• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trianasaria , Ni Luh Henny Andayani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Trianasaria , Ni Luh Henny Andayani"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan

Trianasari

a

, Ni Luh Henny Andayani

b

, I Gede Putra Nugraha

c

Undiksha, Singaraja- Bali, Indonesia

(nanatrianasari01@gmail.com)

ABSTRAK

Makalah ini melaporkan hasil studi tahap pertama tentang kelayakan pengembangan Jurusan Diploma IV Perhotelan, di Fakultas Ekonomi, Undiksha. Riset ini dimulai dari hasil analisis awal tentang keberadaan Jurusan Diploma III Perhotelan di mana jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun bersifat stagnan, yaitu satu kelas saja. Hal ini menunjukkan tidak adanya pertumbuhan yang signifikan dan berarti dari segi jumlah mahasiswa, padahal industri perhotelan dan pariwisata di Bali khususnya, terus berkembang bahkan dengan pesat. Riset ini dilaksanakan guna menjawab kesenjangan tersebut, yaitu dengan memahami bagaimana potensi Jurusan DIII perhotelan menjadi DIV. Pada tahap pertama, riset dilakukan dengan menggali kelebihan dan kekuatan serta peluang dan tantangan DIII menjadi DIV Perhotelan. Riset pada tahap kedua akan mmelibatkan industri dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun responden penelitian tahap ini adalah civitas akademika internal. Sementara itu, pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan Analysis SWOT. Hasil analisis menunjukkan beberapa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan jurusan. Hal yang menarik adalah bahwa mayoritas responden yang adalah dosen menyarankan belum perlunya dilakukan pengembangan DIII menjadi DIV. Dengan kata lain, jurusan DIII Perhotelan dibiarkan saja sebagaimana adanya untuk saat ini. Sementara itu, kebanyakan responden mahasiswa menyatakan setuju, tanpa mengeskpresikan atau menambahkan argumentasi atau alasan. Lebih jauh, secara menyeluruh, responden cenderung memilih pengembangan S1 Pariwisata. Selanjutnya, hasil riset ini memberi arah bagi kelanjutan riset tahap II.

Kata kunci: Analisis SWOT, program studi, perhotelan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri pariwisata

sebagai salah satu industri terbesar

dunia dapat dikatakan tidak

ter-bendung. Secara global, industri ini

terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Bahkan, United Nation

World Tourism Organization (2015)

menyatakan bahwa pariwisata masih

akan terus mengalami pertumbuhan

yang pesat secara global. Laporan

tersebut dikuatkan oleh fakta bahwa

pertumbuhan international arrival pada

tahun 2015 mencapai 4.4 % atau

men-capai total 1.184 milyar orang di tahun

tersebut. Permintaan dinyatakan tetap

kuat walaupun dengan hasil gabungan

dari beberapa destinasi individu

dikarenakan fluktuasi nilai tukar mata

uang, peningkatan kepedulian

terhadap keamanan, penurunan harga

minyak dan komoditi lain, yang telah

(2)

pengimpor, tetapi melemahkan

permintaan di negara-negara

pengekspor.

Secara khusus, pertumbuhan

industri ini di Asia Pasific mencapai 5%

atau empat juta orang (UNWTO, 2015).

Total kedatangan internasional di

tahun 2015 adalah 287 juta orang.

Sementara itu, laporan NWTO tentang

Asia Tenggara juga menunjukkan

peningkatan sebesar 6%. Di Bali

sendiri, laporan Badan Pusat Statistik

Propinsi menunjukkan peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan domestik

maupun internasional dari tahun ke

tahun. Sementara itu, Dinas Pariwisata

Bali menyampaikan hal senada yaitu

jumlah kedatangan yang meningkat

sebesar 6.24 % di tahun 2016, yaitu

dari 3.7 juta menjadi 4 juta orang.

Demikian pula, data yang dirangkum

oleh Disbudpar Buleleng menunjukkan

bahwa tingkat kunjungan wisatawan

baik asing maupun domestik memiliki

pertumbuhan hanya sebesar kurang

dari 10% per tahun. Untuk tahun

2016, Disbudpar menargetkan

partum-buhan jumlah wisatawan ke Buleleng

berada pada angka 15% atau sejumlah

650.000 wisatawan (Antara, 2016).

Dampak positif dari perkembangan

industri pariwisata antara lain adalah

peningkatan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat sekitar;

lapangan kerja serta peningkatan

pendidikan. Disebutkan dalam laporan

NWTO (2015) bahwa pariwisata akan

terus menjadi pengendali kunci

pemulihan ekonomi global dan

kontributor dalam penciptaan lapangan

kerja, pengurangan kemiskinan,

proteksi lingkungan, dan kedamaian

multi-budaya serta pemahaman lintas

global. Secara khusus, partumbuhan

industri pariwisata ditandai dengan

peningkatan infrastruktur dan fasilitas

yang memudahkan para turis seperti

berdirinya banyak hotel baru dan

perusahaan-perusahaan jasa yang

bergerak di bidang jasa pariwisata.

