• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SAINS. oleh Ketut Suma Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SAINS. oleh Ketut Suma Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004

PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SAINS

oleh Ketut Suma

Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK

Untuk menjadi guru sains profesional terdapat sejumlah kompetensi dasar yang berkaitan dengan kualitas profesional yang perlu ditingkatkan. Kompetensi itu meliputi, penguasaan materi subjek, pemahaman terhadap pembelajar, pemahaman terhadap prinsip-prinsip keterampilan mengajar dan penerapannya dalam praktik, pemahaman terhadap cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan pemahaman serta apresiasinya terhadap profesi keguruan. Di samping itu, untuk mengikuti perkembanagan iptek guru sains juga harus memiliki kompetensi lain seperti: belajar sepanjang hayat (lifelong learning); memahami konten sains dalam perspektif inkuiri; literat sains dan teknologi; mengintegrasikan pengetahuan konten, pembelajaran, pedagogy, dan siswa; menguasai bahasa asing khususnya bahasa Inggris; melaksanakan penelitian tindakan kelas; mampu berkomunikasi secara ilmiah, dan memanfaatkan information technology. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas profesional guru sains adalah: studi lanjut; in-service training; memberdayakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), memberdayakan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja mengajar di dalam kelas; sertifikasi dan uji kompetensi.

Kata kunci: guru sains profesional, kualitas profesional, kompetensi

ABSTRACT

There are amount of basic abilities that need to improve to become a profesional science teachers. These abilities include : mastery of the subject matter, understanding of the leaner, understanding of teaching principles and skill in the use of techniques and their implementation, general understanding of other branch of knowledge. In addition, to following the rapid of development of science and technology, the science teacher also need to have amount of the abilities. These are : life long-learning; understanding of science content an inquiry

(2)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 perspective; literate science and technology; integrate content knowledge, learning pedagogy, and student; mastery of English language; doing classroom action research; communicate scientifically; making use of information technology. There are some efforts to improve the profesional of science teachers there are : further study; in-service training, improving the MGMP performance; improving the profesional organization performance; evaluating the classroom teaching performance; certificate and competence assessment.

Key words : the profesional science teacher, basic ability

1. Pendahuluan

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan sains pada khususnya. Namun demikian, sampai saat ini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Hasil penelitian TIMS misalnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa SLTP dalam bidang sains berada pada peringkat 32 dari 38 negara yang diteliti (Ali, 2004).

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya pendidikan sains. Tanpa mengesampingkan faktor lainnya, guru merupakan salah satu faktor yang paling langsung menentukan kualitas pendidikan sains. Hal ini ditegaskan oleh Sharma (1983) bahwa kualitas pendidikan sains sangat bergantung pada kualitas guru sains, bukan pada fasilitas dan material semata. Tenaga guru merupakan unsur penentu terciptanya mutu pelayanan dan hasil pendidikan (Zamroni, 2001).

Berdasarkan hasil tes kompetensi guru pada jenjang SLTP yang menggunakan instrumen dari Pusat Kurikulum dan Pusat Sistem Pengujian Balitbang Diknas diperoleh nilai rata-rata penguasaan kurikulum dan mata pelajaran guru fisika, Biologi, IPA masing-masing adalah: 4,17 dan 6,64; 4,14 dan 7,15; 4,15 dan 7,10. sementara itu rata-rata penguasaan kurikulum dan mata pelajaran guru-guru fisika, biologi, dan kimia pada tingkat SMA adalah

(3)

berturut-____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 turut: 4,33 dan 4,86; 4,31 dan 5,23; 4,20 dan 5,26 (Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, 2003)

Dari hasil tes kompetensi di atas tampak bahwa rata-rata penguasaan kurikulum dan mata pelajaran guru SLTP dan SMA masih di bawah standar nasional, yakni 8,0 (Zamroni,2001). Sejumlah penelitian menunjukkan (CSMTP, 2001) bahwa pencapaian hasil belajar siswa berkorelasi dengan kualitas dan level pengetahuan guru dalam sains dan matematika. Dengan demikian, dapat diduga bahwa rendahnya kualitas hasil belajar siswa berkaitan dengan rendahnya kualitas guru. Bertolak dari fakta di atas, upaya peningkatan kualitas profesional guru harus dilakukan secara kontinu.

