• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA NOMOR PM 68 TAHUN 2016

TENTANG

TATA CARA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTANORANG DENGANKERETA API PELAYANAN KELAS EKONOMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ME NTERI PERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA,

Men imbang a. bahwa dalam ra n gk a mel aks ana kan Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2015 Ten ta n g Perubahan Atas Pera turan Presiden Nom or 53 Tahu n 20 12 Tenta n g Kewaj iban Pelayanan Publik dan Su b s id i Angkutan Perintis Bidang Perkere taap ian, Biaya Pengguna an Pra s arana Perkereta apian Milik Nega r a, Serta Pera watan da n Pengoperasian Pra s ara n a Milik Nega ra , perlu mengatur Ta t a Cara Penyelenggara an Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Orang den gan Kereta Api Untuk Pelayana n Kelas Ekonomi;

b. bahwa ber da sa rka n per timba n gan sebagaimana dima k s u d dal a m hu ruf a, perlu menet apk an Peratu ran Menteri Perhubunga n tentangTa t a Cara Penyelenggara an Kewaj iban Pelayanan Publik Angkutan Orang dengan Kereta Api Untuk Pelayanan Kelas Ekonom i.

(2)

Mengingat

2

-1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 20 0 7 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4722);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik In donesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

3. Peraturan Pemerin tah Nomor 72 Tahun 20 09 tentang Lalu Lin tas dan Angkutan Kereta Api (Lemba ran Nega ra Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086) ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom or 542 3);

5. Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 20 15 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nom or 53 Tahun 20 12 tentang Kewajiban Pe1ayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkereta apian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 15 Nomor 252);

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Pera turan Men teri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2014 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang Dengan Kereta Api (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 15 Nomor 2007);

7. Peraturan Menter i Perh ubungan Nomor PM 197 Tahun 2015 tentang Komponen Biaya ya ng Dapat

(3)

Menetapkan

-3-8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun 2015 tentang Standar Pel ayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kere ta Ap i (Berita Negara Repu blik Indonesia Tah u n 20 15 Nomor 322);

9. Peratu ran Menteri Keuangan 250 Tahun 20 10 Tentang Ta t a Cara Pencairan Angga r an Pen dapatan da n Belanja Negara Ba gian Atas Benda h ara Pada Kanto r Pelaya n an Perbendahara an Negara (Berita Nega ra Repu blik Indonesia Tah u n 20 10 Nomor 662);

10. Peraturan Ment eri Keuanga n Nomor 172 Tah u n 2013 Tentang Ta t a Cara Penyedia an Pencairan , dan Pertanggungj awaban Dana Penyelenggara an Kewajiba n Pel ayanan Publik (Berita Negara Repu blik Indonesi a Tahun 20 13 Nomor 1418) ;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 264 Tahun 20 14 Tentang Sistem Aku ntansi dan Pelaporan Keuangan Belanj a Subsidi (Berit a Negara Republik Indonesia Tah u n 2014 Nomor 2048);

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231 Tahun 20 15 Tent ang Tata Car a Perencana an , Penelaahan , dan Penetapan Aloka si Anggaran Ba gian Angga ran Ben dahara Umum Negara , dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksana an Anggaran Bendahara Umum Negara (Berita Negara Republik Indonesi a Tahun 20 15 Nomor 1909) ;

MEMUTUSKAN :

PERATURAN MENTERI PERHU BU NGANTENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KEWAJ IBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API PELAYANAN KELAS EKONOMI.

(4)

-4-BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri in iyang dimaksud dengan :

1. Perkereta apian adala h satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana , sarana, dan sumber daya manusia, serta norma , kriteria , per syara ta n, dan prosedur untuk penyelenggaraan transpor ta s i kereta ap i.

2. Kereta ap i adal ah sarana perkereta apian dengan tenaga gerak, baik berj alan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian la in nya, yan g akan ataupun sedang bergerak dijalan rei yang terkait dengan perjalana n kereta api.

3. Penyelenggara sarana perkeretaapian adala h badan us a h a yang mengusahakan sarana perkeretaapian Umum.

4. Badan Usaha ad a lah Badan Usaha Milik Negara , Badan Usaha Milik Daerah, ata u Badan Hukum Indonesia yan g khusus didirikan untuk perkeretaapian .

5. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN ad a la h Badan Usaha yang seluruh atau sebagia n besar mod alnya dimiliki oleh Negara melalui penyerta an secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

6. Badan usaha penyelenggara kewajiban pelayanan publik an gku tan orang dengan keretaapi pelayanan kelas ekonomi adalah penyelenggara sarana perkeretaapian ya n g telah ditetapkan atau mendapat penugasan dari

(5)

-5-7. Kewajiban pe1ayanan public (Public Service Obligation) adala h kew ajiban Pemerintah untuk memberikan pelayanan angku tan kereta api kepada masyarakat dengan tarif yang terj angkau.

8. Da ftar Isian Pela k s a n a an Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adala h doku men pela ksana an anggaran yang disusun oleh Pengguna Angga ran/ Ku asa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Menteri Keuangan atau Pejabatyang diberi kew enangan oleh Menteri Keuangan. 9. Pengguna An ggaran yang selanjutnya disingkat PA

adalah pej aba t pemega n g kewenangan penggunaan anggaran Kementeriarr/ Lemba ga Sa tuan Kerja Perangka t da erah atau Pejabat yang disamakan pada lnstitusi lain pengguna APBN/APBD.

10. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pej aba t yang memperoleh kewenan ga n dan tanggungjawa b dari Pengguna Angga ran untuk menggunakan anggaran yan g dikuasakan kepadanya . 11. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Nega r a Republik Indonesia seba gaimana dimaksud dal am Undang-Undang Da sar Negara Republik Indonesi a Tahun 1945.

12. Pemerintah Da erah adalah Gubernur, Bupa ti atau Walikota , dan perangkat da erah sebagai unsur penye1enggara pemerintahan da erah.

13. Menteri ad a la h Menteri yang tugas dan tanggung jawab nya di bidang Perkeretaapian.

14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jender al yang tugas dan tan ggung jawabnya di bidang perkereta apian.

(6)

-

6-BAB II PERENCANAAN

Pasal2

(I) Dalam rangka menyed iakan pela ya nan angku tan kereta api kepada masyarakat dengan tari f yang terjangkau, Peme rintah menyelengga rakan Kewaj iban Pelayanan Publik (public service obligation) Bidang Angkutan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi.

(2) Kewaj iban Pel ayanan Publik seba gaimana dim aksud pada ayat (1), meru pakan selis ih antara tarif yang dite tapkan ole h Mente ri den gan tarif yang ditet a pkan oleh Badan Us aha Penyel enggara Saran a Perkeretaapian .

(3) Perhitungan tar if angk u tan orang dengan kereta ap i

pela yanan kelas ekon om i oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Pe rkereta apian dihitung berdasar kan pedom an perhitungan tarif yang ditetapkan ole h Menteri.

Pasal 3

(1) Dana untuk keperluan Kewajiban Pela yanan Publik Bid ang Angkutan Kere ta Api Pela yanan Kelas Ekonomi dialo kasikan dalam APBN dan Zatau APBN-P.

(2) Kebu tu han dana PSG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diusulkan oleh Direktur Jenderal kepad a Direktur Jenderal Anggaran pada awa l tahun anggaran berj alan, dilengkapi dengan dokumen pendukung untuk tahun anggaran yang direncanakan.

(3) Dalam rangka penyusun an kebutu han dana PSG , Direk tur Jend e ral berk oordina si dengan Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian , dengan memperha tikan prakiraan maju , rencana strategis dan hasil eva luasi kinerj a tahun sebelumnya .

(7)

-7-Pasal4

(1) Dalam rangka meningkatkan kualitas perencana an anggaran kebutuhan dana PSG yang diusulk an kepada Direktur Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 aya t (2), terlebih dahulu dilakukan reviu oleh Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Kementerian Perhubungan.

(2) Reviu ole h Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Kementerian Perhubungan seba gaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuai an usulan kebutuhan dengan dokumen pendukung.

BAB III

PENUGASAN PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK

Pasal5

(1) Men teri menugaskan BUMN penyelenggara sarana perkereta apiaan un tuk menyelenggara kan Kewaj iban Pelayanan Publik (public serviceobligation).

(2) Dalam melaksanakan penugasan sebagaimana dimaksud pada aya t (1), BUMN penyelenggara saran a perkereta apian dapat bekerj asama dengan badan us aha lain.

(3) Penugasan sebagaimana dima ksud pada ayat (1), ditetapkan paling lamba t 90 (sembilan puluh) hari sebelum bera khirnya tah u n berj al an .

