KEHIDUPAN SOSIAL
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
KECAMATAN PADANG TIMUR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
PROGRAM
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
KEHIDUPAN SOSIAL ANAK YANG DITINGGAL MERANTAU
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
KECAMATAN PADANG TIMUR
ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
ADE NOVITA SARI
NPM.11070029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
ANAK YANG DITINGGAL MERANTAU
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
KEHIDUPAN SOSIAL ANAK YANG DITINGGAL MERANTAU
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
KECAMATAN PADANG TIMUR
Nama
: Ade Novita Sari
NPM
: 11070029
Progaram Sudi
: Pendidikan Sosiologi
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Institusi
: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PGRI Sumatera Barat
Artikel ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk
diserahkan ke Prodi Pendidikan Sosiologi.
Padang, Oktober 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
KEHIDUPAN SOSIAL ANAK YANG DITINGGAL MERANTAU
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
KECAMATAN PADANG TIMUR
Ade Novita Sari
1Faishal Yasin, S.Sos, M.Pd
2Erningsih, S.Sos, M.Pd
3Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Parents have a responsibility to educate, nurture and guide their children, give attention and affection, but because of higher economic demands, the parents in the village of Kubu Marapalam choose to work outside the home even to leave their children for go hiking. Parents who go abroad leave their children with family grandma or grandpa nearby. Grandmother or grandfather of the child who ditnggal traveled by his parents to help give them the attention and affection, so that children left behind by parents working outside the area can still feel the attention, affection and feel no affection or attention after his parents left the house, the purpose of this study was to describe the social life of children - children abandoned by their parents migrate in the village of Padang Kubu Marapalam East.This study uses the paradigm of social facts with the theory of Structural Functional raised by Talcott Parsons, using a qualitative approach with descriptive type. Informants were taken by purposive sampling with a total of 10 informants. This type of research data in the form of primary and secondary data. The data collection techniques in this study in the form of observation, interview and document study. Unit analysts in this study is the group.Based on the results of this study concluded that the communication between children and their parents and vice versa there are barriers that are affected by patterns of communication such as economic constraints, time, profession, and communication networks. Patterns of communication between children and parents as well as the reverse impact on children and parents be close or tenuous. Social relationships between children abandoned by their parents migrate with families extent as grandparents or aunts and vice versa are also barriers that affect the child's interactions with spacious family becomes more closely or distantly. Likewise the child's relationship with the surrounding environment to become more closely or frays.
Key Words: social life, children, parents, migrated.
_______ ______
¹
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2011²Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
³Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
KEHIDUPAN SOSIAL ANAK YANG DITINGGAL MERANTAU
ORANG TUANYA DI KELURAHAN KUBU MARAPALAM
KECAMATAN PADANG TIMUR
Ade Novita Sari
1Faishal Yasin, S.Sos, M.Pd
2Erningsih, S.Sos, M.Pd
3Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya, memberikan perhatian dan kasih sayang, tapi karena tuntutan ekonomi yang semakin tinggi, orang tua di Kelurahan Kubu Marapalam memilih untuk bekerja di luar rumah bahkan sampai meninggalkan anaknya untuk pergi merantau. Orang tua yang merantau meninggalkan anaknya bersama keluarga dekatnya sepeti nenek atau kakeknya. Nenek atau kakek dari anak yang ditnggal merantau oleh orang tuanya ikut membantu memberikan perhatian dan kasih sayang mereka, agar anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya bekerja di luar daerah masih bisa merasakan perhatian, kasih sayang dan tidak merasa mendapatkan kasih sayang ataupun perhatian setelah orang tuanya pergi merantau. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan kehidupan sosial anak – anak yang ditinggal merantau oleh orang tuanya di Kelurahan Kubu Marapalam Kecamatan Padang Timur. Penelitian ini menggunakan paradigma fakta sosial dengan teori Struktural Fungsional yang dikemukan oleh Talcott Parsons, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian diambil secara purposive sampling dengan jumlah keseluruhan informan 10 orang. Jenis data penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analis dalam penelitian ini yaitu kelompok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi antara anak dengan orang tuanya maupun sebaliknya terdapat hambatan-hambatan yang dipengaruhi oleh pola komunikasi seperti hambatan ekonomi, waktu, profesi, dan jaringan komunikasi. Pola komunikasi anak dengan orang tua maupun sebaliknya berdampak terhadap anak dengan orang tua menjadi erat ataupun renggang. Hubungan sosial antara anak-anak yang ditinggalkan merantau oleh orang tuanya ini dengan keluarga luasnya seperti kakek dan nenek maupun juga tantenya maupun sebaliknya terdapat hambatan-hambatan yang sehingga berdampak terhadap interaksi anak dengan keluarga luas menjadi lebih erat ataupun renggang. Begitu juga hubungan anak dengan lingkungan sekitarnya menjadi lebih erat ataupun menjadi renggang.
