• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREND TERKAIT M-LIBRARY UNTUK PERPUSTAKAAN MASA DEPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TREND TERKAIT M-LIBRARY UNTUK PERPUSTAKAAN MASA DEPAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pergeseran perkembangan perpustakaan menjadi simbol berubahnya tingkat per-adaban. Perubahan dari yang semula apa-pun konteksnya serba diawali huruf e-...

(electronic...) di depannya, saat ini rupanya sudah mulai bergeser menjadi m-... (mobile...). Komputer digunakan untuk mendukung layanan perpustakaan. Kaitan-nya dengan fasilitas alat bantu penelusuran, maka fenomena yang nampak saat ini bahwa katalog terpasang atau OPAC perpustakaan tidak lagi memikat pemustakanya. Pe-nelusuran informasi melalui OPAC di per-pustakaan barangkali tidak lagi menjadi hal yang penting bagi pemustaka. Tak heran pula kalau pemustaka saat ini mempunyai lebih dari satu gadget dalam kesehariannya.

Apabila keadaannya memang demikian lalu perlukah kiranya perpustakaan melakukan transformasi? Perubahan layanan perpustakaan saat ini nampak pada tingkat komunikasinya. Komunikasi yang dilaku-kan pemustaka era sekarang lebih banyak via web/internet melalui mesin pencari (search engine). Hadirnya teknologi mobile

memungkinkan terobosan baru dalam me-layani kebutuhan pemustaka. Perubahan perilaku pemustaka dalam akses informasi

memungkinkan bahwa mereka tidak harus datang ke ruang perpustakaan, tetapi bisa melalui: telephone/fax, text/SMS, IM chat,

delivery services, maupun content information.

Saat ini dengan adanya sentuhan teknologi ketiga mengakibatkan perkembangan perangkat mobile sudah d emikian pesat. Berbagai harga perangkat m o b i l e dan biaya koneksi internet juga semakin mengalami pe-nurunan dan bisa dijangkau oleh pemustaka dari semua kalangan. Selain itu, layanan informasi bisa diakses dari perangkat

mobile, baik dengan akses langsung mau-pun program aplikasi pada perangkat mobile.

Permasalahannya adalah bagaimana per-pustakaan merespons perilaku pemustaka yang berubah dengan hadirnya teknologi m-library tersebut?

Pembahasan

Pengertian M-Library

Pada awalnya yang sering kita dengar dahulu bahwa kalau mobile library itu adalah identik dengan perpustakaan keliling. Seiring dengan perkembangan TIK dan banyaknya pemustaka yang menggunakan mobile, maka istilah mobile bisa juga diartikan dengan telepon seluler (mobile). Oleh karena berkembangnya fungsi ponsel yang begitu cepat yang tadinya hanya untuk telepon dan SMS,

Abstract :

The utilization of information technology will support library services to be more effective and ef-ficient. Current challenges faced by librarians are mostly related to the internet networks and the lat-est gadget utilization. Mobile technology for library is considerably important for librarians. Mobile access facility has been a challenge for future library. As today, information is on your finger tips. It means that access to information can be done by using mobile devices. Thus, standard mobile library service shall be the objective of library development. Librarians must acknowledge the technology and mobile trend. They also have to be able to forecast the effect of mobile technology on library services.

TREND TERKAIT

M-LIBRARY

UNTUK

PERPUSTAKAAN MASA DEPAN

Endang Fatmawati *

*) Pustakawan Muda UNDIP yang ditugaskan sebagai Kepala Per pustakaan FEB UNDIP & Dosen LB Jurusan Ilmu Perpustakaan- FIB UNDIP.

lalu berkembang dilengkapi dengan fasilitas kamera, kemudian dapat untuk akses internet dan lain sebagainya, maka kemudian pengertian mobile bisa merujuk untuk akses keperluan perpustakaan.

M-Library atau M-Libraries berasal dari kata “Mobile Devices” disingkat M yang artinya perangkat ponsel dan “Library/Libraries”

yang artinya perpustakaan. Lebih jelasnya seperti pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Mobile Devices (M) + Library/Libraries = M-Library/M-Libraries

Dengan demikian, akses pemustaka melalui teknologi mobile dapat dilakukan kapanpun (anytime) dan dimanapun (any-where). Nah, bagaimana perpustakaan bisa menyediakan layanan akses perpustakaan yang sekiranya bisa dijangkau oleh pemus-taka yang menggunakan mobile inilah yang saat ini sepertinya lebih tepat dikenal dengan istilah m-library atau m-libraries.

Teknologi Mobile Perpustakaan

Hadirnya teknologi mobile perlu diper-hatikan di perpustakaan. Sebenarnya arti kata

mobile sendiri memiliki makna yang cukup banyak. Mobile artinya dapat bergerak atau dapat digerakkan dengan bebas dan mudah. Mobile dapat pula diartikan sebuah benda yang berteknologi tinggi dan dapat bergerak tanpa menggunakan kabel, seperti smart-phone, PDA, tablet, dan bisa juga tweet.

Transformasi secara umum merupakan perubahan struktural, secara bertahap, total, dan tidak bisa kembali ke bentuk semula

(irreversible). Transformasi bisa berkaitan dengan: pemustaka, layanan, fasilitas TIK, SDM/pustakawan, maupun fungsi & nilai tambah. Kaitannya dengan m-library, maka kiranya menjadi suatu keharusan bagi

per-pustakaan untuk memperhatikan hadirnya teknologi mobile untuk meningkatkan layanan perpustakaan.

Hal ini disebabkan karena pemustaka lebih senang memanfaatkan internet untuk akses langsung melalui berbagai koneksi internet. Apalagi aplikasi pada perangkat mobile sudah semakin canggih dan banyak digemari pemustaka. Perangkat gadget yang namanya seperti: BB, IPhone, dan android sudah menjadi kebutuhan pemustaka di era sekarang. Walaupun ada juga yang hanya sebagai gaya hidup (life style) agar tidak ketinggalan jaman ataupun motivasi lainnya agar diterima di lingkungannya.

Dengan demikian, aspek trend perilaku pemustaka yang berubah mengakibatkan suatu keharusan digunakannya mobile untuk mendukung layanan perpustakaan. Evolusi informasi juga nampak pada perubahan yang terjadi pada cara pemustaka mengkonsumsi informasi yang ternyata lebih menekankan adanya interaksi, baik itu manusia dengan manusia, manusia dengan komputer, mau-pun komputer dengan komputer.

Perubahan perpustakaan terjadi karena ada harapan dari generasi pemustaka yang baru. Perubahan juga terjadi karena adanya kemungkinan munculnya teknologi infor-masi yang baru. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di era informasi digital menuju m-library adalah:

1. Pemustaka (users).

Generasi pemustaka sekarang muncul secara online dan bisa beradaptasi ke teknologi dengan sangat cepat. Sampai-sampai muncul istilah @

generation dan virtual generation

menjadi sangat kental di kalangan anak-anak muda. Pergeseran generasi pemustaka yang menjadi digital ex-perts sangat familiar dengan yang namanya social networking dan games.

(2)

PENDAHULUAN

Pergeseran perkembangan perpustakaan menjadi simbol berubahnya tingkat per-adaban. Perubahan dari yang semula apa-pun konteksnya serba diawali huruf e-...

(electronic...) di depannya, saat ini rupanya sudah mulai bergeser menjadi m-... (mobile...). Komputer digunakan untuk mendukung layanan perpustakaan. Kaitan-nya dengan fasilitas alat bantu penelusuran, maka fenomena yang nampak saat ini bahwa katalog terpasang atau OPAC perpustakaan tidak lagi memikat pemustakanya. Pe-nelusuran informasi melalui OPAC di per-pustakaan barangkali tidak lagi menjadi hal yang penting bagi pemustaka. Tak heran pula kalau pemustaka saat ini mempunyai lebih dari satu gadget dalam kesehariannya.

Apabila keadaannya memang demikian lalu perlukah kiranya perpustakaan melakukan transformasi? Perubahan layanan perpustakaan saat ini nampak pada tingkat komunikasinya. Komunikasi yang dilaku-kan pemustaka era sekarang lebih banyak via web/internet melalui mesin pencari (search engine). Hadirnya teknologi mobile

memungkinkan terobosan baru dalam me-layani kebutuhan pemustaka. Perubahan perilaku pemustaka dalam akses informasi

memungkinkan bahwa mereka tidak harus datang ke ruang perpustakaan, tetapi bisa melalui: telephone/fax, text/SMS, IM chat,

delivery services, maupun content information.

