• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDAH KRISTIE MAYANG SARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDAH KRISTIE MAYANG SARI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

INDAH KRISTIE MAYANG SARI

PENGARUH KEREPOTAN KELUARGA SEHARI-HARI

(

FAMILY DAILY HASSLES)

DAN STRATEGI KOPING

TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA

DENGAN AYAH DAN IBU BEKERJA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kerepotan Keluarga Sehari-hari (Family Daily Hassles) dan Strategi Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Indah Kristie Mayang Sari NIM I24100032

*pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan perjanjian kerjasama yang terkait

(4)

ABSTRAK

INDAH KRISTIE MAYANG SARI. Pengaruh Kerepotan Keluarga Sehari-hari (Family Daily Hassles) dan Strategi Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan TIN HERAWATI.

Family daily hassles merupakan salah satu stres yang terjadi secara kontinu. Stres tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga, sehingga mengharuskan keluarga untuk melakukan mekanisme koping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh family daily hassles dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Populasi penelitian ini adalah ayah dan ibu yang bekerja sektor formal di Kota Bogor. Responden dalam penelitian ini dipilih melalui metode purposive sampling sebanyak 54 orang yang mengisi kuisoner dengan cara self report. Rata-rata pendidikan ayah dan ibu setara dengan tamatan diploma III. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi family daily hassles maka semakin tingga pula strategi koping fokus masalah dan fokus emosi yang dilakukan responden. Sebesar 70.4 persen keluarga dalam penelitian ini memiliki kesejahteraan subjektif yang masuk dalam kategori sedang. Penelitian ini menemukan bahwa: 1) family daily hassles tidak memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga, dan 2) strategi koping memiliki pengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga

Kata kunci: family daily hassles, keluarga dengan ayah dan ibu bekerja, kesejahteraan subjektif, strategi koping

ABSTRACT

INDAH KRISTIE MAYANG SARI. The Effect of Family Daily Hassles and Coping Strategy on Subjective Wellbeing of Dual Earner Family. Supervised by LILIK NOOR YULIATI and TIN HERAWATI.

Family daily hassles are kind of stress that occurs continously. Stress needs coping mechanism that will affect family subjective well-being. The aim of this study was to analyze the effect of family daily hassles and coping strategy on family subjective wellbeing. The respondents were father and mother who worked in formal sectors in Bogor and they were selected by purposive sampling method. This research involved 54 who fill questionnare with self report. The education level of respondents were mostly in diploma degree. The results showed that the higher family daily hassles, the higher the coping strategies focus problems and emotional focus of respondents. Family in this study were categorized as medium subjective wellbeing (70.4%). Regression analysis found that family daily hassles have no effect on family subjective well-being. However, regression analysis found that coping strategies have positive influence on subjective well-being in family.

Keyword : family daily hassles, coping strategy, subjective wellbeing, dual earner family

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH KEREPOTAN KELUARGA SEHARI-HARI

(

FAMILY DAILY HASSLES)

DAN STRATEGI KOPING

TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA

DENGAN AYAH DAN IBU BEKERJA

INDAH KRISTIE MAYANG SARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Kerepotan Keluarga Sehari-hari (Family Daily Hassles) dan Strategi Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja

Nama : Indah Kristie Mayang Sari NIM : I24100032

Disetujui oleh

Dr Lilik Noor Yuliati, MFSA Pembimbing I

Dr Tin Herawati SP, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Segala pujian terbaik dari seluruh alam hanyalah disampaikan kepada Allah SWT atas nikmat yang tidak terhitung jumlahnya dan segala Maha Kasih serta karunia yang penulis sadari dan tidak sadari sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan doa terkasih kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin abadi yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Judul penelitian sebagai pengetahuan yang penulis gali adalah “Pengaruh Kerepotan Keluarga Sehari-hari (Family Daily Hassles) dan Strategi Koping Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana sains (S.Si) pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, namun atas bantuan dari keluarga, dosen dan sahabat yang saya jadikan panutan, penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Dr Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pembimbing yang tanpa lelah membimbing dan mengajarkan penulis berpikir kritis dan teoritis sehingga penelitian ini berlangsung sesuai kaidah penelitian.

