah 3 2,8 2,8 100,0

Total 109 100,0 100,0

PENGHASILAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<Rp 2.037.000,00 76 69,7 69,7 69,7

> Rp 2.037.000,00 33 30,3 30,3 100,0

(4)

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

belum menikah 16 14,7 14,7 14,7

menikah 93 85,3 85,3 100,0

Total 109 100,0 100,0

KELUARGA YANG SERING MENGANTAR TERAPI HEMODIALISA Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(5)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

batak 45 41,3 41,3 41,3

jawa 29 26,6 26,6 67,9

aceh 13 11,9 11,9 79,8

padang 22 20,2 20,2 100,0

Total 109 100,0 100,0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

< 20 tahun 8 7,3 7,3 7,3

> 20 tahun 101 92,7 92,7 100,0

Total 109 100,0 100,0

DUKUNGAN KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang 6 5,5 5,5 5,5

cukup 28 25,7 25,7 31,2

baik 75 68,8 68,8 100,0

Total 109 100,0 100,0

(6)

Lampiran Inform Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, bersedia menjadi

responden dalam penelitian

yang berjudul “ Dukungan Keluarga Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP

Haji Adam Malik.”

Saya sudah membaca semua keterangan tentang tujuan, resiko,

manfaat dan hak-hak sebagai responden penelitian, dan saya mengerti

bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan diri saya sendiri.

Identitas dan jawaban yang akan saya berikan terjamin kerahasiaannya

dan hanya diperlukan sebagai bahan pada penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani secara sadar

dan tanpa suatu paksaan.

Medan, Juni 2016

Responden

(7)

INSTRUMEN DUKUNGAN KELUARGA

Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda chek list pada jawaban yang sesuai menurut anda.

1 Keluarga membantu saya dalam mengatasi masalah

3 Keluarga menemani dan dan mengunjungi saya waktu sakit

2 Saya dan anggota keluarga lainnya berdiskusi untuk 7 Saya merasa nyaman berada di

(8)

8 Saya merasa senang dan

bahagia tinggal dengan keluarga 9 Keluarga mengijinkan saya

untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar saya.

10 Keluarga memberikan semangat pada saya untuk

mempertahankan pengobatan hemodialisa

Dimensi Penilaian

1 Keluarga meminta pendapat saya terhadap pelaksanaan terapi hemodialisa

2 Keluarga mendukung saya sharing dengan sesame penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. 3 Keluarga mendukung aktivitas

sosial yang saya lakukan dengan sesama penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

4 Keluarga memberikan dorongan pada saya untuk tetap menjalani terapi hemodialisa.

(9)

Lampiran Kuisioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah dengan teliti setiap item pertanyaan.

2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu yang paling sesuai dengan member tanda check list (฀) pada pilihan yang dipilih.

3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

A. DEMOGRAFI RESPONDEN

Inisial :……….

Umur :……….

Jenis Kelamin : 1.( ) Perempuan 2.( ) Laki-Laki Tingkat Pendidikan : 1.( ) Tidak Sekolah

2.( ) SD

3.( ) SLTP/SMP 4.( ) SMA/SMK

5.( ) Perguruan Tinggi Penghasilan perbulan :1. ( ) < Rp 2.037.000,00

2.( ) > Rp 2.037.000,00

(10)

( ) PNS ( ) Swasta ( ) Petani

Status Asuransi : ( ) Tidak asuransi ( ) Asuransi

Status perkawinan : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah

Yang paling sering mengantar Untuk terapi hemodialisa : ( ) Suami/Istri ( ) Anak/Keponakan ( ) Teman/Sahabat

( ) Tidak Ada

(11)
(12)

No Aktivitas penelitian September Oktober Novembe r

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Pengajuan judul penelitian s

2 Menyusun Bab 1

3 Menyusun Bab 2

4 Menyusun Bab 3

5 Menyusun Bab 4

6 Menyusun Kuesioner

7 Meyerahkan proposal penelitian

8 Ujian sidang proposal

9 Revisi proposal penelitian

10 Uji Validitas & Reliabilitas

11 Pengumpulan data responden

12 Analisa data

13 Pengajuan sidang skripsi

(13)
(14)

