• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI PENCIRI HABITAT IKAN BUJUK (Channa lucius, Channidae) Azrita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI PENCIRI HABITAT IKAN BUJUK (Channa lucius, Channidae) Azrita"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

29

PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI PENCIRI HABITAT IKAN BUJUK (Channa lucius, Channidae)

Azrita

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta azrita31@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui habitat perairan ikan bujuk di Danau Singkarak Sumatera Barat, rawa banjiran Pematang Lindung Jambi dan rawa banjiran Mentulik Kampar Riau telah dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Nopember 2010 dengan metode survei. Hasil penelitian membuktikan bahwa pembeda utama dari kualitas air tersebut adalah tingkat kesadahan, alkalinitas dan pH air. Danau Singkarak tingkat kesadahan 72,00±3,00 mg/l, alkalinitas 74,06±3,66 dan pH 7,56±0,40, rawa banjiran Pematang Lindung Jambi tingkat kesadahan 3,06±0,11 mg/l, alkalinitas 5,00 ±1,00 mg/l dan pH 4,50±0,45 dan rawa banjiran Mentulik Riau tingkat kesadahan 4,05±0,18 mg/l, alkalinitas 7,81±0,20 mg/l dan pH 4,40±0,51 mg/l. Berdasarkan analisis diskriminan terdapat dua kelompok kualitas air habitat ikan bujuk. Kelompok pertama adalah Danau Singkarak dan kelompok kedua rawa banjiran Mentulik Kampar Riau dengan rawa banjiran Pematang Lindung Jambi.

Kata kunci : Danau, rawa banjiran, kualitas air

PENDAHULUAN

Perairan umum daratan Indonesia ditaksir seluas 13,85 juta hektar, terdiri atas 12,0 juta hektar sungai dan paparan banjiran, 1,8 juta hektar danau alam dan 0,05 juta hektar waduk (Sukadi dan Kartamihardja, 1995 dalam Jusuf, 2009). Indonesia memiliki sekitar 5.590 sugai utama dengan panjang total mencapai 94.573 km dan sekitar 65.017 anak sungai (Depkimpraswil, 2003). Luas perairan umum daratan tersebut 65 % berada di Kalimantan, 23 % di Sumatera, 7,8 % di Papua, 3,5 % di Sulawesi dan 0,7 % di Jawa, Bali dan Nusa tenggara (Jusuf, 2009). Perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah penggelolaan perikanan berperan penting dalam hal sebagai berikut : (1) Sumber protein dan ketahanan pangan, (2)

(2)

30

sumber ekonomi masyarakat, (3) sumber lapangan kerja, (4) sumber plasma nutfah dan genetik, (5) sumber devisa dan (6) objek wisata alam (eco-turism).

Sebagai sumber plasma nutfah dan genetik, perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan

mega biodiversity” di dunia. Ikan bujuk di Indonesia tersebar di rawa banjiran Danau

Arang-Arang Jambi (Samuel dkk, 2002), rawa banjiran Sungai Musi (Said, 2007), rawa banjiran sungai Batanghari (Nurdawati dkk, 2005), rawa banjiran Mandau Bengkalis Riau (Alawi dkk, 2010), Danau Singkarak (Syandri, 2009) dan Waduk Koto Panjang (Krismono dkk, 2009).

Populasi ikan bujuk di habitatnya sudah sangat berkurang, karena eksploitasi yang berlebihan (Gafar dan Nasution, 1990; Said, 2007), sehingga upaya konservasi menjadi sesuatu yang penting dan mendesak untuk dilakukan ( Syandri dkk, 2009; Azrita, 2011). Selain itu, dari aspek biologi, konservasi spesies sangat berarti bagi komunitas akuatik dan penting bagi sistem akuatik dari keseluruhan biosfer. Pada tahap awal yang dibutuhkan untuk konservasi ikan bujuk adalah informasi karakteristik habitat dan berbagai parameter lingkungan pendukung kehidupan ikan.

Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan parameter lingkungan yang menjadi karakteristik habitat ikan bujuk dari berbagai lokasi perairan umum daratan di Danau Singkarak, Jambi dan Riau. Diharapkan informasi ini menjadi bahan masukan berharga dalam program konservasi ikan bujuk yang akan dilakukan baik secara insitu maupun exsitu di masa yang akan datang.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dimulai bulan Januari – Desember 2010 dan dilakukan di kawasan (1) perairan Danau Singkarak Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat terletak pada 100o.26’.15” – 101o.31’.46” BT dan 00o.31’.46” – 00o.42’.20” LS, ketinggian 360 – 363 m dpl. , (2) rawa banjiran Desa Pematang Lindung Kecamatan Mandahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi terletak 108o.24’.20” – 108o.25’.20” BT dan 00o.16’.60”- 00o.27’.21” LS, ketinggian 10 - 12 m dpl (3) rawa banjiran desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau terletak pada 101o23’64” – 101o.24’.13” BT dan 00o.

(3)

31

11’.13” – 00o.09’.32” LU, ketinggian 12 - 15 m dpl. Posisi lokasi penelitian tersebut di atas

ditentukan dengan alat Garmin’s GPSMAP tipe 60CSx Sensors and maps.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2010 dengan menggunakan metode penelitian survei dan pengamatan laboratorium Kimia Universitas Bung Hatta. Stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposive berdasarkan pada hasil wawancara dengan nelayan. Lokasi pengambilan contoh pada tiga stasiun pada bulan Januari, Juni dan Nopember 2010. Parameter dan alat untuk analisis kualitas air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode pengujian dan alat untuk analisis parameter kualitas air

Parameter Satuan Metode dan Alat

Fisika

Suhu air 0 C Thermometer/ insitu

Kecerahan cm SeChidisk/insitu

Kedalaman cm Insitu, meteran

Daya hantar listrik ms/cm Elektroforesis/conductivity-meter digital

Residu terlarut (TDS) mg/L Gravimetri Residu tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetri Kimia

pH unit Insitu, kertas lakmus

Kebutuhan oksigen biologis (BOD) mg/L Analisis Labor, Winkler

Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) mg/L Metode Refluks Kalium dikromat Oksigen terlarut (DO) mg/L Elektokimia, OT-meter

Nitrat mg/L Spektrofotometer

Fosfat mg/L Spektrofotometer

Alkalinitas mg/L Titrasi

Kesadahan mg/L Titrasi

Data parameter lingkungan dianalisis dengan pendekatan analisis multivariabel yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis, PCA). Analisis lebih lanjut menggunakan Analisis Pembeda (Discriminant Analysis) untuk melihat perbedaan antara kelompok habitat, memvalidasi pengelompokkan yang dibuat dan mengidentifikasi para lingkungan fisika dan kimia. Pengolahan data untuk analisis perbedaan nilai parameter fisika dan

(4)

32

kima dilakukan dengan uji One Way Anova, Analisis komponen utama dan deskriminat menggunakan paket SPSS versi 13.0.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil pengamatan ekologi, habitat ikan bujuk di perairan Danau Singkarak sebagian besar ditumbuhi oleh tumbuhan jariamun dan enceng gondok dengan dasar peraran berbatu dan berlumpur dengan perairan lebih cenderung bersifat basa ( pH = 7- 8), sedangkan perairan habitat ikan bujuk di rawa banjiran Desa Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau sebagian besar dikelilingi oleh hutan rawa dan perkebunan kelapa sawit. Pada musim kemarau kondisi air di tempat tersebut masih sangat dipengaruhi oleh kondisi air rawa yang umumnya bersifat asam dengan kisaran pH antara 4,40 – 4,50, data lengkap kualitas air dari ke tiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil analisis data kuantitas air dengan menggunakan One Way Anova dapat dinyatakan bahwa kualitas air pada ketiga habitat tersebut berbeda nyata (p<0,05, Lampiran 15). Kedalaman air di Danau Singkarak berbeda dengan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau dan rawa banjiran Desa Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi. Secara umum kedalaman perairan sangat ditentukan oleh curah hujan pada ketiga lokasi penelitian tersebut. Kedalaman air tertinggi terjadi pada bulan Januari 2010 dan terendah terjadi bulan Juni 2010. Kedalaman air pada suatu badan air merupakan suatu kriteria penting untuk kelestarian dan menyelamatkan sumberdaya ikan saat datang musim kemarau.

