• Tidak ada hasil yang ditemukan

Turki buka pangkalan militer di Qatar, Somalia, Azerbaijan dan Suriah, apa artinya?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Turki buka pangkalan militer di Qatar, Somalia, Azerbaijan dan Suriah, apa artinya?"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Turki buka pangkalan militer

di Qatar, Somalia, Azerbaijan

dan Suriah, apa artinya?

Oleh: Agung Nurwijoyo

Antara Turki dan Qatar akan dibangun “Division Tactic Headquarters” di Doha. Pangkalan tersebut akan dipimpin oleh militer Qatar berpangkat Mayor Jenderal dengan Deputi berasal dari militer Turki berpangkat Brigadir Jenderal. Dalam pangkalan di Doha tersebut akan ditempatkan sekitar 500 – 600 pasukan. Turki sebelumnya juga sudah menjalankan kesepakatan militer dengan Arab Saudi.

Kolumnis Hurriyet Daily Mehmet Yılmaz menyebutnya dengan bahasa “sangat komprehensif” karena meskipun disebutkan kerjasama terbatas kepada “advising and training” tetapi Erdoğan menyatakan bahwa “operasi militer bersama” dapat juga dilakukan.

Satu kekhawatiran Yilmaz adalah kemungkinan adanya peningkatan tensi antara Saudi dan Iran dimana jika clash terjadi maka bukan tidak mungkin Qatar akan turut serta di dalamnya dan menyertakan Turki.

Analisa

Pembukaan pangkalan militer Turki di Qatar adalah babak baru dalam pola ekspansi Turki di kawasan Timur Tengah. Setidaknya hal pentingnya adalah adanya transformasi dari kebijakan luar negeri Turki dan proses perluasan pengaruh di kawasan.

Bagaimanapun juga, Qatar bukanlah menjadi aktor pertama yang menjadi basis pangkalan militer Turki. Sebelumnya, di kawasan Afrika di Mogadishu, Somalia bahwa Turki telah membuka terlebih dahulu pangkalan militernya.

▸ Baca selengkapnya: nd lainnya bca artinya apa

(2)

Baca juga: Post-Western world dan respon Turki

Berikutnya, isu bahwa Turki berencana membuka pangkalan militer di Azerbaijan muncul dan masih dalam perdebatan disebabkan pengamat melihat bahwa pembukaan pangkalan militer di Azerbaijan diangap tidak terlalu perlu dan membuka meungkinan friksi dengan Iran, Uni Eropa dan Russia. Meskipun menimbulkan perdebatan, kesepakatan rencana pembukaan pangkalan militer Turki direncanakan di Gizli Sherg dan Haji Zeynalabidin, Azerbaijan. Disamping itu, juga tengah direncakanan pembangunan pangkalan militer Turki di Suriah. Sebenarnya, Turki tengah memacu terus industri pertahanan domestiknya. Sejauh ini hingga tahun 2016, Turki sudah mampu memenuhi 60% kebutuhan pertahanannya dari industri pertahanan domestiknya.

Di antaranya pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan oleh sejumlah perusahaan seperti Roketsan, Aselsan, TAI, FNSS, Havelsan dan sebagainya. Sebagian besar model prototipe yang telah dibangun kini telah bersiap masuk dalam proses produksi massal.

Dari data didapati bahwa ekspor alutsista Turki meningkat sekitar USD 900 juta pada 2011 menjadi USD 1,68 milyar pada 2016. Produksi helikopter nasional ATAK, prototipe mid-wieght tank Kaplan MT hasil kolaborasi FNSS Turki dan PT. Pindad Indonesia, sistem misil nasional Turki Kaan serta drone Bayraktar termasuk juga kolaborasi antara Kale Group dan Rolls-Royce Inggris dalam pengembangan jet-motors khususnya dalam perkembangan proyek pesawat jet Turki TF-X menjadi beberapa perkembangan dalam industri pertahanan Turki. perkembangan dari industri pertahanan domestik ini yang memacu Turki dalam aspek membangun kekuatan pertahanan di luar Turki. Baca juga: Tank buatan Indonesia – Turki dipamerkan di İstanbul

(3)

Sebelumnya, kesepakatan “Mekanisme 5 Negara” berdasarkan Kesepakatan Kuala Lumpur telah dilakukan pada Maret 2017. Lima negara tersebut adalah Turki, Indonesia, Qatar, Pakistan, dan Malaysia. Kerangka kerjasama yang dibangun adalah terkait dengan peningkatan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia dalam menghadapi tantangan keamanan seperti radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme. Skema yang akan berjalan salah satunya adalah bentuk kolaborasi di bidang industri pertahanan.

Perkembangan tersebut yang selaras dengan adanya pembukaan pangkalan militer di beberapa titik penting di luar Turki yang sebenarnya bagi Turki sangat bermakna strategis. Pembukaan pangkalan militer tersebut tidaklah terjadi begitu saja melainkan adanya sebuah transformasi dari kerjasama yang dibangun dengan pihak yang bersangkutan. Hal ini yang sebelumnya diutarakan oleh Mehmet Özkan dalam tulisannya berjudul “A Post-2014 Vision for Turkey-Africa Relations”. Dirinya mengambil contoh dalam relasi Turki-Afrika. Di kawasan Afrika, tidak bisa dipungkiri bahwa Somalia tumbuh menjadi aktor yang memiliki relasi dekat dengan Turki. Kerjasama dalam bidang kemanusiaan / humaniter dan ekonomi menjadi kerjasama yang telah lama dibangun sebelum akhirnya ekspansi dari kerjasama beranjak ke level politik dan keamanan dengan pembukaan pangkalan militer bagi Somalia.

Baca juga: Nilai strategis kunjungan Turki ke India

Namun, pembukaan ini tidak hanya berdampak terhadap Somalia an sich melainkan adanya perluasan dalam pengaruh Turki di kawasan Timur Tengah tetapi dengan pandangan Turki utnuk membangun hubungan dengan Afrika yang bersifat win-win solution.

Dengan segala kelebihannya dalam hal perluasan pengaruh Turki baik di kawasan Timur Tengah (dari pembukaan pangkalan militer di Qatar), Afrika (dari pembukaan pangkalan militer Turki di

(4)

Somalia) dan rencana di Asia Tengah (pangkalan militer Turki di Azerbaijan) terdapat potensi lain dalam pola kawan-lawan (amity-enmity) bagi Turki. Posisi pangkalan militer ini yang membuka posibilitas bagi Turki terseret dalam konflik jika negara bersangkutan menghadapi konflik terbuka pun juga dengan aliansi dimana negara tersebut berada.

Artinya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Turk dalam menjalani kebijakan luar negeri baru pasca-referendum ini yang berusaha keluar dari pandangan barat-sentris menuju politik luar negeri multi-dimensi.

Nilai strategis kunjungan

Turki ke India

Oleh: Agung Nurwijoyo

Pendahuluan

Kunjungan Turki ke India memiliki nilai strategis. Pertama, pasca-referendum Turki terdapat transformasi politik luar negeri Turki yang lebih multidimensional alih-alih barat-sentris. Kedua, meskipun memiliki intensi untuk meningkatkan kerjasama bidang perdagangan dimana ditargetkan mencapai USD 10 Milyar pada 2020 Turki mulai berusaha untuk menaikkan pengaruhnya di kawasan Asia Selatan dengan tidak hanya menjadi mitra strategis terhadap Pakistan. Jelas memberikan tantangan penting bagi Turki khususnya dalam merespon isu kawasan yang sensitif seperti Kashmir (IoK) dan Nuklir (NSG) terkait hubungan antara Pakistan dan India sebagai regional-power di Asia Selatan. Ketiga, cukup jelas bahwa kunjungan Turki ini

(5)

dalam rangka validasi power kepemimpinan Erdogan dalam rangkaian kunjungan yang menyasar kepada kekuatan penting global yang dimulai dari India.

Agenda Kunjungan

Selama dua hari pada 30 April – 1 Mei 2017, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan kunjungan kenegaraan ke India. Fokus utama dalam kunjungan yang menyertakan rombongan 150 pengusaha Turki tersebut adalah peningkatan hubungan bilateral kedua negara dan meningkatkan kerjasama ekonomi perdagangan. India berdasarkan data IMF merupakan negara ekonomi terbaik ke-7 di dunia dan dalam 10 tahun ke depan, diprediksi India akan masuk dalam tiga besar negara ekonomi terbaik di dunia. Presiden Erdogan sendiri bertemu dengan Presiden Pranab Kumarmukherjee, Wakil Presiden Hamid Ansari dan PM Narendra Modi. Erdogan juga menerima gelar doktor kehormatan dari Jamia Millia Islamia (Community Islamic University) di Delhi Selatan.

