REFERAT
REFERAT
ILMU KEDOKTERAN JIWA
ILMU KEDOKTERAN JIWA
NEUROTRANSMITTER PADA PASIEN SKIZOFRENIA
NEUROTRANSMITTER PADA PASIEN SKIZOFRENIA
Oleh:
Oleh:
IIrra
an
niia
a A
Ay
yu
un
na
an
nii
12
1
22
20
01
11
11
10
01
10
06
65
5
D
Diia
assrri
i N
Nu
ur
r S
Su
u!
!rr"
"#
#"
" D
D$$%
%ii
1
12
22
20
01
11
11
10
01
10
0&
&&
&
Dokter Pembimbing:
Dokter Pembimbing:
'r( Jusina E)y Tyas%ai* S!(KJ
'r( Jusina E)y Tyas%ai* S!(KJ
LA+,KSM PSIKIATRI RSD DR( SOE+ANDI JEM+ER
LA+,KSM PSIKIATRI RSD DR( SOE+ANDI JEM+ER
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNI-ERSITAS JEM+ER
UNI-ERSITAS JEM+ER
201.
201.
REFERAT
REFERAT
ILMU KEDOKTERAN JIWA
ILMU KEDOKTERAN JIWA
NEUROTRANSMITTER PADA PASIEN SKIZOFRENIA
NEUROTRANSMITTER PADA PASIEN SKIZOFRENIA
Oleh:
Oleh:
IIrra
an
niia
a A
Ay
yu
un
na
an
nii
12
1
22
20
01
11
11
10
01
10
06
65
5
D
Diia
assrri
i N
Nu
ur
r S
Su
u!
!rr"
"#
#"
" D
D$$%
%ii
1
12
22
20
01
11
11
10
01
10
0&
&&
&
Dokter Pembimbing:
Dokter Pembimbing:
'r( Jusina E)y Tyas%ai* S!(KJ
'r( Jusina E)y Tyas%ai* S!(KJ
LA+,KSM PSIKIATRI RSD DR( SOE+ANDI JEM+ER
LA+,KSM PSIKIATRI RSD DR( SOE+ANDI JEM+ER
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNI-ERSITAS JEM+ER
UNI-ERSITAS JEM+ER
201.
201.
+A+ I
PENDA/ULUAN
I(
Laar +$aan
Dalam berbagai tinjauan penelitian berbasis imunoneuropatobiologis
menunjukkan bahwa neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan
perilaku dan gangguan psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada
terjadinya gangguan perilaku dan pskiatrik diantaranya adalah dopamin,
norepinefrin, serotonin, GAA, glutamat dan asetilkolin. !elain itu, penelitian"
penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang
berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk
endorfin,
somatostatin,
#asopresin
dan
oksitosin.
Diketahui
bahwa
neurotransmiter"neurotransmiter ini, dalam beberapa $ara, tidak seimbang
%unbalanced
& pada otak indi#idu mania dibanding otak indi#idu normal. GAA
diketahui menurun kadarnya dalam darah dan $airan spinal pada pasien mania.
Norepinefrin meningkat kadarnya pada $elah sinaptik, tapi dengan serotonin
normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada $elah sinaptik, menimbulkan
hiperakti#itas dan agresi#itas mania, seperti juga pada ski'ofrenia. Antidepresan
trisiklik dan (AO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang
timbulnya mania, dan antipsikotik yang memblok reseptor dopamin yang
menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada
ski'ofrenia %Guyton ) *all, +-&.
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa
pesan untuk komunikasi berbagai bagian di otak dan sistem saraf. !enyawa
neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua
fungsi otak. !ebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke
tempat lain untuk menyampaikan pesan"pesannya. ila satu sel saraf %neuron&
berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. !atu neuron mengirimkan pesan dengan
mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui $elah
sinaptik, kemudian ditangkap oleh reseptor"reseptor pada $elah sinaptik tersebut
%aehr ) rots$her, +/+&.
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus yang membawa
sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh #esikel sinapsis,
sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter
dalam bentuk 'at kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh
jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. !e$ara sederhana, dapat dikatakan
bahwa neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam
berkomunikasi. Neurotransmiter mun$ul ketika ada pesan yang harus di
sampaikan ke bagian"bagian lain %aehr ) rots$her, +/+&.
!eluruh akti#itas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur
melalui tiga $ara, yaitu sinyal listrik pada neuron, 'at kimiawi yang disebut
neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. *ampir seluruh
akti#itas di otak memanfaatkan neurotransmitter %aehr ) rots$her, +/+&.
eberapa neurotransmiter utama, antara lain:
•
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GAA, glisina
•
(onoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin,
melatonin
•
entuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi dibentuk melalui
asupan yang berbeda. ahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam
amino.
Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi
meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan mema$u kegesitan
pikiran %Guyton ) *all, +-&.
0aringan otak terdiri atas berjuta"juta sel otak yang disebut neuron. !el ini
terdiri atas badan sel, ujung a1on dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu
dengan yang lain terdapat $elah yang disebut $elah sinaptik atau sinapsis. !atu
neuron menerima berbagai ma$am informasi yang datang, mengolah atau
mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang dibawa
suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. 2erjadi potensial aksi
dalam membran sel neuron yang memungkinkan dilepaskannya molekul
neurotransmiter dari a1on terminalnya %prasinaptik& ke $elah sinaptik lalu
ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. 2erjadilah
lon$atan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor
bisa terjadi 3supersensiti#itas4 dan 3subsensiti#itas4. !upersensiti#itas berarti
respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter
yang ditarik ke $elah sinaptik lebih banyak jumlahnya yang berakibat naiknya
kadar neurotransmiter di $elah sinaptik tersebut. !ubsensiti#itas reseptor adalah
bila terjadi sebaliknya. ila reseptor di blok oleh obat tertentu maka
kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang
ditarik ke $elah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar
%jumlah& neurotransmiter tertentu di $elah sinaptik %aehr ) rots$her, +/+&.
%!umber: www.ma$alester.edu&
!uatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas
enam neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin,
asetilkolin dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari
asam amino yang sama, tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai
katekolamin. !erotonin disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satu"
satunya indolamin dalam kelompok itu. !erotonin juga dikenal sebagai 5"
hidroksitriptamin %5"*2& %Guyton ) *all, +-&.
!elain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam
amino. Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua
neurotransmiter utama dari asam amino ini adalah gamma"aminobutyri$ a$id
%GAA& dan glutamat. GAA adalah asam amino inhibitor %penghambat&, sedang
glutamat adalah asam amino eksitator. 6adang $ara sederhana untuk melihat kerja
otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua neurotransmiter tersebut
%aehr ) rots$her, +/+&.
ila oleh karena suatu hal, misalnya subsensiti#itas reseptor"reseptor pada
membran sel paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin,
dopamin menurun kadarnya pada $elah sinaptik, terjadilah sindrom depresi.
Demikian pula bila terjadi disregulasi asetilkolin yang menyebabkan menurunnya
kadar neurotransmiter asetilkolin di $elah sinaptik, terjadilah gejala depresi %aehr
) rots$her, +/+&.
M"n"a3in 'an D$!r$si
•
Penelitian menunjukkan bahwa 'at"'at yang menyebabkan berkurangnya
monoamin, seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi. Akibatnya timbul
teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter
monoamin, terutama N7 dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. 2eori
ini diperkuat dengan ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan
monoamin oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamin di
sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi %Guyton ) *all,
+-&.
S$r""nin
•
Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke
korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, dan hipokampus.
Proyeksi ke tempat"tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan"
gangguan psikiatrik. Ada sekitar /8 reseptor serotonin, 5"*2/A dan
seterusnya yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat.
•
!erotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido.
!istem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus
berfungsi mengatur ritmik sirkadian %siklus tidur"bangun, temperatur
tubuh, dan fungsi a1is *PA&. !erotonin bersama"sama dengan norepinefrin
dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan.
!erotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia.
•
6elainan serotonin %5*2& berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan
jiwa yang men$akup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi
seksual, tidur, kognitif. dan gangguan makan.
•
anyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan
mempengaruhi sistem serotonin tersebut.
•
ungsi utama dari serotonin %5*2& adalah dalam pengaturan tidur, persepsi
nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam
perilaku agresi atau marah dan libido.
•
Gejala defisit : irritabilitas ) agresif, depresi ) ansietas, psikosis, migren,
gangguan fungsi seksual, gangguan tidur ) gangguan kognitif, gangguan
makan, Obsessi#e 9ompulsi#e Disorder %O9D&
•
Gejala berlebihan : sedasi, penurunan sifat dan fungsi agresi. Pada kasus
yang jarang: halusinasi
•
Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan
alat pen$itraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos"sinap 5"*2/A
dan 5"*2+A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan
serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi.
•
Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah
prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat
pengobatan. 6adar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif
dan bunuh diri.
•
2riptofan merupakan prekursor serotonin. 2riptofan juga menurun pada
pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan
mood
pada pasien depresi yang remisi dan indi#idu yang mempunyai riwayat
keluarga menderita depresi. (emori, atensi, dan fungsi eksekutif juga
dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan
gangguan
mood,
tapi tidak melalui serotonin. a dikaitkan dengan fungsi
kognitif yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan.
