• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Penemuan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menemukan Gagasan Utama Teks. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Penemuan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menemukan Gagasan Utama Teks. Oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Education of Batanghari

Jurnal Education of Batanghari 2 (12): 001-014 (2020) P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223

Oleh

Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan gagasan utama teks. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan, dan tes. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan analisis dokumen. Teknik analisis data kualitatif proses pembelajaran dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data kuantitatif hasil pembelajaran dilakukan dengan rumus rata-rata.

Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitas proses dan kualtas hasil. Kualitas proses pada siklus I masih kurang baik, Hal tersebut ditandai dengan aktivitas siswa yang masih rendah dalam pembelajaran. Kualitas proses pada siklus II sudah baik. Hal itu ditandai oleh tingginya aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Kualitas hasil belajar pada siklus I masih rendah. Siswa yang tuntas hanya 18 orang atau 56,3%.. Pada siklus II siswa yang tuntas 27 orang atau 84,4%.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Discovery Learning, Kualitas Pembelajaran, Ide Utama Teks. Abstract:

The study is aimed to describing the applying of discovery learning model to improve the quality of learning process in finding the main idea of the text. The type of this research is classroom action research. The subject of the research was the 32 students grade VII-1 Junior Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Peneliti menyarankan agar guru bahasa Indonesia yang mengalami masalah dalam pembelajaran menemukan gagasan utama teks dapat menerapkan model pembelajaran penemuan.

Mardunah, SMP Negeri 23 Kota Jambi E-mail: mardunah7@gmail.com

Penerapan Model Pembelajaran Penemuan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menemukan Gagasan Utama Teks

(2)

Jurnal Education of Batanghari

High School 23 Jambi. The research was done through two cycles, each cycle consist of planning, applying, observing, and reflecting. The data collection was got from observation form, field note, and test The instrument of the research was the observation form, field note form and documents analysis. The analysis technique of learning process was done by data reduction, data performance, and getting conclusion. The analysis of quantitative data was from the learning result by average pattern.

The research result was classified into two, the quality of process and result. The process quality in cycle I was worse. It was noticed by the student activities in learning process. The process of quality of cycle II was better, the students were more active. And the result quality of cycle I was also lower, 18 students could pass the test or much as 56,3% while in the cycle II as much as 27 or 84,4% students could past the test.

By the result of the research, it can be concluded that the applying of Discovery Learning Model can improve the process and result quality of learning in finding the main idea of the text for students grade VII Junior High School 23 Jambi. The researcher suggests Bahasa Indonesia teachers who got the same problem in teaching to apply the discovery model.

Keywords: Discovery Learning Model, Learning Quality, Main Idea of The Text. I. PENDAHULUAN

Salah satu kompetensi dasar membaca yang harus dimiliki siswa kelas VII SMP adalah menemukan gagasan utama teks yang dibaca. Kompetensi menemukan gagasan utama teks siswa harus tinggi. Dengan kompetensi tersebut, siswa dapat menghemat waktu dalam membaca suatu teks. Kemampuan menemukan gagasan utama teks berhubungan dengan memahami hal-hal penting yang terdapat dalam. Kemampuan menemukan gagasan utama dalam teks juga dapat menjadi dasar membuat ringkasan atau rangkuman terhadap tek menyimpulkan isi teks, dan memberikan kritik terhadap bacaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan menemukan gagasan utama teks bacaan dapat menghemat waktu membaca di tengah kesibukan dan banyaknya sumber bacaan yang tersedia. Soedarso (2005: 64-69) menyatakan bahwa membaca untuk menemukan gagasan utama teks bacaan termasuk dalam bagian keterampilan membaca cepat yang dapat menghemat waktu baca kita

Akan tetapi, kenyataan berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 23 Kota Jambi, kemampuan menemukan gagasan utama teks siswa masih rendah. Untuk menemukan gagasan utama teks yang dibaca, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran penemuan. Hal ini didasarkan pada ciri model pembelajaran penemuan, yaitu menemukan. Karena itu, peneliti memilih kompetensi dasar ini untuk diteliti dan peneliti melakukan alternatif solusi dengan menerapkan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi.

(3)

Jurnal Education of Batanghari II. KAJIAN TEORI

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang dibuat atau dihasilkan. Pembelajaran adalah proses; cara; perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Depdiknas, 2002: 751). Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekeliompok orang mencoba bertindak berdasarkan model model itu (Suprijono, 2011: 45). Istilah model yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola, ragam, atau acuan yang digunakan dalam pembelajaran.

