• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Penunjang Keputusan Decision Support Systems (DSS) didefenisikan sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer. Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott Morton, yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Management Decision System”. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur. DSS dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif [18].

Sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tak terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mendayagunakan resources individu-individu secara intelek dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. Jadi ini merupakan sistem pendukung yang berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang semi terstruktur. SPK kadang digunakan untuk menggambarkan sembarang sistem yang terkomputerisasi. SPK digunakan untuk definisi yang lebih sempit, dan digunakan istilah MSS sebagai payung untuk menggambarkan pelbagai tipe sistem pendukung.

(2)

DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk

mengevaluasi suatu peluang. DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi menggunakan CBIS (Computer

Based Information System) yang fleksibel, interaktif dan dapat diadaptasi, yang

dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antar muka pengguna yang mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambilan keputusan. DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas.

DSS tidak dimaksudkan unutk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi

memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia [14].

Keputusan yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah dilihat dari keterstrukturannya yang bisa dibagi menjadi:

1. Keputusan terstuktur (structured decision)

Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat rutin.

2. Keputusan semiterstruktur (semistructured decision)

Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang memiliki dua sifat. Sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan.

3. Keputusan tak terstruktur (unstructured decision)

Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi [14].

Beberapa bentuk model SPK [18], diantaranya: 1. Model Ikonik

Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam bentuk ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, terutama untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik.

(3)

2. Model Analog

Model analog bisa mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan yang berubah menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai daripada model ikonik karena kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji. Model analog banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan kelas-kelas yang berbeda.

3. Model Matematik (model simbolik)

Format model simbolik berupa bentuk angka, simbol, dan rumus. Jenis model simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan (equation). Bentuk persamaan adalah tepat, singkat dan mudah dimengerti. Simbol persamaan tidak saja mudah dimanipulasi daripada kata-kata, tetapi juga lebih cepat dimengerti maksudnya. Suatu persamaan adalah bahasa universal dalam penelitian operasional dan ilmu sistem, dimana digunakan suatu logika simbolis.

Model merupakan abstraksi dunia nyata menjadi bentuk simbolik dengan tujuan menyederhanakan, meminimalkan biaya, dan meminimalkan resiko agar lebih efektif. Sebuah model tergantung pada variabel waktu (tetap atau tidak), hasil (acak atau terdistribusi atau pola), nilai awal (ada atau tidak ada) [14].

2.1.1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Definisi SPK secara sederhana adalah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu menyelesaikan masalah untuk membantu pengambil keputusan (manajer) dalam menentukan keputusan tetapi tidak untuk menggantikan kapasitas manajer hanya memberikan pertimbangan. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma [18]. Definisi ini belum memberikan gambaran secara spesifik bahwa SPK berbasis komputer dan akan beroperasi online interakif oleh karena dengan muncul berbagai definisi seperti dibawah ini.

SPK juga didefenisikan sebagai ”sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan”.

(4)

Dia menyatakan bahwa untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu penting dan mudah berkomunikasi [17] .

SPK didefenisikan sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi: sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antara pengguna dan komponen SPK lain), sitem pengetahuan (repositori pengetahuan domain masalah yang ada pada SPK baik sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem pemrosesan masalah (hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan). Konsep-konsep yang diberikan oleh defenisi tersebut sangat penting untuk memahami hubungan antara SPK dan pengetahuan [6].

DSS (Decision Support System) atau Sistem Pendukung Keputusan adalah

sistem informasi berbasis komputer yang tujuan utamanya adalah menyediakan informasi yang bisa menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Seperti sebuah perangkat lunak komputer berada dalam suatu lingkungan terintegrasi antara perangkat keras dengan sistem operasinya. Begitu pula dalam perencanaan DSS, bagaimana membangun DSS yang dapat membantu pengambilan keputusan. Selain itu

DSS memerlukan arsitektur komputer yang tepat dalam pengaplikasiannya, meliputi

perangkat keras dengan sistem operasi yang mendukung, memilih kombinasi yang tepat dan, atau dengan kata lain, arsitektur komputer yang tepat dapat membuat DSS berjalan dengan efektif dan efisien dan demikian pula sebaliknya [12]

2.1.2 Karakteristik dan Kemampuan SPK

Sehubungan banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan penerapan dari sebuah SPK, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali pandangan mengenai sistem tersebut. SPK memiliki karakteristik dan kemampuan adalah sebagai berikut [6]:

1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi.

2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi. 3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan.

(5)

4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model. 5. Menggunakan baik data eksternal dan internal.

