• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kanker Payudara

2.1.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Menkes, 2010).

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persarafan jaringan payudara. (Rasjidi, 2010)

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi dari penyakit kanker payudara belum dapat di jelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.

Faktor-faktor risiko adalah :

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dihindari a. Gender

Wanita adalah resiko utama dari kanker payudara ini. Pria juga bisa mengidap kanker payudara, namun perbandingannya adalah 100 : 1 wanita yang terkena kanker payudara dibandingkan pria.

(2)

b. Usia

Peluang mengidap kanker payudara meningkat pada wanita yang usianya sudah tua. Sekitar satu dari delapan penderita kanker payudara invasif ditemukan pada wanita yang berusia di bawah empat puluh lima tahun, sedangkan dua dari tiga wanita yang mengidap kanker payudara invasif ditemukan pada wanita yang berusia di bawah empat puluh lima tahun, sedangkan dua dari tiga wanita yang mengidap kanker payudara invasif berusia lima puluh lima tahun ke atas ketika kanker tersebut terdeteksi.

c. Faktor Risiko Genetis

Ada dua jenis gen BRCA 1 dan BRCA 2. Wanita dengan mutasi BRCA 1 dan BRCA 2 warisan mempunyai peluang hingga delapan puluh persen berkembangnya kanker payudara selama kehidupan mereka, dan hal ini terjadi sering kali pada usia yang lebih muda dibandingkan wanita yang tidak terlahir dengan salah satu mutasi gen ini.

d. Periode Menstruasi

Wanita yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena kanker payudara yang sedikit lebih tinggi. Mereka mempunyai periode menstruasi yang lebih dan sebagai akibatnya mempunyai lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.

(3)

e. Radiasi Payudara yang Lebih Dini

Wanita yang ketika anak-anak atau remaja menjalani terapi radiasi pada area dada sebagai perawatan terhadap kanker lain (seperti penyakit hodgnik atau limfoma, bukan hodkin) secara signifikan akan mengalami peningkatan resiko terkena kanker payudara.

2. Faktor Risiko yang Bisa Dihindari

a. Tidak Mempunyai Anak atau Mempunyai Anak Saat Berusia Tua Wanita yang tidak mempunyai anak atau mereka yang mempunyai anak pada saat usia 30 tahun ke atas, mempunyai peluang terkena kanker payudara yang sedikit lebih tinggi. Menjadi hamil lebih dari satu kali dan pada usia produktif kehamilan bisa mengurangi jumlah total siklus menstruasi seumur hidup wanita, yang mungkin menjadi alasan dari efek ini.

b. Menggunakan Pil Pengontrol Kehamilan

Beberapa kajian telah menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil pengontorol kehamilan mempunyai resiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakannya. Wanita yang berhenti menggunakan pil ini lebih dari sepuluh tahun yang lalu tampaknya tidak mempunyai peningkatan resiko.

c. Terapi Hormon Post-Menopause (PHT)

Perlu diketahui bahwa penggunaan PHT berkombinasi dalam waktu yang panjang (beberapa tahun atau lebih) bisa meningkatkan resiko

(4)

terkena kanker payudara dan mungkin meningkatkan peluang meninggal akibat kanker payudara ini. Kanker payudara mungkin juga ditemukan pada tahapan yang lebih lanjut, yang mungkin disebabkan PHT bisa mengurangi keefektifan mammogram. Lima tahun setelah menghentikan PHT, resiko kanker payudara tampaknya akan berkurang dan kemudian menjadi norma.

d. Tidak memberikan ASI

Pemberian ASI bisa mengurangi resiko terkena kanker payudara, khususnya jika pemberian ASI bisa mengurangi jumlah total periode menstruasi wanita, seperti halnya pada saat menjalani kehamilan. e. Mengkonsumsi Alkohol

Wanita yang meminum satu gelas sehari mempunyai peningkatan resiko yang sangat kecil. Mereka yang meminum dua hingga lima gelas sehari akan mengalami peningkatan resiko sekitar satu setengah kali lipat dari wanita yang tidak meminum alkohol sama sekali.

f. Obesitas

Sebelum menopause, ovarium anda memproduksi banyak estrogen, dan jaringan lemak menghasilkan jumlah estrogen yang kecil. Setelah menopause (ketika ovarium berhenti menghasilkan estrogen), kebanyakan estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Mempunyai jaringan lemak yang berlebih setelah menopause bisa meningkatkan tingkat estrogen anda dan karenanya kemungkinan juga bisa meningkatkan perkembangan kanker payudara.

