• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN KONSEP SANGA MANDALA PADA BANGUNAN ARSITEKTUR BALI TERHADAP LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN KONSEP SANGA MANDALA PADA BANGUNAN ARSITEKTUR BALI TERHADAP LINGKUNGAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

234

PENGARUH PENERAPAN KONSEP SANGA MANDALA PADA

BANGUNAN ARSITEKTUR BALI TERHADAP LINGKUNGAN

THE EFFECT OF SANGA MANDALA CONCEPT

IMPLEMENTATION ON BALINESE ARCHITECTURE ON THE

ENVIRONEMT

Marizka Sabrina

1

, Oka Sindu Pribadi

2

, Dwi Rosnarti

3 1,2 Program Studi Arsitektur, Jakarta

3Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta

*e-mail: 1marizka.sabrina@gmail.com, 2okapribadi@cbn.net.id, 3dwiros2002@gmail.com

ABSTRAK

Tri Mandala, Hulu-Teben dan Sanga Mandala adalah contoh konsep yang mengajarkan keselarasan terhadap lingkungan dan juga alam. Konsep-konsep ini teraplikasikan terhadap bagaimana manusia menentukan penataan lingkungan rumah tinggal, pola permukiman, dan juga arsitektur. Konsep Sanga Mandala ini dihasilkan dari perpaduan orientasi kosmologis (Utara-Selatan) dengan orientasi religius (Timur-Barat). Membagi area rumah tinggal menjadi sembilan zona adalah cara dari konsep Sanga Mandala. Dari hasil pembagian zona ini terbagi tiga area diagonal dari arah Tenggara menuju ke arah Barat Laut. Hubungan terhadap ekologi aliran udara ini terdapat pada ruang kosong diagonal dari hasil konsep Sanga Mandala. Dari posisi geografis pulau Bali, aliran udara musim hujan dan juga musim kemarau mereka adalah saling berlawanan, yaitu dari Tenggara menuju Barat Laut dan juga sebaliknya. Dari hal ini, terbukti bahwa masyarakat tradisional Bali sangat memikirkan ekologi. Sanga Mandala juga dapat memberikan pencahayaan dan juga penghawaan ke bangunan.

Kata kunci : Pola ruang, konsep tradisional, Sanga Mandala

ABSTRACT

Tri Mandala, Hulu – Teben and Sanga Mandala are four examples of concepts that teach harmony to nature. These four concepts are applied to human procedures in determining settlement patterns, structuring residential environments and architecture. The combination of cosmological orientation (North- South) with religious orientation (East – West) produces the concept of Sanga Mandala. The concept of the Sanga Mandala divides the residential area of a traditional Balinese community into nine parts. This division of nine area produces three diagonal areas from the Southeast to the Northwest. The pattern of diagonal empty space from the Sanga Mandala space concept has a relationship to the ecology of air flow. Based on the geographical position of the island of Bali, the air flow during the the dry and rainy season is opposite, namely from the Southeast to the Northwest and vice versa. This proves that traditional Balinese society is very considerate of ecology. In addition to these empty spaces, the concept of Sanga Mandala is also able to provide airing and lighting to each building.

Keywords : Space pattern, traditional concept, Sanga Mandala

A. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG

Faktor yang menjadi salah satu akibat dari kerusakan alam adalah pembangunan yang tidak terencana, seperti tidak memperhatikan

zona hijau dan juga aliran sungai. Pola bentuk rumah tinggal tidak memikirkan lingkungan seperti tidak memperhatikan luasan ruang terbuka dan juga resapan air. Bentuk bangunan yang tidak direncanakan juga dapat

(2)