Tidak dapat dipungkiri bahwa,

keberadaan perusahaan-perusahaan

tersebut membuka peluang lapangan

kerja di bidang jasa pariwisata

termasuk hotel.

Jumlah hotel berbintang di Bali

menurut data Disbudpar tahun 2015

adalah sebanyak 227 buah (meningkat

68,28% dari tahun 2010), dengan total

jumlah kamar sebanyak 24.860. Untuk

mencetak dan mensuplai tenaga kerja

profesional bidang perhotelan, terdapat

sejumlah institusi pendidikan dan

pelatihan perhotelan, pada umumnya

dalam jenjang diploma, mulai dari

(3)

sebagai respon terhadap kebutuhan

industri terhadap tenaga kerja bidang

perhotelan yang siap kerja, terdapat

institusi pendidikan perhotelan yang

menawarkan progam singkat enam

bulan.

Salah satu penyedia lulusan

per-hotelan adalah Jurusan Diploma 3

Perhotelan Undiksha. Jurusan ini telah

berdiri sejak tahun 2002. Bila dilihat

dari usianya, dengan mengacu pada

daur hidup produk (product life cycle),

Diploma 3 Perhotelan telah berada

pada tahap maturity (dewasa). Namun,

dari tahun ke tahun, tingkat

partum-buhan jumlah mahasiswa dapat

dikatakan stagnan atau meningkat

atau menurun secara perlahan atau

tidak signifikan. Artinya, jurusan ini

tidak pernah mengalami lonjakan

jumlah mahasiswa sehingga dibuka

dua kelas atau lebih. Sejak berdiri,

jurusan ini hanya memiliki satu kelas

saja yang terdiri dari kurang lebih

antara 20-30 mahasiswa. Hal ini

sangat disayangkan mengingat

permintaan industri perhotelan

terhadap lulusan profesional dan siap

kerja sangat tinggi seiring dengan terus

meningkatnya pertumbuhan industri

pariwisata. Analisis awal yang

dilakukan menunjukkan bahwa

Diploma 3 merupakan jenjang

tanggung bagi calon mahasiswa.

Menurut beberapa orang yang

diwawancarai saat analisis awal, orang

yang sejak awal ingin mendapatkan

sertifikat untuk bisa langsung bekerja,

cenderung memilih level Diploma I

dengan fokus pada bidang yang

diminati. Sementara orang yang ingin

menargetkan diri pada posisi

manajerial lebih memilih Diploma 4,

dengan pemikiran bahwa ijasah

Diploma 4 lebih meyakinkan untuk

posisi tersebut.

Analisis awal tersebut

mendorong diperlukannya penelitian

yang lebih lanjut dan mendalam

tentang potensi pengembangan

Jurusan Diploma 3 Perhotelan. Hal ini

juga mengingat potensi pasar yang

besar yang dilihat dari pertumbuhan

industri pariwisata yang disinyalir akan

terus terjadi. Selain itu, eksistensi

jurusan yang sudah mencapai usia ke

15 tahun perlu mendapat kajian yang

sungguh-sungguh tentang arah

jurusan ini di masa datang.

Rumusan Masalah

Pokok masalah yang ingin diselesaikan

melalui penelitian ini dirumuskan

(4)

 Bagaimanakah potensi D3

Perhotelan untuk dikembangkan

menjadi D4 Perhotelan?

Sementara itu, sub-masalah penelitian

dirinci berikut ini.

 Bagaimanakah penilaian

ma-hasiswa terhadap kualitas

kinerja D3 Perhotelan?

 Apakah kekuatan dan

kele-mahan D3 Perhotelan?

 Bagaimanakah peluang

pe-ngembangan prodi D4

Perhotelan?

 Apakah tantangan yang dihadapi

D3 Perhotelan untuk menjadi D4

Perhotelan?

 Perencanaan strategis dan

tindak lanjut apa yang perlu

dilakukan untuk

mengem-bangkan D3 Perhotelan menjadi

D4 Perhotelan?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui potensi

pengembangan Jurusan D3 Perhotelan

menjadi D4 Perhotelan. Tujuan ini

dijabarkan secara lebih rinci berikut

ini.

 Memahami penilaian mahasiswa

terhadap kualitas kinerja D3

Perhotelan

 Memahami kondisi objektif

Jurusan D3 Perhotelan melalui

identifikasi kekuatan dan

kelemahannya.

 Memahami kondisi eksternal

Jurusan D3 Perhotelan melalui

identifikasi peluang dan

tantangan yang ada.