(5)

g. Kurang Berolahraga

Satu kajian menemukan bahwa sedikitnya satu jam lima belas menit hingga dua setengah jam berjalan cepat per minggu bisa mengurangi risiko kanker payudara.

3. Faktor Risiko yang Tidak Pasti a. Makanan Tinggi Lemak

Mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi salah satu faktor resiko terkena kanker payudara. Banyak kajian menemukan bahwa kanker payudara kurang umum di negara-negara di mana makanan khasnya adalah rendah lemak.

b. Penggunaan Bra dan Antikeringat

Zat kimiawi yang terkandung dalam antikeringat yang digunakan di ketiak di serap melalui kulit, bercampur dengan sirkulasi limfa, dan menyebabkan racun-racun yang tebentuk di payudara, yang pada akhirnya mengarah pada kanker payudara. Selain antikeringat, penggunaan bra bisa menyebabkan kanker payudara dengan alasan bahwa penggunaan bra bisa menghambat aliran limfa.

c. Susuk Payudara

Penanaman silikon pada payudara bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada payudara dan ini dapat memicu terjadinya kanker payudara (Pamungkas, 2011).

(6)

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Sukarja, 2009 (dalam Lubis, 2011) transformasi Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi gen.

Menurut Sarwono, 2006 (dalam Lubis, 2011) pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap insiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Menurut Sukardja, 2000 (dalam Lubis, 2011) apabila ditemukan suatu kesalahan, maka basa-basa DNA yang terlibat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut, akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan tersebut dan menghentikan sel di titik tersebut dari proses pembelahan. Ini untuk menentukan sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun ke jaringan sekitar. Stadium hanya dikenali pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk

(7)

menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan di dukung dengan pemeriksaan penunjang lain, yaitu: histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT-scan.

2.1.4 Gejala Klinis

Menurut Smeltzer, S., 2002 (dalam Tanjung 2012) gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.

Gejala-gejala kanker payudra yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.

Ketika tumor semakin membesar, gejala-gajala di bawah ini mungkin muncul:

a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tiadak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak.

b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.

c. Kerutan pada kulit payudara seperti kulit jeruk (peau d’orange) d. Keluarnya cairan dari payudara, umumnya berupa darah.

(8)

e. Pembengkakan atau adanya tarikan pada putting susu. (Bustan, 2007) 2.1.5 Stadium-Stadium Kanker Payudara

Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut. Stadium kanker payudara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Stadium 0

Pada stadium ini, kanker tidak atau belum menyebar keluar dari pembuluh atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobula) susu pada payudara. stadium inilah yang disebut dengan karsinoma duktal in situ atau kanker yang tidak invasif.

2. Stadium I (Stadium dini)

Pada stadium ini, tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening. Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

3. Stadium II a. Stadium II a

Pada stadium ini pasien mengalami hal-hal sebagai berikut:

1) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah di temukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes) ; 2) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm. belum

(9)

3) Tidak ada tanda-tamda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

b. Stadium II b

Pada stadium II b ini, penderita kanker payudara akan mengalami atau berada pada kondisi sebagai berikut:

1) Diameter tumor lebih besar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm; 2) Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak; dan 3) Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm, tapi belum menyebar.

4. Stadium III a. Stadium III a

Pada stadium ini, penderita kanker payudara berada dalam kondisi sebagai berikut:

1) Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak; dan

2) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.

b. Stadium III b

Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding atau menyebabkan pembengkakan, dan bisa juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast cancer. Bisa jadi sudah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

(10)

c. Stadium III c

Pada stadium ini, kondisinya hampir sama dengan stadium III b, tetapi kanker telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3. Dengan kata lain, kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening di bawah tulang selangka.

d. Stadium IV

Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang sangat kecil kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada stadium ini, ukuran tumor sudah tidak bisa ditentukan lagi dan telah menyebar atau bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti pada tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ tubuh lainnya (Pamungkas, 2011).