Pasal6

(1) Kontrak pelaks ana an PSG berdasarkan DIPA PSG Perkeretaapian yan g telah disahkan oleh Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

(8)

-8

-(2) Kontra k seba gaimana dima ksud pada ayat (1)

ditandatangani oleh Direktur Jendera l selaku KPA PSG Perk ereta apian dengan Direktur Utama BUMN

Penye1enggara Sarana Perk ereta apian sege ra setelah

diterbitkannya DIPA.

(3) Kon trak sebagaimana dim a ksud pada ayat (2) harus

mend apa t kan pers etujuan terle b ih dahulu dari Men teri.

(4) Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seku ra ng-kurangnya memua t:

a. kinerja angkutan dan pemenuh an Standar

Pelayanan Minimum (SPM); b. jangka waktu pe1aksanaan; c. tata cara pembayaran ;

d. kelengkapan ad m in is trasi untuk penagihan;

e. mekanisme hasil verifikasi;

f. hak dan kewajiban para pihak;

g. sanksi dan penyelesaian perselisihan ;

h. ketentuan mengenai keada an mema ksa ; dan

1. para piha k yang menandatangani kontr a k.

BABV

PEMBAYARAN DAN VERIFlKASI

Pasal 7

(1) Pencairan dana pela ksanaan penyelenggara an PSG dilaksanakan secara bulanan dan triwulanan.

(2) Jumlah dana pela ksanaan penyelengga ra an PSG yang

dicairkan setiap bulannya paling tinggi sebesar 90%

(sembilan puluh persen) dari hasil perhitungan verifikasi

administrasi.

(3) Selisih pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), akan diperhitungkan setiap triwulan setelah

(9)

-9-(4) Dir eksi BUMN Penyele nggara Sarana Perkeretaapian men gajukan ta gihan pembaya ran seba gaim ana dim a k sud pada aya t (1), kepada KPA.

Pasal8

(1) Dal am rangka pencai ran dana pela k sana an penyelenggaraan PSO, Direktur Jenderal selaku Kuasa Pengguna Angga r a n melaksanakan verifikasi ter hadap pela ksana an PSO.

(2) Verifikasi seba gaima n a dimaksud pa da ayat (I) terd iri atas verifikasi admin is trasi untuk ta gihan bulan berjalan dan ver ifikasi adm inis trasi da n lapangan un tuk ta gihan triwulanan .

(3) Verifikasi bulanan sebagaimana dimaksud pa d a ayat (2) dapat dila kukan secara online den gan mengguna kan data yang diakses melalui sistem informasi penyelenggara an kewajiban pelayanan publik.

(4) Verifik asi triwulanan seba gaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan melakukan peman tauan lapangan.

Pasal 9

Kete n tuan lebih lanjut mengenai Ta ta Cara Pengajuan Tagihan dan Verifika si ditetapkan oleh Direktur Jen de ral.

BAB VI PELAPORAN

Pasal 10

BUMN Penyelenggara Sa rana Perkereta apian yang melaksanakan penyel enggara an PSO, waj ib melaksanakan pencatatan penyaluran dana penyelen ggaraan kewajiban pelayanan publik sesuai prinsip aku ntan s i yang berlaku umum.

(10)

-

10-Pasal 11

(1) BUMN Pe nyelenggara Sarana Perkere ta apia n yang menyelengga ra ka n kewaj ib an pela yanan publik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisas i atas kinerj a pe nyel engga raan KPA.

(2) Laporan realisasi atas kinerja pe nyele n gga r a a n sebagaimana dim a k sud pada ayat (1) huruf (a ) meliputi kinerja angkutan, kinerja operas i, kinerja sarana, da n ke tentuan la in yang dia tur dalam kontra k.

(3) BUMN Penyelenggara Sarana Perkere ta apian yang menyelenggara kan kewajiban pela yanan publik bertanggungj a wab secara material atas pelaks ana an dan pengguna an dana PSG kepada KPA.

Pasal12

(1) KPA bertanggungj awab atas pela k s ana an tugas dan kewenangan nya sesuai kete ntuan per aturan perundang -undangan .

(2) KPA menj aminpenyalur an dana penyel enggara an PSG

kepada BUMN Penyelenggara Sarana Perkere ta apian.

BABVII PEMERI KSAAN

Pasal1 3

(1) Penyel en ggara an Kewajiban Pel ayana n Publik yang dilaks anakan oleh BUMN Penyelengga ra Sarana Perkereta apian dila kukan pemerik s a an oleh pemeriksa yang berwenang ses uai dengan ketentuan pera turan perundang-undangan.