Saat ini dengan adanya sentuhan teknologi ketiga mengakibatkan perkembangan perangkat mobile sudah d emikian pesat. Berbagai harga perangkat m o b i l e dan biaya koneksi internet juga semakin mengalami pe-nurunan dan bisa dijangkau oleh pemustaka dari semua kalangan. Selain itu, layanan informasi bisa diakses dari perangkat

mobile, baik dengan akses langsung mau-pun program aplikasi pada perangkat mobile.

Permasalahannya adalah bagaimana per-pustakaan merespons perilaku pemustaka yang berubah dengan hadirnya teknologi m-library tersebut?

Pembahasan

Pengertian M-Library

Pada awalnya yang sering kita dengar dahulu bahwa kalau mobile library itu adalah identik dengan perpustakaan keliling. Seiring dengan perkembangan TIK dan banyaknya pemustaka yang menggunakan mobile, maka istilah mobile bisa juga diartikan dengan telepon seluler (mobile). Oleh karena berkembangnya fungsi ponsel yang begitu cepat yang tadinya hanya untuk telepon dan SMS,

Abstract :

The utilization of information technology will support library services to be more effective and ef-ficient. Current challenges faced by librarians are mostly related to the internet networks and the lat-est gadget utilization. Mobile technology for library is considerably important for librarians. Mobile access facility has been a challenge for future library. As today, information is on your finger tips. It means that access to information can be done by using mobile devices. Thus, standard mobile library service shall be the objective of library development. Librarians must acknowledge the technology and mobile trend. They also have to be able to forecast the effect of mobile technology on library services.

TREND TERKAIT

M-LIBRARY

UNTUK

PERPUSTAKAAN MASA DEPAN

Endang Fatmawati *

*) Pustakawan Muda UNDIP yang ditugaskan sebagai Kepala Per pustakaan FEB UNDIP & Dosen LB Jurusan Ilmu Perpustakaan- FIB UNDIP.

lalu berkembang dilengkapi dengan fasilitas kamera, kemudian dapat untuk akses internet dan lain sebagainya, maka kemudian pengertian mobile bisa merujuk untuk akses keperluan perpustakaan.

M-Library atau M-Libraries berasal dari kata “Mobile Devices” disingkat M yang artinya perangkat ponsel dan “Library/Libraries”

yang artinya perpustakaan. Lebih jelasnya seperti pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Mobile Devices (M) + Library/Libraries = M-Library/M-Libraries

Dengan demikian, akses pemustaka melalui teknologi mobile dapat dilakukan kapanpun (anytime) dan dimanapun (any-where). Nah, bagaimana perpustakaan bisa menyediakan layanan akses perpustakaan yang sekiranya bisa dijangkau oleh pemus-taka yang menggunakan mobile inilah yang saat ini sepertinya lebih tepat dikenal dengan istilah m-library atau m-libraries.

Teknologi Mobile Perpustakaan

Hadirnya teknologi mobile perlu diper-hatikan di perpustakaan. Sebenarnya arti kata

mobile sendiri memiliki makna yang cukup banyak. Mobile artinya dapat bergerak atau dapat digerakkan dengan bebas dan mudah. Mobile dapat pula diartikan sebuah benda yang berteknologi tinggi dan dapat bergerak tanpa menggunakan kabel, seperti smart-phone, PDA, tablet, dan bisa juga tweet.

Transformasi secara umum merupakan perubahan struktural, secara bertahap, total, dan tidak bisa kembali ke bentuk semula

(irreversible). Transformasi bisa berkaitan dengan: pemustaka, layanan, fasilitas TIK, SDM/pustakawan, maupun fungsi & nilai tambah. Kaitannya dengan m-library, maka kiranya menjadi suatu keharusan bagi

per-pustakaan untuk memperhatikan hadirnya teknologi mobile untuk meningkatkan layanan perpustakaan.

Hal ini disebabkan karena pemustaka lebih senang memanfaatkan internet untuk akses langsung melalui berbagai koneksi internet. Apalagi aplikasi pada perangkat mobile sudah semakin canggih dan banyak digemari pemustaka. Perangkat gadget yang namanya seperti: BB, IPhone, dan android sudah menjadi kebutuhan pemustaka di era sekarang. Walaupun ada juga yang hanya sebagai gaya hidup (life style) agar tidak ketinggalan jaman ataupun motivasi lainnya agar diterima di lingkungannya.

Dengan demikian, aspek trend perilaku pemustaka yang berubah mengakibatkan suatu keharusan digunakannya mobile untuk mendukung layanan perpustakaan. Evolusi informasi juga nampak pada perubahan yang terjadi pada cara pemustaka mengkonsumsi informasi yang ternyata lebih menekankan adanya interaksi, baik itu manusia dengan manusia, manusia dengan komputer, mau-pun komputer dengan komputer.

Perubahan perpustakaan terjadi karena ada harapan dari generasi pemustaka yang baru. Perubahan juga terjadi karena adanya kemungkinan munculnya teknologi infor-masi yang baru. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di era informasi digital menuju m-library adalah:

1. Pemustaka (users).

Generasi pemustaka sekarang muncul secara online dan bisa beradaptasi ke teknologi dengan sangat cepat. Sampai-sampai muncul istilah @

generation dan virtual generation

menjadi sangat kental di kalangan anak-anak muda. Pergeseran generasi pemustaka yang menjadi digital ex-perts sangat familiar dengan yang namanya social networking dan games.

(3)

2. Transformasi disain fisik perpustakaan (transformation of physical design).

Agar perpustakaan tetap menjadi tujuan pemustaka, maka perpustakaan harus berkembang. Kalau dahulu (past) perpustakaan hanya sebagai tempat

(library as space), lalu sekarang dan sebelumnya (present and previously)

perpustakaan merespon pemustaka untuk datang (library responds to invite users), maka ke depan (future) perpus-takaanlah yang harus mengikuti pemus-taka (library follows users).

3. Teknologi informasi komunikasi (infor-mation communication technology).

Era mobile menggiring pemustaka se-olah-olah menganggap mobile seperti alat vital. Bisa dibayangkan sewaktu bepergian lalu HP ketinggalan, apa yang terjadi? Karena pentingnya untuk komunikasi maka sampai terkadang dibela-belain harus putar balik untuk mengambilnya bukan?. Inilah indikasi kalau TIK sudah merambah masuk dalam kehidupan kita dan interaksi yang dilakukan sudah menjadi kebi-asaan (second nature). Teknologi pasti berdampak negatif dan positif, tergan-tung bagaimana menyikapi dan tujuan menggunakannya untuk apa.

4. Koleksi dan layanan perpustakaan

(library services and collection).

Suatu perpustakaan perlu berjejaring melakukan kolaborasi dengan perpus-takaan lainnya dalam pemanfaatan koleksi digital. Bentuk kemasan sumber informasi yang digital dan online sudah seharusnya diprioritaskan oleh

perpus-takaan. Jadi walaupun secara fisik statis -tik kunjungan pemustaka turun namun diharapkan layanan secara virtual

men-galami kenaikan yang signifikan.

5. Pustakawan, profesionalisme dan pen-didikan (librarians and their education and professionalism).

Menjadi pustakawan yang

kom-peten, mempunyai daya inovasi, kreatif, dan berdedikasi yang tinggi untuk maju menjadi tuntutan di era menyongsong m-library.

Era mobile bisa dianalogikan bahwa informasi saat ini ada di dalam genggaman tangan dan bahkan ada di ‘ujung jari’ saja. Mengapa demikian? Ya melalui perangkat

gadget, misalnya handphone, pemustaka bisa akses sumber informasi dengan mudah hanya dengan memainkan jari-jarinya dengan melalui ponselnya.

Dalam http://mlibraries.jiscinvolve.org/wp/ disebutkan mengenai survei untuk menun-jukkan tingkat kepercayaan dalam meng-gunakan teknologi mobile. Tingkat keper-cayaan tersebut diukur dari: Sangat Percaya Diri (Very confident), Percaya Diri (Confi-dent), Tidak Percaya Diri (Not confident),

dan Sangat Tidak Percaya Diri (Not at all confident) seperti pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Tingkat Kepercayaan Dalam Menerapkan Teknologi Mobile

Sudah saatnya pustakawan di era mobile mulai berfikir bagaimana supaya sumber

informasi yang dipunyai di masing-masing perpustakaan bisa dibagi (share) ke perpus-takaan lain. Program aplikasi pada perangkat

mobile bisa dilakukan dengan browser

melalui akses langsung, sehingga layanan standar mobile digital library seharusnya sudah mulai direncanakan dengan tujuan untuk mengembangkan perpustakaan masa depan. Jadi berjejaring dan bersinergi mem-bangun kerja sama untuk berbagi sumber informasi berbasis teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan.