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Sebelum terjadi proses pembelajaran, guru harus mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi. Hal yang harus diketahui guru tersebut disebut karakteristik siswa.

Menurut Ariyana (2018: 33) model pembelajaran penemuan adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Kemendikbud (2013: 19) model pembelajaran penemuan atau discovery adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Menurut Mulyasa dkk (2017: 127) model pembelajaran penemuan adalah model pembelajaran yang menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang dihadapkan kepada siswa adalah masalah yang direkayasa oleh guru.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan 1) Perencanaan

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik . 2) Pelaksanaan

Menurut Mulyasa dkk (2017: 128) pelaksanaan model pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dengan demikian, seorang guru harus menguasai

(4)

teknik-Jurnal Education of Batanghari

teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

3) Data collection (pengumpulan data)

Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya

4) Data processing (pengolahan data)

Pada tahap ini, siswa mengolah data yang telah diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data. Data yang sudah diperoleh didiskusikan melalui proses penalaran atau asosiasi.

5) Verification (pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak

6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non-tes. Penilaian non-tes dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Penilaian tes berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran penemuan dapat menggunakan tes tertulis. Bila yang dinilai berupa produk, dapat menggunakan tes unjuk kerja (Mulyasa dkk. 2017: 130)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan, Menurut Kemendikbud (2013: 23) kelebihan model pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(5)

Jurnal Education of Batanghari

4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar

menjadi lebih terangsang.

14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran penemuan mempunyai beberapa kelemahan. Kemendikbud (2013: 27) kelemahan model pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4) Pengajaran penemuan lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

(6)

Jurnal Education of Batanghari

Direktorat PLP (2005:24) menyatakan bahwa gagasan utama adalah gagasan pokok yang terkandung atau mendasari sebuah bacaan. Pada tataran yang lebih kecil gagasan penulis dituangkan dalam setiap paragraf. Jadi, dapat disimpulkan, agar dapat menentukan gagasan utama teks bacaan, terlebih dahulu pembaca harus dapat menentukan gagasan utama paragraf. Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi inti atau isi pokok suatu teks bacaan. Menemukan gagasan utama bacaan dapat didahului dengan menentukan gagasan utama paragraf dalam bacaan itu.

Soedarso (2005:64) menggunakan istilah ide pokok untuk menyebut gagasan utama bacaan. Menurut Soedarso, ide pokok adalah gagasan utama penulis yang menjadi dasar atau inti masalah dalam tulisannya. Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa gagasan utama teks bacaan adalah gagasan atau ide pokok yang menjadi dasar atau inti suatu teks bacaan. Jika teks bacaan berupa buku, Soedarso (2005:64-65) menyatakan cara untuk menemukan gagasan utamanya adalah sebagai berikut.

1. Temukan ide pokok buku secara keseluruhan dengan membaca ikhtisar umum yang biasa terdapat di awal buku tersebut.

2. Temukan ide pokok bab dan sub-bab yang biasanya terdapat dalam ikhtisar di awal bab dan sub-bab.

3. Temukan ide pokok paragraf.

Jika teks bacaan lebih sederhana, misalnya teks bacaan yang hanya terdiri dari bebarapa paragraf, menemukan gagasan utama dapat dilakukan dengan menemukan dulu gagasan utama setiap paragraf.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa untuk menemukan gagasan utama teks bacaan, siswa harus dapat menemukan gagasan utama paragraf dalam teks bacaan tersebut. Penulis juga beranggapan perlu mengemukakan teori ahli tentang paragraf secara khusus, karena paragraf merupakan bagian yang penting dalam menemukan gagasan pokok bacaan.

Keraf (1984:62) menyebut paragraf dengan istilah alenia. Lebih lanjut Keraf menyatakan bahwa alenia adalah suatu kesatuan pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Alenia merupakan himpunan dari kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Gagasan tersebut akan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas. Jadi, menurut Keraf, paragraf yang baik terdiri dari lebih satu kalimat. Kalimat yang satu berfungsi sebagai kalimat utama, yang memuat gagasan utama. Kalimat yang lain berfungssi sebagai kalimat penjelas yang memuat gagasan-gagasan penjelas.