•
*asil metabolisme serotonin adalah 5"*AA %hidroxyindolaceticacid
&.
2erdapat penurunan 5"*AA di $airan serebrospinal pada penderita
depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi dengan usaha"
usaha bunuh diri.
•
Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian 77G tidur
dan *PA aksis. *ipofrontalitas aliran darah otak dan penurunan
metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan serotonin. Pada
penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin
prefrontal dan temporoparietal. ni menunjukkan bahwa adanya gangguan
As$i"in
•
Neuron kolinergik mengandung asetilkolin yang terdistribusi difus di
korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem
monoamin. Abnormal kadar kolin %prekursor asetilkolin& terdapat di otak
pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat menyebabkan
letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang normal. !elain itu, ia
juga dapat mengeksaserbasi simptom"simptom depresi dan mengurangi
simptom mania.
•
*ipotesis kolinergik mengklaim bahwa penurunan fungsi kognitif pada
demensia terutama terkait dengan penurunan neurotransmisi kolinergik.
*ipotesis ini telah menyebabkan minat yang besar dalam keterlibatan
putatif dari neurotransmisi kolinergik dalam proses pembelajaran dan
memori.
•
ungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan
pemusatan perhatian. erperan pula pada proses penyimpanan dan
pemanggilan
kembali ingatan, atensi dan respon indi#idu. Di otak, asetilkolin ditemukan
pada
cerebral cortex
, hipo$ampus %terlibat dalam fung;s ingatan&, bangsal
ganglia
%terlbat dalam fung;s motoris&, dan $erebelum %koordinasi bi$ara dan
motoris&.
A$h merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi di dalam neuron.
a
ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. A$*
memiliki
•
ungsi utama A$etyl$holine %A9h& adalah mengatur atensi, memori, rasa
haus, pengaturan mood, tidur <7(, memfasilitasi perilaku se1ual dan
tonus otot.
•
Gejala defisit: kurangnya inhibisi, berkurangnya fungsi memori, euphoria,
antisosial, penurunan fungsi bi$ara
•
Gejala berlebihan: o#er"inhibisi, an1ietas ) depresi dan keluhan somatik
•Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama
berupa kolin %Guyton ) *all, +-&.
N"ra'r$n$ri aau N"r$!in$4rin
•
Norepinefrin memiliki konsentrasi tinggi di dalam
locus ceruleus
serta
dalam konsentrasi sekunder dalam hipo$ampus, amigdala, dan korteks
serebral. !elain itu ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf
simpatis.
•
Norepinefrin dipindahkan dari $elah sinaptik dan kembali ke penyimpanan
melalui proses
reuptake
aktif.
•
ungsi =tama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi> mengatur 3fight"flight4dan proses pembelajaran dan memory.
•
Gejala defisit : ketumpulan, kurang energi %fati?ue&, depresi.
•
Gejala berlebihan : an1ietas, kesiagaan berlebih, penurunan rasa awas,
paranoia, kurang nafsu makan, dan paranoid.
•
adan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di
locus ceruleus
%@9& batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem
limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. a berperan dalam mulai
dan mempertahankan keterjagaan %proyeksi ke limbiks dan korteks&.
Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi perilaku
terhadap stressor dan pemanjangan akti#asi
locus ceruleus
dan juga
berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus
ceruleus
juga tempat neuron"neuron yang berproyeksi ke medula adrenal
dan sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.
•
!tresor akut dapat meningkatkan akti#itas @9. !elama terjadi akti#asi
fungsi @9, fungsi #egetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi
terhadap stressor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus
diteruskan ke @9, selanjutnya ke komponen simpatoadrenal sebagai
respon terhadap stressor akut tersebut. Porses kognitif dapat memperbesar
atau memperke$il respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.
•
<angsangan terhadap bundel forebrain
%jaras norepinefrin penting di otak&
meningkat pada perilaku yang men$ari rasa senang dan perilaku yang
bertujuan. !tressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di
forebrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia,
dan penurunan libido pada depresi.
•
*asil metabolisme norepinefrin adalah
3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol
%(*PG&. Penurunan akti#itas norepinefrin sentral dapat dilihat
berdasarkan
penurunan
ekskresi
(*PG.
eberapa
penelitian
menunjukkan bahwa (*PG mengalami defisiensi pada penderita depresi.
6adar (*PG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita
depresi yang di 792 %terapi kejang listrik& %Guyton ) *all, +-&.