Survei Kondisi Pemustaka

Langkah awal yang perlu diper-timbangkan oleh pustakawan untuk me-mulai mengimplementasikan mobile di

per-pustakaan adalah dengan perencanaan yang matang. Perencanaan bisa dilakukan dengan cara ‘survey’. Melalui kegiatan survei, pus-takawan dapat mengetahui berbagai hal yang

terkait yang dengan merk, tipe, spesifikasi,

maupun provider komunikasi yang sekiranya bisa diterapkan di perpustakaan.

Pemustaka sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat usia maupun tingkat kebutuhannya. Hadirnya teknologi baru

(new technology) sangat berkaitan dengan yang namanya budaya lama (old cultures).

Permasalahannya adalah mampukah kultur lama yang didominasi generasi tua juga ikut dikembangkan dan diberdayakan?

Generasi baru sekarang tidak asing dan bahkan justru menjadi lebih ‘enjoy’ berinter-aksi dengan teknologi dan pirantinya. Lalu bagaimana nasib pemustaka generasi tua? Bukankah mereka tidak semua welcome

dengan teknologi? Bahkan ada yang alergi dengan sumber informasi yang berbau noncetak. Pemustaka yang ‘tua’ biasanya lebih senang sumber informasi yang ter-cetak. Mungkin alasannya karena dari sisi kenyamanan mata. Saya rasa jawaban yang bijak bahwa adanya teknologi mobile

bukan berarti membunuh dan memus-nahkan layanan manual/hastawi. Jadi secara kebijakan perpustakaan tetap harus mengakomodir layanan hastawi/manual yang cocok untuk generasi tua, artinya jalan dua-duanya.

Selanjutnya dalam lima tahun terakhir (berkisar antara tahun 2005 s.d. 2010), penetrasi ponsel di Indonesia mengalami ke-naikan drastis, sedangan jumlah sambungan telepon rumah menjadi menurun. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh “The Nielsen Company” bahwa sebagian besar jumlah peningkatan didominasi oleh remaja, dengan lebih dari 70 % ternyata telah memiliki sambungan telepon selular. Jumlah anak usia remaja yang berusia 10-14 tahun justru me-miliki ponsel meningkat lebih dari lima kali selama periode lima tahun. Lebih jelasnya

seperti pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Profil Indonesian Mobile Consumers are Getting Younger (Nielsen)

Selanjutnya berdasarkan penelitian dari

Growth from Knowledge (GfK) Asia (dikutip dari Cellular-News.com), bahwa Indonesia ternyata menjadi negara dengan pasar terbesar bagi produk smartphone di kawasan Asia Tenggara pada kuartal I tahun 2012 ini. Bahkan penetrasi smartphone di Indonesia telah mencapai 62% dengan penjualan lebih dari US$ 1,4 miliar.

Hal tersebut sungguh mencengangkan, mengingat bahwa masyarakat Indonesia ternyata sudah demikian pesat animonya terhadap teknologi mobile. Jadi tunggu apalagi, bagaimana kiprah pustakawan-nya? Dengan demikian, pustakawan harus ‘bangun dari tidur’. Maksudnya segera tanggap dan aktif melakukan survei ke pemustaka yang berkaitan dengan berbagai hal yang menjadi trend perpustakaan saat ini terutama berhubungan dengan akses informasi melalui ponsel.

Selain itu kajian dalam bentuk survei juga bisa berkaitan dengan yang lainnya, misalnya: layanan saat ini, keluhan pemustaka, device yang dimiliki, dan layanan yang diinginkan. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pustakawan terkait dengan implementasi

m-library, antara lain:

1. Menyiapkan tenaga pengelola perpus-takaan yang kompeten dalam meman-faatkan teknologi mobile untuk men-dukung layanan perpustakaan.

(4)

2. Transformasi disain fisik perpustakaan (transformation of physical design).

Agar perpustakaan tetap menjadi tujuan pemustaka, maka perpustakaan harus berkembang. Kalau dahulu (past) perpustakaan hanya sebagai tempat

(library as space), lalu sekarang dan sebelumnya (present and previously)

perpustakaan merespon pemustaka untuk datang (library responds to invite users), maka ke depan (future) perpus-takaanlah yang harus mengikuti pemus-taka (library follows users).

3. Teknologi informasi komunikasi (infor-mation communication technology).

Era mobile menggiring pemustaka se-olah-olah menganggap mobile seperti alat vital. Bisa dibayangkan sewaktu bepergian lalu HP ketinggalan, apa yang terjadi? Karena pentingnya untuk komunikasi maka sampai terkadang dibela-belain harus putar balik untuk mengambilnya bukan?. Inilah indikasi kalau TIK sudah merambah masuk dalam kehidupan kita dan interaksi yang dilakukan sudah menjadi kebi-asaan (second nature). Teknologi pasti berdampak negatif dan positif, tergan-tung bagaimana menyikapi dan tujuan menggunakannya untuk apa.

4. Koleksi dan layanan perpustakaan

(library services and collection).

Suatu perpustakaan perlu berjejaring melakukan kolaborasi dengan perpus-takaan lainnya dalam pemanfaatan koleksi digital. Bentuk kemasan sumber informasi yang digital dan online sudah seharusnya diprioritaskan oleh

perpus-takaan. Jadi walaupun secara fisik statis -tik kunjungan pemustaka turun namun diharapkan layanan secara virtual

men-galami kenaikan yang signifikan.

5. Pustakawan, profesionalisme dan pen-didikan (librarians and their education and professionalism).

Menjadi pustakawan yang

kom-peten, mempunyai daya inovasi, kreatif, dan berdedikasi yang tinggi untuk maju menjadi tuntutan di era menyongsong m-library.

Era mobile bisa dianalogikan bahwa informasi saat ini ada di dalam genggaman tangan dan bahkan ada di ‘ujung jari’ saja. Mengapa demikian? Ya melalui perangkat

gadget, misalnya handphone, pemustaka bisa akses sumber informasi dengan mudah hanya dengan memainkan jari-jarinya dengan melalui ponselnya.

Dalam http://mlibraries.jiscinvolve.org/wp/ disebutkan mengenai survei untuk menun-jukkan tingkat kepercayaan dalam meng-gunakan teknologi mobile. Tingkat keper-cayaan tersebut diukur dari: Sangat Percaya Diri (Very confident), Percaya Diri (Confi -dent), Tidak Percaya Diri (Not confident),

dan Sangat Tidak Percaya Diri (Not at all

confident) seperti pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Tingkat Kepercayaan Dalam Menerapkan Teknologi Mobile

Sudah saatnya pustakawan di era mobile mulai berfikir bagaimana supaya sumber

informasi yang dipunyai di masing-masing perpustakaan bisa dibagi (share) ke perpus-takaan lain. Program aplikasi pada perangkat

mobile bisa dilakukan dengan browser

melalui akses langsung, sehingga layanan standar mobile digital library seharusnya sudah mulai direncanakan dengan tujuan untuk mengembangkan perpustakaan masa depan. Jadi berjejaring dan bersinergi mem-bangun kerja sama untuk berbagi sumber informasi berbasis teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan.

Survei Kondisi Pemustaka

Langkah awal yang perlu diper-timbangkan oleh pustakawan untuk me-mulai mengimplementasikan mobile di

per-pustakaan adalah dengan perencanaan yang matang. Perencanaan bisa dilakukan dengan cara ‘survey’. Melalui kegiatan survei, pus-takawan dapat mengetahui berbagai hal yang

terkait yang dengan merk, tipe, spesifikasi,

maupun provider komunikasi yang sekiranya bisa diterapkan di perpustakaan.

Pemustaka sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat usia maupun tingkat kebutuhannya. Hadirnya teknologi baru

(new technology) sangat berkaitan dengan yang namanya budaya lama (old cultures).

Permasalahannya adalah mampukah kultur lama yang didominasi generasi tua juga ikut dikembangkan dan diberdayakan?

Generasi baru sekarang tidak asing dan bahkan justru menjadi lebih ‘enjoy’ berinter-aksi dengan teknologi dan pirantinya. Lalu bagaimana nasib pemustaka generasi tua? Bukankah mereka tidak semua welcome

dengan teknologi? Bahkan ada yang alergi dengan sumber informasi yang berbau noncetak. Pemustaka yang ‘tua’ biasanya lebih senang sumber informasi yang ter-cetak. Mungkin alasannya karena dari sisi kenyamanan mata. Saya rasa jawaban yang bijak bahwa adanya teknologi mobile

bukan berarti membunuh dan memus-nahkan layanan manual/hastawi. Jadi secara kebijakan perpustakaan tetap harus mengakomodir layanan hastawi/manual yang cocok untuk generasi tua, artinya jalan dua-duanya.