Lampiran Taksasi Dana

TAKSASI DANA

1. Proposal dan Perbaikan Proposal

- Kertas dan tinta print Rp 100.000

- Fotocopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000 - Perbanyak proposal dan Penjilidan Rp 50.000

- Konsumsi saat sidang proposal Rp350.000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Penggandaan Kuesioner Rp 50.000

-Transportasi Rp 50.000

- souvenir Rp 210.000

3. Pnyusunan Skripsi

- Kertas dan tinta print Rp 150.000

- Surat Izin Uji Relib RS.DR.Pirngadi Rp 250.000 - Surat Izin Penelitian RS.Adam Malik RP 200.000

- Konsumsi saat sidang skripsi Rp 150.000

(15)

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hezlin Ivana Marbun

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 15 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Topaz raya, perumahan Bumi Serdang damai

Riwayat Pendidikan : 1. 2000 – 2006 : SD Negeri 106815 Medan

2. 2006 – 2009 : SMP N 22 Medan

3. 2009 – 2012 : SMA Methodist 7 Medan

(16)
(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggina L., Lestari & Ali Hamzah. (2010). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Melaksanakan Program Diet di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Anggraeni, M. D. (2009). Dukungan Sosial yang Diterima oleh Orang yang Belum Berhasil dalam Pengobatan Infertilitas. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Anwar, Idochi. (2012). Dasar-Dasar Statistika.Bandung:Alfabeta.

ASKES. (2013). Expanding Health Insurance Membership: A Challenge Towards Universal Corage. Jakarta: PT ASKES.

Baron, R.A., & Byme, D. (2003). Psikologo Sosial. Jakarta: Erlangga. Baughman, C. D. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Bomar, P.J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Bedah.Jakarta: EGC

Cahyaningsih, Niken D. (2009). Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Mitra Yogyakarta: Cendekia Press.

Chen, CK. (2010). Depresion in Hemodyalisis. Diakses pada tanggal 16 Juli 2016. Cornelia, Dede. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Pasien Gagal Ginjal Kronik. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Danies, Tanjung. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Hemodialisis.Diakses pada tanggal 21 Januari 2016.

Daryani, T. (2011). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Inisiasi Dialisis Pasien Gagal ginjal Tahap Akhir Di RSUP. DR. Klaten: Diakses pada tanggal. 25 Juli 2016.

Daryanto. (2007). Hubungan Karakteristik Klien, Keluarga, dan Stigma dengan Dukungan Keluarga pada Klien Harga Diri Rendah. Diakses pada tanggal 21 Juli 2016.

Faradina. (2005). Pengaruh Hemodialisis Pada Gagal Ginjal Kronik.Diakses pada tanggal 15 Januari 2016.

(19)

Geledis. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016

Harword, Wilson, Heidenhem & Lindsay. (2004). Efect Patient Outcomes And Hemodyalisis Unit Team Satisfaction. International Society For Hemodyalisis.

Hasrani. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

James I. Mc Millan, MD. (20013). Chronic Kidney Disease. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Kartika, P. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsia Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit.Diakses pada tanggal 25 Juli 2016.

Kaustz A.T, Obrador G.T, Arora P, Ruthazer R, Levey A.S, & Perpeira B.J.G. (2010). Late Initiation Of Dialysis Among Women And Etnic Minorities. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016.

Kimmel, P.L. (2001). Phsycososial Factors In Dialysis Patient. Diakses pada tanggal 13 Juli 2016.

Kuntjoro, S. Z. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia. Diakses pada tanggal 22 Juli 2016.

Lita Sari Kartika. (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Ruang Hemodialisis RSUP.Fatmawati Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Liu Z. (2010). Prevalence Of Chronic Complication. Diakses pada tanggal 26 Januari 2016.

Mubarak, W, I & Cahyatin, N. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

National Kidney Foundation. (2014). About Chronic Kidney Disease. Diakses pada tanggal 26 Januari 2016.

Nursalam. (2006). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Notoadmodjo.Soekidjo (2007). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

(20)

Di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Diakses pada tanggal 27 Januari 2016.

Nurkhayati, D. (2005). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RS.Sardijo Yogyakarta. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Papastavrou, E, Charalambous, A, Tsangari H. (2019). Exploring The Other Side Of Cancer Care:Informal Care Giver. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Polit, D. F & Hunger,B.P. (1995). Nursing Research: Principlies and Methods (5t

edition).Philadhelpia:J.Blippincott Company.

