• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Gangguan Perkembangan Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Gangguan Perkembangan Belajar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR

(Membaca, Mengeja dan Berhitung)

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

Ryza Widyastuti

13081039

Yudi Arianto

13081069

Aditya Syifaturachman

13081131

Rasinta Ella Ayu Pradita

13081215

Nina Yusliana

13081245

Kelas 11 A, Kampus 1

FAKULTAS PSIKOLGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apakah yang dimaksud dengan “Hambatan Perkembangan Belajar” itu? Sebenarnya sudah digambarkan oleh Goldstein pada tahun 1966, mengingat pada waktu itu banyak anak di sekolah umum yang mengalami hambatan ini. Selanjutnya topik ini pada waktu itu menjadi objek penelitian yang intensif dari para ahli syaraf, pendidikan, dan psikologi. Meskipun demikian istilah hambatan perkembangan belajar masih belum jelas dan “tidak standard”. Hingga tahun 1970-an setiap ahli mempunyai pengertian yang beragam tetapi sudah tidak jauh berbeda maknanya. Kemudian pada tahun 1987, the National Joint Committe on Learning Disabilities

(NJCLD) menetapkan bahwa “Hambatan Perkembangan Belajar” adalah suatu istilah umum yang berkenaan dengan hambatan pada kelompok heterogen yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berfikir atau matematik.

Beberapa penelitian yang dilakukan pada siswa Sekolah Dasar dan Menengah dari beberapa Negara bagian di USA, menunjukkan sekitar 9 % dari seluruh siswa tersebut diidentifikasi mengalami hambatan perkembangan belajar. Di Indonesia kasus ini jumlahnya lebih banyak, yaitu sekitar 10 – 15 % dari seluruh siswa SD dan SMP (Depdiknas, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2003). Pada waktu itu, hambatan perkembangan belajar masih kurang dipahami dan banyak diperdebatkan, karena dianggap sebagai kondisi ketidakmampuan fisik dan lingkungan yang mempengaruhi siswa.

Hambatan perkembangan belajar bukan suatu hambatan tunggal, tetapi merupakan kategori umum dari pendidikan khusus yang terdiri dari hambatan dalam beberapa dari tujuh bidang khusus ini, yaitu:

1. bahasa reseptif (memaknai apa yang didengar) 2. bahasa ekspresif (bicara)

3. keterampilan dasar membaca 4. memahami bacaan

5. ekspresi tulisan 6. hitungan matematik 7. berpikir matematik.

(3)

Bentuk lainnya dari hambatan ini yang sering terjadi antara lain kurangnya keterampilan sosial dan gangguan emosi atau perilaku seperti hambatan pemusatan perhatian (ADD/Attention Deficit Disorder). Hambatan perkembangan belajar tidak sama dengan ketidakmampuan membaca atau disleksia meskipun ini sering disalah artikan seperti itu. Tetapi apabila kita kaji lebih jauh, sebenarnya sangat banyak informasi yang ada berkenaan dengan hambatan perkembangan belajar tersebut, berhubungan dengan kesulitan membaca, dan banyak anak-anak dengan kesulitan belajar yang kekurangan utamanya dalam membaca.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Perkembangan Belajar

Gangguan belajar adalah suatu keterlambatan atau kekurangan dalam keterampilan akademis yang terlihat ketika pencapaian individu pada tes standar lebih rendah dari orang lain yang berada pada kelempok usia, tingkat pendidikan, dan tingkat kecerdasan yang sama.

(4)

Suatu bagian yang penting dari definisi hambatan perkembangan belajar menurut the IDEA (the Individuals with Disabilities Education Act) adalah bukan termasuk atau tidak dapat dihubungkan terutama dengan tunagrahita (Mentally Retarded), gangguan emosi dan perilaku (tunalaras), perbedaan budaya, atau kondisi lingkungan atau ekonomi yang tidak menguntungkan. Dalam hal ini, konsep hambatan perkembangan belajar itu fokus pada ketidaksesuaian antara prestasi akademik seorang anak dengan kemampuan dia yang kelihatan dan aktivitasnya dalam belajar. Diperjelas oleh hasil penelitian Zigmond (2003: 72), bahwa “hambatan ini merupakan refleksi masalah belajar yang tidak terduga dalam suatu kemampuan anak yang nampak.”