D"!a3in
•
erbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada
kesimpulan bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses
pengingatan. (elalui mekanisme kompensasi yang dimun$ulkan oleh
dopamin, maka hubungan 'at kimia ini dalam proses belajar dan ingatan
dapat terlihat jelas.
•
Dopamin diproduksi pada inti"inti sel yang terletak dekat dengan sistem
akti#asi retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang
berfungsi membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan
meningkatkan kewaspadaan mental.
•
alaupun dopamin di produksi oleh otak, indi#idu tetap membutuhkan
asupan tirosin yang $ukup guna memproduksi dopamin. 2irosin di
temukan pada makanan berprotein seperti : daging, produk"produk susu
%sperti keju&, ikan , ka$ang panjang, ka$ang"ka$angan dan produk kedelai.
Dengan B"8 ons protein sehari, energi kita akan lebih terjaga.
•
ungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja $epat disekresikan oleh
neuron"neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron"neuron ini
terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin
biasanya sebagai inhibisi.
•
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapa area. !istem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke
setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio
ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah %midline&.
•Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal,
mesolimbik, mesokorteks"mesolimbik
(
!istem ini berfungsi untuk
mengatur moti#asi, konsentrasi, memulai akti#itas yang bertujuan, terarah
dan kompleks, serta tugas"tugas fungsi eksekutif. Penurunan akti#itas
dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan kognitif, motorik, dan
anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi %Guyton ) *all,
+-&.
•
Asam amino glutamat dan glisin merupakan neurotransmiter utama di !!P,
yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu
N(DA, kainat, @"AP8, dan A9PD. ila berlebihan, glutamat bisa
menyebabkan neurotoksik. Obat"obat yang antagonis terhadap N(DA
mempunyai efek antidepresan.
•
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatori utama pada otak dimana
hampir tiap area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi
tinggi di kortikostriatal dan di dalam sel serebelar. Gangguan pada
neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif
dan epilepsi.
•
ungsi utama glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan
memelihara fungsi otomatik.
•
Gejala defisit : gangguan memori, low energy, distra$tibilitas.
s$hi'ophrenia
•
Gejala berlebihan : kindling, sei'ures dan bipolar affe$ti#e disorder
%Guyton ) *all, +-&.
A+A
•
GAA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting
dalam gejala"gejala pada gangguan jiwa. *ampir tiap"tiap area otak berisi
neuron"neuron GAA.
•
GAA %
gamma-aminobutyric acid)
memiliki efek inhibisi terhadap
monoamin, terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik.
•
Pada penderita depresi terdapat penurunan GAA. !tressor kronik dapat
mengurangi kadar GAA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi
reseptor GAA. anyak jalur di otak menggunakan GAA dan
merupakan Neurotransmitter utama untuk sel Purkinje. GAA
dipindahkan dari sinaps melalui katabolism oleh GAA transaminase.
•
ungsi utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi,
ke$emasan dan aktif dalam fungsi eksitasi.
•
Gejala defisit : irritabilitas, hostilitas, tension and worry, an1ietas, sei'ure.
•Gejala berlebihan : mengurangi rangsang selular, sedasi dan gangguan
memori %Guyton ) *all, +-&.
/PA asis %
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
&
•
ila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari"hari kita
ter$atat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi
yang mengganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh.
2ubuh meningkatkan kewaspadaan untuk mengatasi stressor tersebut.
2arget adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan hormon
kortisol untuk mempertahankan kehidupan. 6ortisol memegang peranan
penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun,
dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan akti#itas glukokortikoid
%korti'ol& merupakan respon utama terhadap stressor. 6adar kortisol yang
meningkat menyebabkan 3umpan balik4, yaitu hipotalamus menekan
sekresi
cortikotropik-releasing hormone
%9<*&, kemudian mengirimkan
pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisi juga menurunkan produksi
adrenocortictropin hormon
%A92*&. Akhirnya pesan ini juga diteruskan
kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol.
•
Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran
pada awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk
terjadinya gangguan
mood pada masa dewasa.
•
!istem 9<* merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang
dialami seseorang pada awal kehidupannya. !tressor yang berulang
menyebabkan peningkatan sekresi 9<*, dan penurunan sensiti#itas
reseptor 9<* adenohipofisis. !tressor pada awal masa perkembangan ini
dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem neurobiologik
atau dapat membuat jejak pada sistem saraf yang berfungsi merespon
respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stressor dan
resiko terhadap penyakit"penyakit yang berkaitan dengan stressor
meningkat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa.