Soedarso (2005:66) berpendapat bahwa paragraf adalah kumpulan kalimat yang terdiri dari satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh penulis untuk menyampaikan pikirannya. Penulisan paragraf bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk memahami tulisannya.

(7)

Jurnal Education of Batanghari

Pengertian paragraf menurut Tarigan (1981:11) adalah seperangkat kalimat tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat di dalam keseluruhan paragraf.

Dari ketiga penendapat tesebut, peniliti menyimpulkan bahwa paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri dari beberapa kalimat yang memiliki satu gagasan. Kalimat yang mengandung gagasan utama disebut kalimat utama. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.

Soedarso (2005:66-67) mengemukakan cara menemukan gagasan utama paragraf utama adalah sebagai berikut.

1. Dalam satu paragraf terdapat kalimat kunci atau kalimat pokok. Kalimat itu mengandung ide pokok. Kenalilah kalimat kunci itu.

2. Lazimnya, penulis meletakkan ide pokok paragrafnya di awal, di akhir, di awal dan dia akhir, atau adakalanya di seluruh paragraf.

Lebih lanjut, Soedarso mengemukakan cara menemukan kalimat kunci dalam paragraf adalah sebagai berikut.

1. Anda cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu Anda baca dan tanya apa artinya? Lalu Anda baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, “artinya adalah…” atau semacamnya.

2. Anda cari pernyataan umum. Lalu Anda bertanya: Apakah kalimat lainnya mendukung dalam menjabarkan ide pokok itu?

3. Jika ide pokoknya sulit dikenali atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya Anda baca detailnya agak lambat untuk mendapat pemahaman yang lebih cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami, detailnya diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi.

III. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi dalam proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memaparkan hasil belajar siswa dalam menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran penemuan.

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berdasarkan masalah yang dihadapi guru di kelas, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama teks yang dibaca. Guru selaku peneliti berusaha mencari solusi atas masalah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Tindakan dilakukan dengan langkah-langkah pencanaan, pelaksanaan, obeservasi, analisis, dan refleksi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi dalam proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memaparkan hasil belajar siswa dalam menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran penemuan.

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berdasarkan masalah yang dihadapi guru di kelas, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama teks yang dibaca. Guru selaku peneliti berusaha mencari solusi atas masalah

(8)

Jurnal Education of Batanghari

tersebut dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Tindakan dilakukan dengan langkah-langkah pencanaan, pelaksanaan, obeservasi, analisis, dan refleksi

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-1, SMP Negeri 23 Kota Jambi. Jalan Raden Fatah, Kelurahan Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi Penelitian dimulai bulan Januari s.d bulan Juni 2017.

Data penelitian tindakan kelas ini berupa hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi dan hasil catatan lapangan. Data yang dianalisis adalah data yang berhubungan dengan proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Data hasil observasi tentang proses pembelajaran berupa aktivitas yang dilakukan siswa dan guru. Data diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh tiga observer dan catatan lapangan yang dibuat oleh guru peneliti saat melaksanakan pembelajaran

Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil penilaian pembelajaran menemukan gagasan utama teks sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan. Ada tiga sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: observer, siswa dan guru.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, catatan lapangan, dan tes.Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap peristiwa berlangsungnya proses belajar mengajar. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi partisipasi aktif sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 227). Dalam hal ini peneliti hadir dalam pembelajaran dan mengambil peran aktif dalam peristiwa itu. Peneliti sebagai guru melaksanakan proses pembelajaran.

Catatan lapangan diperoleh dari peneliti sendiri. Saat melakukan penelitian, guru mungkin menemukan berbagai hal yang menarik perhatian peneliti, misalnya tentang siswa yang perlu perhatian khusus, kendala saat pembelajaran, dan alternatif solusinya, sehingga guru harus membuat catatan tersendiri untuk hal-hal itu.

Tes dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kualitas hasil belajar menemukan gagasan utama teks dengan model pembelajaran penemuan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes unjuk kerja. Siswa membaca teks lalu menemukan gagasan utama teks tersebut.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengambilan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan siswa, catatan guru, lembar penilaian., lembar penilaian RPP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran itu, dapat dideskripsikan bahwa guru membimbing siswa dalam setiap langkah pembelajaran. Pembimbingan intensif yang dilakukan guru dapat mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, Terdapat peningkatan keaktifan siswa siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam membentuk kelompok, siswa sudah dapat melakukan dengan cepat. Saat pemberian rangsangan berupa tesks bacaan, sebagian besar siswa sudah membaca teks dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang membaca dengan kebiasaan yang salah.