Purnama.(2008). Dukungan Suami dan Keluarga. Jakarta: Salemba Medika. Puspitasari, E.P. (2009). Peran dan Dukungan Keluarga Dalam Penanganan

Skizofrenia. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Promes ofm. CAP.. (1996). Istilah Batak Pematang Siantar.Diakses pada Tanggal 28 Juli 2016.

Rahayu, S. (2008). Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Raihani, (2012).Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Yang Menjalani Hemodialisa . Diakses pada tanggal 27 Juli 2016.

Ratna. (2010). Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan Ditinjau Dari Ilmu Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Report Of Indonesia Renal Registry. (2011). Konsensus Dialisis. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronik Di Indonesia. Diakses pada tanggal 25 Januari 2016.

Sarafino, EP. (2005). Health Psychology .Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Gramedia Indonesia Suliswati, dkk. (2009). Konsep dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Surmeli. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi.Diakses pada tanggal 28 Juli 2016.

Sumigar, G. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di.RSUP.Kandau Manado.Diakses pada tanggal 24 Juli 2016.

(21)

Taylor, E.S. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana.

USRD (United States Renal Data System). (2013). USRDS Annual Data Report. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Widyaastuti, R. (2011). Pengaruh Dukungan Orang Tua Dan Intensitas Belajar Anak. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

WHO. (2008). Investing In Mental Health. Diakses pada tanggal 13 Juli 2016. WHO. (2013). Annual Data Report. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016.

Yetty, K. (2001). Pengaturan Cairan Secara Mandiri Pada Pasien Yang Mengalami Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 16 Januari 2016.

(22)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan yang diberikan oleh keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi penyakit yang membutuhkan pengobatan terus-menerus, berangsur-angsur menurunkan kesehatan, mengubah kebiasaan hidup sehari-hari dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ginjal yang berdampak dari segi fisik maupun psikologis pada pasien yang menjalani hemodialisa tentu sangat membutuhkan dukungan keluarga berupa dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional. Keluarga termasuik sasaran dalam asuhan keperawatan dengan penyakit kronis, keterlibatan keluarga dalam perawatan dapat menjadi sumber dukungan dan motivasi dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien.

Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1;

Dukungan Keluarga Pasien

Yang Menjalani Hemodialisa DukunganInstrumental Dukungan Informasional Dukungan Emosional Dukungan Penilaian

(23)

3.2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

(24)

2. Dukungan informasional yang meliputi komunikasi tentang pemberian nasihat, usulan,saran,petunjuk dan pemberian informasi pada pasien yang menjalani

hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik. 3. Dukungan penilaian

(Appraisal) yaitu keluarga memberikan dorongan,

penghargaan dan

perhatian pada pasien

yang menjalani

hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik. 4. Dukungan emosional

yaitu bantuan dalam memberikan rasa aman,

cinta kasih,

membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik.

(25)

41

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang dukungan yang diberikan oleh keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2010) Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan pada bulan juni 2016 yang berjumlah 150 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi untuk dijadikan objek penelitian (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani hemodialisa. Jumlah sampel pada penelitian ini memenuhi rumus jumlah sampel menurut Notoatmodjo (2002) adalah sebagai berikut:

n =

(26)

Keterangan:

n: besar sampel

N: besar populasi

d; tingkat kepercayaan/ketepatan yang digunakan (0,05)

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah

n =

n =

n =

n =

n

= 109

(27)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di instalasi hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 juni sampai dengan 24 juni 2016.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan komisi etik penelitian

(28)

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti mengumpulkan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan data dukungan keluarga.

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi : kode responden, usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, asuransi, perkawinan, yang paling sering mengantar hemodialisa, dan suku. Kuesioner dukungan keluarga berisi pernyatan yang meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang terdiri dari 20 pernyataan yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep dukungan keluarga, yaitu 5 pernyataan tentang dukungan instrumental (1-5), 5 pernyataan untuk dukungan informasional (6-10), 5 pernyataan untuk dukungan emosional (11-15) dan 5 pernyataan untuk dukungan penilaian (16-20). Penilaian kuesioner ini berdasarkan skala Likert. Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif dengan empat pilihan alternatif jawaban yaitu Selalu, Sering, Jarang, Tidak Pernah. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan adalah 1,2,3, dan 4, dimana jawaban Selalu mendapat nilai 4, Sering mendapat nilai 3, Jarang mendapat nilai 2, dan jawaban Tidak Pernah mendapat nilai 1.