Selanjutnya dalam lima tahun terakhir (berkisar antara tahun 2005 s.d. 2010), penetrasi ponsel di Indonesia mengalami ke-naikan drastis, sedangan jumlah sambungan telepon rumah menjadi menurun. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh “The Nielsen Company” bahwa sebagian besar jumlah peningkatan didominasi oleh remaja, dengan lebih dari 70 % ternyata telah memiliki sambungan telepon selular. Jumlah anak usia remaja yang berusia 10-14 tahun justru me-miliki ponsel meningkat lebih dari lima kali selama periode lima tahun. Lebih jelasnya

seperti pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Profil Indonesian Mobile Consumers are Getting Younger (Nielsen)

Selanjutnya berdasarkan penelitian dari

Growth from Knowledge (GfK) Asia (dikutip dari Cellular-News.com), bahwa Indonesia ternyata menjadi negara dengan pasar terbesar bagi produk smartphone di kawasan Asia Tenggara pada kuartal I tahun 2012 ini. Bahkan penetrasi smartphone di Indonesia telah mencapai 62% dengan penjualan lebih dari US$ 1,4 miliar.

Hal tersebut sungguh mencengangkan, mengingat bahwa masyarakat Indonesia ternyata sudah demikian pesat animonya terhadap teknologi mobile. Jadi tunggu apalagi, bagaimana kiprah pustakawan-nya? Dengan demikian, pustakawan harus ‘bangun dari tidur’. Maksudnya segera tanggap dan aktif melakukan survei ke pemustaka yang berkaitan dengan berbagai hal yang menjadi trend perpustakaan saat ini terutama berhubungan dengan akses informasi melalui ponsel.

Selain itu kajian dalam bentuk survei juga bisa berkaitan dengan yang lainnya, misalnya: layanan saat ini, keluhan pemustaka, device yang dimiliki, dan layanan yang diinginkan. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pustakawan terkait dengan implementasi

m-library, antara lain:

1. Menyiapkan tenaga pengelola perpus-takaan yang kompeten dalam meman-faatkan teknologi mobile untuk men-dukung layanan perpustakaan.

(5)

2. Melakukan survei minat dan kebutuhan pemustaka tentang layanan mobile.

3. Melakukan penjajagan secara teknis terkait dengan perangkat mobile yang di-miliki pemustaka.

4. Mengetahui pengembangan aplikasi

mobile yang bisa diaplikasikan di per-pustakaan.

5. Memprediksi berbagai kemungkinan pe-rubahan proses bisnis perpustakaan. 6. Agar pemustaka tidak harus gonta ganti

interface untuk menelusur informasi menggunakan mobile, maka wacana ke depan perlu dikembangkan dengan satu menu pencarian (single search) dengan Web Scale Discovery/Discovery.

Ilustrasi

Kalau beberapa tahun yang lalu komting mahasiswa memberikan informasi ke teman-temannya menggunakan jaringan komunikasi (jarkom) SMS, namun saat ini telah bergeser setelah hadirnya fasilitas yang lebih canggih yaitu melalui smartphone (misalnya Blackberry Messenger/BBM dan Twitter).

Kenyataan yang ada bahwa jumlah

gadget elektronik ternyata sudah melampaui jumlah penduduk Indonesia. Contoh negara lain sebagai ilustrasi, kalau tahun 2012 jumlah pelanggan seluler di Amerika Serikat menembus +/- 327,6 juta, padahal jumlah penduduknya hanya +/- 315,5 juta saja. Lalu dalam paruh pertama di tahun 2012, total pengguna ponsel di India dan Cina masing-masing diperkirakan malah mencapai 2 miliar. Selanjutnya di Inggris, 1 dari 10 penduduknya bahkan memiliki lebih dari 4 ponsel. Jumlah ponsel 71 juta (dengan 45 juta pengguna dewasa). Jadi jumlah pon-sel jelas menjadi lebih besar daripada jumlah penduduk yang hanya 62,3 juta.

Saat ini bisa terlihat bahwa satu orang

pemustaka mempunyai lebih dari satu hand-phone, bahkan ada yang lebih dari tiga

gadget. Fenomena apa ini? Hal ini menunjukkan semakin lebarnya tuntutan bisnis yang terkait dengan pekerjaan, ke-butuhan, dan tentunya kenyamanan dalam memanfaatkan teknologi mobile. Mengenai perkembangan jumlah dan persentase penetrasi dari penduduk Indonesia yang menggunakan internet, social networking,

dan mobile seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel Statistik Pengguna Internet, Social Networking, dan Mobile

(per-Oktober 2012).

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada bulan Oktober 2012, jumlah pengguna

mobile di Indonesia telah mencapai sekitar 269 jutaan, padahal jumlah penduduk Indonesia hanya 240 jutaan. Begitu juga hadirnya internet telah merubah pemustaka semakin mudah mencari informasi, walau-pun kenyataannya ada pemustaka yang betul-betul mengakses informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya untuk iseng buka-buka internet saja. Namun terlepas dari internet untuk apa, tapi sungguh hal ini jadi fenomena menarik dan sekaligus men-jadikan tantangan bagi perpustakaan sebagai penyedia sumber informasi untuk mengem-bangkan layanan perpustakaan dengan m-library.

Dunia sekitar perpustakaan sudah berubah, pemustaka juga sudah berubah perilaku cara akses informasinya. Perangkat

mobile sudah menjadi bagian dari ke-hidupan mereka. Jadi seharusnya perpus-takaan tanggap dan segera mengakomodir perubahan ini. Namun kenyataannya, sungguh jauh panggang dari api. Artinya bahwa layanan dengan teknologi m-library masih menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan pada layanan perpustakaan.

Lingkup Perangkat Mobile

Lingkup perangkat mobile mem-punyai sistem operasi dan penyimpan seperti komputer. Hal ini misalnya smart-phone dengan kombinasi fungsi dari telepon selular dan komputer. Namun demikian, sekalipun perangkat mobile menjanjikan layanan dari perpustakaan menjadi lebih baik tetapi juga memiliki kekurangan tentunya. Misalnya: layar ponsel yang kecil dengan resolusi terbatas, pemustaka kadang mengalami kesulitan dalam mengoperasi-kan, proses pengunduhan file menjadi ter-tunda karena perpindahan layar lebih lama dibanding lewat dial-up, maupun situs yang desainnya dalam mobile agak kurang tepat karena seharusnya untuk dekstop.

Apabila dilihat dari sisi pemustakanya, maka beberapa alasan yang membuat per-pustakaan harus segera berbenah dan menyesuaikan trend pemustaka, antara lain: 1. Sebagian besar pemustaka sudah mem-punyai laptop dan ponsel maupun gadget

lainnya.

2. Semua pemustaka yang mempunyai handphone semakin banyak yang berkemampuan akses internet dan ada fasilitas kameranya.

3. Pengguna smartdevice: iPhone, iPad, Galaxy, dan lainnya semakin luas dan murah.

4. Konten digital (e-Book, videos/podcast) semakin diminati.

5. Sebelumnya masyarakat lebih dulu tahu facebook ketimbang komputer.

6. Generasi saat ini (anak-anak kecil) sudah akrab dengan perangkat mobile sebagai mainan pertama.

7. Konten koleksi perpustakaan semakin bertambah, baik dari sisi judul dan jumlahnya.

8. Mengurangi antrean pemustaka pada saat membutuhkan informasi.

9. Mengurangi layanan rutin, sehingga pus-takawan bisa melakukan layanan lain.

Teknologi Aplikasi M-Library

Perpustakaan dapat meningkatkan kualitas layanan dengan menerapkan teknologi mobile library. Banyak sekali teknologi aplikasi

mobile yang bisa digunakan dan memungkin-kan untuk diaplikasimemungkin-kan dan dikembangmemungkin-kan di perpustakaan. Mau teknologi aplikasi seperti apa yang digunakan sangat tergantung pada ke-bijakan instansi yang menaungi perpustakaan dan ketersediaan anggaran.

Berbagai jenis aplikasinya, yaitu: Quick Response (QR) Code, koneksi WiFi/3G, sensor Global Positioning System (GPS),

Camera, Accelerometer, Gyroscope, Augmented, Near Field Communication (NFC), E-book,

Text Alerts/Notification, SMS Reference, Mobile OPAC, Mobile Content Delivery, Mobile Internet, Library Applications (Soft-ware) for Mobile Phones, Library Audio Tours,

dan lain sebagainya.