Tabel 1. Nilai parameter fisika dan kimia perairan pada masing-masing stasiun penelitian

Parameter Satuan Danau Singkarak Sumatera Barat Rawa banjiran Pematang Lindung Jambi Rawa banjiran Mentulik Kampar Riau Fisika perairan Temperatur air oC 25,66±0,57a 28,66±0,57b 27,16±1,36c Kecerahan M 1,83±0,20a 0,30±0,05b 0,44±0,05b TDS mg/l 91,30±0,95a 22,30±2,80b 16,76±1,12c TSS mg/l 5,93±2,29a 57,00±3,00b 32,66±5,03c

(5)

33

Kedalaman M 4,36±0,32a 2,93±0,23b 1,90±0,52c

Substrat dasar berbatua lumpurb lumpurc

Kimia perairan pH unit 7,56±0,40a 4,50±0,45b 4,40±0,51b Oksigen terlarut mg/l 5,44±0,25a 2,61±0,49b 3,92±0,72c CO2 mg/l 3,81±0,38a 15,65±0,57b 18,43±0,80c Alkalinitas mg CaCo3/l 74,06±3,66a 5,00 ±1,00b 7,81±0,20b Kesadahan mg/l 72,00±3,00a 3,06±0,11b 4,05±0,18b

Daya hantar listrik mhos/cm 230,83±15,33

a

5,00±0,78b 5,50±0,25b Posfat (PO4-P) mg/l 0,28±0,02a 0,03±0,00b 0,02±0,00b

NO2 –N mg/l 0,02±0,01a 0,05±0,01b 0,04±0,01b

Nilai derajat keasaman (pH) air di Danau Singkarak cenderung bersifat basah berkisar 7-8 dan pada umumnya ditempat oleh ikan whitefish, di rawa banjiran Pematang Lindung Jambi dan Mentulik Kampar Riau pH berkisar 4,40 - 4,50 yang menunjukkan kondisi air bersifat asam. Nilai pH tersebut mengindikasikan perairan kurang mendukung kehidupan ikan secara wajar tetapi masih sesuai untuk kehidupan ikan rawa (blackfish) seperti ikan bujuk. Rendahnya nilai pH air sangat terkait erat dengan rendahnya nilai alkalinitas yang berkisar 5,00 – 7,81 mg/l CaCO3 equivalent.

Berdasarkan hasil analisis komponen utama (PCA), maka faktor pembeda utama dari parameter kualitas air ketiga habitat dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai pembeda utama kualitas air pada habitat ikan bujuk Parameter kualitas Air Rangking Nilai pembeda utama

Kesadahan 1 0,992 Alkalinitas 2 0,990 DHL 3 0,990 Phospat 4 0,984 TDS 5 0,983 Kecerahan 6 0,967 CO2 7 0,955 pH 8 0,911 Nitrat 9 0,864 Kedalaman 10 0,781

(6)

34

TSS 11 0,773

Temperatur air 12 0,684

DO 13 0,404

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Pembeda utama dari parameter kuantitas air adalah kesadahan (hardness) diikuti oleh alkalinitas dan daya hantar listrik. Kesadahan menggambarkan kandungan garam-garam alkali tanah yaitu garam yang dapat diteterasi dengan asam kuat (alkalinitas), misalnya garam-garam alkali tanah dengan asam kuat seperti CaCl2, MgSo4 dan sebagainya. Di perairan tawar,

kation divalen (bervalensi dua) yang berlimpah adalah kalsium, dan magnesium sehingga kesadahan dapat digunakan sebagai petunjuk kandungan garam-garam dari kedua kation alkali tanah tersebut.

Dari pengamatan lapangan di rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau dan rawa banjiran Desa Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi selama musim hujan (bulan Januari 2010) perairan rawa banjiran bersatu dengan sungai induk, sedangkan pada musim kemarau (bulan Juni – Agustus 2010 ) sebagian besar perairan berlumpur dan hanya bagian tertentu yang digenangi oleh air.