6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis. 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.

Dengan berbagai karakter khusus seperti dikemukakan di atas, sistem pendukung pendukung keputusan dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakai [6]. Kemampuan dimaksud di antaranya meliputi:

1. Sistem pendukung keputusan dapat menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur. 2. Sistem pendukung keputusan dapat membantu manajer pada berbagai

tingkatan manajemen, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.

3. Sistem pendukung keputusan memiliki kemampuan pemodelan dan analisis pembuatan keputusan.

4. Sistem pendukung keputusan dapat menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan baik secara kelompok maupun perorangan. 5. Sistem pendukung keputusan menunjang berbagai bentuk proses pembuatan

keputusan dan jenis keputusan.

6. Sistem pendukung keputusan dapat melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.

7. Sistem pendukung keputusan mudah melakukan interaksi sistem dan mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.

8. Sistem pendukung keputusan dapat meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan dari pada efisiensi.

9. Sistem pendukung keputusan mudah melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.

Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti yang dikemukakan sebelumnya, SPK juga memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.

(6)

2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.

4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia, karena walau bagaimanapun canggihnya suatu SPK, hanyalah sautu kumpulan perangkat keras, perangakat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.

Bagaimanapun juga harus diingat bahwa SPK tidak ditekankan untuk membuat keputusan. Dengan sekumpulan kemampuan untuk mengolah informasi/data yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, sistem hanya berfungsi sebagai alat bantu manajemen. Jadi, sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi pengambil keputusan dalam membuat keputusan. Sistem ini dirancang hanyalah untuk membantu pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya [2].

Secara luas, dapat dikatakan bahwa SPK dirancang untuk menghasilkan berbagai alternatif yang ditawarkan kepada para pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya.

2.2. AHP (Analytical Hierarchy Process)

Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarkhi fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu hirarki.

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dalam AHP terdapat prinsip dasar dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah :

(7)

1. Membuat hirarki

Sistem yang komplek bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung menyusun elemen-elemen secara hirarki dan menggabungkannya atau mensintesisnya.

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekpresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan tabel analisis seperti tabel berikut:

Tabel 2.1 Skala penilaian perbandingan

Intensitas Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya

5

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

7 Satu eleman jelas mutlak lebih penting dari pada elemen lainya 9 Satu elemen mutlak lebih penting

daripada yang lainya

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Kebalikan

Jika aktivasi mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas i, maka j memiliki nilai kebalikanya.

(8)

3. Menentukan prioritas (Synthesis Of priority)

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Paire Wise Comparison) nilai-nilai perbandingan alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matrik atau melalui penyelesaian persamaan matematika.

4. Konsistensi logis (Logical Consistency)

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal.

Dalam AHP, terdapat prosedur atau langkah-langkah dasar yang dilakukan, antara lain:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyususn hirarki dan permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.

2. Menentukan prioritas elemen

a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

b. Matriks perbandingan berpasangan di sisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

3. Sintesis

Pertimbangan -pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matrik

b. Membagi nilai dari setiap kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

(9)

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

4. Mengukur konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan keseimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal yang dilakukan adalah: a. Kalikan nilai setiap kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama,

nilai pada kolom kedua dan seterusnya b. Jumlahkan setiap baris

c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi di atas dengan elemen relatif yang bersangkutan

d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada hasilnya disebut max

5. Hitung konsistensi indeks (CI) dengan rumus

CI = ( max - n)/n , dimana :

N = banyaknya elemen

6. Hitung rasio konsistensi / Consistency Ratio (CR) Rumus: CR = CI/RC

Dimana: CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

IR = Index Random Consistency

7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgemen harus diperbaiki. Namun jika ratio konsistensi (CR/IR) kurang atau samadengan 0.1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

(10)

2.3. Profile Matching

Sistem Pendukung Keputusan menggunakan motode pencocokan profil merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan suatu sistem pendukung keputusan dengan mencocokkan profil.

Metode Profile Matching dan Analisis Gap digunakan untuk menentukan rekomendasi karyawan dalam Sistem Kenaikan Jabatan berdasarkan pada 3 aspek yaitu kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku [7].

Dalam pembahasan tugas akhir ini untuk menentukan profile matching, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk mengukur sesuatu atau menentukan profil terdekat. Kriteria penilaian yang digunakan dalam sistem ini adalah pembobotan penilaian terhadap kriteria-kriteria yang akan dinilai seperti pada tabel kriteria-kriteria penilaian diantaranya dikelompokkan dalam delapan kriteria atau delapan aspek, yang diantaranya hanya berupa pengelompokkan berdasarkan pertanyaan.