Berdasarkan rumus statistika menurut Anwar (2012)

s banyakkela

g ren

(29)

di mana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai yang terendah). Untuk kuesioner dukungan keluarga nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 20 maka rentang yang diperoleh adalah 60 dan banyak kelas ada 3 (baik, cukup, dan kurang) maka didapat panjang kelas sebesar 20. Menggunakan panjang kelas sebesar 20 dan nilai terendah 20 maka dukungan keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut:

20 – 40 di kategorikan sebagai dukungan kurang

40 – 60 di kategorikan sebagai dukungan cukup

(30)

4.6. Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Validitas

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data (Sugyono 2010). Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh tiga orang dosen keperawatan yang ahli dibidangnya yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 serta dinyatakan valid dengan nilai CVI 0,97.

4.6.2. Reliabilitas

(31)

4.7. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian ke Badan Penelitian dan Pengembangan RSUP.H.Adam Malik Medan. Setelah itu surat izin penelitian dikirimkan ke Instalasi Hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan . Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti meminta data calon responden dari status pasien di unit hemodialisa. Setelah peneliti mendapat data calon responden maka peneliti mendatangi calon responden.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan,dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent . Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data telah selesai dilakukan dan selanjutnya dilakukan analisa data.

4.8. Analisis Data

(32)

menggunakan program komputerisasi . Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demograf yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, status asuransi, status perkawinan, yang sering mengantar terapi hemodialisa, dan suku yang dianalisa dengan skala nominal dan variabel dukungan keluarga yang dianalisa dengan menggunakan skala ordinal ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yang dilakukan pada tanggal 13 juni 2016 sampai dengan 24 juni 2016 di RSUP.H.Adam Malik Medan dengan jumlah responden 109 orang. Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diperoleh dari suami/istri, anak/keponakan, saudara dari responden.

5.1 Karakteristik Responden

(34)

Rp.2.037.000 (n = 76 atau 69,7%) sehingga sebagian besar pasien gagal ginjal kronik menggunakan asuransi kesehatan (n = 92 atau 84,4%). Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sudah menikah (n= 93 atau 85,3%) sehingga anggota keluarga yang paling sering mengantar pasien untuk terapi hemodialisa adalah suami/istri (n= 38 atau 34,9%). Suku yang paling banyak dianut pasien adalah suku batak (n= 45 atau 41,3%). Untuk lebih jelas mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(35)

Yang Sering Mengantar Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan keluarga terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan instrumental, aspek dukungan informasional, aspek dukungan emosional dan aspek dukungan penilaian. Berikut ini akan peneliti gambarkan distribusi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa (n= 109)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(36)

5.3. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik yaitu sebanyak 75 responden (68,8%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surmeli (2015) didapatkan lebih dari separuh dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada responden yang mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis adalah cukup positif yaitu sebanyak 53 orang (50,5%). Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan ( Taylor, 2009). Menurut Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga lazimnya berfungsi sebagai sistem pendukung bagi keluarganya, anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan, selain itu keluarga juga memiliki peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta membantu keberhasilan suatu tindakan pengobatan dan meningkatkan rasa nyaman dan sikap positif dari keluarga.

(37)

makanan diluar dibandingkan masak sendiri). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki suku batak sebanyak 45 orang (41,3%) dan rata – rata responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini karena suku batak memegang erat persekutuan, kekerabatan untuk saling membantu dari orang – orang bersaudara, sedarah, seketurunan melalui bapak leluhur lewat marga (Promes, 1996).