(11)

-11-(2) Laporan hasil pemeriksa an dimaksud aya t (1)

disampaikan oleh BUMN Penyelenggara Sarana

Perkereta apian kepada KPA, Direktur Jender al An ggara n

Kemen terian Keuangan, dan Direktur Jenderal

Perbendahara an.

(3) Dalam hal ha sil pemeriksa an terhadap penyelenggara an kew ajiban pelayanan publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan ba hwa Pemerintah telah membayarkan lebih besar kepada BUMN Penyelenggara Sarana Perkereta apian, kelebihan pembayaran dimaksud disetorkan ke Kas Negara oleh Badan Usaha Penyelenggara sesua i ketentuan Peraturan P erundang-undangan.

(4) Dal am hal hasil pemeriksa an terhadap penyelenggaraan

kewaj iban pelayanan publik, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dinyatakan bahwa Pemerintah tela h membayarkan lebih kecil kepada BUMN Penye1enggara Sarana Perkereta apian kekurangan pembaya ran kepada BUMN Penyelenggara Saran a Perkereta apian tersebut

diusulk an untuk dianggarkan dal am APBN dan jatau

APBN-P ses uai dengan ketentuan peraturan perundang

-undangan .

BAB VlII

MONITORING, PENGAWASAN, DAN EVALUASI

Pasal14

Direktur Jenderal me1akukan monitoring dalam ra ngka menj amin kesesuaian data atas pelaksanaan penye1enggara an

kewajiban pel ayanan publik.

Pa s al15

(12)

-

12-(2) Dalam hal pengawasan dimaksud pada ayat (1), ditemuk a n pen yimp a n gan ter hadap pel a k s ana an

kewaj iban pelayanan publik, Direk tur Jenderal

memberikan teguran dan sanksi.

(3) Direk tur Jenderal melaporkan ha s il penga wasan seeara berkala kepada Men teri sekurang-kur a n gnya setiap 6 (ena m) bulan .

Pa sal1 6

(1) Dir ektur Jen d eral melakuk an evaluasi terhada p pela k sana an kewajiban pelayanan publik.

(2) Evaluasi sebagaimana dim a k sud pada ayat (1) dilaku kan pada akh ir pela k s ana an kewaj iban pelayanan publik pada tahun berj a lan.

Pa sal1 7

Dalam rangka penyed iaan data dan informas i penyel enggara an kewajib an pelayanan publik, BUMN Penyelenggara Sa ran a Perkeret a apian Kewaj iban Pelayanan Publik wajib menyedia k an sistem informasi yang dapa t diaks es oleh Direktora t Jenderal Perkeretaapian.

Pasal 18

Pada saat berla kunya Pera turan Menteri ini, Pera turan Menteri Nomor PM 10 Tahun 20 13 ten tang Tata Cara Penyelenggaraan Kewaj iban Pelayanan Publik Angkutan Or ang Dengan Kereta Ap i Untuk Pelayanan Kelas Ekonomi, dieab ut dan dinya t a k an tidak ber laku .

(13)

-1

3-BABIX

KETE NTUAN PENUTUP

Pasa! 19

Peraturan Menteri iru mulai berlaku sejak tanggal diundangkan .

Agar setiap orang mengetahuinya , memer intahka n

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempa tannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Mei 20 16 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd IGNASIUS JONAN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN

KEME NTERIAN HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

Referensi

Dokumen terkait

“cancellous” dari tulang dengan baik.Struktur lain pada sistim mukuloskeletal yang dapat ditunjukkan oleh MRI adalah otot,ligamen,tendon dan pembuluh darah.seperti pada

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2015 tentang Pakaian Dinas Harian Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik

Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa (1) Penalaran matematis siswa pada pembelajaran geometri dengan menggunakan model Probem Based Learning dan pendekatan Scientific

bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2010 tentang Peraturan

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 248 /PP.04.2-Kpt/KPU-Kab/3307/VII/2020 TENTANG PENGANGKATAN PETUGAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DI

Bahan yang digunakan berasal dari penelusuran pustaka berupa data senyawa analog estrogen yang mempunyai nilai antiproliferasi dan nilai afinitas ikatan

Renstra-PPM Politeknik Negeri Lampung (Polinela) 2016-2021 merupakan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan kegiatan Pengabdian Pada

1) Balas jasa sangat memuaskan (SP) berarti balas jasa yang diberikan perusahaan telah sesuai dengan jenjang pendidikan dan masa kerja karyawan, beban pekerjaan karyawan,