Jadi masalah yang berhubungan dengan hambatan perkembangan belajar pada umumnya meliputi validitas yang diperkirakan akan terjadi, kesulitan dalam identifikasi dan pembelajaran pada anak hambatan perkembangan belajar, melakukan identifikasi, klasifikasi, pelaksanaan intervensi dan membedakan jenis-jenis hambatan belajar (seperti: hambatan membaca, menulis, dan matematik) yang berhubungan dengan masalah hambatan atensi (pemusatan perhatian) dan

keterampilan sosial. Dengan kondisi seperti ini, maka implikasinya bagi persiapan guru dan kebijakan sekolah dalam melayani anak-anak tersebut menjadi tidak optimal.

Selain konsep yang dijelaskan tersebut ada juga beberapa kasus yang termasuk hambatan perkembangan belajar, yaitu Hambatan Belajar Spesifik (Specific Learning Disabilities). Anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik adalah anak-anak yang mengalami hambatan satu/beberapa proses psikologis dasar, seperti: koordinasi motorik, sensori-persepsi,pemahaman/penggunaan bahasa, bicara, menulis atau kemampuan tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, bicara, membaca, mengeja, dan mengerjakan hitungan matematik dan sebagainya.

Pada dasarnya banyak ragam definisi Hambatan Perkembangan Belajar tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

1. disfungsi neurologis

2. pola pertumbuhan yang tidak seimbang/tak genap 3. hambatan dalam tugas-tugas akademis dan belajar 4. ketidaksesuaian antara prestasi dan potensi serta 5. sebab-sebab lainnya.

(5)

Anak-anak yang mengalami hambatan belajar ini pada umumnya memiliki inteligensi kategori rata-rata (average), sedikit di bawah rata-rata atau bahkan banyak yang termasuk kategori di atas rata-rata (sangat cerdas/gifted), meskipun mereka mengalami kesulitan belajar sebagai dampak hambatan minimal pada fungsi /persepsi dan motorik.

B. Faktor-faktor Penyebab Gangguan Perkembangan Belajar

Penyebab hambatan perkembangan belajar dalam kajian ini lebih bersifat

intrinsik, bukan karena faktor eksternal (dari luar) seperti: lingkungan atau sistem pendidikan, melainkan karena faktor dari dalam individu itu sendiri; dan diperkirakan karena disfungsi sistem syaraf pusat. Hambatan tersebut dapat juga terjadi bersamaan dengan hambatan/gangguan lainnya (misal: hambatan penginderaan atau tunarungu atau tunanetra, terbelakang mental, hambatan sosial dan emosi) atau pengaruh lingkungan (misal perbedaan kultur, pengajaran yang tidak cukup atau tidak sesuai, faktor psikogenik). Pada prinsipnya hambatan yang terjadi ini bukanlah akibat langsung dari gangguan atau hambatan karena faktor-faktor eksternal tersebut.

Kemungkinan yang paling tinggi sebagai penyebab terjadinya hambatan perkembangan belajar ini adalah karena hambatan perkembangan otak (sistem syaraf pusat) pada masa prenatal, perinatal, dan selama usia satu tahun pertama. Hambatan-hambatan tersebut biasanya dapat berupa pendarahan di otak, mengalami sesak napas pada saat komplikasi kelahiran sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen. Selain itu juga ada beberapa risiko selama kehamilan yang dapat menyebabkan seorang individu mengalami kesulitan belajar ketika sudah masuk usia sekolah, seperti: infeksi rubella, malnutrisi (kekurangan protein dan vitamin yang dibutuhkan tubuh selama dalam kandungan), atau stress yang terus menerus yang dialami oleh ibu yang sedang hamil, dan beberapa faktor instrinsik lainnya.