Berdasarkan analisis deskriminan terhadap data parameter kuantitas air, maka habitat perairan ikan bujuk terbagi atas tiga kelompok (Gambar 1) yaitu Danau Singkarak, rawa banjiran Desa Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau. Namun dari pengelompokan tersebut nilai parameter kuantitas air di rawa banjiran Desa Pematang Lindung Jambi dengan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau lebih dekat dan terletak pada sektor negatif, sedangkan parameter kuantitas air Danau Singkarak terletak pada sektor positif. Selanjutnya berdasarkan dendogram pengelompokan kuantitas air dapat dibuktikan bahwa parameter kuantitas air di rawa banjiran Pematang Lindung Jambi dengan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau hampir mendekati nilainya (Gambar 2). 80 60 40 20 0 -20 -40 Function 1 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 Fun ct ion 2 Riau Jambi Sumbar Group Centroid Riau Jambi Sumbar Habitat Canonical Discriminant Functions

(7)

35

Gambar.1. Tiga kelompok kualitas air pada habitat ikan bujuk

0 5 10 15 20 25 +---+---+---+---+---+

Gambar2. Dendogram pengelompokan kualitas air

Tumbuhan tegakan di bagian rawang (bagian yang terendam oleh air ketika banjir) ada 8 jenis antara lain sepang (Hymenocardia wallichi), sabut lintah (Ludwigia adcendens) dan sigemuk (Polygonum barbatum) yang berfungsi sebagai tumbuhan tempat ikan mencari makanan dan berlindung, tumbuhan air dominan yakni kumpe lengo (Hymenachne acutigluma), silele

(Salvinia molesta) dan Marsepang (Midradaetil tharipoides).

Jambi

Riau Sumbar

A

(8)

36

Gambar 3. Habitat ikan bujuk (A) Danau Singkarak Sumatera Barat , (B) Rawa banjiran Desa Mentulik Kampar, Riau (C) Rawa banjiran Desa Pematang Lindung, Tanjung Jabung Timur Jambi

PEMBAHASAN

Terdapat perbedaan nilai kualitas air pada ketiga habitat hidup ikan bujuk, pada musim kemarau kondisi air di rawa banjiran Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau sangat dipengaruhi oleh kondisi air rawa yang umumnya bersifat asam dengan kisaran pH antara 4,5 – 5,0, sedangkan perairan Danau Singkarak kuantitas air lebih stabil sepanjang tahun dan cenderung bersifat basa. Menurut Asyari (2007) perairan rawa memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang khas, pada umumnya banyak ditumbuhi semak. Namun ekosistem rawa merupakan habitat yang baik bagi ikan sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh anak (nursery ground) dan tempat memijah

(spawning ground), maka daerah rawa merupakan daerah yang produktif bagi sumber daya

perikanan (Utomo dan Asyari, 1999).

Kedalaman air di Danau Singkarak pada daerah litoral selama penelitian berkisar 4,00 - 4,60 m dengan rataan 4,36±0.32 m dan elevasi danau berkisar dari 360 – 363 m dpl. Kedalamam air di rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau dan rawa banjiran Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi terdapat perbedaan. Kedalaman air terendah terjadi bulan Juni, dan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan sangat bergantung kepada curah hujan. Jika dihubungkan dengan kematangan gonad ikan bujuk, maka TKG IV yaitu ikan yang sedang mengandung telur lebih dominan ditemukan pada bulan Januari 2010, dimana pada waktu itu air sungai dan rawa

(9)

37

banjiran lebih banyak volumenya sehingga ketersediaan makanan dan kesempatan ikan bujuk untuk mendapatkan makanan lebih banyak.

Secara umum kedalaman perairan sangat ditentukan oleh curah hujan pada ketiga lokasi penelitian tersebut. Kedalaman air pada suatu badan air merupakan suatu kriteria penting untuk kelestarian dan menyelematkan sumberdaya ikan saat datang musim kemarau. Rawa banjiran dipengaruhi oleh curah hujan dan luapan air sungai sehingga selalu tergenang selama musim hujan dan kering di musim kemarau. Rawa lebak pada umumnya mempunyai bagian-bagian yang dalam berupa cekungan (lebung), sehingga rawa lebak disebut rawa lebak lebung. Lebung merupakan bagian ekosistem yang penting di rawa lebak karena merupakan tempat tinggal induk ikan saat musim kemarau (Asyari, 2007).