2.1.6 Diagnosis

Menurut Gleadle, 2007 (dalam Lubis, 2008) diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

a. Anamnesa

Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksiola dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa penebalan seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada region kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tampat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati,

(11)

dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah). Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta fakto resiko kanker payudara pada pasien jug ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007). b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran bentuk dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).

Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal batal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus di amati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan adalah benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsisten (keras, kenyal,

(12)

lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjo-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).

Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada kleuar sekret dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudra didapati juga benjolan pada kelenjar getah aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle, 2007).

c. Pemeriksaan Tambahan a) Mamografi b) CT pada payudara c) Ultrasonografi (USG) d) MRI payudara e) Skrining tulang

d. Pemeriksaan biopsy jarum halus

Menurut pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologic dicurigai merupakan suatu kegansan (Davey, 2006).

(13)

e. Pemeriksaan Laboratorium dan Histologik

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase (Davey, 2006). Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

2.1.7 Pencegahan Kanker Payudara 1. Pencegahan Primer

a. Promosi dan edukarif pola hidup sehat

b. Menghindari faktor risiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak, kurang serat, prerokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal>5 tahun)

2. Pencegahan Sekunder

a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

b. Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm.

c. USG, untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor.

d. Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan.

(14)

3. Pencegahan Tersier a. Diagnosis dan Terapi

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara klinis dan investigasi diagnostic. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhan, memperpenjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi : operasi, radiasi, kemoterapi, dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

b. Pelayanan Paliatif

Hamper di seluruh dunia pasien kanker payudara terdiagnosis dalam stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan terkoodinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan paliatif yang baik dpat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara (Putri, 2011).

(15)

2.2. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 2.2.1 Pengertian SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Putri, 2011).

Munurut Dalimartha, 2007 (dalam Maharani, 20011) SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer

Society, menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat

mencapai usia 20 tahun. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis. 2.2.2 Manfaat SADARI

Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Suryaningsih, 2009).

(16)

2.2.3 Tujuan SADARI

Tujuan dari SADARI adalah untuk mendeteksi sedini mungkin apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama dicurigai ganas, sehingga dpat menurunkan angka kematian (Nugroho, 2011).

Tujuan dilakukan secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui (Bustan, 2007).

2.2.4 Waktu SADARI

1. Waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid 7-10 hari setelah haid, karena payudara akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan.

2. Waktu : 10 menit, setiap bulan periksa payudara (Saputri, 2011). 2.2.5 Langkah-Langkah Melakukan SADARI

1. Melihat perubahan payudara di hadapan cermin

a. Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak).

Gambar 2.1 SADARI dengan Melihat Payudara (Ihea, 2006)

b. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.

(17)

c. Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

Gambar 2.2 SADARI dengan Mengangkat Kedua Tangan (Ihea, 2006)

d. Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

Gambar 2.3 SADARI dengan Tangan di Samping (Ihea, 2006)

Gambar 2.4 SADARI dengan Berkacak Pinggang (Ihea, 2006)

e. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang atau tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

(18)

2. Memeriksa Perubahan Bentuk Payudara Dengan Posisi Berbaring

Gambar 2.5 SADARI dengan Posisi Berbaring (Ihea, 2006) a. Dimulai dari payudara kanan

b. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut dengan meletakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa.

c. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. d. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.

e. Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan.

3. Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Pemutaran.

Gambar 2.6 SADARI dengan Vertical Strip (Ihea, 2006)

a. Memeriksa seluruh bagian payudara secara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke batas bawah payudara, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak.

b. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan terkan kuat untuk merasakan benjolan.

(19)

c. Gerakan tangan dengan perlahan-lahan ke batas bawah payudara dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian batas bawah payudara, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan payudara.

d. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

Gambar 2.7 SADARI secara Pemutaran (Ihea, 2006) 2. Memeriksa payudara dengan secara pemutaran

a. Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.

b. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa.

c. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. d. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan

tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah aerola mammae. 3. Pemeriksan cairan di puting payudara

(20)

a. Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

4. Memeriksa ketiak

Gambar 2.9 SADARI dengan Memeriksa Ketiak (Ihea, 2006)

a. Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

Jika pada tahap-tahap pemeriksaan tersebut ditemukan adanya kelainan pada payudara dan daerah aksila (ketiak) berupa benjolan, nyeri, kemerahan, ulkus, perubahan pada putting, dan perubahan pada kulit payudara, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih akurat. Dengan begitu diharapkan diagnosa pasti dapat segera deketahui dan dapat segera dilakukan langkah yang tepat untuk pengobatan serta diharapkan prognosisnya akan lebih baik.