Sejarah Singkat Hubungan Turki – India

Turki dan India memiliki hubungan yang dekat dalam sejarahnya. Sebelum era republik, Babur Shah yang seorang pengembara dari Asia Tengah yang berkebangsaan Turk memiliki pengaruh besar dalam bahasa, budaya, seni dan arsitektur India. di masa Perang Balkan, misi kesehatan yang dibawa oleh Dr. Mukhtar Ahmed Ansari terhadap pasukan Turki menunjukkan hubungan yang telah lama ada antara India dan Turki. Disamping itu, secara resmi Turki mengakui kemerdekaan India pada tahun 1947.

Sejak 1973, sejumlah perjanjian dan protokol disepakati kedua belah pihak di bidang maritim, transportasi udara, kereta api,

(6)

dan pariwisata. Investasi perusahaan Turki di India meliputi sektor telekomunikasi, konstruksi, kosmetik, besi dan baja, konstruksi jalur pipa, produksi polyster, industri otomotif, tekstil, keramik, dan peralatan elektronik.

Hubungan Turki dan India kembali dibuka melalui kunjungan Presiden Turgut Ozal pada 1986 yang ditandai juga dengan pembukaan perwakilan militer di masing-masing perwakilan baik di India maupun di Turki. PM Atal Bihari Vajpayee melaluikan kunjungan kenegaraan ke Turki pada September 2003 dan kembali didorong oleh perwakilan milier antara kedua belah pihak untuk memperkuat hubungan militer keduanya.

PM Erdogan melakukan kunjungan kenegaraan ke India pada November 2008 dimana beberapa kerjasama diperkuat khususnya dalam bidang pertahanan. Kedua negara juga rutin melalukan latihan perang bersama hingga saat ini.

Fakultas Aeronautika Istanbul Technical University (ITU) mengirimkan satelit nano melalui Indian Space Research Organization pada 2009. Saat ini, ITU mengembangkan kerjasamanya dalam bidang teknologi luar angkara dengan sejumlah perusahaan India.

Potensi Ekonomi

Keduanya bersepakat memacu volume dagang hingga USD 10 Milyar pada 2020 dalam bidang teknologi informasi, infrastuktur, farmasi, kesehatan dan pariwisata. Dalam kerjasama people-to-people keduanya bersepakat akan adanya program pertukaran budaya pada 2017-2020 termasuk dalam news agencies dan institusi pelatihan serta kerjasama dalam bidang hidrokarbon, energi terbarukan khususnya energi matahari dan angin. 150 pebisnis Turki turut serta dana Turki-India Business Forum dimana Industri Turki diundang berpartisipasi dalam proyek infrastruktur di India dan turut dalam program “Make in

(7)

India”.

Kerjasama yang juga akan semakin kuat adalah dalam hal proyek Southern Corridor of Asia-Europe Rail (SCAER) yang akan menghubungkan antara Kolkata, yang diperpanjang ke Myanmar dan Thailand. Jalurnya: Afghanistan, Banglasdesh, Bhutan, India, Iran, Kazakhstan, Myanmar, Nepal, Pakistan, Russia dan Turki yang sudah melakukan pembicaraan di New Delhi pada 16 Maret 2017. Trans-Asian Railway (TAR) yang secara orisinal diajukan oleh UN Economic and Social Commission for Asia dan the Pasific (UNESCAP) pada 1980an dan didorong kepada negara yang bersangkutan pada 1992.

Artinya, kunjungan ini merupakan usaha mendorong peningkatan hubungan ekonomi antara India dan Turki.

India, merupakan trading partner Turki terbesar kedua di Asia Pasifik meskipun volume perdaganganya menurun 28% hanya USD 4,91 Milyar pada 2015-2016. Sebelumnya, volume perdagangan tertinggi antara kedua negara dicapai di tahun 2014 sebesar USD 7,48 Milyar. Turki sendiri hanya menempati peringkat ke 15 dalam peringkat ekspor India dan peringkat ke 42 dalam peringkat impor India di tahun 2016.

Berdasarkan data yang dilakukan oleh Kepala Kerjasama Ekonomi Luar Negeri Turki (DEIK / Foreign Economic Relations Board of Turkey) Omer Cihad Vardan bahwa India sangat serius dalam mengembangkan arena teknologi informasi dan mengekspor software. Pelayanan call center di perusahaan global juga dibawa India.

Beberapa sektor yang menjadi perhatian Turki diantaranya adalah konstruksi, otomotif, infrastruktur, teknologi informasi, makanan kemasan, dan juga sektor kesehatan dan pariwisata.

Sebanyak 200 perusahaan India dalam bidang capital terdaftar melakukan bisnis di Turki dalam bentuk joint venture, perdagangan dan kantor perwakilan. Beberapa perusahaan penting

(8)

tersebut adalah GMR Infrastructures, TATA Motors, Mahindra & Mahindra, Reliance, Ispat, the Aditya Birla Group, Tractors and Farm Equipment Ltd, Jain Irrigation, Wipro and Dabur.

Perusahaan Turki di India juga memainkan peranan penting dengan total investasi USD 100 juta. Turki dan India juga merupakan anggota G20 yang memiliki potensi membangun kerjasama dalam isu global ekonomi.

Isu Reformasi PBB

Presiden Erdogan dalam rangka reformasi DK PBB menyatakan berulang “Dunia Lebih Besar dari Lima (Negara)” dimana Turki menghendaki bahwa lima anggota DK PBB tidak lebih memiliki power dibandingkan dengan keseluruhan anggota PBB dan India memberikan dukungan tersebut terhadap Turki. Secara mendasar, Kedua negara baik Turki maupun India memiliki ide serupa terkait dengan “imbalance of influence”.

India juga berusaha mengamankan posisi dalam mendapatkan posisi kursi permanen tersebut. Majelis Umum PBB memutuskan untuk menunda pembicaraan reformasi PBB hingga pertemuan 2017 ini.

Disamping itu, Pakistan dan sejumlah negara memberikan ide mengenai penambahan jumlah anggota dari DK PBB dari lima menjadi 6. Hal ini yang menjadi pembicaraan dalam grup “Uniting for Consensus” (UfC) yang diinisiasi Italia, Pakistan, Meksiko, dan Mesir serta ikut dalam grup tersebut Argentina, Korea Selatan, Spanyol, Turki dan Indonesia. Sedangkan India masuk ke dalam negara-negara G4 yang beranggotakan India, Jepang, Jerman dan Brazil yang meminta PBB mempercepat reformasi DK agar menjadi pembahasan dalam agenda sidang Majelis Umum PBB.

Isu Kashmir

Bagi Erdogan, dalam usaha penyelesaian masalah Kashmir atau IoK (India-occupied Kashmir) ditawarkan solusi melalui “dialog

(9)

multilateral” dimana Turki siap turut serta dalam penyelesaian masalah tersebut. Namun, Modi memberikan respon bahwa penyelesaian masalah Kashmir bagi India lebih baik dilakukan dengan cara bilateral antara India dan Pakistan. Usulan Erdogan ini yang mendapatkan berbagai respon khususnya di domestik India dan Pakistan. Jikapun disetujui maka Turki berusaha untuk memperluas ekspansi pengaruhnya di kawasan Asia Selatan dalam aspek non-ekonomi dan humaniter.

Isu Kashmir memang sensitif. Dorongan Erdogan agar penyelesaian masalah Kashmir dalam level multilareal seperti halnya isu Siprus dianggap keluar dari sisi eksklusivitas isu ini berdasarkan Perjanjian Shimla dan Deklarasi Lahore.

Isu Terorisme

Dari kunjungan yang dilakukan Turki ke India, poin terorisme menjadi pembicaraan khusus. PM Narendra Modi mengatakan bahwa “no intent or goal, no reason or rationale can validate terrorism.” Ada usaha bersama dalam upaya pemberantasan terorisme. Dalam kunjungan tersebut, Erdogan juga secara khusus meminta India memberikan perhatian dalam penutupan sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan FETO.

Validasi Power Erdogan?

Kunjungan ini merupakan bentuk validasi power Erdogan pasca kemenangan yang didapat dari referendum Turki 2017. Kunjungan ke India ini memulai rangkaian kunjungan Erdogan ke sejumlah kekuatan baru dunia secara berturut: India, Russia, forum One Belt One Road bersama China, dan AS serta pertemuan NATO di Brussels, Belgia.

Hubungan Turki dengan Barat khususnya dengan barat cenderung tidak optimal. Ada usaha Turki untuk merubah politik luar negerinya dari ‘barat-sentris’ menjadi ‘politik luar negeri yang multidimensi’.

(10)

Disaat ini, India merupakan pemberhentian pertama Erdogan sebelum kunjungan ke Russia, China dan AS. Erdogan seolah sedang mencari validasi atas kemenangan yang dicapainya. Ada kemiripan antara Modi dan Erdogan dimana keduanya merupakan nasionalis-relijius, memerintah dalam demokrasi multikultural dan negara emerging economies.