•
!tressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola
pengasuhan buruk, menyebabkan hiperakti#itas sistem neuron 9<*
sepanjang kehidupannya. !elain itu, setelah dewasa, reakti#itas aksis *PA
sangat berlebihan terhadap stressor.
•
Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan,
mengakibatkan hiperakti#itas dan sensiti#itas yang menetap pada sistem
saraf. 6eadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi
setelah dewasa. Depresi dapat di$etuskan hanya oleh stressor yang
derajatnya sangat ringan.
•
Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis"
adrenal terhadap stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang
mempunyai riwayat penyiksaan fisik dan seksual ketika masa anak lebih
tinggi dibanding kontrol.
•
!tressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik
seseorang terhadap stressor. 6erentanan ini menyebabkan sekresi 9<*
sangat tinggi bila orang tersebut menghadapi stressor. !ekresi tinggi 9<*
ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar hipotalamus, misalnya di
hipokampus. Akibatnya, mekanisme 3umpan balik4 semakin terganggu.
ni menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi 9<*
sehingga pelepasan 9<* semakin tinggi. *al ini mempermudah seseorang
mengalami depresi mayor, bila berhadapan dengan stressor.
•
Peningkatan akti#itas aksis *PA meningkatkan kadar kortisol. ila
peningkatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus
dapat terjadi. 6erusakan ini menjadi prediposisi depresi. !imptom
gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan hipokampus
•
*iperakti#itas aksis *PA merupakan penemuan yang hampir selalu
konsisten pada gangguan depresi mayor. Gangguan aksis *PA pada
depresi dapat ditunjukkan dengan adanya hiperkolesterolemia, resistennya
sekresi kortisol terhadap supresi deksametason, tidak adanya respon
A92* terhadap pemberian 9<*, dan peningkatan konsentrasi 9<* di
$airan serebrospinal. Gangguan aksis *PA, pada keadaan depresi, terjadi
akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan
balik. *al ini dapat diketahui dengan test D!2 %
dexamethasone supression
test
& %Guyton ) *all, +-&.
Pada pasien penyakit jiwa seperti ski'ofrenia terdapat berbagai keadaan
yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan
berikut: %/& terjadi hambatan terhadap sinyal"sinyal saraf di berbagai area pada
lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal"sinyal> %+& perangsangan
yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat"
pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau> %B& abnormalitas fungsi
dari bagian"bagian penting pada pusat"pusat sistem pengatur tingkah laku limbik
di sekeliling hipokampus otak %Guyton ) *all, +-&.
Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab ski'ofrenia se$ara tidak
langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala ski'ofrenia ketika
diobati dengan obat yang disebut @"DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam
otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu
bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang
berkaitan dengan lainnya. 2elah diduga bahwa pada ski'ofrenia terjadi kelebihan
dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan
dopamin yang badan selnya terletak di tegmentum #entral dari mesensefalon, di
sebelah medial dan superior substansia nigra. !ekresi dopamin ke bagian medial
dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus
kaudatus anterior dan sebagian lobus prefrontalis. !emua ini merupakan pusat"
pusat pengatur tingkah laku yang sangat berpengaruh. !uatu alasan yang lebih
meyakinkan untuk memper$ayai bahwa ski'ofrenia mungkin disebabkan oleh
produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obat"obat yang bersifat
efektif mengobati ski'ofrenia seperti klorproma'in, haloperidol, dan thiothiksen
semuanya mengurangi sekresi dopamin pada ujung"ujung syaraf dopaminergik
atau mengurangi efek dopamin pada neuron yang selanjutnya %Guyton ) *all,
+-&.
a3#ar Pa"4isi""i Si"4r$nia
Pa"4isi""i si"4r$nia
Pada ski'ofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa,
terutama di korteks prefrontalis, dan pada pasien tipe %negati#isme& terdapat
penurunan sejumlah neuron %penurunan jumlah substansia grisea&. !elain itu,
migrasi neuron abnormal selama perkembangan otak se$ara patofisologis sangat
bermakna.
Atrofi penonjolan dendrit dari sel piramidal telah ditemukan pada korteks
prefrontalis dan girus singulata. Penonjolan dendrit mengandung sinaps
glutaminergik, sehingga transmisi glutamineriknya terganggu. !elain itu, pada
area yang terkena, pembentukan GAA dan atau jumlah neuron GAAnergik
tampaknya berkurang sehingga penghambatan sel piramidal menjadi berkurang.