Sedangkan Hambatan Belajar Spesifik (Specific Learning Disabilities), faktor penyebabnya bukan karena adanya gangguan-gangguan: perseptual, kerusakan otak (brain-injury), disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction), kesulitan membaca (dyslexia), dan perkembangan aphasia., tetapi faktor penyebab hambatan belajar spesifik dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: medikal, psikologis, dan edukasi. Pada aspek medikal: hambatan belajar dapat diidentifikasi dari fakta adanya

gangguan psikis/anatomis. Berdasarkan dimensi psikologis: hambatan belajar spesifik disebabkan oleh disfungsi proses komunikasi/belajar. Dikaji dari aspek

(6)

pendidikan: hambatan belajar spesifik disebabkan karena kegagalan untuk mencapai prestasi akademik atau tingkah laku yang diharapkan.

C. Jenis-Jenis Gangguan Perkembangan Belajar 1. Gangguan Perkembangan Membaca (Dyslexia)

a. Definisi Dyslexia

“Disleksia” itu berasal daripada 2 perkataan Yunani iaitu “ dyn” bermaksud susah atau sulit dalam.. dan “Lexia” bermaksud tulisan (http://ms.wikipedia.org/wiki/Disleksia). Riyani T Bondan, Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia, mengungkapkan, 10 hingga 15 persen anak sekolah menyandang disleksia. Dengan jumlah anak sekolah di Indonesia sekitar 50 juta, diperkirakan 5 juta di antaranya mengalami disleksia. ”Tanpa

penanganan tepat, negara rugi lantaran orang yang sebetulnya intelegensinya tinggi jadi kesulitan mengembangkan potensinya,” ujarnya.

Dokter spesialis anak-konsultan saraf anak, Purboyo Solek mengatakan, anak disleksia berpotensi besar. Anak dengan disleksia memiliki intelegensia di atas rata-rata hingga tinggi. Hal itu yang membedakan anak dengan kesulitan belajar spesifik seperti disleksia dengan kesulitan belajar umumnya. ”Berbeda dengan anak dengan kesulitan belajar yang tingkat intelegensianya di bawah normal, seperti epilepsi lena atipikal, hiperaktif, downsyndrom, dan sejumlah kasus autis. Disleksia sering kali

dicampuradukkan dengan gangguan belajar lainnya,”.

Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan kesulitan membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dalam penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami instruksi bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran, Penglihatan, dan Perhatian. Disleksia mempengaruhi

perkembangan bahasa seseorang.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

(7)

Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).

Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.

b. Penyebab Dyslexia

Untuk membahas terjadinya dyslexia perlu ditinjau bagian-bagian otak disesuaikan dengan fungsinya yang meliputi:

1. Belahan otak kiri berfungsi mengendalikan informasi secara verbal serta megadakan penalaran.

2. Bagian otak kanan berfungsi mengendalikan informasi secara verbal serta menyusunnya secara praktis dan intuitif.

Belahan otak kiri mendominasi dalam menganalisa bahasa sehingga memungkinkan otak untuk menerima bentuk visual dari keseluruhan teks yang dibca secara khas. Jika orang menderita dyslexia, pendominasian belahan otak kiri, dalam menganalisa bahasa tetap ada, tetapi tersebar merata pada kedua belahan otak. Akibatnya bila ada

rangsangan (informasi) berupa bahasa yang dapat didengar, maka terjadi aktivitas syaraf yang berlebihan. Akibatnya informasi yang diterima menjadi simpang siur.

Penyebab dyslexia selain yang telah diurakan tersebut juga diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Dyslexia disebabkan oleh chromosome tidak normal, yang disebabkan oleh pengaruh genetik terjadi diduga akibat dari suatu perkawinan suami dan isteri masi ada hubungan famili. Dyslexia yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan diakibatkan penularan dari faktor kondisi lingkungan bermain yang

merugikan seperti pengaruh sosial (keluarga besar yang padat), ekonomi yang buruk dll. Pengaruh keluarhga menurut Bannatyne disarikan oleh Purwantoro Pasca Sarjana Fakultas Psikologi UGM, disebabkan :

(8)

a) Ibu yang tidak berkepentingan (disinterest mother), yaitu ibu yang sibuk diluar rumah sehingga sering mengabaikan anaknya.

b) Ubu yang tertekan (depressed mother), yaitu ibu yang menderita perasaan tertekan yang berlebihan (kematian, penceraian). Ibu tersebut tidak tidak sempat memperhatikan perkembangan anaknya.

c) Ibu yang pemarah (angrgri mother). Ibu ini serring marah-marah tanpa sebab sehingga anaknya takut. Akibatnya anak tidak berani menyampaikan maksudnya kepada ibunya maka suda barang tentu perkembangan bahasa pada anak tidak lancar.

c. Karakteristik Dyslexia.