Layanan sms referensi (text message reference), misalnya pustakawan menjawab pertanyaan pemustaka yang dikirim melalui pesan singkat (answer reference questions by SMS), SMS Reference (Text-a-Librarian by Mosio, LibraryH3lp Android SMS Gate-way, Google SMS). Koleksi elektronik (elec-tronic collections), misalnya: mempromosi-kan koleksi perpustakaan (promote access to collections) dan mengakses koleksi digital

(access digital collections) dengan menggu-nakan smartphones. Layanan akses (access services) yang menjangkau pemustaka di-manapun mereka berada, misalnya: layanan SMS interaktif untuk aplikasi pada layanan sirkulasi. Selanjutnya jejaring sosial

(social networking), bagaimana perpus-takaan mengaplikasikan media seperti Facebook dan Twitter dalam membangun interaksi dengan pemustaka.

(6)

2. Melakukan survei minat dan kebutuhan pemustaka tentang layanan mobile.

3. Melakukan penjajagan secara teknis terkait dengan perangkat mobile yang di-miliki pemustaka.

4. Mengetahui pengembangan aplikasi

mobile yang bisa diaplikasikan di per-pustakaan.

5. Memprediksi berbagai kemungkinan pe-rubahan proses bisnis perpustakaan. 6. Agar pemustaka tidak harus gonta ganti

interface untuk menelusur informasi menggunakan mobile, maka wacana ke depan perlu dikembangkan dengan satu menu pencarian (single search) dengan Web Scale Discovery/Discovery.

Ilustrasi

Kalau beberapa tahun yang lalu komting mahasiswa memberikan informasi ke teman-temannya menggunakan jaringan komunikasi (jarkom) SMS, namun saat ini telah bergeser setelah hadirnya fasilitas yang lebih canggih yaitu melalui smartphone (misalnya Blackberry Messenger/BBM dan Twitter).

Kenyataan yang ada bahwa jumlah

gadget elektronik ternyata sudah melampaui jumlah penduduk Indonesia. Contoh negara lain sebagai ilustrasi, kalau tahun 2012 jumlah pelanggan seluler di Amerika Serikat menembus +/- 327,6 juta, padahal jumlah penduduknya hanya +/- 315,5 juta saja. Lalu dalam paruh pertama di tahun 2012, total pengguna ponsel di India dan Cina masing-masing diperkirakan malah mencapai 2 miliar. Selanjutnya di Inggris, 1 dari 10 penduduknya bahkan memiliki lebih dari 4 ponsel. Jumlah ponsel 71 juta (dengan 45 juta pengguna dewasa). Jadi jumlah pon-sel jelas menjadi lebih besar daripada jumlah penduduk yang hanya 62,3 juta.

Saat ini bisa terlihat bahwa satu orang

pemustaka mempunyai lebih dari satu hand-phone, bahkan ada yang lebih dari tiga

gadget. Fenomena apa ini? Hal ini menunjukkan semakin lebarnya tuntutan bisnis yang terkait dengan pekerjaan, ke-butuhan, dan tentunya kenyamanan dalam memanfaatkan teknologi mobile. Mengenai perkembangan jumlah dan persentase penetrasi dari penduduk Indonesia yang menggunakan internet, social networking,

dan mobile seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel Statistik Pengguna Internet, Social Networking, dan Mobile

(per-Oktober 2012).

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada bulan Oktober 2012, jumlah pengguna

mobile di Indonesia telah mencapai sekitar 269 jutaan, padahal jumlah penduduk Indonesia hanya 240 jutaan. Begitu juga hadirnya internet telah merubah pemustaka semakin mudah mencari informasi, walau-pun kenyataannya ada pemustaka yang betul-betul mengakses informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya untuk iseng buka-buka internet saja. Namun terlepas dari internet untuk apa, tapi sungguh hal ini jadi fenomena menarik dan sekaligus men-jadikan tantangan bagi perpustakaan sebagai penyedia sumber informasi untuk mengem-bangkan layanan perpustakaan dengan m-library.

Dunia sekitar perpustakaan sudah berubah, pemustaka juga sudah berubah perilaku cara akses informasinya. Perangkat

mobile sudah menjadi bagian dari ke-hidupan mereka. Jadi seharusnya perpus-takaan tanggap dan segera mengakomodir perubahan ini. Namun kenyataannya, sungguh jauh panggang dari api. Artinya bahwa layanan dengan teknologi m-library masih menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan pada layanan perpustakaan.

Lingkup Perangkat Mobile

Lingkup perangkat mobile mem-punyai sistem operasi dan penyimpan seperti komputer. Hal ini misalnya smart-phone dengan kombinasi fungsi dari telepon selular dan komputer. Namun demikian, sekalipun perangkat mobile menjanjikan layanan dari perpustakaan menjadi lebih baik tetapi juga memiliki kekurangan tentunya. Misalnya: layar ponsel yang kecil dengan resolusi terbatas, pemustaka kadang mengalami kesulitan dalam mengoperasi-kan, proses pengunduhan file menjadi ter-tunda karena perpindahan layar lebih lama dibanding lewat dial-up, maupun situs yang desainnya dalam mobile agak kurang tepat karena seharusnya untuk dekstop.

Apabila dilihat dari sisi pemustakanya, maka beberapa alasan yang membuat per-pustakaan harus segera berbenah dan menyesuaikan trend pemustaka, antara lain: 1. Sebagian besar pemustaka sudah mem-punyai laptop dan ponsel maupun gadget

lainnya.

2. Semua pemustaka yang mempunyai handphone semakin banyak yang berkemampuan akses internet dan ada fasilitas kameranya.

3. Pengguna smartdevice: iPhone, iPad, Galaxy, dan lainnya semakin luas dan murah.

4. Konten digital (e-Book, videos/podcast) semakin diminati.

5. Sebelumnya masyarakat lebih dulu tahu facebook ketimbang komputer.

6. Generasi saat ini (anak-anak kecil) sudah akrab dengan perangkat mobile sebagai mainan pertama.

7. Konten koleksi perpustakaan semakin bertambah, baik dari sisi judul dan jumlahnya.

8. Mengurangi antrean pemustaka pada saat membutuhkan informasi.

9. Mengurangi layanan rutin, sehingga pus-takawan bisa melakukan layanan lain.

Teknologi Aplikasi M-Library

Perpustakaan dapat meningkatkan kualitas layanan dengan menerapkan teknologi mobile library. Banyak sekali teknologi aplikasi

mobile yang bisa digunakan dan memungkin-kan untuk diaplikasimemungkin-kan dan dikembangmemungkin-kan di perpustakaan. Mau teknologi aplikasi seperti apa yang digunakan sangat tergantung pada ke-bijakan instansi yang menaungi perpustakaan dan ketersediaan anggaran.

Berbagai jenis aplikasinya, yaitu: Quick Response (QR) Code, koneksi WiFi/3G, sensor Global Positioning System (GPS),

Camera, Accelerometer, Gyroscope, Augmented, Near Field Communication (NFC), E-book,

Text Alerts/Notification, SMS Reference, Mobile OPAC, Mobile Content Delivery, Mobile Internet, Library Applications (Soft-ware) for Mobile Phones, Library Audio Tours,

dan lain sebagainya.

Layanan sms referensi (text message reference), misalnya pustakawan menjawab pertanyaan pemustaka yang dikirim melalui pesan singkat (answer reference questions by SMS), SMS Reference (Text-a-Librarian by Mosio, LibraryH3lp Android SMS Gate-way, Google SMS). Koleksi elektronik (elec-tronic collections), misalnya: mempromosi-kan koleksi perpustakaan (promote access to collections) dan mengakses koleksi digital

(access digital collections) dengan menggu-nakan smartphones. Layanan akses (access services) yang menjangkau pemustaka di-manapun mereka berada, misalnya: layanan SMS interaktif untuk aplikasi pada layanan sirkulasi. Selanjutnya jejaring sosial

(social networking), bagaimana perpus-takaan mengaplikasikan media seperti Facebook dan Twitter dalam membangun interaksi dengan pemustaka.

(7)

Lalu secara teknis bentuk aplikasi meng-gunakan handphone (mobile applications)

dalam layanan perpustakaan contohnya seperti apa? Secara sederhana beberapa contoh layanan teknis perpustakaan yang bisa dikembang-kan melalui mobile, misalnya:

- tagihan keterlambatan pengembalian buku melalui SMS-alert dari perpustakaan

- laporan transaksi sirkulasi secara kronologis/historis ke pemustaka - usulan buku baru sesuai kebutuhan

pemustaka

- tanya jawab antara pemustaka dan pus-takawan

- akses langsung ke perpustakaan melalui koneksi http/website

- jasa rujukan dari petugas referensi melalui SMS ataupun chatting.