Key Words: Kehidupan Sosial, Anak-Anak, Orang Tua, Merantau.
_______ ______
¹
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2011²Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan masyarakat manapun juga, keluarga adalah salah satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya. Tinggal dalam satu rumah dan dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Keluarga juga suatu struktur yang bersifat khusus, yang satu dengan yang lain mempunyai ikatan, baik akibat hubungan darah atau pernikahan. Perikatan itu membawa pengaruh adanya sikap saling berharap (mutual expectation) yang sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan secara hukum, serta secara individual saling mempunyai ikatan batin (Wahyu & Suhendi, 2000:61-62).
Lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap dan kepribadian anak, karena keluarga adalah tempat yang pertama kali bagi seorang anak untuk berinteraksi dengan keluarganya baik jasmani maupun rohani. Pertumbuhan kepribadian anak menjadi tanggung jawab orang tua dalam keluarga, kehidupan keluarga selalu damai, saling menghormati, saling mengasihi akan memberi contoh yang baik dalam proses pembentukan sikap dan kepribadian anak yang masih dalam tahap perkembangan.
Fungsi keluarga adalah mengembangkan peran orang tua dalam upaya membentuk kepribadian anak, mengembangkan potensi pendidikan melalui olah rasio, potensi religious dan moral. Kedekatan orang tua dengan anak jelas memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses pembentukan kepribadian dibanding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya (Fuaduddin, 1999:17-18).
Orang tua adalah orang yang sangat penting dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak. Pola dan kualitas pengasuhan anak maupun pendidikannya dilingkungan keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan keluarga (suami-istri) sendiri untuk melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya melalui peran edukasi (pendidikan) (Fuaduddin, 1999:9).
Dalam mendidik anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia yang pertama kali dikenal anak, yang karenanya perilaku keduanya akan sangat mewarnai terhadap proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga faktor keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan, karena apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan anak didalam berinteraksi dengan kedua orang tua akan sangat membekas dalam memori anak
Orang tua yang memilih untuk pergi merantau mereka berharap bahwa Kalau mereka merantau kehidupan ekonomi keluarga mereka bisa lebih baik dibandingkan dengan mereka bekerja di kampungnya sendiri. Dengan harapan mereka tersebut mereka lupa bahwa fungsi dari keluarga bukan hanya ekonomi saja tetapi banyak yang lainnya seperti kasih sayang, perhatian dari orang tuanya sendiri.
Orang tua bisa memberikan cinta kepada anak-anaknya dalam bentuk perhatian dan kasih sayang sebagai orang tua.Dengan tujuan menciptakan kenyamanan dan kehangatan dalam hubungan antara anak dan orang tua. Beberapa cara untuk menunjukkan cinta, kasih sayang perhatian orang tua kepada anaknya, seperti : mengajak anak-anak untuk shalat berjemaah, dilanjutkan mengaji, mendekapnya ketika dia menangis, rangkul dan peluk anak ketika anak memerlukan perlindungan, dan memberi penjelasan sesuai usianya ketika anak bertanya.
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan perkembangan anaknya, karena kehidupan anak-anak masih didominasi dengan sikap bersenang-senang dan membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.Bukan sebaliknya anak diasuh oleh keluarga dekat seperti kakek atau neneknya karena ada perbedaan anak yang tinggal dan diasuh oleh kedua orang tua kandung dengan tinggal dan diasuh keluarga dekatnya. Perbedaan tersebut yaitu apabila anak diasuh oleh kedua orang tua kandungnya anak akan terjamin kehidupannya seperti dalam kegiatan hari-harinya, pendidikannya dan kesehatannya.