Di luar mainstream ekonomi dan perdagangan, tiga isu utama yang mengemuka dalam relasi keduanya: pertama, seberapa besar Pakistan berikan determinasi Turki dalam persepsi terhadap India. Kedua, persepsi Turki terhadap Kashmir. Ketiga, persepsi Turki dalam reformasi di institusi internasional yang seharusnya menghasilkan hasil ideal kesertaan India dalam DK PBB sebagai anggota permanen.

Dari posisi India juga menarik melihat relasi terhadap Isu Genosida di Armenia dan Isu Siprus dimana sebelumnya pimpinan Siprus melakukan kunjungan terhadap India dan berikan dukungan India untuk masuk ke dalam Nuclear Suppliers Group (NSG). Namun demikian, kunjungan India ke Armenia tidak berdampak negatif terhadap hubungan bilateral Turki dan India disebabkan posisi Turki yang mulai mengambil langkah strategis dalam merespon isu tersebut. Begitupun dalam masalah dukungan Siprus terhadap India.

Isu NSG sangat terkait dengan posisi Turki terhadap Pakistan. India juga menginginkan dukungan dari Turki dalam keanggotaan India seperti halnya dukungan Turki dalam keanggotaan di Missile Technology Control Regime (MCTR). Keanggotaan India dalam NSG akan mengalineasi posisi Turki terhadap China dan akan sulit mendapatkan dukungan terhadap Pakistan.

Relasi Turki dan India di dalam aspek regional kawasan Asia Selatan secara natural akan menyertakan keberadaan Pakistan. Sebenarnya, relasi Turki dan Pakistan lebih memiliki nuansa emosional dibandingkan relasi Turki dan India. Turki memiliki hubungan jangka panjang dengan Pakistan. Media internasional melihat hubungan Turki-Pakistan akan mampu mengganggu hubungan

(11)

antara Turki-India.

Oleh karena itu, dari kunjungan yang dilakukan oleh Turki ini kita dapat melihat beberapa hal penting. Pertama, pasca-referendum terdapat transformasi politik luar negeri Turki yang lebih multidimensional alih-alih barat-sentris. Kedua, meskipun memiliki intensi untuk meningkatkan kerjasama bidang perdagangan dimana ditargetkan mencapai USD 10 Milyar pada 2020 Turki mulai berusaha untuk menaikkan pengaruhnya di kawasan Asia Selatan dengan tidak hanya menjadi mitra strategis terhadap Pakistan. Meskipun demikian, jelas memberikan tantangan penting bagi Turki khususnya dalam merespon isu kawasan yang sensitif terkait hubungan antara Pakistan dan India sebagai regional-power di Asia Tengah. Ketiga, cukup jelas bahwa kunjungan Turki ini dalam rangka validasi power kepemimpinan Erdogan dalam rangkaian kunjungan yang menyasar kepada kekuatan penting global yang dimulai dari India.

Post-Western world dan respon

Turki

Oleh: Agung Nurwijoyo*

“It is as if a prevailing wind, which powered all the ships at sea, had suddenly ceased to blow. Now, various scattered enemies of those Western values have merged, and there is

apparently no one to defend them.” -David

(12)

Brazil Oliver Stuenkel dalam bukunya yang berjudul serupa dan menghadirkan banyak diskusi di berbagai belahan dunia pada saat ini.

Terminologi ini yang juga digunakan oleh kalangan barat dalam menggambarkan transisi global yang terjadi. Dunia “post-western” bukanlah alternatif dari peradaban barat melainkan realitas yang dihadapi pada saat ini. Hal ini yang juga diungkapkan oleh Stuenkel yang menunjukkan penolakan akan “penciptaan fenomena baru, penguatan institusi yang dipimpin kekuatan non-barat.” Fenomena ini yang dilihat oleh Stuenkel dengan melihat keberadaan aliansi BRICS (Brazil, Russia, India, China dan South Africa). Lantas, bagaimana dengan Turki melihat perubahan di level global ini yang akan membuka pengaruh terhadap dinamika di level regional yang baik langsung atau tidak berbatasan dengan Turki ataupun level domestik Turki sendiri?

Pasca-referendum Turki 16 April lalu dimana 51,4% rakyat Turki setuju terhadap pergantian konstitusi Turki, tantangan besar diberikan kepada pemerintahan Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Tantangan baik di level domestik, regional maupun global dihadapi oleh Turki. Tantangan ini berjalan bersamaan dengan usaha pencapaian visi 2023 yang dicanangkan pemerintahan Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP). Politik luar negeri yang digambarkan oleh Kılıç Buğra Kanat dari SETA Sebagai politik luar negeri yang mengedepankan sisi pro-aktif dan agenda keamanan nasional.

Dalam kerangkan politik luar negeri Turki pasca-referendum lalu, setidaknya Presiden Erdogan sudah merencanakan kunjungan ke berbagai negara strategis di level global: India, Russia, China, AS serta akan mengunjungi pertemuan NATO di akhir bulan Mei. Artinya, bulan Mei 2017 ini merupakan salah satu bulan tersibuk dengan rangkaian lawatan terhadap mitra global Turki disamping adanya beberapa kunjungan ke dan dari negara sahabat Turki seperti terhadap Kuwait, Ghana, Sierra-Leone, dan Kosovo.

(13)

Baca juga: Pasca kemenangan referendum, Erdogan akan mengunjungi India, Russia, China, AS dan Pertemuan NATO

Apa yang dinantikan publik bukan hanya masalah kepemimpinan Turki di bawah Presiden Erdoğan bagaimana berjalan pasca-referendum tetapi yang lebih penting adalah arah politik luar negeri Turki bagaimana akan berjalan kemudian. Hal ini mengingat setidaknya beberapa waktu terakhir Turki menghadapi dinamika domestik dan kawasan yang sangat kuat baik dari adanya kasus SU24 dengan Russia hingga adanya proses normalisasi antara keduanya termasuk di dalamnya kasus pembunuhan terhadap Dubes Russia di Ankara, beberapa kasus serangan terorisme di sejumlah kota di Turki, usaha kudeta gagal yang dilakukan oleh kelompok FETO pada 15 Juli 2016, operasi militer dilakukan di Suriah serta meluas ke wilayah Irak menghadapi kelompok teror PKK-PYD-YPG dan ISIS, serta dinamika yang muncul di masa referendum terutama terhadap sejumlah negara dan aktor di Uni Eropa.

Kondisi tersebut menggambarkan Turki yang menghadapi serangakain gempuran dari berbagai sisi. Hal ini juga yang menghadirkan kritik dari kolumnis Hurriyet Daily News Murat Yetkin dimana Turki menghadapi stagnasi dalam politik luar negerinya. Dari berbagai dinamika tersebut, relatif Turki berhasil dalam usaha pengendalian ekonomi dimana salah satu faktor dari nilai tukar lira Turki terhadap dollar AS yang semakin membaik nilainya.

Pasca-referendum, dengan rencana kunjungan ke negara mitra global seperti India, Russia, China dan AS menunjukkan adanya usaha Turki untuk menciptakan satu pola baru dalam politik luar negeri Turki. Tanpa adanya intensi dari langkah Turki “beralih dari barat”, Turki sudah mencoba mencari alternatif lain dalam membangun kemitraan strategis.

Baca juga: Tank buatan Indonesia – Turki dipamerkan di İstanbul

(14)

Pembangunan pangkalan militer di kawasan Somalia pada 2016 lalu mengindikasikan hal yang sama dimana usaha Turki untuk memperluas pengaruhnya semakin terlihat dengan transformasi kerjasama yang dibangun dengan negara-negara Afrika tidak hanya berjalan di level kemanusiaan dan ekonomi seperti yang selama ini berjalan.

Pengaruhnya terhadap kawasan Timur Tengah juga terlihat semakin meluas dengan pembukaan pangkalan militer Turki dan ditempatkan 500-600 militernya di Doha, Qatar. Turki keluar dari pandangan tradisionalis kawasan dimana respon lebih banyak diberikan terhadap ancaman nyata yang terkait dengan perbatasan. Kedua, bahwa Turki keluar dari pandangan bahwa untuk isu Timur Tengah negara-negara akan cenderung untuk penguatan di wilayah sub-kompleksnya dan Turki yang mulai bermain di sub-kompleks Teluk menindikasikan adanya perubahan dalam pola di kawasan termasuk pola politik luar negeri Turki sendiri.