- akses ke katalog melalui mobile katalog terpasang/OPAC baik hanya deskripsi

bibliografis atau sampai dengan indeks

dan abstrak

- informasi umum tentang perpustakaan

(library tour guide), misalnya profil per -pustakaan yang mengenalkan tentang produk, jasa, layanan perpustakaan yang dapat diakses dari perangkat mobile. - literasi informasi melalui podcasts dan

video digital

- akses ke tool untuk citation

- Ebook Lending Services, seperti yang sudah dilakukan di Amazon

- mobile digital repository/Database - SMS notifikasi melalui pengiriman SMS

ke HP pemustaka terkait jasa layanan, informasi pemesanan buku telah tiba, informasi koleksi baru, perpanjangan koleksi, dan lain sebagainya.

Aplikasi QR Code

Fasilitas Quick Response (QR) Code

awalnya dikembangkan oleh Denso Wave (perusahaan Jepang Denso Corporation) pada tahun 1994. Selanjutnya di Indonesia, kode QR pertama kali diperkenalkan oleh KOMPAS. Saat itu users dapat mengakses berita melalui ponselnya. Apabila mengguna-kan QR code memungkinmengguna-kan users berinter-aksi dengan media yang ditempeli QR code

melalui ponsel secara efektif dan efisien.

Terobosan QR code ditujukan untuk pengguna telepon selular, sehingga diguna-kan pada ponsel yang telah memiliki aplikasi

QR code dan memiliki koneksi internet atau WiFi untuk menghubungkan ponsel dengan situs yang dituju via QR code tersebut. QR code merupakan bentuk evolusi dari kode batang (1 dimensi menjadi 2 dimensi) sehingga lebih banyak menyimpan informasi dan dapat merespon lebih cepat daripada kode batang. Berkapasitas tinggi dalam data pengkodean (data numerik, alphabetis, simbol, biner, dan lainnya), dan juga mampu menyimpan infor-masi secara horizontal dan vertikal. Beberapa manfaat QR code untuk perpustakaan, antara lain:

1. Promosi membaca. Perpustakaan menyediakan situs mengenai ulasan tentang sebuah buku, kemudian pemus-taka bisa menambahkan komentar atau merekomendasikan buku-buku yang dibutuhkan mereka.

2. Mengunduh dokumen. Perpustakaan bisa menambahkan QR code pada peta/ denah mengenai lokasi dan penempatan rak buku.

3. Menambah QR code di katalog. Caranya QR code ditanamkan pada katalog manual agar pemustaka dapat mengetahui informasi mengenai koleksi tersebut. 4. Menghubungkan pemustaka ke versi

mobile dari situs web perpustakaan. Dengan demikian pemustaka tidak perlu mengetikkan alamat URL situs dan menelusuri setiap menunya.

5. Promosi bahan digital. Pemustaka bisa mendapatkan review mengenai buku, sehingga pemustaka bisa memutuskan buku mana yang menjadi prioritas untuk dipinjam.

6. Promosi kegiatan perpustakaan. Caranya

QR code ditanamkan pada poster, brosur,

atau kalender agar pemustaka tahu lebih dalam mengenai kegiatan tersebut.

7. Memberikan informasi lainnya kepada pemustaka. QR code ditanamkan pada rak-rak buku untuk menjelaskan mengenai subjek pada deretan rak tersebut atau diletakkan di meja pus-takawan yang berisikan informasi/ tutorial penelusuran informasi/koleksi di sebuah perpustakaan.

Trend Isu Terkait Implementasi M-Library Pada penghujung tahun 2012 di berbagai kota besar di Indonesia, menunjukkan bahwa pemustaka yang akses internet melalui perangkat mobile sudah menjamur. Beberapa fakta menarik yang bisa diidentifikasi dari perkembangan teknologi di Indonesia antara lain:

a. Pengguna internet di Indonesia sangat tinggi, baik itu online yang melalui per-angkat mobile maupun jaringan Wireless Fidelity (WiFi), serta pembuatan blog. b. Media akses informasi melalui

ponsel paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media lainnya.

c. Kaitannya dengan penggunaan internet, maka masyarakat Indonesia cukup tinggi minatnya terhadap konten video (streaming atau download konten video online) maupun layanan situs sharing foto. Selain itu, lebih banyak juga yang memilih menggunakan media sosial (misalnya facebook) sebagai media komunikasi dibanding media lainnya.

Rupanya saat ini juga muncul isu yang terkait implementasi m-library yaitu telah terjadi pergeseran dari traditional nomads

menjadi modern nomads. Modern nomads

merupakan orang-orang yang bergerak ber-pindah-pindah tetapi bisa belajar dan bekerja setiap waktu dan dimanapun. Jadi teknologi

mobile jelas mempengaruhi pemustaka sehingga menjadi modern nomads.

Pengaruhnya pada sistem perpustakaan adalah bahwa dengan penggunaan gadget mo-bile seperti ponsel, tablet, PDA, iPhone 3G/4G, dan sebagainya dapat untuk memfasilitasi pe-mustaka dalam mengakses sumber-sumber belajar digital. Wacana perpustakaan masa depan, idealnya perpustakaan harus bisa men-jadi learning commons bagi pemustaka, se-hingga koleksi bisa disimpan dalam bentuk: konten digital (e-book, videos/podcast). Elemen kunci dari learning commons, meliputi: konfigurasi, teknologi, furniture, elemen disain, dan tingkat fleksibilitas.

Jadi sepertinya tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa semua informasi ternyata bisa disimpan dalam komputasi awan (cloud computing). Melalui teknologi komputasi awan tersebut memungkinkan perpustakaan dapat memanfaatkan layanan internet dengan menggunakan pusat server

yang bersifat virtual. Selain itu, pustakawan juga perlu mempertimbangkan kebutuhan akan data center. Hal ini disebabkan karena jumlah koleksi yang makin banyak sementara tingkat eksistensi harus dijamin selamanya.

Strategi Terpadu Terkait Perangkat Mobile

Pustakawan sangat mempunyai potensi untuk berubah menjadi lebih maju. Pustakawan sebagai pengolah dan penyedia sumber informasi harus me-miliki aspek kesadaran, baik itu kesadaran berbagi informasi, kesadaran untuk

updated teknologi baru, maupun kesadaran akan kebutuhan generasi pemustaka yang selalu berubah dan terus menerus terjadi. Saat ini yang namanya IPods, IPhones dan IPads telah merubah bagaimana pemustaka membaca.

Sungguh fenomena unik tampak bahwa anak-anak menganggap ponsel dan peralatan teknologi yang lain sebagai sahabat terbaik mereka. Mereka lebih senang bersinggungan dengan dekstop komputer, laptop, tablet, MP3, tv, game console, dan mobile phone

(8)

Lalu secara teknis bentuk aplikasi meng-gunakan handphone (mobile applications)

dalam layanan perpustakaan contohnya seperti apa? Secara sederhana beberapa contoh layanan teknis perpustakaan yang bisa dikembang-kan melalui mobile, misalnya:

- tagihan keterlambatan pengembalian buku melalui SMS-alert dari perpustakaan

- laporan transaksi sirkulasi secara kronologis/historis ke pemustaka - usulan buku baru sesuai kebutuhan

pemustaka

- tanya jawab antara pemustaka dan pus-takawan

- akses langsung ke perpustakaan melalui koneksi http/website

- jasa rujukan dari petugas referensi melalui SMS ataupun chatting.

- akses ke katalog melalui mobile katalog terpasang/OPAC baik hanya deskripsi bibliografis atau sampai dengan indeks dan abstrak

- informasi umum tentang perpustakaan

(library tour guide), misalnya profil per-pustakaan yang mengenalkan tentang produk, jasa, layanan perpustakaan yang dapat diakses dari perangkat mobile. - literasi informasi melalui podcasts dan

video digital

- akses ke tool untuk citation

- Ebook Lending Services, seperti yang sudah dilakukan di Amazon

- mobile digital repository/Database

- SMS notifikasi melalui pengiriman SMS ke HP pemustaka terkait jasa layanan, informasi pemesanan buku telah tiba, informasi koleksi baru, perpanjangan koleksi, dan lain sebagainya.