 Mengidentifikasi perencanaan

strategis dan tindak lanjut yang

perlu dilakukan untuk

mengembangkan D3 Perhotelan

menjadi D4 Perhotelan

Manfaat Penelitian

Manfaat utama yang diharapkan dari

penelitian ini adalah rekomendasi

potensi pengembangan D3 Perhotelan

menjadi D4 Perhotelan. Secara lebih

rinci manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

 Adanya hasil analisis penilaian

mahasiswa terhadap kualitas

kinerja D3 Perhotelan.

 Adanya identifikasi dan analisis

kelemahan, kekuatan, peluang

dan tantangan Jurusan Diploma

3 Perhotelan terkait dengan

pengembangannya menjadi

Diploma 4 Perhotelan.

 Adanya saran dalam menyikapi

kelemahan, kekuatan, peluang,

(5)

 Adanya rekomendasi

pe-rencanaan strategis dan tindak

lanjut yang perlu dilakukan

untuk mengembangkan D3

Perhotelan menjadi D4

Perhotelan.

KAJIAN TEORI

Bagian ini menyajikan tinjauan dari

beberapa pustaka yang digunakan

sebagai dasar dalam kegiatan

penelitian yang diusulkan, terutama

terkait dengan perkembangan

pariwisata dan perhotelan dari sudut

pandang praktis/ industri dan

keilmuan.

Perkembangan Industri Pariwisata

dan Perhotelan

Bali sebagai salah satu destinasi wisata

andalan Indonesia mengalami

fenomena serupa. Bahkan, seiring

dengan adanya tren kombinasi wisata

dan bisnis (MICE), pertumbuhan hotel

dan restoran tidak hanya terusat di

destinasi-destinasi wisata Pulau Bali.

Kota Denpasar serta Singaraja, menjadi

destinasi MICE yang bertumbuh cepat

sejalan dengan permintaan yang tinggi

khususnya dari segmen domestik. Hal

lain yang memicu pertumbuhan hotel

dan restoran adalah meningkatnya

jumlah wisatawan domestik yang

mem-butuhkan fasilitas pokok atau

mendasar yang sederhana seperti bed

and breakfast dengan harga

terjangkau.

Pitana dalam sambutannya pada

konferensi 15th Apacchrie 2017 menyatakan bahwa “tourism is bright as the future currency of travel. Pernyataan

tersebut menyiratkan penting dan

bersinarnya pariwisata sebagai mata

uang perjalanan di masa depan.

Bahkan, di tahun 2020 pariwisata

diproyeksikan sebagai kontributor

ter-besar dari pertukaran mata uang asing di Indonesia (Pitana, 2017). Hal ini

didukung dengan fakta adanya

peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan dari tahun ke tahun. Tahun

2016 jumlah kunjungan wisatawan

mencapai kurang lebih 12.000.000

orang, meningkat 2.000.000 orang dari

tahun 2015. Jumlah wisatawan

terbanyak adalah dari Negeri Cina.

Pemerintah Indonesia menargetkan

terciptanya sepuluh buah “Bali” baru di sepuluh destinasi di Indonesia dengan

tujuan peningkatan kesejahteraan dan

penyebaran yang lebih merata,

sehingga tidak terfokus pada Bali saja.

Sementara itu Top 3 Program yang

dicanangkan pemerintah adalah digital

(6)

tourist area, dan air accessability. Hal

ini dikuatkan oleh pembangunan

de-sain, arsitektur, asesori yang unik di

tiap destinasi, serta sumber daya

manusia yang profesional dan

kompeten.

Perkembangan dan prospek Ilmu

Kepariwisataan dan Perhotelan

Pariwisata merupakan ilmu yang

tergolong baru dibandingkan dengan

ilmu-ilmu lain. Beberapa penulis

meyakini bahwa Ilmu Pariwisata

pertama kali berkembang di Eropa

(Aprilianidwi, 2012; Chon, 2017). Di

kota Dubrovnik, Yugoslavia,

kepariwisataan pertama kali diajarkan

sebagai ilmu tersendiri pada tahun

1920. Selanjutnya, pada 1930 ilmu

ke-pariwisataan diajarkan sebagai mata

pelajaran pada berbagai Sekolah Tinggi

Dagang. Di Swiss, dua universitas yang

berperan banyak dalam

mengembangkan ilmu pariwisata

adalah Bern University dan St.Gallen

University. Bahkan, untuk kepentingan

pendidikan kepariwisataan, Bern

University membentuk Tourist Research

Institute untuk menampung segala

masalah dan perkembangan yang

terjadi di lingkungan ilmu

kepariwisataan. Selanjutnya ilmu ini

muncul di Amerika, di antaranya di

Cornell University, yang diikuti dengan

kampus-kampus lain di negara

tersebut.