Penelitian yang dilakukan Sumigar (2015) dalam menjaga kesehatannya biasanya kaum perempuan yang lebih baik menjaga kesehatannya dibandingkan laki - laki dan sebagian besar laki - laki suka mengkonsumsi minuman beralkohol yang dimana berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena faktor pola makan dan pola hidup responden laki - laki yang suka merokok dan minum kopi (Nurchayati, 2012). Penelitian Zulfitri (2006) menemukan dukungan keluarga mayoritas berjenis kelamin laki - laki sebesar 64,6%, Zulfitri juga membahas bahwa perempuan dan laki-laki memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi masalah, laki - laki cenderung tidak perduli, tidak memperhatikan kesehatannya sedangkan perempuan lebih banyak ditemukan untuk memeriksakan kesehatannya sehingga laki – laki membutuhkan saran, masukan, dan dukungan untuk meningkatkan kesehatannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan jenis kelamin responden paling banyak laki – laki sebanyak 72 orang (66,1%). Hasil penelitian rata – rata responden jenis kelamin laki – laki mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik.

(38)

untuk mengurangi stres dan pandangan hidup. Penelitian yang dilakukan Suliswati (2009) mengemukakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana menerima masukan yang dapat membangun dirinya, mampu berpikir rasional dan mampu mengendalikan emosi dan semakin toleransi terhadap orang lain. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor usia, usia yang dianggap optimal dalam menerima nasehat adalah usia yang diatas 20 tahun, usia tersebut mampu menerima dukungan yang diberikan keluarganya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki usia lebih dari 20 tahun dan mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Daryanto (2007) bahwa seseorang yang berusia 18 tahun keatas dianggap dewasa dan mampu menerima setiap dukungan dari anggota keluarganya.

(39)

terapi. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan orang untuk berobat maupun dalam hal perawatan. Penderita dengan ekonomi yang rendah akan tidak teratur dalam proses pengobatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penghasilan responden per bulan sebagian besar di bawah Rp.2.037.000 (Upah Minimum Kota Medan) sebesar 76 orang (69,7%). Hasil penelitian rata – rata responden dengan penghasilan di bawah Rp.2.037.000 mendapatakan dukungan keluarga dalam kategori baik.

(40)

dengan pasien yang mempunyai asuransi (Kausz et al, 2000). Dimana penelitian menurut Daryani (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan inisiasi hemodialisis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan responden sebagian besar menggunakan asuransi sebanyak 92 orang (84,4%) .

(41)

akan meningkat keluarga dalam hal memberikan support, masukan, bimbingan, dan saran yang berkualitas.

(42)

2009). Menurut Sarafino (2005) bahwa dukungan keluarga dapat bermanfaat positif bagi kesehatan bila pasien merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan yang layak dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan pasien akan sembuh lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik (68,8%) atau n = 75. Dukungan keluarga yang baik kepada pasien akan berdampak dalam menjalani terapi hemodialisis sehingga kesehatan pasien dapat meningkat.

6.2. SARAN

6.2.1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan dan masukan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

6.2.2. Bagi pelayanan keperawatan

(44)

gagal ginjal kronis serta memberikan informasi gagal ginjal kronik yang lengkap dan benar. Gagal ginjal kronis bisa juga diajarkan kepada kader kesehatan yang berada di daerah masing – masing agar masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan tentang terapi hemodialisa.

6.2.3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan tambahan tentang dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali tentang dukungan keluarga ini dengan mengkorelasikan tingkat depresi atau konsumsi cairan pasien serta dapat juga dilakukan kembali dengan metode eksperimen.

(45)

16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2010). Setiadi (2008) mengatakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Friedman (2010) juga menyebutkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Definisi lain dari keluarga menurut U.S Bureau of the Census dalam Friedman (2010) adalah terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap saling memberikan perhatian, berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga.

(46)

2.1.1. Tipe-tipe keluarga

Tipe keluarga yang bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan dalam Setiadi (2008) terdiri atas:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. (b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

(47)

tinggal dirumah atau diluar rumah. (f) Dual Carrier adalah suami istri atau keduanya orang karir atau tidak mempunyai anak. (g) Commuter Married adalah suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.(h) Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. (i) Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. (j)

Institusional Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

panti-panti. (k) Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaann fasilitas. (l) Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. (m) Unmarried Parent and Child adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi. (n) Cohibing Coiple adalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. (o) Gay and Lesbian Family adalah Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

(48)

2.1.2. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. (c) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (d) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994 dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:

(49)

2) Fungsi budaya: (a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. (b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus. (b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

(50)

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

5) Fungsi reproduksi: (a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga disekitarnya. (b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. (d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6) Fungsi sosialisasi: (a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. (b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat. (d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil dan sejahtera.