Disamping itu, salah satu yang menarik dari kunjungan Turki ke kawasan Asia Selatan diantatanya adalah terkait dengan isu sensitif Kashmir (IoK / India-occupied Kashmir) dan Nuklir (Keanggotaan NSG) dimana keduanya merupakan bentuk rivalitas antara Pakistan dan India. Jika Turki bisa memainkan peran diplomasi dalam hubungan antara kedua negara maka akan menaikkan leverage Turki di kawasan Asia Selatan. Meskipun demikian, kunjungan terhadap India memiliki potensi dalam peningkatan kerjasama ekonomi antara Turki dan India yang ditargetkan pada 2020 dapat mencapai USD 10 milyar.

Selanjutnya, terhadap China salah satu isu utama adalah tentang proyek Belt and Road Initiative yang digagas China. Relasi dengan China dan India kental dengan fokus peningkatan kerjasama ekonomi dengan Turki. bagaimana dengan Russia dan AS? Faktor ekonomi menjadi potensi disamping dalam usaha penyelesaian beberapa masalah krusial terkait dengan keamanan dan ancaman kawasan.

(15)

Baca juga: 5 negara Muslim bentuk aliansi keamanan

Turki saat ini berusaha untuk membangun politik luar negeri yang multidimensi. Multidimensi dilihat dari beragamnya aktor negara yang tidak hanya mengandalkan negara-negara barat atau barat sentris. Kedua, multidimensi dilihat juga dari beragamnya isu yang bermain bagi Turki baik dengan penggunaan instrumen hard-power ataupun soft-power.

Perubahan ini bukan berarti menegasikan Turki dari aspek ancaman yang ada tetapi seakan Turki berusaha politik luar negeri yang dibangun pada saat ini dapat memberikan keuntungan strategis bagi Turki juga dalam usaha perang terhadap teror. Namun, di sisi lain Turki tetap harus berhadapan dengan beberapa masalah lain yang memang dihadapi Turki. Dalam relasi dengan Uni Eropa misalnya, permasalahan pengungsi tetap menjadi salah satu isu penting disamping proses unifikasi Turki ke dalam Uni Eropa. Begitupun masalah yang ada dengan Armenia, Yunani, proses perdamaian di Siprus, hubungan dengan Jerman, Iran, Irak, dan Mesir.

Khusus dalam masalah Suriah dan Irak yang juga menyertakan multi-aktor baik di level kawasan maupun global seperti AS, Russia, Iran meskipun Turki berada dalam posisi yang tidak mudah, Turki tetap mengedepankan pendekatan unilateral-asertif terutama terhadap aktor yang tidak menjadi mitra bagi aliansinya di kawasan. Hal ini terlihat dari Operasi Perisai Eufrat yang telah dinyatakan selesai di Suriah Utara dan menyusul kemudian operasi militer yang ditujukan kepada basis kelompok teror PKK di Suriah Utara dan Sinjar, Irak.

Politik luar negeri multidimensi yang dilakukan oleh Turki seakan menggambarkan bahwa Turki bukan berusaha menghindari masalah-masalah yang ada di kawasan dan beberapa stakeholder utama Turki. setidaknya memang di kawasan Timur Tengah disamping Ankara terdapat juga Taheran yang semakin progresif dalam politik luar negerinya sehingga politik luar negeri Turki ini juga dapat dilihat memiliki atensi perimbangan

(16)

kekuatan terhadap Taheran dalam aspek regional power. Dari politik luar negeri multidimensi ini ada usaha Turki untuk mendiversifikasi pola politik luar negeri yang ada. Artinya, Turki berusaha keluar dari periode stagnasi politik luar negeri yang tidak hanya bergantung kepada barat-sentris melainkan memasuki politik luar negeri yang bersifat multidimensi.

Mahasiswa Program Magister Universitas Gazi Turki

Sudan masuk list negara

teroris?

JAKARTA, ALAMISLAMI.COM – Direktur Atlantic Council, J. Peter Pham dalam tulisannya pada tanggal 8 Juni 2016 lalu menyebutkan bahwa Sudan bagi Amerika masih masuk dalam list teroris , hal tersebut berdasarkan laporan tahunan tentang teroris yang dirilis beberapa minggu lalu.

Pham menyebutkan berdasarkan regulasi Amerika, Kementerian Luar Negeri Amerika diharuskan memberikan laporan komprehensif dan menyeluruh setiap tahun kepada Kongres Amerika tentang kondisi dan situasi teroris di dunia, atas peraturan ini, Kementerian Luar Negeri Amerika mengeluarkan laporan tahunan beberapa minggu lalu tentang teroris di dunia pada tahun 2015. Laporan tersebut memberikan kesimpulan yang berisi antara peringatan hingga menimbulkan rasa kaget dan tidak rasional, dimana dalam halaman (103) disebutkan sebagai berikut: Amerika telah menjalin kerjasama dengan negara “X” dalam sektor perang terhadap ancaman yang diwakili oleh Al-Qaidah dan ISIS pada tahun 2015, kerjasama ini mencakup membatasi penggunaan teroris di negara “x”.

(17)

Pham mengatakan bahwa penegasan yang ada dalam laporan tersebut yang menyebutkan kerjasama dengan negara yang ditandai dengan huruf “x” dalam memerangi jaringan al-Qaidah dan ISIS telah membuat pembaca tercengang, karena negara “x” ini masuk dalam list Kementerian Luar Negeri Amerika sebagai negara yang menyokong teroris, negara “X” tersebut adalah negara Sudan.

Pham mengatakan bahwa kebijakan dan politik Amerika Serikat terhadap Sudan tidak konsisten lebih-lebih tidak logis. Pham menambahkan bahwa walauapun Amerika memiliki data (file) yang terbuka bersama sekutunya Pemerintah Sudan, data (file) ini mencakup kekhawatiran terhadap kekerasan yang berkelanjutan, sampainya bantuan kemanusiaan, dan atmosfer politik di dalam negeri Sudan, namun sebab-sebab ini tidak menghalangi mantan Presiden Amerika Bil Clinton untuk memasukkan Sudan dalam list negara-negara yang mengayomi teroris pada tahun 1993, sejak itu, Sudan hingga saat ini masih dijadikan sebagai negara yang menyokong teroris.

Pham menjelaskan bahwa penyebab sebenarnya di balik Sudan masuk dalam list negara teroris adalah dukungan Sudan terhadap sebagian kelompok, seperti organisasi Abu Nidhal, Jihad Islam di Palestina, Hamas dan Hizbullah. Shubri Khalil atau dikenal dengan nama Abu Nidhal, dianggap sebagai teroris yang terbunuh di Bagdad tahun 2012, hal tersebut sesuai dengan laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, namun di halaman (315) masih dalam laporan Kementerian Luar Negeri Amerika menyebutkan bahwa saat ini gerakan Abu Nidhal tidak memiliki aktifitas, sementara Hamas, Pemerintah Sudan membolehkan orang-orang Hamas untuk mengumpulkan donasi dan tinggal di Sudan, namun pada tahun 2015 sebagaimana disebutkan dalam hal 301 tentang kondisi teroris, aktifitas teroris kelompok Palestina di Sudan telah berkurang.

Peter Pham menunjukkan bahwa kebijakan Presiden Bil Clinton menjustifikasi tuduhan-tuduhannya bahwa Sudan adalah titik kumpul kelompok-kelompok teroris, termasuk di antaranya adalah

(18)

Usama bin Laden yang diterima oleh Hasan Turabi pertengahan tahun sembilan puluhan, saat itu Turabi menjabat sebagai Ketua Majlis Nasional Sudan dan Sekjen Front Islam (Jabhah Islamiyah), namun Turabi kehilangan jabatannya dalam pemerintahan Sudan setelah terlibat perbedaan dengan Presiden Sudan Umar Al-Bashir pada tahun 1999, sejak saat itu, Turabi bolak-balik masuk penjara hingga meninggal dunia tahun ini, selain itu dalam laporan kementerian Luar Negeri Amerika, disebutkan bahwa bantuan Sudan terhadap Al-Qaidah telah putus. Peter Pham menjelaskan bahwa dalam laporan Kementerian Luar Negeri Amerika pada halaman (45) disebutkan Pemerintah Sudan pada tahun 2014 telah menangkap orang yang disebut Amino Shadiq yang diduga sebagai otak di balik peledakan Boko Haram pada tahun 2014 (Peledakan Niyaniya) di Abuja yang menewaskan 70 orang. Pemerintah Sudan kemudian menyerahkan Amino Shadiq ke Nigeria agar dihukum, ini bukanlah kali pertama Pemerintah Sudan melakukan penyelamatan undang-undang internasional, beberapa minggu lalu, menurut kantor berita kejahatan nasional Inggris, Pemerintah Sudan telah menangkap dan telah menyerahkan sejumlah pelaku perdagangan manusia yang dicari oleh Pemerintah Italia yaitu Marid Mizani “Jenderal” berkewarganegaraan Eritrea, pelaku penenggelaman perahu Lambidosa tahun 2013, yang menyebabkan 359 orang pengungsi meninggal dunia. Pemerintah Sudan juga tergabung dalam Koalisi Arab Sunni yang berperang di Yaman untuk mengembalikan pemerintahan yang diakui secara internasional, Sudan juga telah memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran dan mengusir duta besar Iran pada bulan Januari 2016 lalu.