Di Indonesia, perkembangan Ilmu

Pariwisata atau Kepariwisataan dapat

ditelusuri dari keberadaan

lembaga-lembaga penyedia pelatihan dan

pendidikan kepariwisataan. Bahkan,

Professor Kaye Chon dalam

sambutannya di depan peserta the 15th

ApacCHRIE Conference 2017 lalu

me-nyampaikan bahwa keberadaan

institusi kepariwisataan pertama di

Asia Pasific ditandai dengan berdirinya

NHI (sekarang STP) Bandung, yang

kemudian diikuti oleh BPLP (sekarang

STP) Bali. Selanjutnya, bermunculan

sekolah-sekolah kepariwisataan di

daerah-daerah di Indonesia. Saat ini,

perkembangan ilmu kepariwisataan

nyaris terdapat di kebanyakan

kurikulum universitas di seluruh

Indonesia termasuk Universitas

Trisakti, UPI Bandung, UNPAD, IPB,

Universitas Udayana Bali, Undiksha,

dan sebagainya. Perkembangan Ilmu

Kepariwisataan ini tidak lepas dari

perkembangan pariwisata sebagai

sebuah industri yang terus mengalami

peningkatan.

Pitana (2017) menyampaikan bahwa

sebagai bidang ilmu, pariwisata dan

(7)

luas. Selanjutnya, sebagai sebuah

disiplin ilmu, Kepariwisataan berada

dalam rumpun Ilmu Sosial

bersama-sama dengan Ilmu Ekonomi, Ilmu

Politik, Ilmu Psikologi, Ilmu Hukum,

Ilmu Sosiologi, dan lain sebagainya.

Bahkan, Ilmu Kepariwisataan banyak

dikaji dari pendekatan ilmu-ilmu

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

Ilmu Kepariwisataan sangat terbuka

dalam menerima kajian baru, sehingga

yang berpotensi untuk berkembang

menjadi ilmu yang mandiri.

Ilmu Pariwisata didefinisikan

sebagai “ilmu yang mempelajari teori -teori dan praktik-praktik tentang

perjalanan wisatawan, aktivitas

masyarakat yang memfasilitasi

perjalanan tersebut, dan berbagai

implikasinya.” Selayaknya sebuah

keilmuan, maka Pariwisata dapat

ditinjau dari tiga aspek yaitu ontologi,

epistemologi, dan aksiologi. Dari segi

ontologi, Ilmu Kepariwisataan dapat

dilihat dari kemampuan ilmu ini dalam

menyediakan informasi yang lengkap

tentang hakekat perjalanan wisata,

gejala-gejala pariwisata, karakteristik

wisatawan, prasarana dan sarana

wisata, tempat-tempat serta daya tarik

destinasi yang dikunjungi, sistem dan

organisasi, dan kegiatan bisnis terkait,

sertakomponen pendukung di daerah

asal maupun di sebuah destinasi

wisata (Aprilianidwi, 2012).

Selanjutnya, dari sisi ontologi, objek

formal yang menjadi kajian Ilmu

Pariwisata adalah yang dapat

difokuskan pada tiga unsur, yaitu: (1)

pergerakan wisatawan; (2) aktivitas

masyarakat yang memfasilitasi

pergerakan wisatawan tersebut, serta;

(3) akibat-akibat pergerakan wisatawan

dan aktivitas masyarakat yang

memfasilitasinya terhadap berbagai

aspek kehidupan masyarakat secara

luas.

Sementara itu, dari aspek

epistemologi, Ilmu Kepariwisataan

dipandang dari cara memperoleh

kebenaran ilmiah, di mana objek ilmu

pariwisata telah didasarkan pada logika

berpikiryang rasional dan dapat diuji

secara empirik. Aprilianidwi (2012)

merangkum tiga pendekatan dalam

memperoleh kebenaran ilmiah, yakni:

(1) Pendekatan sistem: Pendekatan ini

menekankan bahwa pergerakan

wisatawan, aktivitas masyarakat

yang memfasilitasi serta implikasi

kedua-duanya terhadap kehidupan

masyarakat luas merupakan

kesatuan yang saling berhubungan

linked system” dan saling mem -pengaruhi. Setiap terjadinya

(8)

dengan penyediaan fasilitas wisata

dan interaksi keduanya akan

menimbulkan pengaruh logis di

bidang ekonomi, sosial, budaya,

ekologi, bahkan politik. Dengan

demikian, pariwisata sebagai suatu

sistem akan digerakkan oleh

dinamika subsistemnya, seperti

pasar, produk, dan pemasaran.

(2) Pendekatan Kelembagaan:

Pendekatan kelembagaan adalah di

mana setiap perjalanan wisata

akan melibatkan wisatawan

sebagai konsumen, penyedia

sebagai supplier jasa transportasi,

penyedia jasa akomodasi atau

penginapan, serta kemasan atraksi

atau daya tarik wisata. Kesemua

komponen ini memiliki hubungan

fungsionalyang menyebabkan

terjadinya kegiatan perjalanan

wisata, dan jika salah satu dari

komponen di atas tidak

menjalankan fungsinya maka

kegiatan perjalanan tidak akan

berlangsung.