Pengelompokkan setiap aspek menjadi core dan secondary factor dengan penilaian 60% untuk core factor dan 40% untuk secondary factor pada semua aspek penilaian [14].

Langkah-langkah dalam melakukan metode ini adalah: 1. Menentukan tujuan dan alternatif yang akan dipilih

2. Menentukan aspek dan subaspek yang digunakan untuk penilaian 3. Melakukan pemetaan GAP

GAP yang dimaksud adalah perbedaan antara profil jabatan dengan profil karyawan atau bisa ditunjukkaan pada rumus di bawah ini:

4. Melakukan perhitungan core factor dan secondary factor

Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek, yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja, dan perilaku dengan cara sama, setiap kriteria atau

(11)

aspek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok core factor dan

secondary factor.

a. Perhitungan core factor menggunakan rumus dibawah ini:

IC NC NRC dimana:

NRC = Nilai rata-rata core factor tiap aspek NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek IC = Jumlah item tiap aspek

b. Untuk menghitung nilai Secondary Factor digunakan rumus:

IS NS NRS dimana:

NRS = Nilai rata-rata secondary factor tiap aspek NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek

IS = Jumlah item tiap aspek

c. Untuk menghitung nilai total digunakan rumus 60%(CF) + 40%(SF)

4. Perhitungan Nilai Total

Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya dihitung nilai total berdasakan presentasi dari nilai core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil.

5. Perhitungan Nilai Ranking

Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kepribadian yang dominan dari setiap alternatif. Penentuan ranking mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus : Ranking = A% (K1) + B%(K2) + C%(K3) + D %(K4)+E%(K5) + F%(K6) + G %(K7)+H%(K8)

Dimana :

K = nilai kriteria

dan menyimpan data, maka data harus dalam satu basis data; dibuat satu format sehingga mudah membuat program aplikasinya.

(12)

2.4. Konsep Kepribadian

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya [3].

Penggolongan manusia berdasarkan beberapa kriteria tertentu sangatlah sulit. Kendalanya terletak pada heterogenitas dan keunikan sifat manusia. Tidak ada satu manusiapun yang dapat dianggap memiliki sifat yang sama kemudian dikelompokkan berdasarkan sifat itu. Selain itu manusia bersifat dinamis dan berubah-ubah sesuai hasil belajar dan kondisi lingkungan. Meskipun ia orang kembar sangatlah sulit untuk menganggap satu kelompok kepribadian. Ilmu pengetahuan hanya bisa melakukan pendekatan agar beberapa ciri yang agak mirip dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kepribadian. Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebenarnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik [1].

Berdasarkan aspek biologis, Hippocrates membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. Adapun pembagiannya [9] meliputi :

1. Sanguinis (darah) adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tetapi, kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.

2. Phlegmatis (cairan lendir) adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang.

(13)

Naik turun emosinya itu tidak kelihatan dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang phlegmatis adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.

3. Melankolis (empedu hitam) adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolis. Kelemahan orang melankolis adalah ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.

4. Koleris (empedu kuning) adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri koleris adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga minim, karena perasaannya kurang bermain.

Gambar

Tabel 2.1 Skala penilaian perbandingan  Intensitas Kepentingan  Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

1) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas,ibu menyusui, dan sasaran lainnya. 2) Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan

Densitas Densitas sendiri merupakan faktor penting yang menentukan berat bahan yang digali sendiri merupakan faktor penting yang menentukan berat bahan yang digali dari alat

Dari pemaparan singkat diatas, muncul setidaknya dua pertanyaan terkait pembentukan peraturan daerah, diantaranya: (1) Apakah perda diskriminatif diilhami oleh

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan di Puskesmas Jetis I Bantul Yogyakarta. Skripsi - Bidan

Prosedur panalungtikan ieu ngawengku sababaraha kagiatan anu dilaksanakeun salila kagiatan panalungtikan, ti mimiti kagiatan awal tepi ka kagiatana ahir,

Gambar 4.3Rata-rata Jumlah Escherichia coli pada Berbagai Jenis Lalat di Kawasan Pemukiman dan TPST Mulyoagung Malang

Sejak dioperasikannya teras RSG-GAS, sampai saat ini telah dilakukan perubahan-perubahan antara lain penggantian jenis bahan bakar dari bahan bakar oksida (U30S-Al)

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi persediaan berbasis ERP merupakan sistem informasi yang mengintegrasikan banyak informasi