Peter Pham menyebutkan hubungan Sudan-Amerika mengalami benturan keras dua tahun lalu, hal tersebut sejak Sudan dimasukkan dalam list negara yang menyokong teroris, namun saat ini, sangat sulit mendapatkan penjelasan justufikasi yang dapat menjadikan Sudan berada dalam list negara teroris, Pham menambahkan bahwa pemerintah Sudan menentang pendanaan kelompok-kelompok radikal, di mana Bank Sudan mendirikan unit

(19)

informasi keuangan akhir tahun 2014 lalu, informasi (list) ini kemudian disebarkan ke lembaga-lembaga keuangan terkait orang-orang dan lembaga-lembaga yang masuk dalam list komisi hukum PBB (1267), ditambah list Amerika Serikat tentang organisasi-organisasi teroris dan para donaturnya, Sudan juga pada tahun 2003 telah membuat undang-undang memberantas pencucian uang, sesuai dengan keputusan PBB (1373) terkait dengan pendanaan teroris.

Peter Pham lanjut menjelaskan bahwa Pemerintah Sudan terus bekerjasama dengan tim work keuangan dan menempuh langkah-langkah untuk memenuhi parameter internasional di sektor perang terhadap money loundry dan pendanaan teroris. Tahun 2014, Sudan mengeluarkan undang-undang baru perang terhadap money loundry dan pendanaan teroris, Sudan juga menandatangani perjanjian PBB terkait perang terhadap korupsi, di samping itu, Sudan juga masih terus bekerjasama dengan Amerika terkait perang terhadap kejahatan finansial teroris. Pham menambahkan perbedaan yang ada dalam laporan kementerian luar negeri Amerika sebelumya, bahwa laporan tersebut mengakui secara eksplisit bahwa pembatasan finansial kepada Sudan sebagai negara yang mensupport teroris akan menghambat kemampuan Sudan bekerjasama terkait teroris, dalam laporan tersebut disebutkan “Sesungguhnya kemampuan Pemerintah Sudan untuk memantau aliran pendanaan ilegal akan berdampak negatif jika semakin bertambah kesulitan sektor pendanaan Sudan dalam menemukan bank-bank untuk bantuan mengatasi interaksi dan transfer internasional yang menyebabkan mayoritas rakyat Sudan terpaksa mentransfer uang mereka secara tunai”.

Pham mengakhiri tulisannya dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki sejumlah permasalahan terkait dengan Sudan, di antaranya, Amerika perlu memperluas ruang dialog dengan Sudan, melalui dialog dengan para pejabat pemerintah, kelompok oposisi, LSM, kelompok-kelompok agama, dan sektor khusus. Pham mengatakan bahwa mempertahankan Sudan tetap berada dalam list negara penyokong teroris selama ini, walaupun sebab-sebab yang

(20)

dapat mengkategorikan Sudan sebagai negara penyokong teroris tidak ada, ini bukanlah cara yang terbaik untuk mewujudkan tujuan memperkuat saling memahami, yang pada akhirnya akah menyebabkan keputusan untuk menghadapi konflik lokal dan kawasan.

Tulisan Pham merupakan argument penting dan baik tentang Sudan, Pham adalah orang penting dan terkenal di tengah peneliti dan pemikir dalam urusan Afrika, sebelumnya Pham telah mengunjungi Sudan pada bulan Mei lalu memenuhi panggilan Menteri Luar Negeri Sudan.

Tulisan Pham menunjukkan upaya Sudan dalam memerangi teroris dan bekerjasama dengan Amerika Serikat dan masyarakat internasional, Pram telah memberikan alasan logis yang menegaskan tidak ada sebab-sebab yang dapat menjadikan Sudan masuk dalam list teroris, di antaranya, laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat terkait kondisi teroris di dunia, dimana Sudan bekerjasama dalam memerangi teroris.

Sumber: Kedutaan Sudan Indonesia – Islamicgeo.com

[Dokumen Rahasia] Kejahatan

Separatis Darfur di Libya

LILBYA, ALAMISLAMI.COM — 8 Oktober 2016, Sudan Media Center (SMC) merilis dokumen rahasia yang membeberkan ragam kejahatan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Darfur di Libya.

Menurut MSC, dokumen rahasia yang didapatkan di Libya tersebut menyabutkan aktifitas berbahaya yang telah dilakukan gerakan pemberontak Darfur yang berperang mendukung pasukan kudeta pimpinan Jenderal Khalifah Hefter.

(21)

Menurut SMC, gerakan-gerakan pemberontak Darfur telah melakukan sejumlah kejahatan besar, mencakup perampokan bank, menjarah dengan ancaman dan penculikan, membakar dan merusak tempat-tempat vital masyarakat, terlibat dalam perdagangan senjata dan bahan bakar minyak. Selain akititas mereka dalam perdagangan manusia di Libya.

Berdasarkan salah satu dokumen rahasia tersebut, Gerakan Pembebasan Sudan yang dipimpin oleh Munawi bersama suku Tabu terlibat dalam penyerangan terahadap suku Towareq di Kota Kafra bulan Maret 2015 lalu. Dalam serangan tersebut, banyak jatuh korban jiwa, di antaranya adalah dua pimpinan lapangan mereka yaitu Abdel Rahim Urjah dan Mohammed Yahya Muranqa.

Pasukan Munawi juga terlibat kontak senjata dengan pasukan revolusi Subul Al-Salam Libya yang dipimpin oleh Abdel Rahman Hakim di kota Buzeriq.

Dokumen lainnya, menjelaskan pasukan bayaran Darfur juga melalukan operasi penghadangan warga sipil di Jalan yang menghubungkan antara Kafra dan Benghazi dengan cara menculik warga Libya dan meminta uang tebusan sebesar 50 ribu Dinar Libya perorang.

Selain itu, juga menculik 13 orang Libya di jalan antara Ajdabiya dan Kafra, juga penculikan (3) warga Libya di Danqala dan membebaskannya setelah mengambil kendaraan Landcruizer, menahan (6) kontainer Libya dan membebaskan (5) di antaranya setelah membayar (30) ribu Dinar Libya setiap kontainer.

Dokumen rahasia itu juga menyebutkan titik-titik mereka melakukan penarikan retribusi di wilayah Abu Zuriq, yang berdekatan dengan kota Kafra dan gerbang Naqi antara Lembah Karnawi dan Tine, serta Lembah Hor yang menyasar kendaraan-kendaraan yang datang dari Libya.

Keterlibatan Pemberontak Darfur dalam krisis di Libya sebagai pasukan bayaran (murtaziqah) semakin memperparah krisis Libya, dan melakukan sejumlah tindakan kejahatan; menghancurkan

(22)

kampung-kampung dan kota-kota serta tempat-tempat vital dan infrastruktur di Libya, melakukan aktifitas penjarahan, penculikan dan penyelundupan/perdagangan senjata dan bahan-bahan pokok dan minyak di samping terlibat dalam peperangan di Libya, berikut daftar keterlibatan pasukan bayaran ini di Libya:

Serangan kota-kota Libya:

1.

Sejak Maret 2015 lalu, gerakan-gerakan ini terlibat dalam peperangan antara dua suku yaitu Tabu dan Tawareq di wilayah Ubary dan mendukung suku Tabu.

Ahad, 20/9/2015, pasukan gabungan pemberontak Darfur yang didominyasi oleh pasukan Mina Arko Munawi dan pasukan Tabu, menyerang kota Kafra dari arah Utara, setelah menguasai daerah tersebut, mereka melakukan penjarahan bank-bank dan lembaga-lembaga, rumah-rumah warga dan pom bensin, menyebarkan kekacauan di dalam kota. Dalam serangan ini, mereka juga mengalami kerugian sejumlah kendaraan, kehilangan sejumlah pimpinan dan personil, di antaranya Abdul Karim Arja dan Muhammad Yahya Muranqa dari gerakan Munawi.

Tanggal 2/2/2016, pasukan revolusi Libya, Subul al-Salam yang dipimpin oleh Abdul Rahman Hasyim terlibat bentrok senjata dengan pasukan bayaran pemberontak Darfur yang dipimpin oleh Abdellah Banda dan Qadiriyah yang dianggap salah satu pimpinan lapangan oposisi Chad di wilayah Bozriq, peperangan ini menyebabkan jatuhnya sejumlah korban jiwa dan sejumlah kendaraan militer hancur dari dua belah pihak. Yang menjadi catatan, pertempuran ini mengumpulkan dua kelompok pasukan bayaran dari Chad dan Darfur, salah satu kesamaan karakter kelompok-kelompok pasukan bayaran yang berperang demi harta.