(akna patofisiologis khusus dikaitkan dengan dopamin. A#ailabilitas
dopamin atau agonis dopamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala
ski'ofrenia. Penghambatan pada reseptor dopamin"D
+telak sukses digunakan
dalam penatalaksanaan ski'ofrenia.. Di sisi lain, penurunan reseptor D
+yang
dengan gejala negatif ski'ofrenia., seperti kurangnya emosi. Penurunan reseptor
dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin mungkin terjadi akibat
pelepasan dopamin yang meningkat dan ini tidak memiliki efek patogenetik.
Dopamin berperan sebagai transmiter melalui beberapa jalur %!ilbernagl,
+B&:
a 0alur dopaminergik ke sistem limbik %mesolimbik&
b 0alur dopaminergik ke korteks %sistem mesokorteks& mungkin
penting dalam perkembangan ski'ofrenia
$ Pada sistem tubuloinfundibular, dopamin mengatur pelepasan
hormon hipofisis %terutama pelepasan prolaktin&
d Dopamin mengatur akti#itas motorik pada sitem nigrostriatum
!erotonin mungkin juga berperan dalam menimbulkan gejala ski'ofrenia.
6erja serotonis yang berlebihan dapat menimbulkan halusinasi dan banyak obat
antipsikotik akan menghambat reseptor 5"*2+A.
*ipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan akti#itas dopamin sentral %hipotesis dopamin&. *ipotesis ini dibuat berdasarkan tiga penemuan utama %Psikiatri =&:
/. 7fekti#itas obat"obat neuroleptik %misalya fenotia'in& pada ski'ofrenia, ia bekerja memblok reseptor dopamin pas$a sinaps %tipe D+&.
+. 2erjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi sukar dibedakan, se$ara klinik dengan psikosis ski'ofrenia paranoid akut. Amfetamin melepaskan dopamin sentral. !elain itu, amfetamin juga memperburuk ski'ofrenia.
B. Adanya peningkatan jumlah reseptor D+ di nukleus kautdatus, nukleus akumbe dan putamen pada ski'ofrenia.
*ipotesis Dopamin !ki'ofrenia
Pengenalan bahwa dopamin, suatu neurotransmitter eksitator, yang kemungkinan memainkan peran dalam patogenesis, patofisiologi, dan farmakoterapi ski'ofrenia merupakan temuan kun$i di jalan untuk meringankan gangguan tersebut. Dopamin merupakan neurotransmitter endogen biasanya ada di seluruh tubuh manusia. =ntuk memungkinkan komunikasi antara neuron, neuron presinaptik melepaskan
dopamin ke dalam sinaps untuk melakukan perjalanan ke neuron postsynaptic dengan mengikat reseptor dopamin dan kemudian menstimulasi neuron pas$a"sinaptik. Dopamin yang tersisa di sinaps ini kemudian dibawa kembali ke dalam neuron presinaptik oleh transporter dopamin untuk ditempatkan dalam paket yang akan dilepas bila diperlukan %rasi$, +/B&.
Garis besar bukti berkumpul untuk mengkonfirmasi gagasan bahwa perubahan dalam densitas, distribusi, dan fungsi neuroreseptor D+ dan DB di otak berperan dalam patogenesis dan patofisiologi ski'ofrenia. *ipotesis dopamin pada ski'ofrenia mengusulkan bahwa ski'ofrenia adalah hasil dari disfungsi neurotransmisi dopaminergik di otak. 6emungkinan terdapat beberapa subtipe biologis yang berbeda dari orang dengan ski'ofrenia. 2emuan yang berbeda dari penelitian yang diterbitkan tentang neuroreseptor pada orang dengan ski'ofrenia mungkin hasil dari perbedaan subkelompok biologis yang
tidak diketahui dari populasi orang dengan sindrom klinis ski'ofrenia. !ebuah subkelompok biologis orang dengan ski'ofrenia tampaknya memiliki penurunan basal, le#el tonik dopamin intrasinaptik yang mengakibatkan hiperfungsi sistem dopaminergik pada ski'ofrenia. Gejala"gejala positif ski'ofrenia, menyajikan pada masa remaja dan
dewasa muda, termasuk halusinasi, delusi, dan masalah proses berpikir, yang diduga hasil dari sebuah kelebihan fase intermiten dopamin di sinaps dalam subkelompok orang yang bermanifestasi sindrom klinis ski'ofrenia. Gejala"gejala negatif ski'ofrenia, termasuk
apatis, penarikan, dan kurangnya moti#asi, yang diduga hasil dari defisit tonik intermiten dopamin dalam sinaps pada subkelompok orang dengan sindrom klinis ski'ofrenia. Dengan demikian, populasi orang dengan ski'ofrenia benar"benar termasuk beberapa kelompok biologis yang tidak diketahui yang berbeda masing"masing dengan pola khas disfungsi neurore$eptors ter$ermin dalam pola unik kepadatan neurore$eptor dan distribusi di bagian tertentu dari otak. 2ujuan dari studi pen$itraan dari neurore$eptors di ski'ofrenia adalah untuk membedakan karakteristik identifikasi unik dari masing"masing kelompok biologis dari populasi orang dengan sindrom klinis ski'ofrenia %<obert, +-&.