2.3. Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Menurut WHO 1974, definisi tentang remaja dikemukakan dalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

(21)

Remaja adalah suatu masa di mana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi pilihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2012).

Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas (Asrori, 2006).

2.3.2 Batasan Remaja

Menurut WHO, membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun (Sarwono, 2012).

2.3.3 Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Menurut Widyastuti, 2009 (dalam Saputri, 2012), pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalam perubahan tersebut terjadi perubahan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tand berikut:

(22)

1. Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah organ seks. Pada laki-laki gonad atau testes. Organ itu terletak di dalam scrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadi pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun.

Semua organ wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatannya antara satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.

2. Tanda Seks Sekunder a. Pada Remaja Laki-laki

1) Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan. Ketika rambut kemaluan hamper selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti kumis dan cambang.

2) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. 3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif. 4) Otot

(23)

5) Suara

Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka trjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga semakin meningkat.

b. Pada Remaja Perempuan 1) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga seperti halnya laki-laki. Tumbuhnya rabut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak sat haid.

2) Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat. 3) Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

4) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

5) Otot

Menjelang masa puber, otot semakin membesar dan kuat. 6) Suara

(24)

7) Payudara

Pertumbuhan buah dada (payudara)

Pada saat pubertas, buah dada berkembang. Pertumbuhan dada dapat dipakai salah satu indikator maturnitas perempuan. Pertumbuhannya payudara dapat diurutka sebagai berikut:

a. Stadium I

Hanya berupa penonjolan puting, dan sedikit pembengkakan jejaring di bawahnya, stadium ini terjadi pada usia 10-12 tahun. b. Stadium II

Payudara mulai sedikit membesar di sekitar puting dan aerola (daerah hitamdi seputar puting), disertai dengan perluasan aerola. c. Stadium III

Aerola, puting susu dan jejaring payudara tampak semakin menonjol danmembesar, tetapi aerola dan puting masih belum tampak terpisah dari jejaring sekitarnya.

d. Stadium IV

Stadium matang, papilla menonjol, aerola melebar, jejaring payudara membesar dan menonjol membentuk payudara dewasa. 2.4. Konsep Pengetahuan Remaja Putri

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom, 1908 (dalam Notoadmojo, 2012) Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengidraan terjadi melalui pancaindra manusia,

(25)

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, missal: tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini pengetahuan remaja putri tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). 2.4.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan Kratwohl, 2001 (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup:

1. Mengingat (Remembering)

Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini remaja putri dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). 2. Memahami (Understanding)

Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya:

1. Menerjemahkan (Interpreting) 2. Mencontohkan (Exemplifying) 3. Mengklasifikasikan (Classifying)

(26)

4. Meringkas (Summarizing) 5. Menyimpulkan (Inferring) 6. Membandingkan (Comparing) 7. Menjelaskan (Explaining) 8. Mengaplikasikan

9. Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu.

Dalam hal ini remaja putri memahami tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan menjelaskan tujuan SADARI, kapan melakukan SADARI dan bagaimana cara melakukan SADARI dengan benar.

3. Menerapkan (Appling)

Penggunaan suatu prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Dalam hal ini remaja putri setelah memahami tentang bagaimana Pemeriksaan Payuadara Sendiri (SADARI) maka remaja tersebut dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menganalisis (Analysing)

Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing). Misalnya remaja putri mengetahui cara melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan bisa membedakan bagaimana melakukan SADARI

(27)

pada saat berdiri di depan cermin, saat berbaring ataupun saat pemeriksaan pada ketiak.

5. Mengevaluasi ( Evaluating)

Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing), Dalam hal ini kemampuan remaja putri dalam menilai apa manfaat dari Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). 6. Menciptakan (Creating)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:

1. Hipotesa (Generating) 2. Perencanaan (Planning) 3. Penghasil (Producing)

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) Tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena di pengaruhi oleh beberpa faktor, antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.Tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

(28)

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan. Misalnya, Remaja putri yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di bandingkan dengan remaja putri yang tingkat pendidikannya rendah.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proposi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Dalam hal ini aspek psikologi atau mental taraf berpikir remaja putri sudah mampu menerima dan memahami tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

4. Minat

Minat sebagai suatu kecerundungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Dalam hal ini remaja putri memiliki minat yang tinggi dalam melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sehingga remaja tersebut dengan sendirinya akan memeperdalam pengetahuannya tentang SADARI.