Kisaran suhu air masih dalam batas yang wajar dan tidak membahayakan kehidupan ikan bujuk. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Pescod (1973) bahwa suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan dan reproduksi berkisar 26 – 29oC. Kecerahan air umumnya di rawa banjiran Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau rendah karena berhutan rawa sehingga airnya berwarna kecoklatan.

Nilai derajat keasaman (pH-perairan) di rawa banjiran Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Mentulik Kampar Riau berkisar pada angka 4,40 - 4,50 yang menunjukkan kondisi air bersifat asam. Nilai pH tersebut mengindikasikan perairan kurang mendukung kehidupan ikan secara wajar tetapi masih sesuai untuk kehidupan ikan rawa seperti ikan bujuk. Rendahnya nilai pH air sangat terkait erat dengan rendahnya nilai alkalinitas yang berkisar 5,00 – 7,81 mg/l CaCO3 equivalent. Nilai alkalinitas antara 0,0 – 10,0 mg/l CaCO3

equivalent mengindikasikan kualitas air sangat asam, antara 10,0 – 50,0 mg/l CaCO3 equivalent

perairan tergolong kurang produktif, antara 50,0 – 200,0 mg/l CaCO3 equivalent perairan

digolongkan mempunyai produktivitas sedang.

Pada rawa banjiran waktu musim kemarau pH dan kandungan O2 terlarut sangat rendah,

sedangkan CO2 tinggi. Ikan yang hidup diperairan ini hanya ikan yang tahan dengan kondisi

demikian. Jenis ikan yang mendominasi perairan rawa banjiran adalah ikan yang mempunyai alat pernapasan tambahan (labirin atau deverticula) agar dapat mengambil oksigen dari udara bebas. Jenis ikan tersebut termasuk ordo Labyrinthici, oleh Welcomme (1979) disebut ikan hitam

(black fish), jenis ikan tersebut antara lain ikan bujuk (Channa lucius), gabus (Channa striata),

(10)

38

dan keli (Clarias melanoderma). Samuel dkk ( 2002) melaporkan bahwa di rawa banjiran Danau Arang-Arang Jambi ditemukan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), bujuk (Channa lucius), gabus (Channa striata) dan betok (Anabas testudineus).

Ikan bujuk tahan hidup pada perairan dengan kadar osigen terlarut 2,61±0,49 mg/l karena mempunyai alat bantu pernapasan (diverticula). Menurut Asyari (2007) bahwa ikan rawa umumnya mempunyai alat bantu pernapasan sehingga dapat bertahan hidup pada kondisi perairan yang kekurangan oksigen. Bahwa perairan rawa memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang khas, pada umumnya banyak ditumbuhi semak, pH air rendah dan kandungan O2

terlarut rendah < 5 ppm, sebaliknya karbondioksida tinggi karena banyak terjadi proses dekomposisi. Perairan rawa banjiran (flood plain) dicirikan oleh sifat musiman, ditandai dengan perubahan tinggi muka air, luas permukaan air, perubahan lingkungan akuatik ke terestrial dan sebaliknya, selain itu juga diproduksi organisme makanan ikan, pemijahan sampai dengan ke penangkapan (Sastrakusumah, 1992 dalam Asyari, 2007) .

Teori baru ditemukan pada penelitian ini adalah bahwa ikan bujuk dengan nama lokal ikan kiung juga ditemukan di Danau Singkarak Sumatera Barat, walaupun perairan cenderung bersifat basa, sehingga dapat dipastikan bahwa ikan bujuk dapat hidup pada habitat air asam (pH rendah, 3-5 ) dan air bersifat basa (pH tinggi, 7-9). Dengan kondisi tersebut peluang untuk melakukan domestikasi ikan bujuk sangat memungkinkan, karena mempunyai toleransi yang besar terhadap kualitas air.

Faktor pembeda utama dari parameter kualitas air habitat ikan bujuk adalah kesadahan, alkalinitas dan daya hantar listrik. Kesadahan (hardness) menggambarkan kandungan garam-garam alkali tanah yaitu garam-garam-garam-garam yang dapat ditetrasi dengan asam kuat (alkalinitas), misalnya garam-garam alkali tanah dengan asam kuat seperti CaCl2, MgSo4 dan sebagainya.