(51)

sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8) Fungsi pelestarian lingkungan: (a) Membina kesadaran, sikap dan praktik

pelestarian lingkungan keluarga. (b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. (c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

2.1.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

(52)

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

2.1.4 Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama. beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan keluarga tergantung pada orang sekitar keluarga dan masyarakat .

(53)

dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kemampuan, kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan, namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga. Seseorang akan lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya (Sarafino, 2005). Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Dukungan yang diterima seseorang dapat mempercepat pemulihan dari sakit, memperkuat kekebalan tubuh, mengurangi respon fisiologis, dan memperkuat fungsi untuk merespon penyakit kronis (Taylor, 2009).

(54)

Dukungan keluarga dalah hal yang sangat bermanfaat ketika individu mengalami stres. Dukungan ini merupakan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi mana yang digunakan untuk mengatasi stres (Baron & Byrne, 2003).

Menurut Smet (1994) menyatakan dukungan keluarga merupakan informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, saran, atau tindakan yang diperoleh dari orang – orang terdekat, dengan kehadirannya dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga menurut Kuntjoro (2002) adalah keberadaan, keperdulian, serta kesediaaan orang – orang terdekat menghargai dan menyayangi. Dukungan keluarga juga efektif dalam mengatasi tekanan psikologis dalam masa

– masa sulit dan menekan (Taylor, 2009).

Menurut Francis dan Satiadarma (dalam Kartika, 2010) dukungan keluarga merupakan bantuan bantuan sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang terdapat didalam sebuah keluarga. Menurut Smet (2010) dukungan keluarga merupakan salah satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial yang mencakup dukungan emosional, adanya ungkapan persaan, pemberian informasi, nasehat, dan bantuan material. Menurut Cohem dan Syme (dalam Anggina, 2010) dukungan keluarga merupakan suatu keaddan yang bermanfaat yang diterima oleh individu dari orang lain, sehingga individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

(55)

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut invidu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Johnson (dalam Anggraini, 2009) berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan keluarga juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang – orang terdekat yang dapat dipercaya untuk membantu dan menjaga individu.

Menurut Commission on the family (dalam Kartika, 2010) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga , memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarag dalam menghadapi tantangan didalam kehidupan sehari – hari.

Jenis dukungan keluarga dalam Setiadi (2008) ada 4, yaitu;

1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan perasaanya.

(56)

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

3) Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.

4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa.

Aspek – aspek dukungan keluarga menurut Sarafino (2005) yaitu:

1) Dukungan emosional, yaitu dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap seseorang sehingga memeberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan, dan dicintai.

2) Dukungan Instrumental, yaitu bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana seseorang yang memberikan atau meminjamkan uang atau menolong langsung teman, kerabat yang sedang membutuhkan pertolongan.

(57)

Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.

4) Dukungan penghargaan, yaitu ungkapan rasa hormat atau penghargaan, penilaian positif seperti adanya pemberian hadiah, pujian terhadap apa yang telah dilakukannya.

2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Rahayu (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda – beda.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

(58)

c) Faktor Spiritual

Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungn dengan keluarga dan teman, dan kemampuan mencari harapan dalam arti hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi seseorang mendefenisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan dan segera mencari pertolongan .

b) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

(59)

1. .Faktor Fisik

Ross, Mirrowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut anatara lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasa dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.

2. Faktor Psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan dan dukungan. Suami akan tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor Sosial

(60)

4. Faktor Budaya

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi.

2.2. Gagal Ginjal Kronis

2.2.1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

(61)

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) Of The National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal

kronik sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible dan hilangnya nephrons kea rah suatu kemunduran nilai dari GFR. Tahapan penyakit gagal ginjal kronik berlangsung terus-menerus dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal

ginjal kronik sebagai berikut: (a) Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR>90

ml/min/1.73 ). (b) Stadium 2: ringan (GFR 60-89 ml/min/1.73 ). (c) Stadium 3: sedang (GFR 30-59 ml/min/1.73 ). (d) Stadium 4: gagal berat

(GFR 15-29 ml/min/1.73 ). (e) Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/min/1.73 ).

2.2.3. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

(62)

2.3. Hemodialisa

2.3.1. Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi permiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2002). Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Cahyaningsih, 2009).