2. Pembahasan

2.1 Kualitas Profesional Guru Sains

Peningkatan kualitas profesional guru ditujukan pada peningkatan lima kompotensi dasar, yaitu penguasaan materi pelajaran yang akan diajarkan, pemahaman terhadap pembelajar, pemahaman terhadap prinsip-prinsip keterampilan mengajar dan penerapannya dalam praktik, pemahaman terhadap cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan pemahaman serta apresiasinya terhadap profesi keguruan (CSMTP, 2000:2-5). Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing kompetensi tersebut.

Pemahaman terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran merupakan komponen esensial dari pengetahuan guru. Jika mengajar adalah membantu siswa belajar, maka pemahaman terhadap apa yang akan diajarkan merupakan kebutuhan sentral dalam pembelajaran (Ball & McDiarmid, 1990). Guru sains yang efektif adalah guru yang memahami secara luas dan mendalam konten sains (McDermott,1990). Guru atau calon guru sains harus mendapatkan kuliah-kuliah sains berbasis inkuiri, seperti yang akan mereka ajarkan di kelas ( NRC, 1996).

Pemahaman terhadap pembelajar. Komponen kedua yang esensial bagi tugas-tugas mengajar dan mendidik guru sains adalah pemahaman terhadap pembelajar. Yang dimasudkan dengan pemahaman terhadap pembelajar adalah pemahaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia (Lardizabal, et al,

(4)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 2000:2-5). Jika guru berharap mengajar dengan efektif, ia harus tahu berapa banyak siswa yang berada pada berbagai level kedewasaan dan kemampuan memahami. Mereka harus tahu minat siswa dan pengalaman awal yang bisa digunakan untuk memotivasi belajarnya.

Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan mangajar serta menerapkannya pada tataran implementasi. Agar pembelajaran menjadi efektif, seorang guru sains harus mengetahui bukan hanya apa yang akan diajarkan, tetapi juga bagaimana mengajarkannya. Jadi, komponen ketiga yang esensial bagi tugas mengajar adalah keterampilan-keterampilan metode mengajar. Metode mengajar meliputi pemahaman terhadap teori dan praktik kurikulum, hakikat dan prinsip-prinsip belajar, tipe-tipe belajar, tipe-tipe hasil belajar, dan psikologi motivasi dan perbedaan individu. Pengetahuan ini merupakan dasar bagi pemilihan dan mengorganisasikan pengalaman belajar.

Pemahaman umum tentang cabang-cabang pengetahuan. Jika guru berharap membantu siswa memahami dan mengapresiasi dunia, di mana mereka hidup, mereka harus memahami saling keterkaitan dan saling kebergantungan berbagai bidang pengetahuan. Ia harus mampu menunjukkan bagaimana kaitan antara materi pelajarannya dengan bidang lainnya, khususnya untuk masalah-masalah kehidupan nyata.

Pemahaman dan apresiasi terhadap profesi mengajar. Derajat keberhasilan guru bergantung seberapa baik sikap mereka terhadap pekerjaannya. Mengajar melibatkan berbagai hubungan antar berbagai individu. Guru harus mengetahui bagaimana bekerja secara efektif, tidak hanya dengan siswa tetapi juga dengan orang lain yang ada di sekolah.. Guru penting memahami bahwa rofesi mereka merupakan kerja yang berguna secara sosial. Ia harus sadar terhadap nilai organisasi profesional bagi dirinya dan juga bagi pendidikan secara umum.

2.2 Sosok Guru Sains Masa Depan

Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat, terdapat sejumlah kompetensi lain yang harus dimiliki guru sains pada masa depan. Komptensi tersebut adalah belajar sepanjang hayat, leterasi sains

(5)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 dan teknologi, menguasai bahasa Inggris, terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas (Susilo, 2004); berkomunikasi secara ilmiah (McDermott, 1990; Leibbrandt,1999 ); mampu menggunakan dan mengakses information technology sytem (Leibbrandt (1999). Berikut adalah uraian secara singkat kompetensi-kompetensi dimaksud.

Mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus tumbuh dan berkembang menuntut guru sains harus selalu meningkatkan pengetahuan mereka tentang sains dan bidang-bidang lain yang terkait. Dalam konteks ini, pengembangan profesional guru hendaknya menyediakan kesempatan bagi adanya refleksi individual dan kolegial secara regular (NRC, 1996). Selain pengetahuan konten, pengetahuan tentang psikologi anak,psikologi pembelajaran, model-model pembelajaran juga terus tumbuh dan berkembang. Demikian pula kehidupan sosial masyarakat akan terus-menerus mempengaruhi kehidupan dan pengalaman siswa. Oleh karena itu, guru perlu juga mempelajari strategi pembelajaran dan strategi evaluasi yang paling tepat.

Literat sains dan teknologi. Guru sains masa depan diharapkan juga literat sains dan teknologi. Susilo (2000) menggambarkan guru yang literat sains dan teknologi adalah (1) memiliki pemahaman mengenai aspek-aspek sains dan teknologi yang bermanfaat bagi mereka, (2) menganggap sains dan teknologi ini menarik dan memberi manfaat, (3) menggunakan pemahaman mengenai sains dan teknologi itu dalam lingkungan, dan (4) memiliki kepercayaan diri untuk mempelajari teknologi..

Menguasai bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Hampir sebagian besar komunikasi ilmiah dewasa ini, baik lewat jurnal, media masa, maupun internet menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Demikian juga literatur-literatur dalam bidang sains ataupun dalam bidang pendidikan sains. Oleh karena itu tuntutan akan kemampuan guru dalam berbahasa Inggris, baik lisan maupun tertulis merupakan sesuatu yang wajar (Leibbrandt, 1999).

Terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas. Guru sains masa depan diharapkan selalu aktif dalam melakukan perbaikan-perbaikan pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas. Pada masa depan hendaknya

(6)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 kebiasaan meneliti ini tumbuh dan berkembang secara alami. Guru sains seyogianya tidak lagi menjadi sasaran kegiatan penelitian atau pengabdian pada masayarakat oleh dosen LPTK, tetapi lebih banyak menjadi sumber pengembangan profesinya sendiri sekaligus pendukung perkembangan profesi guru sains lainnya (NRC, 1996).

Mampu berkomunikasi secara ilmiah. Pada masa depan guru diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian tindakan kelas atau pemikiran-pemikiran mereka dalam bidang pendidikan sains, baik secara lisan maupun tertulis. Mereka harus dapat mengeskpresikan ide-ide mereka secara ringkas dan jelas (Leibbrandt, 1999; McDermott, 1990). Guru diharapkan dapat memanfaatkan pertemuan-pertemuan ilmiah dan terbitan ilmiah untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka.

Mampu menggunakan dan mengakses information technology. Teknologi informasi melalui jaringan internet dewasa ini merupakan sumber informasi dan sumber belajar yang penting. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan media ini dalam mencari informasi atau menggunakannya sebagai sumber belajar. Sekolah hendaknya mampu menyediakan fasilitas ini, dan memungkinkan bagi guru mereka harga yang terjangkau.

2.3 Upaya-Upaya Peningkatan Profesional Guru Sains

Peningkatan profesional guru sains dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu studi lanjut, inservice training; memberdayakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), memberdayakan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja mengajar di dalam kelas (Collette & Chiappetta, 1994; Trowbridge & Bybee, 1990), sertifikasi dan uji kompetensi.

Studi Lanjut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat mangharuskan guru untuk meningkatkan pengetahuannya. Untuk itu, sekolah harus selalu mendorong dan memberi kesempatan pada guru-gurunya untuk mengambil kuliah lanjut (magister) untuk menambah wawasan akademik ataupun profesionalnya. Untuk membantu guru meningkatkan kualitas profesionalnya,

(7)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 pendidikan lanjut bagi guru hendaknya diarahkan paling tidak pada tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan materi subjek; peningkatan pengetahuan pendidikan spesifik bidang studi; pendidikan profesional (Lardizabal et al, 2001).