Tanggal 4/2/2016 terjadi pertempuran antara kelompok pemberontak Darfur dengan pasukan revolusi Libya di wilayah (Qarah al-Zawi), dalam pertempuran tersebut, 5

(23)

kendaraan pasukan pemberontak Darfur dan oposisi Chad hancur, dan puluhan lainnya terbunuh.

Tanggal 5/2/2016 terjadi pertempuran sengit antara pemberontak Darfur dengan revolusi Libya di wilayah (Bezemah) yang menjadi tempat pelatihan militer kelompok-kelompok yang didatangkan dari Darfur dan wilayah-wilayah lainnya dari Afrika melalui perantara gerakan pemberontak Darfur dengan koordinasi sejumlah orang dari suku Tabu.

Tanggal 14/9/2016, gerakan pemberontak Darfur bersama pasukan Hefter terlibat dalam operasi Al-Barq al-Khatif untuk menguasai wilayah Bulan Sabit Minyak, jumlah pasukan mereka yang terlibat diperkirakan sekitar (87) kendaraan lapis baja.

ISLAMIC GEOGRAPHIC | MUHAMMAD ANAS

Tuduhan Amnesty Internasional

terhadap

Sudan

terkait

penggunaan senjata kimia di

Jabal Murrah

Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional mengatakan bahwa lembaganya telah mengkaji situasi di Jabal Murrah sejak awal Januari 2016, dan mendapatkan Pemerintah Sudan telah melakukan serangan dan pelanggaran saat melakukan operasi militer terhadap pasukan gerakan pembebasan Sudan yang dikomandoi oleh Abdul Wahid Nur, melalui serangan udara dan darat. Serangan tersebut menghancurkan perkampungan dan ribuan warga

(24)

meninggalkan rumahnya.

Taryana juga mengatakan bahwa Amnesty Internasional menemukan bukti-bukti kuat penggunaan senjata kimia di sejumlah serangan militer Sudan yang mengkibatkan sekitar 195 ribu hingga 250 ribu orang mengungsi menurut PBB.

Direktur Riset Krisis Amnesty Internasional, Taryana juga menyebutkan 29 desa mengalami serangan senjata kimia dan pihaknya telah mendokumentasikan serangan-serangan tersebut melalui satelit dan melalui audiensi lebih 200 orang pengungsi akibat serangan tersebut. Juga melalui temuan para ahli yang mengamati puluhan gambar mengerikan yang menemukan kondisi anak-anak kecil yang mengalami luka mengerikan

Amnesty Internasional menuduh pemerintah Sudan menggunakan senjata kimia dan menyebutkan bahwa pakar-pakar independen dari jenis senjata ini dan orang-orang yang meneliti bukti-bukti memastikan tanpa keraguan bahwa pemerintah Sudan menggunakan senjata kimia, seperti dalam wawancara pada chanel “CNN Amerika” beberapa waktu lalu. Di saat yang sama Amnesty Internasional menganggap penggunaan senjata jenis ini adalah kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan, dan pelakunya harus diadili.

Dalam kesempatan lain, dalam wawancaranya di CNN, Trayana juga temuannya ini berdasarkan temuan para ahli independen memastikan terjadinya serangan senjata kimia.

“Dan kami kemudian mengirim gambar-gambar ini kepada dua orang ahli dan pakar yang independen, yang kemudian kembali mengirim hasil analisanya atas gambar-gambar tersebut, dan hasil analisanya dengan jelas menetapkan bukti-bukti logis terkait gejala yang muncul dari para korban yang menunjukkan adanya penggunaan senjata kimia dalam serangan-serangan ini.

Trayana juga menambahkan “Kami telah mendengarkan laporan utuh dari gejala-gejala ini, seperti orang-orang yang terluka mengalami kesulitan bernafas, dan kulit mereka mengalami luka

(25)

bakar, selain itu juga ditemukan reaksi mengkhawatirkan di kulit akibat terkena unsur kimia, kulit menghitam. Dan orang-orang yang memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang-orang-orang terluka ini, ketika pertama kali menyentuh kulit pasien, kebanyakan kulit mereka melepuh.

Menurut Trayana penggunanaan jenis senjata ini terlarang sejak berabad-abad, dan dianggap sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan pemerintah Sudan telah menandatangani perjanjian larangan senjata kimia, dan bahwa penggunaan senjata kimia dalam perang di Darfur dianggap sebagai kejatahatan perang, dan harus dilakukan pemeriksaan pihak-pihak yang menggunakannya dan harus diadili”.

Sementara itu, Dr. Keith Ward, Pakar senjata kimia mengatakan bahwa foto-foto dan video dan penilaian terhadap saksi mata dan gejala-gejala yang ada serta petunjuk-petunjuk kedokteran terhadap para korban telah memberikan kepada kami informasi yang cukup yang menegaskan kepada kami bahwa telah terjadi penggunaan jenis senjata kimia dalam serangan ini dengan penggunaan yang lebih luas, dan kami dapat memastikan jenis luka-luka dan orang-orang yang menderita yang telah kami saksikan, di samping penjelasan dari para saksi mata sesaat setelah terjadinya serangan menerangkan dengan jelas telah terjadinya serangan senjata kimia.

Trayana menambahkan yang terang dalam seluruh laporan yang kami dapatkan, bahwa seluruh korban mengalami derita luka kulit dengan tingkat yang serius dan di banyak bagian tubuh, kami melihat misalnya lecet kulit, selain itu, gambar-gambar juga menunjukkan terjadinya infeksi akibat luka lecet ini, di samping sebagian korban lapisan kulit mereka berubah menjadi warna putih, kemudian kulit mereka terkelupas setelah beberapa hari dari serangan tersebut. Dan peristiwa ini yang banyak terjadi di sana, yang membuat kami yakin dan memastikan bahwa wilayah ini terkena serangan senjata kimia.

(26)

keterangannya di chanel “CNN” menegaskan bahwa telah terjadi serangan senjata kimia, hal ini sejalan dengan keterangan Dr. Keith Ward.

Lembaga internasional telah meminta untuk meningkatkan tekanan politik kepada pemerintah Sudan untuk memberikan jaminan kepada pasukan penjaga perdamaian dan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk memasuki daerah-daerah yang terkena. Di samping jaminan menjalankan embargo senjata bagi Sudan dengan teliti dan memperluas cakupannya hingga mencakup seluruh wilayah.

Amnesty Internasional juga meminta untuk melakukan pemeriksaan dini terkait penggunaan senjata kimia, dan dalam kondisi ditemukan penggunaan senjata kimia, orang-orang yang bertanggung jawab harus ditangkap!!

Respon Internasional

Laporan yang dikeluarkan oleh Amnesty Internasional ini kemudian banyak dikutip oleh berbagai media internasional dan disebarkan dengan massif baik di media cetak dan online.

Respon internasional pertama datang dari Prancis, Pemerintah Prancis melalui Juru Bicara Resmi Kementerian Luar Negeri (Romain Nadal) yang menurutnya, laporan tersebut membawa tuduhan yang sangat berbahaya dan harus diteliti dan laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran.

Respon internasional kedua datang dari PBB, melalui Juru Bicara Resmi PBB, Stephane Dujarric mengatakan, PBB sangat khawatir dari informasi yang disebarkan oleh Amnesty Internasional terkait penggunaan militer Sudan senjata kimia di Darfur. Stephane menambahkan “Kami ini penelitian dari OPCW (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons) begitupun dari UNAMID”.

(27)

Sudan, Colonel (Shami), telah mengeluarkan pernyataan yang menafikan pemerintah Sudan menggunakan senjata kimia jenis apa pun dalam operasi militer di Darfur. Sementara itu, Perwakilan Tetap Sudan di PBB, Umar Dahab Fadl Mohammed dalam pernyataannya mengatakan bahwa laporan Amnesty Internasional “sangat jauh dari kebenaran” dan Sudan tidak memiliki jenis senjata kimia apa pun.

Respon terbaru datang dari UNAMID (Pasukan Perdamaian PBB di Darfur) menafikan adanya penggunaan senjata kimia di Jebel Marrah, hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Sekjen UNAMID di PBB dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Selasa lalu (4/10/2016), Hervé Ladsous dalam pidatonya pada sidang Dewan Keamanan PBB yang membahas laporan Sekertaris Jenderal UNAMID, mengatakan bahwa tidak ada bukti penggunaan senjata kimia di Jebel Marra.