Saat langkah identifikasi msalah, guru menugasi siswa untuk merumuskan pertanyaan tentang gagasan utama teks. Guru juga memberikan bimbingan. Tujuh kelompok sudah dapat berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan. Masih ada satu kelompok yang anggota rebut. Guru langsung mendekati dan membimbing kelaompok itu. Saat mengumpulkan data, tujuh kelompok sudah membaca dengan cermat buku sumber untuk mencari data tentang gagasan utama teks. Siswa juga sudak aktif berdiskusi untuk mengolah data dan menuliskan hasil penolahan data di

(9)

Jurnal Education of Batanghari

lembar kegiatan siswa. Semua kelompok sudah dapat memeriksa dengan cermat hasil diskusi mereka dalam kegiatan pembuktian atau verifikasi. Sebagian siswa juga sudah dapat menyimpulkan tentang gagasan utama teks.

Saat langkah mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Ada empat kelompok yang bersedia tampil terlebih dulu tanpa dipaksa. Kelompok lain harus ditunjuk dulu agar mempresentasikan hasil diskusi. Ada delapan belas siswa yang mengacungkan tangan saat diminta memberi tanggapan. Guru memberi kesempatan secara bergiliran. Sebagian besar siswa sudah dapat menyimpulkan hasil pembelajaran.

Saat guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran siswa menyatakan bahwa setelah mendapat bimbingan dan contoh dari guru, siswa berani dan percaya diri untuk berdiskusi, presentasi, dan menanggapI. Di siklus II masih observasi terhadap aktivitas siswa masih dilakasanakan. Dari data hasil observasi oleh observer pada siklus II tergambar bahwa penggunaan model penemuan memerlukan kesabaran yang tinggi dalam memotivasi siswa untuk menemukan gagasan utama teks kepada teman yang lainnya. Pada siklus II ini peneliti memulai penelitian tindakan kelas untuk melihat bagaimana penggunaan model pembelajaran penemuan dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menemukan gagasan utama teks. Secara umum, hasil observasi penelitian pada siklus II . Pada awal pelajaran dimulai, semua siswa terlihat tertib dan tidak ada satu pun yang sibuk sendiri. Semua siswa mengikuti perintah ketua kelas untuk berdoa dan memberi salam. Siswa memperhatikan penjelsan guru tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tayangan LCD. Guru menayangkan sebuah teks. Guru meminta siswa membaca teks tersebut.. Guru menjelaskan skenario dan penilaian pembelajaran. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat menemukan gagasan utama teks. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berkelompok

Ketika pembelajaran mulai memasuki kegiatan inti, guru memberikan rangsangan kepada siswa (stimulation) berupa teks bacaan. Siswa membaca teks yang dibagikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan, tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Setelah membaca teks, siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah berupa pertanyaan. Guru mengarahkan siswa agar merumuskan masalah tentang gagasan utama paragraf, letak kalimat utama setiap paragraf, dan gagasan utama teks.

Setelah merumuskan pertanyaan itu, siswa mengumpulkan data (data collection) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan tersebut. Dalam kegiatan ini, ada beberapa anggota kelompok yang tidak aktif dalam diskusi. Berdasarkan pengamatan, beberapa siswa tidak aktif dalam mengumpulkan data. Bahkan ada beberapa anggota kelompok yang melamun. Perilaku anggota kelompok ini dilaporkan secara lisan oleh anggota kelompok lain kepada guru. Siswa membaca buku paket, buku penunjang, dan kamus, untuk mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengolah data (data processing) dan menggunakan data tersebut untuk menentukan gagasan utama paragraf dan teks secara keseluruhan. Siswa kembali berdiskusi untuk tahap pembuktian terhadap data yang hasil kerja mereka.

Siswa menyimpulkan (generalitation) berdasarkan hasil verifikasi kelompok masing-masing. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa sudah dapat menuimpulkan data tepat waktu. Selanjutnya, setiap kelompok menuliskan hasil diskusi mereka ke dalam lembar kerja siswa. Selain menuliskan hasil diskusi, Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Tidak ada satu kelompok pun yang mau ke depan. Akhirnya, guru mengadakan undian. Presentasi ini mengalami hambatan. Setelah di depan, siswa saling

(10)

Jurnal Education of Batanghari

suruh untuk mempresentasikan hasil diskusi. Akhirnya guru menunjuk secara acak siswa yang berperan sebagai moderator dan siswa yang presentasi. Anggota kelompok lain diminta untuk bersiap-siap menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah kelompok presentasi, semua kelompok lain memberikan tanggapan atau komentar.

Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dari Januari sampai denga Juni 2017 di kelas VII-1 SMP Negeri 23 Jambi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, tahap refleksi.

PTK ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi.

Pembahasan hasil temuan yang berkaitan dengan teori dijadikan acuan dalam penelitian ini. Pembahasan dilakukan sesuai dengan masalah, tujuan, dan hasil penelitian. Fokus pembahasan dalam penelitan ini adalah penerapan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Pembahasan kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah pembahasan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Pembahasan hasil penelitian ini mengacu pada hasil temuan siklus I dan siklus II.

Proses pembelajaran merupakan segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa. Pembahasan hasil temuan dalam penelitian ini berhubungan langsung dengan sintak atau langkah-langkah model pembelajaran penemuan, yang terdiri dari pemberian rangsangan, merumuskan pertanyaan atau identifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, membuktikan, dan menyimpulkan. Sintak itu diapadukan dengan langkah terakhir dalam pendekatan saintifik, yaitu mengomunikasikan. Perbandingan hasil penelitian berupa proses pembelajaran digambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

No. Sintak/Langkah Pembelajaran

Siklus I Usaha Perbaikan Siklus II Kesimpulan

1. Pemberian rangsangsan. Siswa membaca teks bacaan.

1. Sebagian siswa masih melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca.

2. Ada siswa yang tidak antusias dalam membaca. 1. Guru memberikan bimbingan tentang kebiasaan yang harud dihindari saat membaca. 2. Guru menyediakan bahan bacaan yang memuat hal yang lebih dekat dengan siswa 1. Tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. 2. Semua siswa sudah antusias dalam membaca Ada peningkatan kualitas proses pembelaharan siklus II apabila dibandingkan kualitas proses pembelajaran siklus I. Hal itu dapat dilihat pada keaktifan dan 2. Identifikasi Sebagian kelompok Guru memberikan Semua

(11)

Jurnal Education of Batanghari masalah belum dapat

merumuskan pertanyaan bimbingan saat siswa berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan tentang gagasan utama kelompok sudah dapat merumuskan pertanyaan. antusias siswa dalam proses pembelajaran. 4. Mengumpul- kan data

Sebagian siswa belum aktif dalam diskusi kelompok untuk mengumpulkan data tentang gagasan utama

Guru memotivsi dan membimbing siswa dalam diskusi kelompok Tujuh kelompok sudah aktif dalam diskusi. Satu kelompok anggotanya belum aktif. 5. Mengolah data Hanya empat kelompok

yang aktif menentukan gagasan utama Guru memberikan bimbingan Tujuh kelompok sudah aktif mengolah data untuk menentukan gagasan utama teks.

5. Membuktikan Ada empat kelompok yang memeriksa dengan cermat hasil diskusi menentukan gagasan utama. Guru memberikan bimbingan Semua kelompok sudah memeriksa dengan cermat hasil diksusi kelompok masing-masing. 6. Menyimpul- kan Semua kelompok mengalami kesulitan dalam menyimpulkan Guru memberikan motivasi dan bimbingan. Semua kelompok sudah aktif berdiskusi dan menyimpulkan 7. Mengomuni- kasikan

Sebagian besar siswa belum berani dan tidak percaya diri untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, memberi tanggapan atau komentar. Guru memberi contoh cara mempresentasikan dan menanggapi hasil diskusi. Ada empat kelompok yang sudah bersedia tampil tanpa dipaksa.

(12)

Jurnal Education of Batanghari

Pembahasan pada tahap pemberian rangsangan/stimulation, siswa diminta untuk membaca teks. Sebagian siswa masih melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Guru memberikan bimbingan agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan dalam membaca. Pada siklus II tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Saat tahap merumuskan pertanyaan/problem statement siswa sebagian besar belum dapat merumuskan masalah. Setelah mendapat bimbingan guru, siswa baru dapat mermuskan pertanyaan tentang gagasan utama teks. Pada tahap mengumpulkan data/data collection, guru belum begitu optimal dalam membimbing siswa akibatnya siswa juga belum terlibat aktif dalam berdiskusi kelompok. Kemudian guru memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut dan mengoptimalkan siswa untuk berpikir dan ikut berdiskusi mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang sudah disusun.