Aplikasi QR Code

Fasilitas Quick Response (QR) Code

awalnya dikembangkan oleh Denso Wave (perusahaan Jepang Denso Corporation) pada tahun 1994. Selanjutnya di Indonesia, kode QR pertama kali diperkenalkan oleh KOMPAS. Saat itu users dapat mengakses berita melalui ponselnya. Apabila mengguna-kan QR code memungkinmengguna-kan users berinter-aksi dengan media yang ditempeli QR code

melalui ponsel secara efektif dan efisien. Terobosan QR code ditujukan untuk pengguna telepon selular, sehingga diguna-kan pada ponsel yang telah memiliki aplikasi

QR code dan memiliki koneksi internet atau WiFi untuk menghubungkan ponsel dengan situs yang dituju via QR code tersebut. QR code merupakan bentuk evolusi dari kode batang (1 dimensi menjadi 2 dimensi) sehingga lebih banyak menyimpan informasi dan dapat merespon lebih cepat daripada kode batang. Berkapasitas tinggi dalam data pengkodean (data numerik, alphabetis, simbol, biner, dan lainnya), dan juga mampu menyimpan infor-masi secara horizontal dan vertikal. Beberapa manfaat QR code untuk perpustakaan, antara lain:

1. Promosi membaca. Perpustakaan menyediakan situs mengenai ulasan tentang sebuah buku, kemudian pemus-taka bisa menambahkan komentar atau merekomendasikan buku-buku yang dibutuhkan mereka.

2. Mengunduh dokumen. Perpustakaan bisa menambahkan QR code pada peta/ denah mengenai lokasi dan penempatan rak buku.

3. Menambah QR code di katalog. Caranya QR code ditanamkan pada katalog manual agar pemustaka dapat mengetahui informasi mengenai koleksi tersebut. 4. Menghubungkan pemustaka ke versi

mobile dari situs web perpustakaan. Dengan demikian pemustaka tidak perlu mengetikkan alamat URL situs dan menelusuri setiap menunya.

5. Promosi bahan digital. Pemustaka bisa mendapatkan review mengenai buku, sehingga pemustaka bisa memutuskan buku mana yang menjadi prioritas untuk dipinjam.

6. Promosi kegiatan perpustakaan. Caranya

QR code ditanamkan pada poster, brosur,

atau kalender agar pemustaka tahu lebih dalam mengenai kegiatan tersebut.

7. Memberikan informasi lainnya kepada pemustaka. QR code ditanamkan pada rak-rak buku untuk menjelaskan mengenai subjek pada deretan rak tersebut atau diletakkan di meja pus-takawan yang berisikan informasi/ tutorial penelusuran informasi/koleksi di sebuah perpustakaan.

Trend Isu Terkait Implementasi M-Library Pada penghujung tahun 2012 di berbagai kota besar di Indonesia, menunjukkan bahwa pemustaka yang akses internet melalui perangkat mobile sudah menjamur. Beberapa

fakta menarik yang bisa diidentifikasi dari

perkembangan teknologi di Indonesia antara lain:

a. Pengguna internet di Indonesia sangat tinggi, baik itu online yang melalui per-angkat mobile maupun jaringan Wireless Fidelity (WiFi), serta pembuatan blog. b. Media akses informasi melalui

ponsel paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media lainnya.

c. Kaitannya dengan penggunaan internet, maka masyarakat Indonesia cukup tinggi minatnya terhadap konten video (streaming atau download konten video online) maupun layanan situs sharing foto. Selain itu, lebih banyak juga yang memilih menggunakan media sosial (misalnya facebook) sebagai media komunikasi dibanding media lainnya.

Rupanya saat ini juga muncul isu yang terkait implementasi m-library yaitu telah terjadi pergeseran dari traditional nomads

menjadi modern nomads. Modern nomads

merupakan orang-orang yang bergerak ber-pindah-pindah tetapi bisa belajar dan bekerja setiap waktu dan dimanapun. Jadi teknologi

mobile jelas mempengaruhi pemustaka sehingga menjadi modern nomads.

Pengaruhnya pada sistem perpustakaan adalah bahwa dengan penggunaan gadget mo-bile seperti ponsel, tablet, PDA, iPhone 3G/4G, dan sebagainya dapat untuk memfasilitasi pe-mustaka dalam mengakses sumber-sumber belajar digital. Wacana perpustakaan masa depan, idealnya perpustakaan harus bisa men-jadi learning commons bagi pemustaka, se-hingga koleksi bisa disimpan dalam bentuk: konten digital (e-book, videos/podcast). Elemen kunci dari learning commons,

meliputi: konfigurasi, teknologi, furniture, elemen disain, dan tingkat fleksibilitas.

Jadi sepertinya tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa semua informasi ternyata bisa disimpan dalam komputasi awan (cloud computing). Melalui teknologi komputasi awan tersebut memungkinkan perpustakaan dapat memanfaatkan layanan internet dengan menggunakan pusat server

yang bersifat virtual. Selain itu, pustakawan juga perlu mempertimbangkan kebutuhan akan data center. Hal ini disebabkan karena jumlah koleksi yang makin banyak sementara tingkat eksistensi harus dijamin selamanya.

Strategi Terpadu Terkait Perangkat Mobile

Pustakawan sangat mempunyai potensi untuk berubah menjadi lebih maju. Pustakawan sebagai pengolah dan penyedia sumber informasi harus me-miliki aspek kesadaran, baik itu kesadaran berbagi informasi, kesadaran untuk

updated teknologi baru, maupun kesadaran akan kebutuhan generasi pemustaka yang selalu berubah dan terus menerus terjadi. Saat ini yang namanya IPods, IPhones dan IPads telah merubah bagaimana pemustaka membaca.

Sungguh fenomena unik tampak bahwa anak-anak menganggap ponsel dan peralatan teknologi yang lain sebagai sahabat terbaik mereka. Mereka lebih senang bersinggungan dengan dekstop komputer, laptop, tablet, MP3, tv, game console, dan mobile phone

(9)

Anak-anak justru menjadikan gadget sebagai sahabatnya, misalnya untuk nonton kartun. Inilah potret anak-anak yang lahir saat ini yang telah menjadi generasi digital native. Ada 3 poin penting yang menjadi kunci dalam mengintegrasikan sistem melalui mobile, yaitu:

1. Mengintegrasikan konten dengan layanan (Integrating content with services).

2. Mengembangkan aplikasi inovatif

(Developing innovative applications).

3. Memastikan bahwa perpustakaan merupakan bagian dari strategi mobile

yang dimiliki lembaga (Ensuring that the library is part of the institution’s mobile strategy).

Pemustaka pasti menginginkan lingkungan mobile yang pribadi (personal), sosial (social), sederhana (simple), praktis (practical), maupun menyenangkan (fun). Jadi sungguh menjadi tantangan bagi para pustakawan terkait dengan perangkat

mobile. Strategi yang sekiranya bisa ditempuh oleh pustakawan, antara lain: bagaimana menyediakan konten yang dapat

dikonfigurasi untuk perangkat mobile,

mem-buat roadmap pengembangan m-library

dengan bersinergi atau berjejaring dengan

stakeholders yang terkait, menyediakan layanan bagi pemustaka yang menggunakan perangkat mobile, mempromosikan konten dan layanan sehingga pemustaka menjadi lebih sadar dan memahami pentingnya akses melalui mobile.

Penutup

Teknologi mobile tidak bisa dihentikan, se-hingga perpustakaan harus bisa me-manfaatkannya. Untuk menerapkan

mobile di perpustakaan, maka pustakawan harus memahami dari awal, lalu membuat perencanaan yang matang, dan akhirnya harus mampu mengevaluasi. Melalui m-library diupayakan agar perpustakaan dapat memberikan layanan lebih baik. QR code

bisa diadopsi untuk mempercepat layanan perpustakaan. Implementasi data center dan

cloud computing bisa dipertimbangkan untuk perpustakaan masa depan. Sekalipun aplikasi mobile di perpustakaan ada banyak, namun cara termudah akses secara mobile bisa diawali dengan model SMS notification,

dan email service kepada pemustaka.

Daftar Pustaka

Coates, Jessica. et.al. 2009.

Mobile Librarianship. Dalam http:// w w w. f l i c k r. c o m / p h o t o s / j b l y -berg/3523000166/ [diakses 15 Novem-ber 2012].

End of Project Survey - Confidence in Imple -menting Mobile Technologies.

Dalam http://mlibraries.jiscinvolve.org/ wp/ [diakses 18 November 2012]. Hasan, Nur. 2012.

“Pengembangan Institutional Reposito-ry Berbasis Mobile Untuk Peningkatan Library Services: ITS Mobile Institu-tional Repository.” Dalam Seminar Na-sional M-Library tanggal 13 November 2012. Surabaya: UPT Perpustakaan ITS. Indonesia Pasar Terbesar Smartphone di Asia

Tenggara. Dalam http://old.indonesiafi - nancetoday.com/read/25852/Indonesia- Pasar-Terbesar-Smartphone-di-Asia-Tenggara [diakses 25 November 2012]. Jumlah Ponsel Lampaui Penduduk. Dalam

http://teknologi.kompasiana.com/gadg- et/2012/02/21/jumlah-ponsel-lampaui-penduduk/ [diakses 11 November 2012]. Lippincott, Joan K. 2008. “Mobile Technolo-gies, Mobile Users: Implications for Academic Libraries.” ARL: A Bimonth-ly Report. No. 261, December 2008. Dalam http://www.arl.org/bm~doc/arl-br-261-mobile.pdf [diakses 7 November 2012].