2.3.2. Prinsip-Prinsip Hemodialisa

(63)

kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Brunner & Suddarth, 2002). Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis.

Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddarth, 2002). Sistem buffer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.3. Penatalaksanaan Hemodialisis Pada Pasien

(64)

toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagaigejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupanprotein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2002). Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.4. Indikasi Hemodialisa

(65)

alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan fungsi ginjal. Tetap saja pasien akan mengalami berbagai permasalahan dan komplikasi (Smeltzer &Bare, 2002).

Salah satu masalahnya yang sering dihadapi pasien adalah kelebihan cairan antara dua dialisis. Hemodialisis sebagai salah satu alternatif terapi pengganti telah dibuktikan sangat efektif mengeluarkan cairan dan elektrolit dan sisa-sisa metabolismetubuh.Sesuai dengan carakerjanya,hemodialisis hanya dilakukan dalam 2–3 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis, sehingga cairan elektrolit dan sisa metabolisme yang selalu terbentuk dari waktu ke waktu akan tetap berada dalam peredaran darah di luar waktu dialisis sehingga pasien mengalami kelebihan cairan dan hal ini akan menimbulkan berbagai masalah bagi klien (Yetti, 2001).

2.4. Pertimbangan Psikososial

Menurut Brunner&Suddarth (2002), Individu dengan hemodialisis jangka

(66)

namun perasaan tersebut sering meluap sehinnga diperlukan konseling. Keluarga harus terlibat sebanyak mungkin dalam pengambilan keputusan.

(67)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik ( Chronic Kidney Disease ) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan uremia (Smeltzer dan Bare, 2002). Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik, ginjal mengalami gangguan untuk memfiltrasi darah sehingga zat sisa metabolisme tubuh seperti urea, asam urat, dan kreatinin tidak dapat diekskresikan, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah bagi tubuh (National Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014). Penyakit ginjal kronik menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsing, 2009). Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang memerlukan renal replacement therapy berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Brunner&Suddarth, 2002).

(68)

di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal didunia per tahun meningkat sebanyak lebih dari 50%. Perkiraan WHO (2012), Angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71 tahun, dan pada tahun yang sama WHO memperkirakan angka kematian disebabkan oleh penyakit kronis di Indonesia mencapai 54% dari seluruh penyebab kematian. Salah satu penyakit kronis yang angka kejadiannya diperkirakan meningkat tiap tahun adalah penyakit gagal ginjal kronik. Data di dunia menyebutkan bahwa di Amerika Serikat jumlah penderita gagal ginjal akut di rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun sebesar 4,9% pada tahun 1983; 7,2% pada tahun 2002; 20% pada tahun 2012 ( James, 2013). Peningkatan insidensi terjadi bukan hanya pada penderita gagal ginjal akut saja begitu juga pada gagal ginjal kronik. Menurut data WHO (2012), Penduduk dunia lebih dari 500 juta mengalami gagal ginjal kronis dan sekitar 1,5 juta penduduk menjalani terapi hemodialisa sepanjang hidupnya.

Penderita gagal ginjal kronik di Indonesia terus bertambah pada setiap tahunnya. Prevalensi pasien gagal ginjal kronik berdasarkan data mortality WHO South East Asia Region pada tahun 2010-2012 terdapat 250.217 jiwa (WHO,

2013). Riset Kesehatan Dasar (2013), melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik berdasarkan diagnose dokter di Indonesia sebesar 0,2%. Report of Indonesian Renal Registry (2011), melaporkan dari seluruh pasien yang

(69)

penderita, tahun 2009 sebanyak 12.900 penderita, 2010 sebanyak 14.833 penderita, 2011 sebanyak 22.304 penderita dan 2012 sebanyak 28.782 penderita (Indonesian Renal Registry, 2013). Di Indonesia jumlah pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 2012 sebanyak 24.141 orang. Di RSUP.H.Adam Malik Medan pada tahun 2013 jumlah pasien yang menderita gagal ginjal kronik sebanyak 191 orang kasus, sedangkan di RSUD.DR.Pirngadi Medan sebanyak 184 kasus yang rutin menjalani pengobatan hemodialisis (Askes, 2013).