(3) Pendekatan Produk: Pendekatan

yang digunakan untuk

mengkategorikan bahwa pariwisata

sebagai suatu komoditas yang

dapat dijelaskan aspek-aspeknya

yang sengaja diciptakan untuk

merespon kebutuhan masyarakat.

Pariwisata adalah sebuah produk

kesatuan totalitas dari empat

aspek dasar yakni; Menurut

Medlik, 1980 (dalam Ariyanto

2005), ada empat aspek (4A) yang

harus dipenuhi produk pariwisata

sebagai sebuah totalitas produk,

yakni: attractions (daya tarik);

accesability (transportasi);

amenities (fasilitas); ancillary

(kelembagaan)

Akhirnya, pendekatan aksiologi

meninjau Ilmu Kepariwisataan dari

manfaatnya bagi kesejahteraan umat

manusia. Perjalanan dan pergerakan

wisatawan adalah salah satu bentuk

kegiatan dasar manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

yang beragam, baik dalam bentuk

pengalaman, pencerahan,penyegaran

fisik dan psikis maupun dalam bentuk

aktualisasi diri. Menurut UNWTO,

pariwisata telah menjadi industri

terbesar dan memperlihatkan

pertumbuhan yang konsisten dari

tahun ke tahun. Kontribusi pariwisata

yang lebih konkret bagi kesejahteraan

manusia dapat dilihat dari

implikasi-implikasi pergerakan wisatawan,

seperti meningkatnya kegiatan

ekonomi, pemahaman terhadap budaya

yang berbeda, pemanfaatan potensi

(9)

sisi aksiologi yaitu nilai atau manfaat

yang dapat disumbangkan oleh

ilmuPariwisata. Manfaat ilmu

Pariwisata dapat dirancang untuk

mengembangkan ilmu pariwisata itu

sendiri, untuk memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan pada umumnya, dan

untuk memberi penjelasan

perkem-bangan terkini dunia pariwisata secara

teoretik kepada masyarakat. Ilmu

pariwisata juga dapat digunakan

sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat

praksis dan bermanfaat bagi

pengembangan kepariwisataan di

lapangan.

Peran lembaga pendidikan dan

pelatihan perhotelan bagi industri

Sebagai pencetak lulusan yang siap

mengisi peluang tenaga kerja di bidang

pariwisata dan perhotelan yang terus

meningkat, lembaga pendidikan dan

pelatihan pariwisata dan perhotelan

memiliki peran sentral. Hal ini bertitik

tolak pada pesatnya pertumbuhan

bisnis jasa penunjang pariwisata

seperti hotel dan restoran yang

membutuhkan tenaga kerja profesional

siap pakai di bidang tersebut,

khususnya di daerah destinasi wisata

atau pusat bisnis.

Lembaga pendidikan dan

pelatihan bidang perhotelan

merupakan lembaga pendidikan

vokasional yang sebagaimana

diutarakan oleh Maswadi (2009)

merupakan salah satu system

pendidikan yang dapat menjawab

masalah pengangguran di era

globalisasi. Lembaga tersebut

beroperasi sesuai dengan arah

kebijakan dan tujuan pendidikan

kecakapan hidup di lingkungan

pendidikan formal, yaitu untuk

mengenalkan dan mendekatkan

peserta didik dengan kehidupan (kerja)

nyata. Pendidikan vokasional yang

menawarkan proses belajar teori

sebesar 40% dan praktek sebesar 60%,

berorientasi pada pembekalan

kecakapan hidup. Hal ini merupakan

investasi awal untuk menghadapi

dunia kerja di era globalisasi,

Penanaman keterampilan vokasional

yang merangsang kreativitas dan

inovasi yang dapat mendasari

pengembangan dan pemahaman peran

individu dalam kehidupan sosial dan

budaya. Dengan demikian, lulusan

mendapatkan bekal kompetensi yang

memadai untuk masuk di dunia

industri.

Kurikulum dalam pendidikan

vo-kasional terkonsentrasi pada sistem

pembelajaran keahlian (apprenticeship

of leaning) di mana peserta didik secara

(10)

keahlian yang ditekuni sesuaikan

dengan kebutuhan industri. Dengan

demikian, tidak mengherankan bila

pendidikan vokasional disebut juga

sebagai pendidikan kecakapan hidup

yang merupakan salah satu topik

sentral dalam pelayanan pendidikan

masa kini. Hal ini terkait dengan

ditekankannya tujuan akhir dari

pendidikan yaitu pembentukan

karakter. Karakter lulusan sebuah

universitas atau lembaga pendidikan

secara agregrat akan menjadi karakter

dan watak masyarakat. Selain itu,

lembaga pendidikan vokasional

membekali peserta didik dengan

kompetensi dan keterampilan dalam

mengisi hidup termasuk

profesionalisme kerja, sehingga dapat

memberi harapan dan dukungan dalam

hal mengurangi pengangguran dengan

terbentuknya manusia beban menjadi

manusia aset.