_______________. 2010. “An Integrated Strategy for Mobile Devices”. JISC/ CNI Conference, Edinburgh, Scotland, July 1-2.

Mills, Keren. 2009.

M-Libraries: Information Use on The Move. A Report from The Arcadia Pro-gramme. Cambridge: University of Cambridge & Open University. Dalam

http://arcadiaproject.lib.cam.ac.uk/ [di-akses 18 November 2012].

Mobile Phone Penetration in Indonesia Tri-ples in Five Years. Dalam http://blog. nielsen.com/nielsenwire/global/mobile-

phone-penetration-in-indonesia-triples-in-five-years/ [diakses 25 November

2012].

Mobile Technology Hanya Untuk Kalangan Menengah Atas. Dalam http://edukasi.kompasiana. com/2012/01/18/mobile-technology-hanya-untuk-kalangan-menengah-atas/ [diakses 11 November 2012]. Nielsen, Jakob. 2011.

Mobile Usability Update. Dalam http:// www.useit.com/alertbox/mobile-usabil-ity.html [diakses 18 November 2012]. Priyanto, Ida Fajar. 2012. Last Lecture!.

Yog-yakarta: Perpustakaan UGM.

Purnama, I Ketut Eddy. 2012. “M-Library: Layanan Pustaka Tanpa Batas”. Dalam Seminar Nasional M-Library tanggal 13 November 2012. Surabaya: UPT Per-pustakaan ITS.

Statistik Pengguna Internet Indonesia. Dalam http://candraadiputra.blogspot. com/2012/10/statistik-pengguna-inter-net-indonesia.html [diakses 7 Novem-ber 2012].

What is M-Libraries. Dalam http://mlibrar-ies.jiscinvolve.org/wp/2011/11/15/ what-is-m-libraries/) [diakses 25 No-vember 2012].

(10)

Anak-anak justru menjadikan gadget sebagai sahabatnya, misalnya untuk nonton kartun. Inilah potret anak-anak yang lahir saat ini yang telah menjadi generasi digital native. Ada 3 poin penting yang menjadi kunci dalam mengintegrasikan sistem melalui mobile, yaitu:

1. Mengintegrasikan konten dengan layanan (Integrating content with services).

2. Mengembangkan aplikasi inovatif

(Developing innovative applications).

3. Memastikan bahwa perpustakaan merupakan bagian dari strategi mobile

yang dimiliki lembaga (Ensuring that the library is part of the institution’s mobile strategy).

Pemustaka pasti menginginkan lingkungan mobile yang pribadi (personal), sosial (social), sederhana (simple), praktis (practical), maupun menyenangkan (fun). Jadi sungguh menjadi tantangan bagi para pustakawan terkait dengan perangkat

mobile. Strategi yang sekiranya bisa ditempuh oleh pustakawan, antara lain: bagaimana menyediakan konten yang dapat dikonfigurasi untuk perangkat mobile,

mem-buat roadmap pengembangan m-library

dengan bersinergi atau berjejaring dengan

stakeholders yang terkait, menyediakan layanan bagi pemustaka yang menggunakan perangkat mobile, mempromosikan konten dan layanan sehingga pemustaka menjadi lebih sadar dan memahami pentingnya akses melalui mobile.

Penutup

Teknologi mobile tidak bisa dihentikan, se-hingga perpustakaan harus bisa me-manfaatkannya. Untuk menerapkan

mobile di perpustakaan, maka pustakawan harus memahami dari awal, lalu membuat perencanaan yang matang, dan akhirnya harus mampu mengevaluasi. Melalui m-library diupayakan agar perpustakaan dapat memberikan layanan lebih baik. QR code

bisa diadopsi untuk mempercepat layanan perpustakaan. Implementasi data center dan

cloud computing bisa dipertimbangkan untuk perpustakaan masa depan. Sekalipun aplikasi mobile di perpustakaan ada banyak, namun cara termudah akses secara mobile bisa diawali dengan model SMS notification,

dan email service kepada pemustaka.

Daftar Pustaka

Coates, Jessica. et.al. 2009.

Mobile Librarianship. Dalam http:// w w w. f l i c k r. c o m / p h o t o s / j b l y -berg/3523000166/ [diakses 15 Novem-ber 2012].

End of Project Survey - Confidence in Imple -menting Mobile Technologies.

Dalam http://mlibraries.jiscinvolve.org/ wp/ [diakses 18 November 2012]. Hasan, Nur. 2012.

“Pengembangan Institutional Reposito-ry Berbasis Mobile Untuk Peningkatan Library Services: ITS Mobile Institu-tional Repository.” Dalam Seminar Na-sional M-Library tanggal 13 November 2012. Surabaya: UPT Perpustakaan ITS. Indonesia Pasar Terbesar Smartphone di Asia

Tenggara. Dalam http://old.indonesiafi - nancetoday.com/read/25852/Indonesia- Pasar-Terbesar-Smartphone-di-Asia-Tenggara [diakses 25 November 2012]. Jumlah Ponsel Lampaui Penduduk. Dalam

http://teknologi.kompasiana.com/gadg- et/2012/02/21/jumlah-ponsel-lampaui-penduduk/ [diakses 11 November 2012]. Lippincott, Joan K. 2008. “Mobile Technolo-gies, Mobile Users: Implications for Academic Libraries.” ARL: A Bimonth-ly Report. No. 261, December 2008. Dalam http://www.arl.org/bm~doc/arl-br-261-mobile.pdf [diakses 7 November 2012].

_______________. 2010. “An Integrated Strategy for Mobile Devices”. JISC/ CNI Conference, Edinburgh, Scotland, July 1-2.

Mills, Keren. 2009.

M-Libraries: Information Use on The Move. A Report from The Arcadia Pro-gramme. Cambridge: University of Cambridge & Open University. Dalam

http://arcadiaproject.lib.cam.ac.uk/ [di-akses 18 November 2012].

Mobile Phone Penetration in Indonesia Tri-ples in Five Years. Dalam http://blog. nielsen.com/nielsenwire/global/mobile-

phone-penetration-in-indonesia-triples-in-five-years/ [diakses 25 November

2012].

Mobile Technology Hanya Untuk Kalangan Menengah Atas. Dalam http://edukasi.kompasiana. com/2012/01/18/mobile-technology-hanya-untuk-kalangan-menengah-atas/ [diakses 11 November 2012]. Nielsen, Jakob. 2011.

Mobile Usability Update. Dalam http:// www.useit.com/alertbox/mobile-usabil-ity.html [diakses 18 November 2012]. Priyanto, Ida Fajar. 2012. Last Lecture!.

Yog-yakarta: Perpustakaan UGM.

Purnama, I Ketut Eddy. 2012. “M-Library: Layanan Pustaka Tanpa Batas”. Dalam Seminar Nasional M-Library tanggal 13 November 2012. Surabaya: UPT Per-pustakaan ITS.

Statistik Pengguna Internet Indonesia. Dalam http://candraadiputra.blogspot. com/2012/10/statistik-pengguna-inter-net-indonesia.html [diakses 7 Novem-ber 2012].

What is M-Libraries. Dalam http://mlibrar-ies.jiscinvolve.org/wp/2011/11/15/ what-is-m-libraries/) [diakses 25 No-vember 2012].

Gambar

Gambar 1. Mobile Devices (M) + Library/Libraries =  M-Library/M-Libraries
Gambar 2. Tingkat Kepercayaan Dalam Menerapkan  Teknologi Mobile

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penghitung data pada tahap analisis data akan digunakan untuk mengukur perbandingan waktu tunggu antrian dan utilitas server pada rancangan antrian yang sudah ada

51 bertekanan sebesar 0.8 kg/cm², mesin penghasil udara bertekanan (compressor) tidak dapat mencapai udara tekanan yang telah ditentukan dengan waktu selama 30

Dengan pendekatan multiskala, kurikulum tersebut tetap menjadi acuan, namun dalam inplementasinya pada pendidikan sekolah di Kalimantan Barat, dimensi - dimensi

Secure and efficient protocol that will reduce the physical activity of the device owners and reducing transaction time. The data sending between merchant and payer will be executed

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 18 Ayat (1) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1

• Menghadap Dosen Penasehat Akademik (PA) untuk memilih MK yang sebaiknya diambil, selain melihat pada Buku Pedoman Fakultas. • Memprogram Mata Kuliah melalui

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

[r]