Parameter utama lingkungan utama habitat spesifik ikan belida (Chitala lopis) adalah TDS, DHL, kecepatan arus, pH dan alkalinitas (Wibowo dkk, 2009). Di perairan tawar Danau Singkarak, kation divalen yang berlimpah adalah kalsium, dan magnesium sehingga kesadahan dapat digunakan sebagai petunjuk kandungan garam-garam dari kedua kation alkali tanah tersebut. Dalam lingkup budidaya perikanan bila perairan mempunyai nilai kesadahan lebih besar daripada 15 ppm tidak memerlukan pengapuran dan tergolong perairan yang mempunyai produktivitas baik dan cocok untuk habitat ikan putihan.

(11)

39

Dari pengamatan lapangan di rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau dan rawa banjiran Desa Pematang Lindung Jambi selama musim hujan (bulan Januari) perairan rawa banjiran bersatu dengan sungai induk, sedangkan pada musim kemarau (bulan Juni – Agustus) sebagian besar perairan kering dan hanya bagian tertentu yang berair. Bagian yang berair tersebut dinamakan dengan lebung. Selanjutnya Utomo dan Asyari (1999) menyatakan ekosistem rawa merupakan habitat yang baik bagi ikan sebagai tempat mencari makan, tempat memijah dan tempat mengasuh anak, karena merupakan daerah yang produktif bagi sumber daya perikanan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa ukuran ikan bujuk di daerah rawa banjiran Riau dan rawa banjiran Jambi lebih panjang dan berat daripada ikan bujuk dari Danau Singkarak Sumatera Barat disebabkan habitatnya lebih produktif untuk kehidupan ikan ditandai dengan keenekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman kecil jika terdapat 1-5 jenis, sedang 6-10 jenis dan tinggi > 10 jenis ikan ( Krismono dkk, 2009).

Dari hasil pengamatan ekologi di daerah litoral perairan Danau Singkarak sebagian besar ditumbuhi oleh jariamun (Hydrilla verticillata) dan enceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan dasar peraran berbatu bercampur lumpur dengan perairan lebih cenderung bersifat basa. Sedangkan perairan rawa banjiran Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi ditumbuhi oleh jenis kumpai lengo (Hymenachne acutigluma) dan silele (Salvina molesta), di rawa banjiran Desa Mentulik Riau ditumbuhi oleh tumbuhan jariamun. sebagian besar dikelilingi oleh hutan rawa dan perkebunan kelapa sawit. Tumbuhan tegakan di bagian rawang (bagian yang terendam oleh air ketika banjir ) ada 8 jenis yang berfungsi sebagai tumbuhan tempat ikan mencari makanan dan berlindung. Untuk tumbuhan air ada jenis yang dominan yakni kumpe lengo

(Hymenachne acutigluma), silele (Salvinia molesta) da Marsepang (Midradaetil tharipoides). Di

Danau Singkarak pada hibitat ikan bujuk ditemukan tanaman air seperti eceng gondok

(Eichhornia crassipes) dan Hydrilla verticillata. Mengacu kepada habitat tersebut, maka untuk

keberhasilan domestikasi ikan bujuk disarankan memakai tanaman air sebagai wadah tempat berlindung.

(12)

40

1. Terdapat perbedaan faktor fisika dan kimia air habitat ikan bujuk yang hidup di Danau Singkarak Sumatera Barat, rawa banjiran Desa Pematang Lindung Tanjung Jabung Timur Jambi dan rawa banjiran Desa Mentulik Kampar Riau.

2. Pembeda utama dari parameter kualitas air pada habitat ikan bujuk adalah kesadahan, alkalinitas dan daya hantar listrik

3. Terdapat tiga kelompok kualitas air sebagai habitat ikan bujuk, kelompok pertama adalah Danau Singkarak, kelompok kedua rawa banjiran Mentulik Kampar Riau dan kelompok ketiga rawa banjiran Pematang Lindung Jambi.

4. Ikan bujuk mempunyai toleransi yang luas terhadap kisaran parameter kualitas air yaitu dapat hidup di perairan yang bersifat asam dan perairan cenderung bersifat basa sehingga berpeluang untuk dilakukan domestikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H., P. Rengi dan U.M. Tang. 2008. Direktori ikan komersil di perairan umum Kabupaten Bengkalis, Riau. Unri Press.