Penemuan bahwa gejala positif ski'ofrenia diatasi ketika -C sampai C dari neuroreseptor dopamin menyerupai D+ di otak ditempati oleh obat"obatan antipsikotik yang ditunjukkan oleh P72 merupakan kemajuan besar dalam pengembangan obat baru untuk mengobati orang dengan ski'ofrenia. P72 memungkinkan dokter untuk menentukan dosis optimal obat yang memblokir reseptor D+ dopamin untuk menghasilkan efek terapeutik dengan efek samping minimal. Dosis antipsikotik tipikal mengakibatkan lebih besar dari C hunian reseptor dopamin D+ di otak yang
ditunjukkan oleh P72 dapat meningkatkan risiko pengembangan diskinesia tardi#e, gangguan gerak lain, dan efek samping lainnya mungkin dengan dosis yang lebih tinggi. Dengan demikian, studi pen$itraan densitas dan distribusi reseptor D+ dopamin sebelum dan sesudah administrasi agen terapi untuk ski'ofrenia merupakan alat untuk mengidentifikasi dosis terapi.
!elain itu hipotesis bahwa akti#itas dopaminergik berlebihan yang berperan dalam gangguan kognitif beberapa orang dengan ski'ofrenia dikonfirmasi oleh studi hewan. (isalnya, gangguan memori kerja terjadi pada tikus dengan re#ersibel peningkatan jumlah reseptor dopamin D+ di otak. 2emuan ini memberikan bukti bahwa karakteristik o#erakti#itas dopaminergik dari subkelompok biologis dari populasi orang dengan ski'ofrenia dapat menyebabkan gangguan kronis dalam memori kerja. Pada tikus reseptor dopamin D/ dan D+ berbeda"beda memodulasi penghambatan asam gamma amino butirat %GAA& di neuron piramidal kortikal prefrontal. 2emuan ini menyediakan mekanisme yang mungkin untuk defisit memori dari subkelompok biologis dari populasi orang dengan ski'ofrenia. Pengamatan ini dapat memberikan dasar untuk hipotesis tentang kemungkinan disfungsi prefrontal manusia dengan ski'ofrenia yang akan diuji melalui eksperimenneuroimaging .
P$n7iraan Sis$3 S$r""nin Di Si"4r$nia
7fek menguntungkan dari neuroleptik atipikal menawarkan bukti lebih lanjut bahwa sistem serotonin berperan dalam patofisiologi ski'ofrenia. Perubahan dalam sistem serotonergik mungkin berkontribusi pada gejala suasana hati orang dengan ski'ofrenia. Gejala suasana hati yang umum pada orang dengan ski'ofrenia. !ekitar sepersepuluh dari orang dengan ski'ofrenia bunuh diri. Gejala"gejala mood subkelompok orang dengan ski'ofrenia $enderung merupakan hasil dari disfungsi sistem serotonergik dalam hubungannya dengan anomali sistem dopaminergik %rasi$, +/B&.