Kesulitan yang dialami oleh anak menderita dyslexia dapat dibedakan menjadi :

1. Kesulitan memahami bahasa tertulis. Misalnya:

a) Kesulitan mengerjakan soal ujian dan tugas-tugs tertulis. b) Gagal dalam meniru menuliskan huruf .

c) Sulit untuk mnegenali urutan huruf.

d) Selalu salah dalam menulis bentuk-bentuk huruf. e) Dalam menulis ada beberapa huruf yang dihilangkan.

f) Kesulitan dalam menghubungkan dan menyusun kata (sulit mengetahui hubungan kata yang dieja). Contoh : disalahgunakan dieja dis-alah-gun-akan. 2. Kesulitan bahasa lisan. Biasanya terjadi kepada anak-anak. Misalnya :

a) Timbul keanehan dalam mengeja kata-kata. b) Jika membaca tanpa intonasi.

c) Mengabaikan tanda baca.

d) Saat membaca sering cenderung melompati baris-baris kata.

3. Gerakannya cenggeng. Misalnya gerakkan tidak terkoordinasi sering tersentak, kagok, serampangan.

4. Merasa cemas dan bahagia. Timbul akibat penderita:

a) Merasa dapat menyelesaikan pekerjaan/tugas-tugas sekolah.

b) Merasa berkecil hati dan frustasi karena merasa bodoh dan rendah diri. Semakin ia menyadari kemampuannya, semakin rumit kondisi emosionalnya, akibatnya semakin kompleks kesulitan dalam belajar membaca.

c) Kemungkinan anak menjadi agresif, misalnya : suka mengigit, tidak sopan, suka membolos, berperilaku sok berani.

d. Jenis Dyslexia

Dyslexia menurut jenis ada 2 macam yaitu dyslexia primer dan dyslexia sekunder.

1. Dyslexia Primer

Penderita mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan simbol-simbol huruf atau kata-kata. Gejala yang timbul adalah :

(9)

b) Sukar membuat konsep berfikir yang berkaitan dengan ukuran, jumlah dan waktu.

c) Sukar membedakan anggota badan sebelah kiri dan sebelah kanan.

d) Dapat mengulang aiphabet, tetapi tidak dapat merangkai suku kata atau kalimat. e) Dapat menyebutkan beberapa kata, tetapi tidak mengerti artinya.

f) Sukar membedakan huruf : b, d, dan p.

g) Dalam menyusun kata sering terbalik atau susunannya tidak teratur. 2. Dyslexia Sekunder

Kemampuan memebaca penderita terganggua karena dipengaruhi oleh kecemasan, depressi menolak membaca, kurang motivasi belajar, dan gangguan penyesuaian diri serta kepribadian. Atau kemampuan membaca penderita sebenarnya masih baik, tetapi karena kurang digum=nakan secara efektif atau karena dipengaruhi oleh faktor emosi.

Gejala yang timbul :

a) Pada saat membaca kadang-kadang dapat dilakukan dengan baik, kemudian berhenti, lalu membaca dengan baik lagi.

b) Terjadi jia isi bacaan yang dibaca isinya mirip dengan konflik yang dialami atau yang bersangkutan ingat kembali terhadap suatu masalah yang pernah

menimpanya.

e. Penanganan Dyslexia

Langkah yang perlu diperhatikan dalam menangani dyslexia antara lain :

1. Penanganan sebaiknya dilakukan oleh seorang ahli secara individual dan bersifat spesifik (khusus). Untuk pelaksanaannya masing-masing khasus dikelompokkan sesuai menurut jenisnya yang meliputi unsur-unsur tingkat kesulitan, situasi dan kondisi masing-masing penderita.