Maswadi (2009) menyatakan bahwa

kecakapan hidup adalah berbagai jenis

keterampilan yang memupuk dan

melatih remaja remaja putra dan putri

menjadi anggota masyarakat yang

kreatif, inovatif, produktif dan tangguh

di dunia usaha dan dunia industri

(DUDI). Banyak pendapat dan literatur

yang mengemukakan bahwa pengertian

kecakapan hidup bukan sekedar

keterampilan bekerja (vokasional) tetapi

memilki makna yang lebih luas.

Sebagaimana dikutip Maswadi (2009),

WHO (1997) mendefinisikan bahwa

kecakapan hidup sebagai keterampilan

atau kemampuan untuk dapat

beradaptasi dan berperilaku positif

yang memungkinkan seseorang mampu

menghadapi berbagai tuntutan dan

tantangan dalam kehidupan lebih

efektif.kecakapan hidup mencakup

lima jenis yaitu kecakapan mengenal

diri, kecakapan berpikir, kecakapan

sosial, kecakapan akademik, dan

kecakapan kejuruan.

Selanjutnya, pendidikan

kecakapan hidup menekankan pada

kemampuan mengatas persoalan hidup

dan mengelola hidup itu sendiri.

Pendidikan kecakapan melibatkan

unsur pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Di Indonesia, sikap dapat

dikaitkan dengan implementasi

butir-butir Pancasila pada kehidupan.

Dengan demikian, peserta didik

memiliki dasar yang kuat dalam

menyongsong fase berikutnya dalam

kehidupannya yaitu fase kerja.

Sebagaimana diyakini secara umum,

pembangunan dan kemajuan sebuah

bangsa bergantung pada pembangunan

dan kemajuan sumber daya

(11)

pariwisata dan perhotelan, perlu

disiapkan tenaga kerja profesional dan

berkompeten. Inilah menjadi highlight

pentingnya peran lembaga pendidikan

dan pelatihan vokasional, termasuk

Undiksha melalui Jurusan Diploma 3

Perhotelan, yang tentunya juga berarti

pentingnya peran sumber daya

manusia sebagai tenaga

pengajar/dosen.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan data yang bersifat

primer dan sekunder. Sebagaimana

diuraikan sebelumnya, penelitian ini

diusulkan untuk memberikan

gambaran mengenai kelayakan

pengembangan Jurusan Diploma 3

Perhotelan menjadi Diploma 4

Perhotelan. Penelitian ini seutuhnya

terdiri dari dua tahap. Tahap pertama

merupakan analisis internal,

sementara tahap kedua merupakan

analisis dengan menggunakan pihak

eksternal yaitu industri dan pemangku

kepentingan lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah

stakeholders atau pemangku

kepentingan dari keberadaan Jurusan

D3 Perhotelan yaitu lembaga

pemerintahan yang dalam hal ini

adalah Dinas Pariwisata Daerah;

lembaga pendidikan (mahasiswa dan

akademisi bidang perhotelan); swasta

yaitu perusahaan yang bergerak di

bidang perhotelan; masyarakat umum

termasuk lulusan D3 Perhotelan; dan

satuan pendidikan tingkat menengah

(SMU/SMK) yang berada di Kabupaten

Buleleng dan sekitarnya. Data

dikumpulkan melalui angket,

wawancara langsung, dan focus group

discussion. Kemudian, pada tahap

akhir, hasil analisis dikonfirmasi

melalui diskusi menggunakan expert

panel.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan metode deskriptif

verifikatif. Sementara itu, data akan

dianalisis secara deskriptif. Adapun

pendekatan yang akan diadopsi dalam

proses analisis data adalah SWOT

Analysis yang nantinya akan

diintegrasikan dengan Internal Factor

Analysis Summary (IFAS) dan External

Factor Analysis Summary (EFAS).

Adapun langkah-langkah yang akan

diambil terkait dengan analisis tersebut

meliputi:

1) Menganalisis lingkungan

(12)

2) Mengidentifikasi dan menyusun

matrik SWOT

3) Menyiapkan rekomendasi dan

rencana strategis pengembangan

D4 Perhotelan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian secara umum

menunjukkan belum adanya potensi

pengembangan Jurusan DIV

Perhotelan. Sebaliknya, program studi

yang disarankan untuk dibentuk dan

dikembangkan adalah S1 Pariwisata.

Seara lebih rinci, hasil penelitian

diuraikan berikut ini berdasarkan

masing-masing rumusan masalah.

Penilaian mahasiswa terhadap

kualitas kinerja D3 Perhotelan

Secara umum responden

menyam-paikan bahwa sejauh ini kinerja

jurusan sudah cukup baik. Namun

demikian, terdapat beberapa hal yang

perlu mendapat perhatian di

antaranya, fasilitas praktek yang perlu

dilengkapi dan diperbaiki; metode

pembelajaran perlu ditingkatkan agar

lebih menarik; serta kehadiran dosen.