2. Dr Tin Herawati, SP MSi selaku dosen pembimbing yang tanpa pamrih membantu penulis memahami metode penelitian, kaidah penelitian dan mendukung penulis mengerjakan skripsi ini dengan penuh pertimbangan yang baik.

3. Dr Ir Diah K Pranadji, MSc selaku dosen penguji dalam sidang penelitian yang memberikan banyak masukan yang membangun demi kelancara dan kesempurnaan skripsi

4. Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, Msi selaku moderator dalam ujian sidang yang memberikan arahan, saran dan semangat kepada peneliti.

5. Dinas se-Kota Bogor yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian beserta staf tata usaha Bapak Asep, Bapak Acuy, Bapak Nurdin, Ibu Santy, Bapak Budi, Ibu Tintin, Ibu Yenni,Ibu Ayu, Ibu Fitri,dan staf lain yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu.

6. Bapak Krismen Nur SPd. MMPd dan Ibu Syafridawati SPd. MSi. Atas semua bantuan, dukungan, doa dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dengan tulus.

7. Amelia Kristie STp, Kemala de Kristie ST dan Harry Jamatul Kristie, saudaraku yang selalu memberikan dukungan sosial supaya skripsi ini cepat selesai dengan membanggakan.

8. Sahabat extraordinary 10, IKK 47, Leni, Elin, Yunita, Icang, Ruby, Maya, Mardi, Lisa, Icha, dan lain-lain, IKA 2013 Kebaikan dari semua pihak bukan berati mengasilkan skripsi yang sempurna, tetap Allah Yang Maha Sempurna Ilmunya, namun harapan penulis tidak hentinya menginginkan skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, September 2014 Indah Kristie Mayang Sari

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA BERPIKIR 4 Keterangan : 5 METODE PENELITIAN 6

Desain, Lokasi, dan Waktu 6

Teknik Penarikan Contoh 6

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 6

Prosedur Analisis Data 8

Defenisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

HASIL 10

Karakteristik Ibu dan Keluarga 10

Family Daily Hassles 11

Kesejahteraan Subjektif Keluarga 14

Hubungan Family Daily Hassles dengan Strategi Koping 15 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga 16

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20 Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 25 vi DAFTAR GAMBAR vi RIWAYAT HIDUP 30

(10)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, skala, kategori data, dan instrumen penelitian ... 7

2 Sebaran karakteristik keluarga dan responden ... 10

3 Sebaran pekerjaan ayah dan ibu ... 11

4 Karakteristik deskriptif family daily hassles responden ... 12

5 Sebaran kategori family daily hassles (n=54) ... 13

6 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping ... 13

7 Sebaran persentase strategi koping responden ... 14

8 Sebaran kategori kesejahteraan subjektif keluarga ... 15

9 Korelasi karakteristik keluarga dan responden dengan family daily hassles ... 15

10 Korelasi family daily hassles dengan strategi koping ... 15

11 Pengaruh karakteristik keluarga dan individu, strategi koping dan family daily hassles terhadap kesejahteraan subjektif keluarga ... 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran...5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran responden family daily hassles ... 27