Sedangkan anak yang diasuh oleh keluarga luasnya akan merasakan perbedaan rasa kasih sayang yang berbeda walaupun anak diperhatikan seperti orang tua
kandungnya sendiri. Dan ada juga orang tua yang berusaha untuk memanjakan anaknya dengan barang- barang yang mewah padahal kebutuhan sesungguhnya bagi anak bukan itu tapi melainkan perhatian dan kasih sayang tulus dari orang tuanya. Dengan adanya masalah tersebut banyak anak yang kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sendiri.
Merantau adalah aktifitas orang-orang dari wilayah inti ke wilayah luar dengan tujuan mencari penghidupan atau ilmu guna menghadapi dan mendapatkan penghidupan masa depan yang lebih layak (Naim, 2013:3). Faktor - faktor yang mendorong seseorang merantau untuk meninggalkan daerah asalnya yaitu untuk menambah pendapatan guna menjamin kelangsungan hidup baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam keluarga.
Orang tua yang meninggalkan anaknya untuk pergi merantau dengan alasan tidak mau menyulitkan anaknya yang sudah masuk sekolah dan ada juga dengan alasan anaknya sendiri yang belum mau ikut dan pindah sekolah ke tempat orang tuanya merantau. Anak yang ditinggal merantau oleh orang tuanya ada yang hanya selama 2 bulan dan setelah itu ikut orang tuanya, ada juga anaknya yang belum sekolah, orang tuanya membawa ikut serta anaknya untuk pergi merantau bahkan ada anak yang ditinggal merantau selama 5 tahun. Anak yang ditinggal oleh bapaknya mereka tinggal dengan ibunya, dan begitu juga bagi ibunya yang pergi merantau anak tinggal bersama bapaknya, dan kedua orang tuanya merantau ini dititipkan kepada keluarga dekat dari orang tuanya seperti kepada kakek dan neneknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan sosial anak – anak yang ditinggal merantau oleh orang tuanya di Kelurahan Kubu Marapalam Kecamatan Padang Timur.
METODE
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian diambil secara
purposive sampling dengan jumlah
keseluruhan informan sebanyak 10 orang. Jenis data penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi, wawancara mendalam dan studi
dokumen. Unit analis dalam penelitian ini yaitu kelompok. Data yang terkumpul dianalisis langsung di lapangan dan setelah itu barulah dianalisis secara intensif, analisa data dilakukan seperti dikembangkan oleh Milles dan Huberman dalam Afrizal (2014:178-180) analisis dilakukan dengan melalui prosedur beberapa yaitu: Kodifikasi Data, Penyajian Data, Kesimpulan (Verifikasi).
HASIL PENELITIAN
Kehidupan Sosial Anak Yang Ditinggal Merantau Orang Tuanya
Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya membutuhkan interaksi dengan lingkungannya dari mulai ia dilahirkan sampai akhir usianya manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dimulai dengan lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah dan lingkungan lainnya. Kehidupan yang ditandai dengan adanya unsur-unsur sosial kemasyarakatan itulah yang dinamakan dengan kehidupan sosial. Didalam kehidupan sosial idealnya kita akan menemukan sebuah interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi (Soekanto, 2010:55).
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok-kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya (Soekanto, 2010:56). Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan tersebut (Soekanto, 2010:57).
Kehidupan Sosial Anak Dengan Orang Tuanya
Setelah orang tua anak ini merantau hubungan antara anak dan orang tua ini tidak menyebabkan perpecahan, komunikasi antara anak dan orang tuanya ada yang
berjalan baik, dan ada juga orang tua pergi bekerja di luar kota tidak selalu memberikan dan menanyakan kabar kepada anaknya, sehingga komunikasi antara anak dengan orang tuanya tidak terlalu baik. Orang tua anak-anak ini biasanya menanyakan bagaimana keadaan anaknya, bagaimana sekolahnya, bagaimana kebutuhannya, dan menanyakan bagaimana perkembangan anaknya.