Asyari. 2007. Pentingnya labirin bagi ikan rawa. Bawal, 1 (5) : 161-167.

Azrita. 2011. Potensi ekonomi ikan bujuk (channa lucius CV) sebagai peluang calon ikan budidaya di perairan umum daratan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Daratan Indonesia 26-27 September 2011 di Palembang.

Depkimpraswil (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah). 2003. Data Sumber daya air Indonesia.hppt://sda.kimpraswil.go.id

Gaffar, A.K dan Z. Nasution., 1990. Upaya Domestifikasi Ikan Perairan Umum. Jurnal Litbang

Pertanian, IX (4) : 69-75.

Jusuf, G. 2009. Dukungan penelitian untuk penggelolaan perikanan di perairan umum daratan Indonesia bagi kesejahteraan masyarakat. Prosiding seminar Nasional Perairan umum Indonesia VI, 18 November 2009 di Palembang.

Krismono.A.S.N., A. Nurfiani., E.S. Kartamihardja dan M.T.D. Sunarno. 2009. Penilaian kesesuaian lokasi calon suaka perikanan di Waduk Koto Panjang. Bawal, 2(5):193-202. Nurdawati, S., N. Muflikhah dan T.D. Sunarno . 2006. Sumber daya perikanan perairan sungai

Batanghari Jambi. Bawal, 1 (1) : 1-9.

(13)

41

Said, A. 2007. Beberapa jenis kelompok ikan Gabus (Marga Chana) di daerah aliran sungan Musi, Sumatera Selatan. Bawal, 1(4) : 121-126.

Samuel., S.Adjie dan Z.Nasution. 2002. Aspek lingkungan dan biologi ikan di Danau Arang-Arang Propinsi Jambi. JPPI, edisi Sumber Daya dan Penangkapan, 1 (8) : 1 – 13.

Syandri, H., Azrita dan N. Aryani. 2009. Peningkatan daya reproduksi ikan Kiung (Channa

lucius Cuvier) dengan rangsangan hormon LHRH-a dan vitamin E. Jurnal Sigmatek,

9(3):1 9-16.

Utomo, A.D dan Asyari. 1999. Peranan ekosistem hutan rawa air tawar bagi kelestarian sumber daya perikanan di Sungai Kapus, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Perikanan

Gambar

Tabel 1.  Metode pengujian dan alat untuk analisis parameter kualitas air
Tabel 1.  Nilai parameter fisika dan kimia perairan pada masing-masing stasiun penelitian
Tabel 2. Nilai pembeda utama kualitas air pada habitat ikan bujuk  Parameter kualitas Air    Rangking  Nilai pembeda utama

Referensi

Dokumen terkait

48 18 • KERTAS TOILET DAN KERTAS SEMACAM ITU, GUMPALAN KAPAS SELULOSA ATAU JARINGAN SERAT SELULOSA, DARI JENIS YANG DIGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA ATAU SANITASI, DALAM

Berdasarkan penelitian terdahulu dari Alamas (2007), dengan menggunakan metode purpose sampling dalam pemilihan sampel, hasil penelitian menujukan bahwa secara serempak

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel yang terdiri dari Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar dan Tingkat Inflasi secara

Peningkatan hasil kerja karyawan, faktor yang paling berpengaruh adalah gaji bagi karyawan, karena besar-kecilnya upah yang diterima oleh para karyawan sangat

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses diversifikasi bahan baku kelapa menjadi produk olahan dan untuk mengatahui berapa besar nilai tambah

Di wilayah timur Indonesia, provinsi Maluku Utara menjadi yang paling mampu menghapuskan kemiskinan secara langsung di wilayah timur dengan menduduki peringkat ke

HARGA SUATU JENIS PEKERJAAN TERTENTU PER SATUAN PENGUKURAN BERDASARKAN RINCIAN METODA PELAKSANAAN YANG MEMUAT JENIS, KUANTITAS DAN HARGA SATUAN DASAR DARI KOMPONEN TENAGA KERJA,

Dengan alasan-alasan tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan kepemimpinan transformasional dengan