Untuk fasilitas, memang dapat diakui

masih jauh dari cukup untuk keempat

mata kuliah utama yaitu Kantor

Depan, Tata Hidang, Tata Boga, dan

Tata Graha. Terkait metode

pembe-lajaran, secara lebih spesifik,

responden mengungkapkan perlu

ditambahnya persentase praktek

dibandingkan teori. Responden

memandang praktek lebih menarik. Hal

ini memang sesuai dengan

karakteristik pendidikan vokasional.

Sesungguhnya elemen praktek sudah

ada dan dicanangkan dalam

kurikulum, hanya saja belum

sepenuhnya dapat diaplikasikan

berhubung fasilitas praktek belum

lengkap. Selain itu, program magang

selama satu semester telah dipandang

mampu mengisi prosentasi praktek,

bahkan langsung di dunia kerja.

Selanjutnya, mengenai kehadiran

dosen, sepertinya merupakan masalah

yang sedang dihadapi banyak program

studi, dikarenakan adanya

peningkatan tuntutan kinerja dosen

dalam melaksanakan tri dharmanya

dan adanya tugas-tugas tambahan baik

dalam jajaran structural maupun

dalam kepanitiaan atau tim-tim adhoc.

Namun demikian, sesungguhnya telah

diupayakan sedapat mungkin untuk

mengganti jadwal mengajar bila dosen

berhalangan.

Kekuatan dan kelemahan D3

Perhotelan

Analisis terhadap kekuatan,

(13)

Jurusan dilakukan sebagai dasar

dalam merekomendasikan potensi D3

Perhotelan dikembangkan menjadi DIV.

Responden mengungkapkan kekuatan

Jurusan D3 Perhotelan seperti latar

belakang pendidikan dosen yang

memadai; afiliasi atau kelembagaan

jurusan di bawah Undiksha dengan visi

dan misi yang baik dan jelas; serta

fasilitas umum yang memadai. Dalam

hal kelemahan, responden

menekankan pada unsur fasilitas yang

masih kurang memadai. Hal ini

memang memerlukan perhatian

khusus, sehingga mahasiswa dapat

menjalani proses belajar secara lebih

baik dan meyakinkan. Unsur ini sangat

penting guna meningkatkan daya tawar

alumni dan mahasiswa aktif yang akan

menjalani program magang. Hal lain

yang menjadi jawaban dari kebanyakan

responden adalah belum adanya proses

bimbingan mahasiswa yang teratur,

sehingga mahasiswa dapat

berkonsultasi tentang proses belajar

mengajar dan perkembangannya. Pada

Kenyataannya, dosen ditugaskan

untuk membingbimg beberapa

mahasswa untu memastikan

mahasiswa mendapatkan bantuan

pengarahan terkait proses belajar

mengajar dan mendapatkan

pengalaman belajar yang baik.

Peluang pengembangan prodi DIV

Perhotelan

Peluang pengembangan DIV Perhotelan

nampaknya tidak cukup besar. Hal ini

didasarkan pada opini responden yang

cenderung menyarankan dibentuknya

Program Studi S1 Pariwisata. Lebih

jauh, reponden mengatakan bahwa

Diploma III masih relevan dan lebih

dibutuhkan industri daripada DIV. Hal

ini didasari pada pemikiran bahwa

lulusan DIII memiliki kterampilan

teknis yang lebih baik daripada DIV,

karena DIII memiliki porsi peningkatan

skill di tiap-tiap bidang secara lebih

terfokus dan lebih banyak

dibandingkan DIV yang lebih fokus

pada bidang administrasi dan

manajerial. Namun demikian, terdapat

pula pendapat responden bahwa

pengembangan DIV Perhotelan adalah

ide yang bagus, walaupun pendapt

tersebut tidak diikuti dengan alsan dan

rgumentasi yang lebih detil.

Tantangan yang dihadapi DIII

Perhotelan untuk menjadi DIV

Perhotelan

Tantangan yang menonjol bagi DIII

menjadi DIV adalah pengadaan fasilitas

yang memadai dan ketersiapan DIII

sendiri untuk meningkatkan diri

(14)

menambahkan bahwa bila kualitas DIII

belum maksimal, maka akan menjadi

tantangan besar dalam

mengembangkan program studi DIV.

Hal ini menyarankan bahwa sangat

penting untuk memperbaiki dan

meningkatkan kondisi DIII terlebih

dahulu.