Berdasarkan fakta dilapangan, yang peneliti temukan bahwa komunikasi antara anak dengan orang tuanya sebelum memilih untuk merantau berjalan dengan baik dan setelah orang tua anak ini merantau hubungan antara anak dan orang tua ini tetap berjalan dengan baik dan komunikasi antara anak dengan orang tuanya sebelum merantau berjalan dengan baik dan setelah mereka memilih untuk merantau komunikasi diantara mereka tidak berjalan dengan baik lagi.
Dengan kesibukan orang tuanya bekerja sehingga lupa bahwa anaknya masih butuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya mengakibatkan anak merasa tidak diperhatikan lagi sehingga anak bersikap cuek kepada orang tuanya sendiri.
Kehidupan Sosial Anak Dengan
Keluarga Luas
Sistem hubungan sosial antara anak-anak yang ditinggalkan merantau oleh orang tuanya ini dengan keluarga luasnya seperti kakek dan nenek maupun juga tantenya pada dasarnya sudah terjalin dengan baik, karena sebelum orang tua mereka memutuskan untuk pergi merantau interaksi antara anak dan keluarga luasnya berjalan dengan baik.
Anak- anak yang ditinggal merantau oleh orang tuanya ini tidak merasa canggung lagi untuk tinggal bersama kakek dan neneknya ataupun keluarga luas yang lainnya tanpa ada orang tua disamping mereka, malahan anak-anak ini tidak mau meninggalkan kakek atau neneknya karena begitu sudah dekatnya hubungan antara anak dan keluarga luasnya seperti kakek dan neneknya.
Tinggal bersama kakek dan nenek dan masih ada orang tua mereka tentu berbeda dengan tinggal bersama kakek dan nenek saja tanpa orang tua berada di samping
anak-anaknya, karena itu mereka sedikit beradaptasi lagi dengan keadaan setelah orang tua mereka merantau. Saat tinggal bersama orang tuanya sendiri pasti ada memiliki peraturan sendiri, begitu juga pada kakek dan neneknya.Pada saat tinggal bersama kakek dan neneknya anak ini juga harus mengikuti peraturan dalam keluarganya.
Berdasarkan fakta dilapangan, yang peneliti temukan bahwa sistem hubungan sosial antara anak-anak yang ditinggalkan merantau oleh orang tuanya ini dengan keluarga luasnya seperti kakek dan nenek maupun juga tantenya pada dasarnya sudah terjalin dengan baik. Pada saat mereka masih tinggal bersama orang tuanya, mereka dimanja, diberikan kasih sayang yang lebih, perhatian yang lebih sehingga mereka terbiasa manja, apa yang mereka mau dituruti saja dan sampai saat orang tua mereka pergi merantaupun sifat manja mereka masih ada.
Setelah mereka cukup lama tinggal bersama kakek dan neneknya mereka perlahan memberikan pengertian sehingga anak tidak terlalu manja lagi.Karena anak-anak ini sudah lama tinggal bersama kakek dan neneknya dan merasakan kenyamanan tinggal bersama keluarga luasnya, anak lebih memilih untuk tetap tinggal bersama kakek dan neneknya bahkan anak-anak ini memilih untuk tidak meninggalkan kakek dan neneknya.
Kehidupan Sosial Anak Dengan
Lingkungan Bermain dan Tetangga Menurut Sunarto, Peer Group merupakan teman bermain yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah dimana seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan. Sedangkan menurut Riyanti, Peer Group adalah salah satu ciri yang dibentuk dalam perilaku sosial dimana perilaku kelompok tersebut akan memengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu yang mnejadi anggotanya sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan nilai-nilai yang baru yang pada gilirannya dapat menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajari dirumah.
Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman
sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak. Barker dan Wright (dalam Santrock, 1995) mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Berdasarkan fakta dilapangan, yang peneliti temukan bahwainteraksi antara anak dengan lingkungan bermain dan tetangganya terdapat hambatan-hambatan yang sehingga berdampak terhadap interaksi anak dengan lingkungan sekitar menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. PEMBAHASAN
Berdasarkan teori Struktural Fungsional Parsons, bahwa dalam hubungan sosial antara anak yang ditinggal merantau orang tuanya dengan keluarganya tidak menyebabkan perpecahan didalam keluarga, karena berdasarkan konsep AGIL yang dikemukan Parsons, dimana anak ini beradaptasi dengan kondisi keluarga luasnya dan terjadi sistem yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan hidup bersama.