Pada tahap mengolah data, pada siklus sebagian siswa belum aktif dalam diskusi kelompok untuk menemukan gagasan utama teks. Guru membimbing siswa dalam dalam kelompok agar semua anggota kelompok terlibat aktif dalam diskusi.. Pada siklus II sebagian besar siswa sudah dapat merumuskan pertanyaan. Pada tahap pembuktian/verification pada siklus I, sebagian besar siswa tidak mencermati hasil kerja kelompok. Guru memberikan bimbingan saat siswa memeriksa kembali hasil diskusi. Pada siklus II, sebagian besar siswa sudah melakukan pemerikasaan hasil diskusi kelompok dengan cermat.

Pada tahap menyimpulkan/generalization siklus I, sebagian siswa belum dapat menyimpulkan hasil diskusi. Guru memberikan bimbingan, sehingga pada siklus II sebagian besar siswa sudah dapat menyimpulkan hasil diskusi kelompok. Pada tahap mengomunikasikan siklus I, siswa mengalami kesulitan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Siswa juga tidak berani dan tidak percaya diri untuk mrmberilkan komentar. Guru memberikan contoh cara mempresentaikan dan memberi tanggapan.. Pada siklus II, sebagian besar siswa sudah berani dan percaya diri untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Sebagian besar siswa juga dapat memberikan tanggapan terhadap kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Berdasarkan data yang telah diuraikan terlihat bahwa kualitas proses pembelajaran menemukan gagasan utama pada siklus II meningkat apabila dibandingkan dengan proses pembelajaran siklus I. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam penelitian ini sesuai dengan teori tentang kelebihan model pembelajaran penemuan yang menyatakan bahwa model pembelajaran penemuan dapat membantu siswa aktif dan antusias dalam pembelajaran dan dapat menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final karena melalui proses verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran kemampuan menemukan gagasan utama teks yang dibaca pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Hal ini terlihat dari hasil tes awal, hasil tindakan yang ada pada siklus I, dan hasil tindakan di siklus II. Pada tes awal, hanya 4 siswa atau 12,5% siswa yang mencapai nilai KKM yang ditentukan, yaitu 75. Pada siklus I, siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM atau lebih sebanyak 18 orang siswa atau 56,3%. Pada siklus II, siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 28 siswa atau mencapai 87,5%.

(13)

Jurnal Education of Batanghari V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatan kualitas proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota jambi. Hal itu dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil tes awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II.

(14)

Jurnal Education of Batanghari DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013 Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Puskur, Balitbang. Depdiknas. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Puskur Balitbang.

_______ 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: P.T. Binatama Raya

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2005. Pengembangan Keterampilan Membaca Jakarta: Depdiknas.

Kemendikbud. 2013. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud. Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung; Alfabeta. Jihad, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

Soedarso. 2005. Speed Reading. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung:Alfabeta.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryosubroto. 1997. Proses Pembelajaran di Seskolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Mengembangkannya. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 5.1 Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II  No.  Sintak/Langkah

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to improve the students’ ability to identify specific information in listening at first year students of SMP Negeri 1 Tompobulu by

dalam Pasal 1 ayat (2) dan Lampiran Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. Terluar, dicabut dan dinyatakan

Program adalah kata, ekspresi, pernyataan atau kombinasi yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur yang berupa urutan langkah untuk menyelesaikan masalah

Demikian ditegaskan ulang dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1) Permendikbud No 44 Tahun 2012 yakni “Satuan Pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh pemerintah, dan/atau

Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada responden atau konsumen Waroeng Steak

sebut telah mewarnai sepak terjangnya dalarn perjuangannya kemudian.. Pada saat bangsa Indonesia menghadapi persoalan yang amat menentukan masa depannya, yalah

a) Mesin dan peralatan, yaitu adanya kerusakan mesin disebabkan mesin yang digunakan adalah mesin yang sudah lama sekali, seluruh pekerjaan produksi yang menggunakan mesin

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah efisiensi rerata kolektor terbesar terjadi pada kolektor dengan kaca penutup bening untuk variasi debit aliran air 300