Jenis perencanaan strategis dan

tindak lanjut yang perlu dilakukan

untuk mengembangkan D3

Perhotelan menjadi D4 Perhotelan

Perencanaan strategid dan tindak

lanjut terkait pengembangan DIV

Perhotelan menjadi kurang relevan

untuk dikaji lebih jauh, mengingat

kebanyakan responden cenderung

memilih agar DIII tetap sebagaimana

adanya dan menambha program studi

baru yaitu, S1 Pariwisata. Namun

demikian, hal ini perlu mendapat

masukan dari pihak eksternal seperti

industri dan pemangku kepentingan

lainnya. Lalu, hasilnya dapat

dibandingkan dengan reponden

internal. Dengan demikian, keputusan

pengembangan atau sebaliknya dapat

lebih kuat.

SIMPULAN

Riset ini telah menghasilkan

identifikasi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan tantangan Jurusan DIII

Perhotelan, Fakultas Ekonomi,

Undiksha. Hasil penelitian

menun-jukkan bahwa sebagian besar

responden kurang menunjukkan

antusiasme terhadap rencana

pengembangan DIII Perhotelan menjadi

DIV. Beberapa alasan menonjol yang

dikemukakan oleh responden di

antaranya, kesiapan sarana dan

prasarana serta kebutuhan industri

terhadap lulusan DIII yang lebih besar

daripada lulusan DIV dikarenakan

ekspektasi kemampuan, pengetahuan,

dan keterampilan yang lebih fokus dan

memadai dari lulusan DIII

dibandingkan dari lulusan DIV. Dengan

demikian, pertanyaan mengenai

rekomendasi dan rancangan strategis

pengembangan jurusan tidak dapat

dijawab. Keterbatasan penelitian

terletak pada belum dilakukannya

kajian yang lebih mendalam dan

holistik, yang dikarenakan oleh

terbatasnya waktu penelitian. Namun

demikian, penelitian tahap II dapat

tetap dilakukan yaitu dengan

mengundang industri dan para

pemangku kepentingan lainnya sebagai

responden dan menjawab potensi

pengembangan jurusan ini. Hasil riset

tahap kedua tersebut dapat

dibandingkan dengan hasil riset tahap I

(15)

keputusan akhir tentang

pengembangan jurusan D IV

Perhotelan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya diberikan kepada Fakultas

Ekonomi, Undiksha sebagai

pe-nyandang dana kegiatan penelitian,

Lembaga Penelitian (LPM) Undiksha

yang membantu pelaksanaan kegiatan

mulai dari review proposal hingga

monitoring kegiatan. Secara khusus,

ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada pengelola dan kolega Jurusan

Diploma 3 Perhotelan atas bantuan

dan dukungan serta kesempatan yang

diberikan untuk melaksanakan

kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Antara. 2016. Buleleng targetkan

6500000 wisatawan pada 2016

[online] Tersedia pada

.http://www.antarabali.com/ber

ita/82452/buleleng-targetkan-650000-wisatawan-pada-2016)

diakses 1 Mei 2017.

Aprilianidwi. 2012. Ilmu tentang

pariwisata [online]. tersedia pada

https://apriliatourism.wordpress

.com/2012/10/22/ilmu-tentang-pariwisata-03/ diakses

1 Mei 2017

Maswadi. 2009. Pendidikan Vokasional.

[online]. Tersedia pada

http://maswadisp.blogspot.co.id

/2009/06/pendidikan-vokasional.html diakses 1 Mei

2017

Saputra, Ridayani. 2013. Dasar Ilmu

Pariwisata. [online]. Tersedia

pada

http://ridhayanisaputra.blogspo

t.co.id/2013/04/dasar-ilmu-pariwisata.html diakses 1 Mei

2017

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, penggunaan kata mas yang dilakukan pedagang pakaian di Pasar Kolpajung Pamekasan merupakan bentuk campur kode berupa kata yang masuk dalam tuturan bahasa

Tujuan Eliyana datang ke tanah Kalimantan ialah untuk meneliti dampak dari pembuangan limbah tailing ke sungai. Selain itu, ia juga meneliti gen suku Bakumpai dan suku lainnya.

Penelitian dilakukan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta dengan variabel penampang lintang (Ø) rotan 2,4 cm, 2,8cm, dan 3,2 cm, waktu pengukusan rotan 5 menit, 10 menit dan

Hasil uji aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang Zingiber aromaticum Val yang dilakukan terhadap Streptococcus beta hemolyticus menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang

Kesemua hal ini ditempuh oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor, dengan harapan perolehan pajak daerah dan retribusi daerah yang dikelolanya dapat memberikan sumbangan yang

• Hipotesis penelitian ini ditolak karena mahasiswa di Universitas Gunadarma walaupun menggunakan internet untuk kegiatan akademik atau hal-hal lain selain dari

Berdasarkan uraian tersebut dapat disim- pulkan bahwa level aktivitas fisik yang tinggi ber- hubungan dengan kualitas hidup yang baik pada lansia, baik dalam skala kualitas

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan tiga isolat Botryodiplodia theobromae asal Magetan (Mg52.1 dan Mg39.2) serta Pasuruan (Ps8b) memiliki patogensitas