(29)

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi denga lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. Misalnya, jika remaja putri yang sudah mengetahui dan berpengalaman dalam melakukan SADARI maka remaja tersebut akan secara rutin melakukan SADARI setiap bulannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Misalnya, remaja putri yang hidup dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan dalam melakukan SADARI maka akan membentuk sikap remaja itu sendiri dalam melakukan SADARI.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Dalam hal ini semakin mudah remaja putri memperoleh informasi-informasi tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) maka akan menambah pengetahuan remaja putri tentang SADARI itu sendiri.

2.5 Hasil Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2012) dengan judul Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

(30)

Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta. Adapun hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan remaja putri di MAN Surakarta tentang SADARI dalam kategori cukup yaitu sebanyak 87 responden (72,5%). Hasil ini menunjukkan remaja putri di MAN Surakarta sudah cukup baiki mengetahui SADARI.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dona (2011) dengan judul Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Angkatan Tahun 2009 Fakultas Ekonomi USU Medan Tentang Kanker Payudara dan SADARI. Diperoleh hasil sebanyak 3 responden (3,9%) yang berpengatahuan baik, 54 responden (71,1%) yang berpengetahuan sedang dan 19 responden (25%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kanker payudara dan SADARI pada mahasiswi angktan tahu 2009 Fakultas Ekonomi USU Medan berada pada kategori sedang.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) dengan judul Pengetahuan Remaja Putri Tentang Cara Melakukan SADARI di Desa Bakalan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dengan hasil penelitian dari 202 responden yang merupakan remaja putrid di Desa Bakalan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo diperoleh bahwa sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang SADARI.

(31)

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.10. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Informasi 5. Lingkungan budaya. (Notoatmodjo, 2005) Pengetahuan remaja putri tentang SADARI Pengetahuan remaja tentang SADARI: 1. Definisi SADARI 2. Tujuan SADARI 3. Waktu SADARI 4. Cara pemeriksaan SADARI (Suryaningsih, 2009) Tingkat Pengetahuan: 1. Mengingat (Remembering) 2. Memahami (Understanding) 3. Menerapkan (Appling) 4. Menganalisis (Analysing) 5. Mengevaluasi (Evaluating) 6. Menciptakan (Creating)

Aderson dan Kratwohl, 2001 (dalam Widodo, 2006: 140)

(32)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.11. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan

Remaja Putri SMA Negeri 4 Gorontalo SADARI 1. Definisi 2. Tujuan 3. Waktu 4. Cara Pemeriksaan

Gambar

Gambar 2.1 SADARI dengan Melihat Payudara (Ihea, 2006)
Gambar 2.2 SADARI dengan Mengangkat Kedua Tangan (Ihea, 2006)
Gambar 2.5 SADARI dengan Posisi Berbaring (Ihea, 2006)  a.  Dimulai dari payudara kanan
Gambar 2.8 SADARI dengan Memeriksa Puting Susu (Ihea, 2006)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pernikahan adat masyarakat Timor Leste melestarikan barlake (permintaan mahar) dimana barlake tersebut hanya untuk perempuan dari keluarga “kaben-sai” (marriage-out)

To ensure the conformity of the products manufactured with the sample material and/or sold we operate an effective quality assur- ance system and shall maintain it for the whole

Paket Pekerjaan ini terbuka untuk Peyedia Jasa Konsultansi Badan Usaha ( memiliki Izin Usaha Jasa Konsultansi) yang memenuhi Persyaratan kualifikasi bidang/layanan

oleh penelitian Rahayu (2010: 64), ia menemukan bahwa modus transfer pricing dilakukan dengan cara merekayasa pembebanan harga transaksi antar perusahaan yang

Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen dalam layanan purna jual tv led dan upaya yang dilakukan Service Center

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada

Hasil penelitian didapatkan konsentrasi optimum pektin dalam sediaan pelembab kulit dengan konsentrasi 0,05 % dengan karakteristik penampakan (kekentalan) yang paling