Analisa

Tuduhan Amnesty Internasional dalam laporan tersebut adalah murni klaim palsu yang hanya bertujuan untuk mengintensifkan tekanan kepada Dewan Keamanan PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia agar mengambil keputusan yang lebih keras terhadap Sudan. Amnesti Internasional berusaha mempidanakan Sudan dengan cara apapun, hal tersebut setelah rentetan upayanya yang gagal selama beberapa tahun yang lalu yaitu mendorong Dewan Keamanan PBB terhadap Pemerintah Sudan dengan tujuan memberikan dukungan politik dan spirit kepada gerakan-gerakan separatis di Sudan.

Klaim Amnesty Internasional seperti yang terdapat dalam laporannya dianggap sebagai klaim belaka, palsu yang tidak bersandar pada bukti ilmiah dan penelitian para pakar senjata kimia, namun hanya bersandar pada seperti yang disebutkan dalam laporan tersebut, pada gambar foto melalui satelit dan kesaksian sebagian orang-orang terluka. Hal ini terbukti dari laporan UNAMID hari Selasa lalu yang menafikan tuduhan adanya penggunaan senjata kimia di Jebel Marra.

(28)

Niat sebenarnya dari organisasi ini, terdapat dan diungkapkan sendiri pada pragraf terakhir, dimana laporan tersebut menyerukan kebutuhan untuk meningkatkan tekanan terhadap Pemerintah Sudan untuk memungkinkan lembaga kemanusiaan mengakses ke seluruh bagian Darfur tanpa pembatasan, di samping realisasi larangan masuknya senjata ke Darfur

Sudan memiliki perjanjian internasional terkait larangan senjata kimia, yang merupakan bagian dari kesepakatan internasional yang melarang penggunaan senjata yang dilarang secara internasional, dan Sudan telah bergabung dalam kesepakatan ini sejak tahun 1998.

PBB memiliki dewan pakar khusus pada dewan keputusan (1591) yaitu dewan yang ditunjuk untuk mengawal realisasi keputusan PBB, di antaranya terkait memantau penggunaan senjata yang dilarang secara internasional dalam perang di Darfur, dan Dewan ini dalam laporan terakhirnya tidak menunjukkan Sudan menggunakan senjata kimia atau senjata yang terlarang secara internasional, walaupun dewan ini adalah dewan yang sangat memiliki permusuhan terhadap Sudan dan semua laporannya negatif dan mendukung langkah gerakan separatis.

Organisasi Internasional dan lembaga-lembaga PBB yang ada di daerah Jebel Marrah yang telah bekerja sejak meletusnya konflik di awal tahun 2016, lembaga-lembaga ini memberikan bantuan kemanusiaan bagi pihak-pihak yang terkena dampak konflik di daerah Jebel Marrah, namun lembaga-lembaga ini belum pernah mengeluarkan keterangan terkait adanya ciri-ciri senjata kimia yang telah digunakan dalam operasi militer.

Pemerintah Sudan telah mengerahkan segala upayanya untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagai warganya yang mengungsi dari daerah Jebel Marrah, Pemerintah Sudan juga bekerja mengkondisikan kembalinya pengungsi ini ke daerah mereka, aparat keamanan dan intelejen nasional Sudan telah berkordinasi dengan HAC untuk mengembalikan sebagian besar dari mereka kembali ke daerah mereka, dan sekarang kondisi di

(29)

Jabal Murrah sudah stabil.

ISLAMIC GEOGRAPHIC | MUHAMMAD ANAS

Presiden Mahkamah Pidana

Internasional Diduga Terima

Suap 17 Juta Dollar agar

Menyeret Presiden Sudan

LONDON, ALAMISLAMI.COM — Presiden Mahkamah Pidana Intenasional (ICC), Silvia Gurmendi Fernández menghadapi tuntutan mundur dari jabatannya, setelah diduga menerima suap jutaan dolar Amerika agar ICC menjatuhkan tuduhan kepada Presiden Sudan Omar al-Bashir melakukan pelanggaran HAM di wilayah Darfur.

The London Evening Post, 3 Juli, 2016, menyebutkan bahwa ia memiliki data yang menunjukkan Gurmendi telah menerima suap antara tahun 2004 dan 2015 melalui rekening pribadinya di Bank Banco Popular di Kepulauan Virgin dan di bank First Carribean di Bahamas, serta dana dari sejumlah keturunan Israel yang jumlahnya berkisar 17 juta dolar Amerika yang digunakan untuk menyuap para saksi mata yang dapat memudahkan ICC menjatuhkan tuduhan kepada Presiden Sudan.

Diduga uang suap tersebut mengalir ke rekening Hakim Gurmendi dari perusahan-perusahaan dan lembaga seperti Barting Holding Ltd, Atlantic Corporation, Genesis Internasional Holdings dan Napex Internasional, dan semuanya adalah perusahaan finansial offshore -tidak tunduk pada pengawasan internasional- yang dilakukan dengan beberapa tahap transfer berkisar antara 150 ribu dolar dan 250 dollar Amerika.

(30)

Menurut The London Evening Post, dana tersebut diberikan kepada Hakim Gurmendi, ketika keputusan pidana Presiden Bashir sedang dalam penyelidikan, dimana ICC waktu itu mencari bukti keterlibatan Bashir dalam pelanggaran HAM di Darfur.

The London Evening Post menambahkan bahwa Gurmendi membagi-bagi dana tersebut ke faksi-faksi yang ada di Darfur, di antaranya Gerakan Pembebasan Sudan yang didirikan oleh Abdul Wahid Muhammad Nur dan yang lainnya pada tahun 2002. Gurmendi diduga menggunakan dana tersebut untuk ‘merekrut, melatih, dan untuk menghadirkan bukti dan saksi palsu terhadap Presiden Bashir.

Skandal suap ini mendorong Presiden Pan Forum Afrika, Dr. Devid Nyekorach Matsanga menuntut Hakim Gurmendi untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Menurut Devid, hal tersebut sangat tidak layak bagi seorang Presiden Mahkamah Pidana Internasional menerima dana yang sangat besar dan illegal melebihi gaji tahunannya.

Devid juga menambahkan bahwa sekarang telah nampak bahwa tuduhan yang dialamatkan kepada Presiden Bashir dilakukan melalui penyuapan petinggin ICC, ia menambahkan bahwa sebelumnya Pan Forum Afrika telah menyerahkan bukti-bukti keterlibatan Mantan Penuntut Umum ICC, Louis Moreno-Ocampo pada kasus al-Bashir.

Devid melanjutkan pihaknya memiliki berkas dan bukti yang banyak terhadap Ocampo, termasuk rekaman audio dan video serta bukti-bukti pendanaan yang menjelaskan gerakan pendanaan yang besar membeli saksi mata pada masalah yang dituduhkan terhadap al-Bashir. (Thelondoneveningpost/Islamicgeo/Anas)

(31)

Museum

Islam

Australia

Promosikan

Kontribusi

Masyarakat Muslim

MELBOURNE, ALAMISLAMI.COM — Museum Islam Australia yang didirikan oleh komunitas muslim di Melbourne telah menjadi sumber pengajaran penting untuk mengatasi stereotipe terhadap Islam. Museum ini merupakan galeri bagi sosok muslim teladan yang telah berkontribusi positif di Australia.

Untuk mengatasi masalah stereotipe inilah komunitas muslim di Melbourne kemudian mendirikan Museum Islam Australia (IMA) di daerah Thornbury. Sejak dibuka pada awal tahun 2014, Museum Islam di Melbourne ini telah dikunjungi lebih dari 20 ribu orang termasuk 200 kelompok pelajar dari berbagai latar belakang baik sekolah muslim maupun sekolah non muslim.

Ilim College secara rutin membawa murid-muridnya ke museum Islam di Melbourne ini yang juga merupakan galeri untuk menunjukan peran dan kontribusi masyarakat Islam di Australia — termasuk para penunggang unta dari Afghan yang membantu membuka kawasan pedalaman di Australia dan memamerkan peran pesepakbola Australia Bachar Houli.

Kepala Sekolah dari Sekolah Islam khusus puteri, Zeynep Sertel mengatakan sosok muslim panutan yang banyak diungkap di museum ini sangat penting bagi kalangan remaja Islam.

“Menurut saya Museum seperti ini sangat penting untuk dikunjungi generasi muda dan memberikan mereka arah dan pemandangan yang benar mengenai Islam,” katanya.

“Mereka melihat teladan yang baik di museum telah banyak melakukan hal-hal positif bagi masyarakat Australia – dan itu akan membuat mereka berpikir saya tidak berbeda dengan sosok panutan itu dan saya bisa melakukan hal positif lainnya juga,”

(32)

tuturnya.