2. Sekolah khusus untuk penderita dyslexia ini belum ada, oleh sebab itu orang tua dan guru memegang peranana yang sangat penting dalam menangani dan

melaksanakan pelatihan.

a. Tugas guru : berbicara lebih jelas kepada penderita, emperagakan tulisan yang jelas dan memberi tambahan waktu untuk menulis. Menempatkan penderita untuk duduk dideretan paling depan didalam kelas, agar mudah diawasi

sehingga penderita dapat berkonsentrasi. Disamping itu tidak memberi pekerjaan rumah terlalu banyak yang memebuat penderita menjadi bosan.

b. Tugas ahli adalah mengadakan tutoring dan menyiapkan program remedial

(usaha-usaha perbaikan) mengenai identifikasi. Phonem yang mencakup seluruh kata termasuk pemahaman maknanya.

c. Tugas orang tua antara lain :

1) Memeberi pujiankepada penderita atas prestasi yang telah dicapai, walaupun menurut ukuran normal sangat kecil.

(10)

2) Memusatkan perhatian kepada keberhasilan penderita saja, buka kepada kegagalannya, sebagai upaya untuk meningkakan kepercayaan diri penderita.

3) Memeberi bantuan memebaca dengan jalan dari satu kata kelain kata dengan cara memisahkan masing-masing suku kata dengan menggunakan coretan pensil.

4) Melatih penderita untuk mengucapkan setiap kata dengan lafal yang benar . 5) Menyediakan waktu untuk mendampingi penderita dalam membaca aneka

bacaan, karena penderita tidak sepenuhnya mengerti apa yang mereka baca. Atau kemungkinan apa yang dibaca pada saat tertentu, tetapi pada lain waktu menjadu salah .

1. Hal perlu dihindari oleh orang tua adalah :

a) Tidak boleh mengejek atau memperolok penderita atas kekurangan dan hambatan yang dideriitanya.

b) Tidak memperlama waktu belajar membaca bagi penderita.

c) Tidak memaksa anak untuk mengubah tulis dengan tujuan tulisan menjadi rapi.

d) Tidak membanding-bandingkan penderita denga anak lain terutama saudara sekandungnya.

f. Pencegah Dyslexia

Pencegahan dyslexia dapat dilakukan dengan mengadakan deteksi dini, yaitu dalam pertumbuhan anak. Dalam hal ini orang tua diharapkan dapat mencermati dan mewaspadai tandan-tanda dari dyslexia antara lain :

1) Terjadi kelambatan dalam belajar berbicara ataupun berjalan.

2) Koordinasi motorik pada anak agak kaku misalnya agak sukar mengingat sesuatu. 3) Sulit mempertahankan konsentrasi.

4) Sulit menggambarkan lingkaran (bisa terjadi pada usia 3 tahun).

5) Sulit memahami arah misalnya Barat, Utara, Timur, Selatan, kanan, kiri, atas, bawah. 6) Mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika (aritmatika dan soal cerita). 7) Sulit menerima intruksi verbal yang diberikan secara berurutan. Misalnya : “pergi

mainkeluar tetapi memakai sepatu dulu!” (diberikan dengan 2 instruksi). 8) Sulit mengontrol dari (implusif).

2. Gangguan Perkembangan Menghitung (Diskalkulia) a. Definisi Diskalkulia

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). diskalkulia berasal dari bahasa Yunani. Dys artinya ‘tuna’. Calculus artinya ‘kerikil’, manik, dekak, atau kelereng.Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya

(11)

keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Biasanya anak juga tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.Kelainan berhitung ini meliputi kemampuan menghitung sangat rendah, tidak mempunyai pengertian bilangan, bermasalahan dalam bahasa berhitung, tidak bisa mengerjakan simbol-simbol hitungan, dan ganguan berhitung lainnya. Bisa karena kelainan genetik atau karena gangguan mekanisme kerja di otak.

Individu dengan gangguan matematika (mathematics disorder) mengalami kesulitan menghadapi tugas-tugas dan konsep matematis. Kelemahan dapat terlihat jelas pada keterampilan linguistik, seperti memahami istilah-istilah, simbol, atau konsep matematis, keterampilan yang berkaitan dengan persepsi seperti membaca tanda-tanda aritmatika, keterampilan memperhatikan seperti nomor-nomor dengan benar, serta keterampilan matematis seperti mempelajari table perkalian.