235

memberikan alur sirkulasi udara yang tidak baik. Dari sebagian hal berikut, dapat disimpulkan bahwa manusia sudah jarang memikirkan alam untuk perencanaan dalam pembangunan. Pemahaman seperti sifat manusia itu tidak terbatas sehingga lingkungan semakin bertambah parah sampai keinginan manusia tercapai sangat bertentangan dengan manusia tradisional yang sangat memikirkan lingkungan dalam perencanaan bangunan. Masyarakat tradisional Bali mengenal tiga konsep yang mempertimbangkan lingkungan dalam aktivitas sehari-hari, yaitu konsep Tri Hita Karana, Hulu-Teben, dan juga Sanga Mandala. Tri Hita Karana mengajarkan keselarasan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan juga manusia dengan lingkungan. Hulu-Teben mengajarkan dalam penataan pola permukiman. Konsep Sanga Mandala mengajarkan keseimbangan terhadap alam. Tulisan ini akan membahas tentang konsep Sanga Mandala dan hubungannya terhadap lingkungan, karena sudah banyak sekali rumah tinggal yang tidak mempertimbangkan lingkungan dalam pembangunan maupun perencanaannya. Konsep Sanga Mandala sudah mempertimbangkan arah aliran angin yang dapat menjadi penghawaan alami. Pola Sanga Mandala juga mempertimbangkan pencahayaan alami. Dengan begitu, Sanga Mandala harus dapat diterapkan agar lingkungan tetap terjaga.

A.2 RUMUSAN MASALAH

Berkembangnya Arsitektur Modern pada bangunan di Bali tidak hanya mengakibatkan pergeseran budaya, tetapi juga mengakibatkan berkurangnya penerapan arsitektur tradisional pada bangunan, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap lingkungan karena konsep arsitektur Bali sangat memperhatikan lingkungan.

A.3 PERTANYAAN PENELITIAN

Adapaun perumusan masalah kajian ini diantaranya:

i. Bagaimana konsep Sanga Mandala dapat diintegrasikan di dalam tapak?

ii. Bagaimana pengaruh Sanga Mandala terhadap bangunan?

iii. Bagaimana Sanga Mandala berpengaruh terhadap manusia dan lingkungan?

A.2 RUMUSAN MASALAH

Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk:

i. Menunjukan relasi antara konsep Sanga Mandala dan lingkungan

ii. Mendapatkan informasi tentang zonasi konsep Sanga Mandala

B. STUDI PUSTAKA

B.1 KONSEPSI SANGA MANDALA

Konsepsi Kaja-Kelod (gunung-laut) dan Kangin-Kauh (matahari terbit-matahari terbenam) adalah konsepsi arah sakral dan arah profan dalam tatanan budaya masyarakat Bali. Konsepsi ini diterapkan dan banyak diaplikasikan dalam orientasi kosmis Pulau Bali secara makro, tata ruang wilayah, dan juga orientasi dari bangunan tradisional Bali. Menurut masyarakat hindu di Bali, arah gunung, laut, matahari terbenam dan terbit mempunyai makna masing-masing yang bernilai sakral. Dari kedua pasangan arah ini terbentuklah sumbu imajiner, yaitu sumbu orientasi ritual Kangin-Kauh dan orientasi natrual Kaja-Kelod. Orientasi ritual Kangin-Kauh bisa disebut sebagai sumbu Timur-barat. Orientasi ini setara dimanapun daerah Bali, berbeda dengan orientasi Kaja-Kelod. Orientasi Kaja-Kelod berbeda-beda disetiap daerah pulau Bali. Dengan perbedaan ini makan masyarakat Bali mempunyai pemahaman yang berbeda tentang nilai sakral-profan.

(3)

236

B.2 PENGERTIAN KONSEPSI SANGA

MANDALA

Sanga Mandala adalah kata yang berasal dari bahasa sanskerta. Sanga yang artinya angka sembilan dan Mandala yang artinya zona. Konsepsi Sanga Mandala ini adalah membagi sebuah area menjadi sembilan zona berdasarkan nilai kesakralprofannya masing-masing. Penggabungan dari konsepsi Kangin-Kauh dan juga Kaja-Kelod menghasilkan konsep Sanga Mandala. Kedua konsepsi ini ditambahkan tentang posisi area terbuka di tengah atau bisa disebut Natah. Zona ini Kaja-Kelod yang hanya terbagi menjadi zona sakral dan profan akhirnya terbagi menjadi tiga zona yaitu (a) Utama (sakral), (b) Madya, (c) Nista (profan). Sama halnya dengan zona Kangin-Kauh, zona ini juga terbagi menjadi tiga zona sama seperti Kaja-Kelod. Dengan menerapkan dua konsepsi ini (Kaja-Kelod, Kangin-Kauh), muncullah sembilan zona dari hasil persilangan. Kesembilan zona ini mempunyai nilai masing-masing berdasarkan nilai kesakralan dan keprofonannya masing-masing.