2 Serbaran jawaban responden pada variabel strategi koping ... 28

3 Sebaran jawaban responden pada variabel kesejahteraan keluarga subjektif ... 29

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu sosial memandang kesejahteraan baik bagi individu maupun kelompok sebagai esensi penting dalam pembangunan. Berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan telah dilakukan baik dalam ranah penelitian, diskusi, atau implementasi kebijakan (Sunarti 2001). Salah satu cara dalam meningkatkan kesejahteraan di era ekonomi global adalah melalui peningkatan akses dan hubungan seluruh anggota dengan lingkungan publik (Francavilla et al. 2011). Ibu adalah salah satu anggota keluarga yang sering melakukan peningkatan akses dan hubungan dengan lingkungan publik. Hal tersebut diperkuat dengan adanya kontribusi ibu yang cukup tinggi dalam kesejahteraan keluarga (Adriyani 2000). Peningkatan akses dan hubungan dalam lingkungan publik menjadi sisi mata uang dalam keluarga karena selain berpotensi dalam meningkatkan pendapatan keluarga, namun berpotensi menurunkan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif merupakan konstruk dari kualitas hidup, yang berkaitan dengan kepuasan terhadap kehidupan keluarga (Puspitawati 2013). Oleh karena itu, keluarga akan berusaha untuk mencapai kesejahteraan subjektif keluarga malalui berbagai upaya. Sunarti et al. (2009) menyatakan bahwa keluarga dengan ayah dan ibu bekerja akan melakukan upaya adaptasi terhadap sumber daya, fungsi pencapaian tujuan keluarga, serta fungsi integrasi melalui pemeliharaan ikatan antar anggota keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Salah satu contoh fungsi integrasi yang dilakukan oleh keluarga terkait dengan kesejahteraan keluarga adalah melakukan aktivitas rutin bersama antar anggota keluarga.

Pelaksanaan kegiatan rutin dalam keluarga selain dapat menjadi penguat sistem dalam keluarga, juga dapat menjadi potensi konflik dan stress dalam keluarga. Hal tersebut dapat terjadi karena kegiatan sehari-hari dalam keluarga dapat dianggap sebagai hal yang membuat seseorang menjadi semakin sibuk, merasa terganggu, dan menimbulkan stres yang dikenal dengan istilah family daily

hassles (Kanner et al.1981). Salah satu permasalahan yang sering dialami

keluarga dengan ayah dan ibu bekerja adalah tingginya hassles yang dialami ibu, sehingga ibu yang bekerja mengalami hassles yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya kuantitas pekerjaan yang menyerap energi dan waktu ibu terutama pada aspek pekerjaan dan keluarga (Alpert dan Culbertson 1987). Hassles pada individu tidak hanya menyita energi dan waktu, tapi juga dapat membuat depresi dan sulit untuk melakukan penyesuaian diri (Bailey dan Covell 2011).

Depresi yang diakibatkan oleh hassles menuntut keluarga untuk melakukan fungsi adaptasi dengan baik. Hasil penelitian Kanner et al. (1981) menyatakan bahwa hassles mengalami pengaruh yang kuat terhadap adaptasi. Adaptasi keluarga terhadap hassles merupakan salah satu upaya dalam menghindari dan mengurangi keadaan stres dalam keluarga (Serido et al. 2004). Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan keluarga adalah melakukan mekanisme koping yang dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga (Simajuntak 2010). Strategi koping adalah usaha individu dalam memenuhi tuntutan dan mengurangi stres (Lazarus 1993). Menurut Puspitawati (2012) kesejahteraan keluarga subjektif

(12)

2 dilandasi oleh keadaan keluarga yang merasakan kepuasan terhadap berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu, mengelola hassles untuk melaksanakan tugas dan rutinitas untuk mencapai kesejahteraan keluarga menjadi hal yang penting untuk dipahami lebih lanjut. Selain itu, temuan yang mengonfirmasi hassles dan upaya dalam mengatasinya merupakan satu kesatuan yang belum banyak di teliti di Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari penelitian ilmu keluarga dalam melengkapi berbagai aspek yang memengaruhi kesejahteraan keluarga.

Perumusan Masalah

Peningkatan akses anggota keluarga pada akses publik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Di negara berkembang seperti Indonesia, peningkatan alokasi waktu bekerja di sektor publik memengaruhi jumlah upah dan gaji yang diterima (Wowor 1994), sehingga alokasi waktu bekerja akan cenderung meningkat. Pelaksanaan pola nafkah ganda merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kecenderungan pelaksanaan pola nafkah ganda tidak dapat dihindari terjadi di negara Indonesia yang masih berkembang dan berorientasi pada kesejahteraan finansial. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari tahun ketahun yang dialami perempuan Indonesia, yaitu dari persentase 7.62 pada tahun 2011 menjadi 6.77 pada tahun 2012 (BPS 2012). Selain peningkatan dalam hal jumlah pekerja, juga terdapat peningkatan dalam jumlah jam kerja (BPS 2010)