In-Service Training. Sekolah harus memberi kesempatan pada guru untuk berpartisipasi dalam program in-service yang difokuskan pada perolehan pengetahuan tentang kurikulum baru, pendekatan pengajaran baru, atau perkembangan sains terkini. Beberapa kegiatan dapat berupa pelatihan guru dalam mengimplementasikan suatu pendekatan baru, pengayaan penguasaan materi subjek misalnya meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing olimpiade siswa, peningkatan kemampuan meniliti/menulis dan kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan guru.

Pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kedepan dalam upaya peningkatan profesional guru peran MGMP ditingkatkan menjadi sebuah gugus kendalai mutu pendidikan sains. Di gugus ini, para guru berkumpul secara berkala untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi mereka dan tugas-tugas mengajar mereka. Lewat gugus ini dapat diupayakan kegiatan pengayaan penguasaan bidang studi yang diajarkan, mendiskusikan metode baru, mendiskusikan temuan-temuan baru dalam bidang pendidikan sains.

Pemberdayaan Organisasi Profesi. Guru di Indonesia sudah dihimpun dalam suatu organisasi yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Kedepan PGRI hendaknya dapat meningkatkan kesejahrteraan anggotanya, memperjuangkan hak-hak profesional guru, dan memberi perlindungan hukum terhadap profesi keguruan. Organisasi ini hendaknya mampu memfasilitasi peningkatan kualitas profesionalnya, melalui penerbitan jurnal, seminar, dan lokakarya.

Mengevaluasi Kinerja Mengajar Guru di Kelas. Evaluasi secara kontinu terhadap kinerja guru di kelas merupakan hal yang esensial dalam pertumbuhan profesional guru sains (Collette & Chiappetta, 1994). Evaluasi ini dapat dilakukan oleh guru sendiri, teman sejawat, siswa, dan supervisor. Dalam konteks ini, peranan supervisor perlu direformasi. Pelaksanaan supervisi yang selama ini lebih menitikberatkan pada administrasi guru harus digeser ke supervisi kegiatan

(8)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 mengajar guru di dalam kelas. Hasil supervisi ini dapat dijadikan umpan balik dalam meningkatkan kualitas profesional guru.

Sertifikasi dan uji kompetensi. Tujuan sertifikasi guru sains adalah untuk mengetahui apakah guru telah memiliki kemampuan profesional dan akademik yang memadai. Sertifikasi dan uji kompetensi dapat menjadi instrumen untuk standarisasi profesi guru. Dalam kaitan ini CSMTP(2001) menyarankan agar uji kompetensi benar-benar merefleksikan standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan program sertifikasi akan terpetakan kemampuan guru secara nasional. Data ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan dan pengembangan dan peningkatan tenaga kependidikan khususnya guru. Melalui program sertifikasi juga akan diperoleh peta kebutuhan pembinaan mutu guru sebagai dasar peningkatan kompetensi dan kualifikasi. Program sertifikasi juga diharapkan dapat menumbuhklan kreatifitas, inovasi, keterampilan, kemamdirian, dan tanggung jawab guru.

3. Penutup

Kualitas proses dan hasil pendidikan sains terkait erat dengan kualitas guru sains. Keterkaitan ini memberikan landasan untuk peningkatan profesional guru secara berkelanjutan. Peningkatan profesional guru sains harus diarahkan agar guru dapat mengikuti laju pertumbuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat. Peningkatan kualitas profesional guru ditujukan pada peningkatan lima kemampuan dasar (kualitas profesional), yaitu penguasaan materi pelajaran yang akan diajarkan, pemahaman terhadap pembelajar, pemahaman terhadap prinsip-prinsip keterampilan mengajar dan penerapannya dalam praktik, pemahaman terhadap cabang-cabang pengetahuan lainnya, dan pemahaman serta apresiasinya terhadap profesi keguruan.

Peningkatan kualitas guru sains, juga dilakukan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guru menghadapi abad ke-21. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru sains masa depan harus memiliki kemampuan-kemampuan: menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong leaner), memahami konten sains dalam persepktif inkuiri, literat sains

(9)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 dan teknologi, mengintegrasikan pengetahuan konten, pembelajaran, pedagogi, dan siswa, menguasai bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, melaksanakan penelitian tindakan kelas, dan berkomunikasi ilmiah, mengakses informasi melalui pemanfaatan information technology.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan profesional guru antara lain: studi lanjut, program inservice training; memberdayakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), pemberdayaan organisasi profesi, mengevaluasi kinerja mengajar didalam kelas, sertifikasi dan uji kompetensi.