Berdasarkan skema AGIL yang dikemukan oleh Parsons, bahwa keluarga harus saling mendukung satu sama lain agar tercapainya kehidupan yang lebih baik demi tujuan bersama didalam keluarga, keluarga luas disini mendukung aktivitas dan keputusan anaknyauntuk pergi merantau dan memilih meninggalkan anaknya dan menitipkan anaknya itu kepada kakek dan neneknya agar dapat memperbaiki perekonomian keluarga, membiayai keperluan anak-anaknya, dan menjamin kehidupan yang lebih layak untuk anak-anaknya.
Dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi, agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional, agar sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi,
Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latency).
Adaptasi sebuah sistem ibarat makhluk hidup, artinya agar dapat terus berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung.Dimana anak mulai mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungannya serta reaksi yang dilakukan tidak hanya datang dari dalam dirinya tetapi melainkan datang dari luar.Peran kakek atau nenek seperti pemberian penghargaan dan hukuman terhadap anak dalam memberikan pengertian mengenai sikap menggantikan peran orang tuanya.
Pencapaian tujuan sebuah sistem harus memiliki suatu arah yang jelas dapat berusaha mencapai tujuan utamanya. Dalam syarat ini, sistem harus dapat mengatur, menentukan dan memiliki sumberdaya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang bersifat kolektif. Seorang anak bertindak dengan tujuan tertentu dan terarah sehingga perbuatannya tersebut mendapatkan penghargan dari kakek atau neneknya.
Integrasi sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.Setiap tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari hidupnya ditengah keluarga.
Pemeliharaan pola sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Dimana perbuatan seorang anak banyak didasarkan atas respon orang lain diluar dirinya bahwa lingkungan tempat tinggalnya belum menganggap dirinya sebagai individu yang perlu diajak berinteraksi karena pengendalian terhadap dirinya belum jelas.
Berdasarkan skema AGIL di atas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi fungsi sistem adalah sebagai Pemeliharaan Pola (sebagai alat internal), .Integrasi (sebagai hasil internal), Pencapaian Tujuan (sebagai hasil eksternal), Adaptasi (alat eksternal). Organisme perilaku adalah sistem tindakan
yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal (Ritzer, 2007:121).
Berdasarkan uraian teori Struktural Fungsional Talcott Parson, bahwa keluarga luas seperti kakek dan nenek yang membantu mengasuh, memberikan perhatian dan kasih sayang cucunya yang ditinggal merantau oleh orang tuanya yang ingin memenuhi kebutuhan ekonomi untuk mencapai tujuan keluarga.
KESIMPULAN
Komunikasi antara anak dengan orang tuanya maupun sebaliknya terdapat hambatan-hambatan yang dipengaruhi oleh pola komunikasi seperti hambatan ekonomi, waktu, profesi, dan jaringan komunikasi. Pola komunikasi anak dengan orang tua maupun sebaliknya berdampak terhadap komunikasi anak dengan orang tua menjadi erat ataupun renggang.
Hubungan sosial antara anak-anak yang ditinggalkan merantau oleh orang tuanya ini dengan keluarga luasnya seperti kakek dan nenek maupun juga tantenya maupun sebaliknya terdapat hambatan-hambatan yang sehingga berdampak terhadap interaksi anak dengan keluarga luas menjadi lebih erat ataupun renggang. Begitu juga hubungan anak dengan lingkungan sekitarnya menjadi lebih erat ataupun menjadi renggang. DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif
Sebuah Upaya Mendukung
Penggunanan Penelitian Kualitatif
Dalam Bebagai Disiplin Ilmu.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fuaduddin TM. 1999. Pengasuhan Anak
dalam Keluarga Islam.Jakarta:
Lembaga Kajian Agama dan Gender. Naim, Mochtar. 2013. Merantau Pola
Migrasi Suku Minangkabau. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono.2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo. Ritzer, George dan Goodman, J. Douglas.
2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Soelaeman.
Wahyu, R danSuhendi. 2000. Pengantar Studi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.