Meningkatnya partisipasi ibu bekerja di luar rumah akan mengurangi energi dan waktu yang digunakan ibu dalam pekerjaannya dikeluarga. Hal tersebut disebabkan penggunaan energi dan waktu tidak hanya terjadi pada sektor domestik, namun juga terjadi pada sektor publik. Ibu bekerja akan mengalami interkasi dengan sistem yang lebih kompleks yakni dengan lingkungan pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Berbagai interaksi dan pelaksanaan tugas yang semakin kompleks tersebut menuntut kemampuan dalam menyeimbangkan dan mengelola potensi masalah baik dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan pekerjaanya. Ibu yang tidak mampu mengelola potensi masalah akan menunjang peningkatan stres pada anggota keluarga lainnya (Fontainha 2006).

Salah satu potensi masalah pada keluarga dengan ayah dan ibu bekerja adalah ibu yang mengabaikan perannya di sektor domestik demi melaksanakan peran di sektor publik (Wood 2001). Potensi masalah lain yang dihadapi keluarga berhubungan komitmen dalam bekerja dan berkeluarga, perilaku dan sikap dalam memandang seks, sikap ayah terhadap pekerjaaan, dan belum mampunya keluarga dalam penyelesaian tugas perkembangan secara ideal (Marshall dan Barnett 1993; Damayanti 2013). Ibu yang bekerja akan menghadapi tantangan berkaitan dengan kemampuannya dalam menyeimbangkan energi dan waktu di sektor publik dan domestik. Tantangan tersebut berdampak baik pada anak, dan orangtua, diantaranya adalah penurunan pengalokasian waktu untuk mengasuh anak yang berdampak pada penurunan perkembangan mental anak, dan penurunan alokasi waktu untuk ibu sendiri yang memegaruhi pengurangan waktu tidur, pola makan yang tidak teratur, tingginya kecemasan ibu, serta potensi konflik pasangan yang semakin tinggi (Afwan 1998; Tubbs et al. 2005; Voydanoff 1987).

(13)

3 Berdasarkan pemaparan diatas, penggunaan energi dan waktu pada keluarga dengan ayah dan ibu bekerja dapat menimbulkan stres yang membutuhkan strategi koping. Menurut Dollahite (1991) sumberdaya energi dan waktu merupakan input dalam manajemen sumberdaya keluarga yang perlu diproses dengan strategi koping karena berpotensi menimbulkan stres. Rusydi (2011) menjelaskan bahwa secara umum masyarakat Indonesia masih mengesampingkan alokasi waktu yang efisien bagi keluarganya, padahal hal tersebut memengaruhi tujuan utama pembentukan keluarga yakni mencapai keluarga sejahtera.

Menganggapi pentingnya penggunaan energi dan waktu dalam aktivitas ibu yang bekerja pada sektor publik dan domestik, family daily hassles merupakan kajian yang memuat pandangan seseorang terhadap hal tersebut. Selain itu, family daily hassles juga mencerminkan keadaaan seseorang dalam menilai keterlibatan energi dan waktu dalam aktivitas yang dilakukannya dan dampaknya bagi keluarga. Berdasarkan fenomena penggunaan energi dan waktu ibu pada keluarga ayah dan ibu bekerja, maka family daily hassles menjadi suatu bagian yang penting dalam memahami upaya ibu dalam mengurangi stres melalui strategi koping untuk mencapai kesejahteraan keluarganya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh family daily hassles dan strategi koping tehadap kesejahteraan subjektif keluarga:

1. Apa saja hassles yang dialami ibu bekerja ? 2. Apa saja strategi koping yang dilakukan keluarga?

3. Apakah hassles dan strategi koping berkaitan dengan kesejahteraan keluarga subjektif?

Tujuan Penelitian Tujuan umum:

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memahami pengaruh family daily hassles dan strategi koping terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Tujuan khusus:

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik contoh, tingkat family daily hassles, strategi koping dan kesejahteraan keluarga.