Pembinaan guru dalam meningkatkan profesionalnya harus ditangani secara berkelanjutan, terpadu dan terarah sesuai dengan kebutuhan guru. Oleh karena itu, pemetaan mutu guru sains dan pemetaan kebutuhan pembinaan guru sains secara nasional perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moh. (2004). Peningkatan Pemerataan Memperoleh Pendidikan Berkualitas Melalaui Akreditasi Sekolah. Makalah. Disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V. Surabaya, 5-9 Oktober 2004.

Ball,D.L. & McDiarmid,G.W. (1990).Yhe Subject Matter Preparation of Teacher’s. Hanbook of Reasearch on Teacher Education. A Project of the Association of Teacher Educators.

Committee on Science and Mathematics Teacher Preparation (CSMTP). (2001). Educating Teachers of Science, Mathematics, and Technology. New Practices for the New Millenium. NRC. New York: National Academy Press.

Collette, A.T & Ciappetta, E.L. (1994). Science Instruction in The Midedle and Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.

Dirjen Dikdasmen. (2003). Kebijakan Pengembangan Kurikulum Manajemen Suplai dan Kebutuhan Guru Pendidikan Dasar dan Menengah Pada Era Otonomi dan Implementasinya Untuk Pengembangan LPTK Masa Depan. Makalah. Disampaikan dalam Rapat Kerja Pimpinan LPTK Negeri di Lingkungan Depdiknas. Tanggal 10-12 Oktober 2003 di Jakarta.

(10)

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVII Desember 2004 Lardizabal, eat al. (2000). Principles and Methods of Teaching. Quzon City:

Phonix Publishing House, Inc.

Leibbrandt, G. (1999). The Unesco World Conference on Higher Education in the 21st Century and its Follow-up. Makalah. International Seminar Managing Higher Education in the Third Millennium, October 26-27. Jakarta: Bidakara Complex.

McDermoot, L.C. (1990). A persepective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences. “The Need for Special Sciece Courses for Teachers”. American Journal of Physics. 58 (8), 734-742.

National Research Council (NRC).(1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Press.

Sharma, R.C. (1981). Modern Science Teaching. New Delhi: Dhanpat Rai & Sons. Susilo, H. (2000). Beberapa Pemikiran Mengenai Guru MIPA Masa Depan dan Cara-Cara Mempersiapkannya. Makalah disampaikan pada National Seminar on Science Education Faculty of Science and Mathematic Education on Collaboration with Japan International Cooperation Agency and Directorate General of Higher Education. Malang. February, 23, 2000. Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming A Secondary School Science

Teacher. Fith Edition. Colombo: Merril Publishing Company.

Zamroni. (2001) Peran Kolaborasi Sekolah-Universitas dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia. Makalah disampaikan pada National Seminar on Science Education Faculty of Science and Mathematic Education on Collaboration with Japan International Cooperation Agency and Directorate General of Higher Education. Bandung August 21, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dilakukan peninjauan ulang atas tanah sisa sesuai dengan Surat K eputusan Nomor 1601/UND/P2T/300-33.74/X I/2016 mengenai

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Hasil analisis keberadaan kandungan formalin pada empat belas sampel mie basah di Kota Ambon, ditemukan dua sampel

The material of this text is suitable with students level because the writer of the textbook choose the name, culture action, cultural perspective and individual learners

Untuk ketidaksesuaian antara jumlah material yang dikirim oleh supplier kepada pihak kontraktor dengan jumlah permintaan dari pihak kontraktor, maka dilakukan strategi

Nilai tersebut dapat membuktikan Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh positif dan signifi- kan variabel lingkungan keluarga, lem- baga pendidikan, teman

”Tilintarkastajan ammattitaito on katoava luonnonvara, jollei sitä jatkuvasti harjoita ja opiskele uutta” (Hyvönen 2009b, 27). Näin ollen voidaan päätellä yksittäisen

Naskah siap cetak dari 165 buku yang disediakan tahun 2016 telah diserahkan ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk selanjutnya diharapkan bisa dicetak