B.3 STUDI PRESEDEN

B.3.1 DESA BAYUNG GEDA,

KINTAMANI

Di Desa Bayung Geda, pembagian zona mengacu terhadap Tri Angga dengan pembagian seperti:

i. Shuah Loka – tempat untuk beribadah, merupakan orientasi yang paling suci yang mengacu terhadap Gunung Batur.

ii. Bhuwah Loka – untuk permukiman penduduk.

iii. Nhur Loka – sebagai lahan kuburan.

Rumah tradisional sudah banyak didapati dari awal pembagunan desa karena lokasinya yang dikelilingi oleh hutan bambu. Tiap desa mempunyai tempat pemujaan atau tempat untuk beribadah yang biasa disebut dengan pura. Pura juga dibentuk dalam berbagai jenis, tergantung

fungsi pemujaannya.

B.3.2 TAMAN GILI KERTA GOSA

Taman Gili Kerta Gosa terletak di tengah Kota Kabupaten Klungkung, Bali dan merupakan peninggalan budaya Keraton Semarapura Klungkung. Pada mulanya merupakan tempat pengadilan dan tempat pembahasan yang berhubungan dengan situasi keamanan dan kemakmuran Keraton Semarapura.

Gambar 1. Orientasi Kaja-Kelod bagi Masyarakat Bali

Sumber: google.com

Gambar 2. Persilangan Sumbu Kaja-Kelo dan Kangin-Kauh yang Membentuk Sanga Mandala

Sumber: google.com

Gambar 3. Desa Bayung Gede, Kintamani Sumber: google.com

Gambar 4. Taman Gilli Kerta Gosa Sumber: google.com

(4)

237

C. METODE

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan strategi eksploratif. Dalam buku yang berjudul “Pengantar Metodologi Penelitian Arsitketur” yang ditulis oleh Amos Setiadi, menjelaskan kriteria penelitian metode kualitatif diantaranya: i. Bertujuan mengungkap fakta dan eksplorasi ii. Bertujuan mengembangkan gambaran mental iii. Bertujuan mengembangkan ide dan teori tentaif

iv. Peneliti tidak asing dengan fakta

v. Hasil akan menentuan kelayakan riset lanjutan

D. HASIL STUDI/PEMBAHASAN

Dengan menggunakan konsep Sanga Mandala terhadap pembangunan bangunan masyarakat tradisional Bali sudah mampu memahami bagaimana sistem lingkungan berfungsi. Dengan menggunakan konsep ini, masyarakat dapat menghargai warisan budaya dan juga menjaga lingkungan. Dari hasil menggunakan konsep Sanga Mandala terhadap pembangunan, terdapat dua unsur yang didapat yaitu pencahayaan alami dan juga penghawaan. Sumbu religius Timur-Barat dapat memberikan pencahayaan yang optimal terhadap bangunan, dan juga sirkulasi udara dapat didapat dengan maksimal tergantung letak geografis. Pergerakan angin pada musim hujan dan juga musim kemarau mempunyai arah yang berlawanan. Terdapat ruang kosong di tengah zona yang disebut Natah sehingga membentuk garis diagonal dari Tenggara menuju ke arah Barat Laut. Ketiga zona ini adalah (a) Nistaning Utama, (b) Madyaning Madya, dan (c) Utamaning Nista. Setiap zona mempunyai fungsi yang berbeda seperti Madyaning Madya atau bisa yang disebut Natah sebagai ruang kosong. Utamaning Utama yang berfungsi sebagai tempat pemerajaan atau tempat

beribadah, Nistaning Nista yang berfungsi sebagai area untuk memelihara hewan atau juga berfungsi sebagai lumbung unutk tempat penyimpanan.