/i!"$sis ua3a !a'a Si"4r$nia
Glutamat, sebuah neurotransporter eksitator, dapat berpartisipasi dalam patogenesis dan patofisiologi ski'ofrenia. !ekelompok orang dengan ski'ofrenia terjadi pengurangan kronis pada korteks frontal sehingga mengakibatkan kompensasi yaitu peningkatan dopamin pada striatum. 6arakterisasi peran glutamat pada
patofisiologi ski'ofrenia dapat ditingkatkan dengan mem#isualisasikan phencyclidine (PP) site dari saluran reseptor untuk reseptor glutamat N"methyl"D"aspartat %N(DA&. (eskipun pen$itraan situs P9P saluran reseptor N(DA di$apai dengan $ara P72 setelah injeksi E/+BF"N"%/"naftil&"N"%B"iodophenyl&"N"methylguanidine%E/+BF"9N!"/+-/&, sebuah radioligand yang melekat pada situs P9P di thalamus dan area otak lainnya, tidak membedakan orang ski'ofrenia dari subyek kontrol normal sehat, administrasi $lo'apine, sebuah neuroleptik atipikal, mengurangi pengikatan E/+BF"9N!"/+-/. *asil ini menunjukkan bahwa $lo'apine bertindak sebagian melalui sistem glutamatergik. *ipotesis glutamat pada ski'ofrenia mengusulkan bahwa gejala negatif ski'ofrenia adalah hasil dari hipoglutamatergik endogen. Glutamat juga mungkin memainkan peran dalam gejala positif ski'ofrenia. de ini didukung oleh temuan bahwa pemberian ketamin %6etalarH&, sebuah glutamat agonis memblokir saluran reseptor N(DA untuk situs P9P, menginduksi gejala positif ski'ofrenia pada orang dewasa yang sehat. !elain itu, ketamin mengurangi pengikatan dalam korteks retrosplenial dan singulata setelah administrasi @"85I, sebuah radiotra$er dengan afinitas tinggi untuk dopamin ekstrastriatal. !elanjutnya, ketamine mengurangi penyerapan E//9Fraclopride oleh reseptor D+ dopamin di striatum sambil menghasilkan halusinasi dan gejala psikotik lainnya, Di sisi lain, ketamin meningkatkan penyerapan transporter dopamin %DA2& pada monyet ditunjukkan melalui s$an mengikuti administrasi %"&"+"betaE//9F$arbometho1y"B"beta %8"fluorophenyl& tropane %E//9Fbeta"92& dan N"%+"fluoroethyl&"+"betaE//9F $arbometho1y"B"beta%8" iodophenyl&tropane%E9Fbeta92"7& melalui mekanisme yang tidak diketahui, (irip dengan primata, manusia adalah penggunaan kronis ketamin menunjukkan ketersediaan reseptor dopamin D/ di korteks prefrontal dorsolateral. Penggunaan kronis ketamin oleh manusia $enderung mengubah transmisi dopamin di wilayah prefrontal menghasilkan defisit dalam memori dan fungsi eksekutif, karena itu, hipotesis glutamat ski'ofrenia mengusulkan bahwa gangguan konekti#itas sinaptik yang dihasilkan dari disfungsi N" methyl"D"aspartat %N(DA& reseptor di korteks prefrontal didukung oleh
%/& endofenotip dopamin berhubungan dengan ski'ofrenia, dan
%+& produksi gejala positif ski'ofrenia dengan pemberian kronis ketamin
Pemberian ketamin, antagonis nonkompetitif dari reseptor saluran N(DA, reseptor glutamat, untuk orang dewasa yang sehat menghasilkan peningkatan rilis dopamin terinduksi amfetamin sebanding dengan orang dewasa ski'ofrenia. Administrasi @J B58I8, agonis kelompok reseptor metabotropik glutamat %mGlu& untuk babon
meningkatkan pelepasan dopamin terinduksi amfetamin. 2emuan ini menunjukkan bahwa pada primata, gangguan transmisi glutamat adalah kemungkinan hasil dalam regulasi yang rusak pada neurotransmisi dopaminergik. enomena yang sama dapat terjadi pada manusia dengan endofenotip dopamin berhubungan dengan ski'ofrenia. 2emuan ini mendukung hipotesis glutamat ski'ofrenia bahwa defisit fungsi glutamat di korteks dorsolateral prefrontal menyebabkan gangguan regulasi dari neurotransmisi dopaminergik untuk memproduksi gejala positif ski'ofrenia pada manusia. !elain itu sebuah genotipe $ate$hol"O"methyltransferase %9O(2& mempengaruhi kognisi dan korteks prefrontal pada manusia. Polimorfisme fungsional untuk gen 9O(2 meningkatkan risiko ski'ofrenia dan psikosis lainnya. E//9FNN9//+, radiotracer P72 untuk reseptor D/ dopamin, menunjukkan pengikatan lebih besar dalam korteks, tetapi tidak pada striata, manusia yang sehat dengan homo'igot untuk alel #alin daripada manusia carrier yang sehat. ni menemukan membuktikan hipotesis bahwa 9O(2 mengatur neurotransmisi dopaminergik di korteks dan bukan striata pada manusia yang sehat. Penelitian pen$itraan di masa depa,n sistem 9O(2 dapat menjelaskan disfungsi jalur tersebut pada ski'ofrenia. 2emuan ini selanjutnya memberikan dasar untuk mempertimbangkan inter#ensi terapi 9O(2 termasuk tol$apone, penghambat 9O(2 %rasi$, +/B&.
*ipotesis glutamat pada ski'ofrenia lebih lanjut dibuktikan oleh temuan bahwa orang yang berisiko ski'ofrenia menunjukkan berkurangnya glutamat di thalamus dan peningkatan glutamin dalam singulata anterior berbeda dengan orang dewasa yang sehat
DAFTAR PUSTAKA