Dari penelitian para ahli ternyata diskalkulia tidak ada hubungan langsung dengan tingkat inteligensi. Penyebabnya lebih karena disfungsi bagian syaraf tertentu di otak manusia. Mengapa sampai terjadi disfungsi juga berbeda-beda sebabnya. Dalam kasus tertentu bisa saja disebabkan pada waktu kecil pernah mengalami hyperthermia atau panas tubuh terlalu tinggi sehingga harus dimasukkan ke cooling chamber. Akibatnya, mungkin terjadi cedera pada bagian syaraf otak tersebut. Diskalkulia juga ada sebagian yang sifatnya warisan turun temurun karena defeksi pada sel DNA tertentu.

Disleksia mulai saat masa anak-anak maka umumnya disebabkan oleh cedera syaraf otak bagian tertentu. Prof. Li-Hai Tan, seorang pakar linguistik dan ilmu-ilmu kognitif pada University of Hong Kong sampai pada penemuan yang menarik. Ternyata disleksia pada anak-anak yang belajar bahasa lewat aksara Latin berbeda lokasi cederanya dibandingkan dengan mereka yang belajar bahasa bercorak piktograf seperti aksara Mandarin. Keduanya memang sama-sama disebabkan oleh cedera pada syaraf otak hemisfir kiri. Tetapi berbeda lokalitasnya. Pada anak-anak pelajar aksara Latin cedera tersebut terjadi pada bagian otak temporal-parietal. Parietal, artinya bagian otak sebelah atas sampai belakang. Sedangkan pada anak-anak yang belajar aksara piktograf cedera terjadi pada bagian bawah gyrus (lipatan) otak temporal-oksipital.Temporal artinya bagian bawah; dan oksipital artinya bagian belakang.

b. Gejala atau Ciri-ciri Diskalkulia

Penderita diskalkulia umumnya anak-anak, tetapi tidak secara spesifik menyerang tingkat usia tertentu. Gangguan ini terutama terjadi pada saat anak menginjak umur sekolah

(12)

sekitar usia 7 tahun. Diskalkulia dapat terdeteksi pada usia tersebut karena pada saat itu anak mulai sekolah dan belajar berhitung.

Penderita diskalkulia umumnya memiliki IQ normal, namun ada juga yang IQ nya melebihi rata-rata atau cukup tinggi. Anak diskalkulia dapat berinteraksi normal seperti anak biasa, komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Artinya dia dapat hidup dengan baik meskipun mengalami kesulitan dalam berhitung. Persoalan yang dihadapi anak dengan diskalkulia lebih pada kehidupannya sehari-hari.Seperti sulit menentukan arah ke kiri atau ke kanan, membaca jam, menghitung uang kembalian atau uang yang harus dibayarkan saat belanja. Beberapa hal berikut dapat digunakan untuk :

1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah

seringkalimempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis. 2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit

menghitungtransaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang.Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.

3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.

4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.

5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti

prosessubstitusi,mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur. 6. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami

notasi, urutan nada, dan sebagainya.

7. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.

Tanda-tanda lainnya yang dapat diamati, adalah: 1. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =

2. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan 3. Sering salah membilang dengan urut

(13)

4. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya

5. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Selain gejala tersebut, diskalkulia dapat pula diamati tanda-tanda seperti berikut ini: 1. Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan

memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.

2. Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).

3. Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan

kalkulator.

4. Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).

5. Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.

6. Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.

7. Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian.

8. Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya

9. Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam

pertandingan olahraga Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan

keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).

(14)

c. Penyebab Diskalkulia

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranyaadalah sebagai berikut :

1) Kelemahan pada proses penglihatan atau visual; Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.

2) Bermasalah dalam hal mengurut informasi; Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak

cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.

3) Fobia matematika; Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan

mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.

d. Cara Penanggulangan

Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkandan harus dilakukan melalui serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.

Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, pendidik disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, antara lain sebagai berikut :

1. Visualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses

keseluruhannya. Atau suarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.

2. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan

(15)

angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.

3. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari sehingga menjadi lebih menarik. Misalnya, berapa jumlah pintu yang ada di rumah, berapa jumlah koleksi bonekanya, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan bias juga menggunakan computer atau kalkulator dan lakukanlah latihan secara berkesinambungan serta teratur.

4. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan

ingatannya tentang angka.

5. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak. 6. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan

nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.

7. Jalin kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.

3. Perkembangan Mengeja (

gangguan dalam kemampuan mengeja)

a. Definisi

Macamnya

1. Terganggu bahasanya ( tidak bisa menerapkan pengetahuan fonologi ejaan), (terlalu

banyak perasaan visual / kolaborasi kata) yang mana dapat diatasi dengan upaya

mengeja dengan pendekatan visual (bukan pendekatan fonemik/tulisan)

Gambar buah apel = melambangkan tulisan apple

2. Terganggu memorinya (bisa

mengingat

dengan sangat baik namun saat menuliskan

kata-kata di media tulis bisa jadi lupa ejaannya)

mengatakan “I give my friend one apple” namun saat ditulis “ai gif mai fren wan

apel”

3. Terganggu dalam penjumlahan linear data (kesalahan dalam mengeja saat ditengah

kalimat)

(16)

4. Kesalahaan pengejaan campuran (menyebarkan kombinasi huruf/kata)

Harusnya apple namun dieja appel

Gangguan menulis

Gangguan paling sering di bidang akademuk

Muncul karena disfungsi gerakan tangan dengan pembuatan gagasan, bahasa dan ide

Suatu musibah bagi orang-orang dengan masalah belajar dan perhatian

Persepsi/anggapan orang dengan gangguan menulis akan adanya tuntutan tulisan yang

semakin tertata rapi

Macam-macamnya

Defisiensi memori simultan

Kesulitan menulis ejaan ditengah paragraph (tidak konsisten untuk dapat

dibaca) sok jelas, sok ndak jelas dikarenakan kesalahan aturan tulisan

(tanda bacaa, gagasan, tata bahasa, penulisan uruf kapital)

Kesulitan dalam menyusun ide (sok salah-salah) dikarenakan disfungsi

memori, lupa, dan gangguan berbahasa dengan efektif

Disfungsi perhatian

Kesulitan untuk menopang & mengkerahkan upaya mental, mengikuti dan

mengendalikan diri dalam menulis tulisan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Halgin, P. Richard & Whitbourne, S. K. 2011. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Buku 2 Edisi 6. Jakarta : Salemba Humanika. Hidayat. 2009. Identifikasi Hambatan Perkembangan Belajar dan Pembelajarannya.

http://komunitas-putrakembar.net/joomla/images/stories/bpp/makalah2.pdf.Diunduh pada tanggal 19 Desember 2014.

Indiyah. 1999. Modul kuliyah Kesukaran Belajar. Yogyakarta : Universitas Wangsa Manggala.

Anjar P, Minati. Pengertian Diskalkulia.

2010.http://minatianjar.blogspot.com/2010/05/pengertian-diskalkulia.html. Diakses 21 Desember 2014.

Ningsih, T. 2008. Diskalkulia; Gangguan Kesulitan Berhitung.

http://tatminingsih.blogspot.com/2008/08/diskalkulia-gangguan-kesulitan.html. Diakses pada tanggal 21 Desember 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan tidak adanya pertumbuhan yang signifikan dan berarti dari segi jumlah mahasiswa, padahal industri perhotelan dan pariwisata di Bali khususnya,

Event Organizer (EO) merupakan penyedia jasa organisasi professional dimana didalamnya terdapat sekumpulan orang-orang yang menyelenggarakan sebuah acara yang dimana

rumah tinggal serta kenyamanan termal dan kualitas kesehatan ruang arsitektur. masyarakat TTS yang sudah tidak menggunakan

Dosen1 memiliki nilai tertinggi pada kriteria Unsur Penunjang, maka Kinerja paling baik dan menempati peringkat pertama adalah dosen1 dengan total bobot prioritas 0.355

Bagi calon investor yang ingin menanamkan modal di perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 di BEI, khususnya dalam membeli saham dengan mengharapkan return

[r]

Keputusan ini wajib disampaikan kepada CIMB dan berlaku sampai dengan resolusi perubahan dibuat dan fotokopinya yang disahkan oleh Komisaris Utama atau salah satu

[r]