Dengan terdapatnya tiga ruang kosong ini, dapat memberikan alur sirkulasi udara yang masuk dari arah Tenggara yang mengarah ke arah Natah yang kemudian mengalir ke arah Barat Laut. Sirkulasi udara ini berubah berdasarkan musim sehingga dapat memberikan sirkulasi udara silang. Dengan terdapatnya ruang kosong di daerah (Natah) ini juga memberikan alur udara agar dapat masuk ke setiap bangunan.

Area tengah (Natah) merupakan orientasi utama sehingga bangunan mempunyai bukaan yang menghadap ke tengah. Dengan pola penataan ini, bagian tengah dapat memantulkan pencahayaan alami terhadap masing-masing bangunan. Bangunan rumah didesain agar mempunyai teras di depan agar dapat menerima cahaya dengan baik, tapi memiliki penutup pada bagian atas bangunan untuk kenyamanan dalam melihat.

Tidak hanya memberikan pencahayaan alami dan juga penghawaan dalam penggunaan konsep Sanga Mandala, konsep ini juga dapat memberikan area yang maksimal dalam bertanam. Tanaman yang dapat memberikan oksigen yang diperlukan oleh makhluk hidup. Kolaborasi konsep alam dan konsep religi memberikan konsep Sanga Mandala, sehingga masyarakat dapat menjaga warisan dan menjaga lingkungan dalam waktu yang bersamaan.

E. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

i. Konsep Sanga Mandala mempunyai pembagian ruang berupa tiga ruang kosong yaitu Utama, Madya, dan Nista.

ii. Zona ruang tengah (Natah) berfungsi untuk mengalirkan udara ke seluruh lingkungan rumah tinggal.

(5)

238

iii. Penataan bangunan yang berorientasi menghadap tengah dapat memaksimalkan pencahayaan alami.

F. UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jurusan Seminar Intelektual Muda yang membantu terhadap penerbitan tulisan publikasi ilmiah ini. Saya ucapkan banyak terima kasih saya terhadap kedua pembimbing saya yaitu Dr.Ing.Ir Oka Sindhu Pribadi, MSc dan Ir. Dwi Rosnarti,MT atas bimbingannya selama ini.

REFERENSI

Budihardjo, Rachmat. (2013). Konsep Arsitektur Bali Aplikasinya Pada Bangunan Puri. Yogyakarta: Nalars Volume 12 No.1

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. (2003). Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali. Bali: Jurnal Permukiman Natah.

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. (2009). Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuna. Udayana: University Press, Bali. Glebet, I Nyoman. (1986). Arsitektur

Tradisional Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Parwata, Wayan. (2009). Pendidikan Lingkunga. Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan. Jakarta

Gambar

Gambar 2. Persilangan Sumbu Kaja- Kaja-Kelo dan Kangin-Kauh yang  Membentuk Sanga Mandala

Referensi

Dokumen terkait

kesehatan pegawai yang real time melalui mekanisme sistem informasi • Jumlah dan jenis tenaga/SDM yang handal bidang IT masih terbatas • Metoda pelaporan yang

Setelah ujian sidang sarjana (komprehensif), apabila dinyatakan lulus, dan setelah dilakukan perbaikan seperlunya, skripsi yang telah disetujui tim pembimbing harus

Berbagai penelitian juga dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan pendengaran sensorineural pada penderita diabetes melitus

Minuman keras alkohol mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian.. Lamanya proses fermentasi bergantung

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh political connection terhadap pengungkapan air perusahaan di Indonesia pada dewan komisaris dan direksi Badan

Implementasi tahun ke-2 proyek PHK-PKPD Fakultas Kedokteran UMI resminya dimulai bulan Januari 2012 tetapi karena masalah revisi TOR yang baru mulai dilakukan pada bulan

KOMPETENSI BIDANG PELAPORAN HASIL PENGAWASAN Merupakan kompetensi auditor yang terkait dengan kegiatan pelaporan guna mengkomunikasikan hasil pengawasan sehingga

Dari Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa semakin dekat material dengan sensor ultrasonic 2 maksimal jarak 10 cm maka voice recorder akan memutar suara 2 yaitu