Menurut Pendiri IMA, Moustafa Fahour, museum ini juga menjadi media mereka mengatasi doktrinasi keliru mengenai Islam yang banyak dikampanyekan di internet. Ia mengatakan umat Islam perlu bersatu dan merangkul remaja untuk mengatasi pemahaman keliru mengenai Islam dengan menunjukan kepada generasi muda Islam yang sesungguhnya dengan apa yang selama ini disalahartikan.

“Semua upaya ini bertujuan untuk merangkul remaja, bagaimana kita bisa menjalin hubungan kembali dan berbagi dengan mereka mengenai apa itu sesungguhnya Islam – memberikan informasi faktual mengenai Islam,” jelasnya.

“Kita perlu membedakan apa itu kebudayaan dan apa itu agama, dan sayanya hal seperti ini justru sering dicampuradukan,” kata manager museum, Wafa Fahour.

“Jadi kita tidak hanya mengedukasi kalangan non-muslim saja, tapi kita juga perlu mendidik anak-anak muslim agar tidak mencampuradukan agama dan budaya,” jelasnya.

Sementara itu, seorang pelajar dari Ilim College mengaku museum seperti ini menanamkan rasa bangga pada dirinya.

“Saya tidak mengetahui sebelumnya kalau orang Islamlah yang pertama membangun universitas di dunia,” kata pelajar bernama Walid Mawas.

“Saya juga mempelajari kalau orang pertama yang terbang di dunia ini ternyata juga adalah orang muslim, saya tidak tahu hal itu sebelumnya,” kata Asmaa Hussein.

(33)

Survey: Masyarakat Jerman

Menerima

Muslim

sebagai

Bagian dari Jerman tapi

Menolak Islam

JERMAN, ALAMISLAMI.COM — Sebuah koran harian jerman “Bild” baru-baru ini mengeluarkan hasil survey tentang penerimaan orang Jerman pada hal -hal berbau Islam di Jerman.

Uniknya adalah mereka membedakan antara “Islam” dan “Muslim”. Ternyata setengah masyarakat Jerman menganggap bahwa Muslim adalah bagian dari Jerman, sementara 61 persen menolak Islam sebagai bagian dari Jerman.

Penolakan terjadi paling banyak dari masyarakat eks Jerman Timur, sebesar 66 persen. Sedangkan di Jerman anggota partai AFD yang paling banyak anti Islam, yaitu sebesar 91 persen. AFD adalah partai yang sedang naik daun di Jerman.

Seiring dengan maraknya isu Isis dan masalah pengungsi Muslim ke Jerman, banyak masyarakat Jerman yang menjadi antipati terhadap Islam dan memilih AFD sebagai partai faforitnyal. Partai AFD sendiri secara vulgar menyatakan sebagai partai yang anti Islam. Mereka ingin menggolkan aturan larangan jilbab di Jerman, larangan pelajaran Quran di mesjid, muslimah harus ikut olahraga bercampur dengan pelajar sekolah lelaki, serta penurunan hak hak institusi Islam dan perorangan muslim di Jerman.

Meskipun perkembangan ini tidak menggembirakan bagi muslim yang tinggal di Jerman, tapi sementara ini belum ada efek negatif yang benar benar terasa dalam kehidupan sehari hari, terutama bagi muslim yang tinggal di daerah kota besar bagian Jerman barat. Sementara muslim yang tinggal di exs jerman

(34)

timur sedikit demi sedikit mulai berpikir untuk “hijrah” ke daerah Jerman barat. (Welt.de/Indra)

Pengadilan Bangladesh Hukum

Mati Pimpinan Jamaat Islami

BANGLADESH, ALAMISLAMI.COM — Pengadilan Bangladesh menjatuhkan vonis mati terhadap Pimpinan Jamaat Islami, Motiur Rahman Nizami yang juga menjabat sebagai ketua Partai Jamaah el-Islami Bangladesh.

Pengajuan banding yang diajukan pemimpin partai Islam terbesar Bangladesh terhadap hukuman mati atas dakwaan terlibat perang pembebasan 1971 ditolak. Seperti diungkapkan pengacaranya. Hal ini membuka jalan baginya untuk digantung.

Mahkamah Agung pada hari Kamis (5/5/2016) menolak pegajuan banding Motiur Rahman Nizami, ketua partai terlarang Jamaah el-Islami yang menentang perang kemerdekaan dari Pakistan.

Pria berusia 73 tahun, yang juga diberi hukuman seumur hidup karena dakwaan empat kejahatan perang lainnya telah kehabisan semua opsi hukum dan hanya pengampunan presiden yang bisa menyelamatkannya.

Jamaat menyerukan pemogokan nasional Ahad besok sebagai respon, sebagaiamana dirilis dalam situs resmi Jamaat Islami. Mahkamah Agung pada bulan Januari lalu telah melakukan hukuman mati bagi Nizami pada keyakinan genosida, pemerkosaan dan mendalangi pembantaian intelektual atas selama perang.

(35)

Apakah Bangladesh bergerak menuju

negara satu partai?

Pemimpin Jamaat Islami, telah dipenjara sejak 2010, ia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan kejahatan perang pada tahun 2014.

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan sekitar tiga juta orang tewas dan lebih dari 200.000 wanita diperkosa selama konflik. Bangladesh awalnya adalah wilayah Pakistan Timur memisahkan diri untuk menjadi Bangladesh setelah perang.

Keputusan pengadilan memicu kekerasan dan menuai kritik keras dari politisi oposisi, termasuk Jamaat-e-Islami, yang mengatakan itu tumbal lawan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Ada apa di balik pengadilan

kejahatan perang Bangladesh?

Tidak ada Perdamaian Tanpa Keadilan, sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Italia, menyebut pengadilan Bangladesh dengan mengatakan “senjata balas dendam dipengaruhi politik yang tujuan sebenarnya untuk menyasar oposisi politik”.

Seorang pemimpin senior Jamaat-e-Islami yang tinggal di luar Bangladesh mengatakan kepada Aljazeera.com menyebut berita putusan itu “menghancurkan”.

“Ini bukan yang pertama hukuman mati yang jatuhkan oleh peradilan Bangladesh” kata pejabat partai tersebut yang tidak mau disebutkan namanya.

“Tidak hanya itu, setidaknya 20.000 pekerja Jamaat berada di penjara tanpa tuduhan apapun. Polisi telah menggerebek dan menangkap banyak orang yang menghadiri pengajian agama atau Quran. Dan masyarakat internasional menolak tuduhan tersebut dan juga proses pengadilan.”

(36)

Reaksi Internasional

Ahli hukum internasional menyatakan keprihatinannya atas kurangnya mekanisme akuntabilitas yang tepat di Bangladesh dan menyerukan PBB untuk mendukung mekanisme pengawasan internasional.

Sebuah pernyataan bersama yang ditandatangani oleh enam ahli hukum, mengatakan: “Hal ini dengan penyesalan yang mendalam bahwa praktek Pengadilan saat ini Bangladesh adalah Kejahatan Internasional (BICT) dan telah gagal menegakkan standar internasional diperlukan dalam kasus tersebut, khususnya yang berkenaan dengan hukuman mati. “

Vonis tersebut telah mengakibatkan munculnya tindakan kekerasan di Bangladesh, seperti kasus tewasnya blogger atheis, akademisi, agama minoritas dan bantuan pekerja asing. Pada bulan lalu misalnya, lima orang, termasuk seorang guru universitas, dua aktivis gay dan Hindu (baca: Editor Majalah LGBT di Bangladesh Tewas Dibacok) telah dibajak sampai mati oleh kelompok bersenjata yang diduga oleh Pemerintah tindakan kekerasan tersebut dilakukan oleh Jamaat dan kelompok-kelompok oposisi lainnya. Sementara Jamaat menyangkal tuduhan tersebut. (Hizbullah).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis nilai tambah dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode hayami, data yang digunakan adalah hasil produksi, bahan baku, tenaga

Sudah ada penelitian dalam bentuk jurnal maupun buku yang membahas hubungan dalam bidang politik dan militer antara Jepang dan Polandia pada masa Perang Dunia

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penambahan tebung bunga marigold ke dalam pakan sebagai sumber karoten dapat memberikan peningkatan pada

Pengujian korelasi yang digunakan adalah korelasi produk moment, digunakan untuk mengetahui sejauh mana dan kuat tidaknya hubungan antara variabel (X) yaitu

orang buruan, tetapi “tetamu negara” Kepentingan analisis tentang gambar foto yang disiarkan dalam melaporkan isu sosial seperti PATI Indonesia ini adalah kemam- puannya

Nilai – nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam masyarakat Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam suasana atau pengalaman

Pemodelan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat buta huruf tiap kabupaten/kota di Jawa Timur dengan menggunakan GWOLR lebih baik daripada menggunakan model regresi logistik

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh para ahli dikaitkan dengan kinerja aparatur Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kubu Raya, maka dapat dikatakan mampu memenuhi