(70)

Berdasarkan penelitian menurut Lila (2009), kepatuhan klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yaitu klien yang patuh sebanyak 20 orang (33,3%) dan yang tidak patuh sebanyak 40 orang (66,7%). Begitu juga dengan penelitian menurut Kartika (2010), bahwa sebesar 9 responden (25,8%) mempunyai pengetahuan baik tentang diet gagal ginjal kronis, sebesar 13 responden (37,1%) mempunyai pengetahuan sedang, dan 13 responden (37,1%) mempunyai pengetahuan kurang. Berdasarkan penelitian di atas lebih banyak pasien yang memiliki pengetahuan dan kepatuhan yang rendah tentang gagal ginjal kronik selama terapi hemodialisa. Dengan demikian perlu adanya dukungan keluarga dimana penelitian menurut Geledis (2015), adanya hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien pasien gagal ginjal kronik di RSUP.Kandau Manado. Begitu juga menurut Cornelia (2011), membuktikan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Soeraji Kelaten. Dukungan keluarga juga termasuk faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan selama hemodialisa (Lita, 2009).

(71)

demikian, keluarga sebagai lingkungan sosialisasi yang utama bagi seorang individu diharapkan mampu memberikan bantuan dan dorongan yang dibutuhkan pasien. Dukungan ini diharapkan dapat mengembalikan keberfungsian sosial pasien. Sebab dengan adanya perhatian dari anggota keluarga, seseorang akan merasa diperhatikan, merasa aman, dan memiliki tempat bercerita serta kumpulan harapan yang dapat memberikan persepsi dan energi positif sehingga lebih mampu mengekspresikan dengan lebih baik impian dan harapannnya dimasa datang. Berdasarkan penelitian di atas, dukungan keluarga memiliki hubungan dengan kepatuhan dan pengetahuan pasien terhadap pembatasan cairan serta psikologis pasien. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang; “Dukungan Keluarga

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik Medan”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian ini adalah Bagaimana gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

(72)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang pentingnya dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dapat digunakan.

1.4.2. Pelayanan Keperawatan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat keluarga dan perawat medikal bedah dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dalam untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga keluarga dapat membantu pasien dalam memberikan perhatian.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

(73)
(74)

ABSTRAK

Nama : Hezlin Ivana Miryam Marbun

Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Judul : Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

Gagal ginjal kronik merupakan penyimpangan progresif fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan yang diiginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan selama bulan Juni 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan teknik incidental sampling berjumlah 109 orang. Subjek dalam penelitian ini pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68,8% mendapatkan dukungan keluarga baik , 25,7 % mendapat dukungan keluarga cukup, dan 5,5 % pasien mendapat dukungan keluarga kurang dalam menjalani terapi hemodialisa, jadi dapat disimpulkan pasien gagal ginjal kronik mendapatkan dukungan keluarga yang baik dalam menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat meningkatkan kesehatan.

(75)

1

Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

HEZLIN MARBUN

121101079

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(76)

DAFTAR ISI

2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga... 21

2.1.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga... 22

2.2. Konsep Gagal Ginjal Kronis……… 24

2.2.1 DefinisiGagal Ginjal Kronis………... 24

2.2.2 KlasifikasiGagalGinjalKronis……… 24

2.2.3 EtiologiGagalGinjalKronis………... 25

2.3. Konsep Hemodialisa………... 25

2.3.1 DefenisiHemodialisa………..……… 25

2.3.2 Prinsip-PrinsipHemodialisa……… 26

(77)

2.3.4 Indikasi Hemodialisa... 28

2.4. PertimbanganPsikososial……….……… 29

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN……… 31

3.1. Kerangka Konseptual……….. 31

3.2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian………... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 34

4.1. Desain Penelitian……… 34

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 34

4.2.1. Populasi ……….. 34

5.1.1 Karakteristik Responden………... 42

5.1.2 Dukungan Keluarga……….. 45

5.2. Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Responden………... 45

(78)
(79)

Gambar

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa  (n= 109)

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA.. PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI

Sementara yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dukungan keluarga yang mana dari 5 sub dukungan

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Ruang

Dengan dukungan keluarga yang memberikan bimbingan, nasehat, saran dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien sehingga menyebabkan pasien lebih percaya diri untuk

Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa. Berdasarkan tabel 5.10

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Dukungan Keluarga

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Sanglah