2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dengan family daily hassles. 3. Menganalisis hubungan family daily hassles dengan koping yang

dilakukan keluarga.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, family daily hassles dan strategi koping terhadap kesejahteraan keluarga subjektif.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi pembaca dan peneliti dalam hal tekanan keluarga sehari-hari, sehingga dengan adanya informasi ini keluarga dan berbagai pihak terkait dapat mengurangi berbagai kemungkinan stress yang dialami keluarga dari hari-kehari. Bagi peneliti, selain digunakan untuk menambah wawasan tentang berbagai strategi koping dalam menghadapi stres, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara pengaplikasian ilmu

(14)

4 keluarga yang telah dipelajari selama ini. Bagi pembaca, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sumber dalam memahami berbagai hal dalam keluarga, terutama yang terjadi dalam keseharian keluarga dan hal–hal dapat memicu stres dalam kehidupan rumah tangga maupun diluar keluarga.

KERANGKA BERPIKIR

Manajemen sumberdaya merupakan bagian dari ilmu keluarga yang menganalisis sistem keluarga yang terdiri atas komponen input, proses, dan output yang saling berinteraksi (Deacon dan Firebaugh 1988). Beberapa input dalam manajemen sumberdaya adalah karakteristik keluarga, waktu, dan energi. Karaketeristik keluarga terdiri atas usia anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga dan usia anak. Karakteristik keluarga merupakan keadaan sosiodemografi keluarga yang dapat memengaruhi tantangan pekerjaan dan berpotensi menimbulkan stres baik dalam keluarga maupun saat bekerja (Neupert dan Ettner 2004, didalam Helms dan Demo 2005). Menurut Garrison dan Hira (1992) karekteristik individu merupakan prediktor dalam menganalsisi hassles. Manajemen waktu yang dilakukan keluarga memiliki pengaruh terhadap stres dan kerentanan keluarga pada berbagai tahapan perkembangan keluarga (Sunarti et al. 2013). Alokasi waktu memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga (Puspitawati dan Sari 2008).

Meningkatnya partisipasi sektor publik akan meningkatkan penggunaan energi dan waktu yang berdampak pada pelaksanaan tugas seseorang yang semakin banyak. Berbagai tugas dengan berbagai tuntutannya berpotensi menimbulkan stress dan dikenal dengan istilah hassles. Hassles yang dialami keluarga dengan ayah dan ibu bekerja membutuhkan strategi koping agar depresi dalam akibat aktivitas sehari-hari dapat berkurang. Hal tersebut dikarenakan strategi koping merupakan upaya dalam mengurangi stres dan mengurang keadaan riskan dalam keluarga (Lazarus 1993). Hassles terbukti menjadi variabel yang berpengaruh signifikan terhadap stategi koping keluarga (Bowker et al.2000; Nasteruk dan Garrison 2005). Keluarga dengan ayah dan ibu bekerja yang dapat menagani masalah dengan melakukan strategi koping, dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga secara umum (APS 2013). Hal tersebut dikarenakan keadaan keluarga dalam menangani hassles sehari-hari memberikan pengaruh pada kepuasan hidup yang menjadi indikator penting dalam kesejahteraan subjektif keluarga (Lavee & Ben 2008).

(15)

5

Keterangan :

: yang diteliti : tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Karakteristik Keluarga  Usia ayah  Pendidikan ayah  Pekerjaan ayah  Besar keluarga  Usia anak Karakteristik Responden  Usia ibu  Pendidikan ibu  Pekerjaan ibu

Family Daily Hassles

Keteribatan energi dan waktu

Strategi Koping

 Koping dengan emosi

 Koping dengan penyelesaian masalah

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

(16)

6

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni melakukan penelitian pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian bertempat di Kota Bogor, Jawa Barat yang dipilih secara purposive dengan kriteria wilayah tersebut memiliki jumlah ayah dan ibu bekerja yang banyak (BPS 2010). Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga September 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah keluarga dengan ayah dan ibu bekerja formal yang memiliki anak usia sekolah (6-12 tahun) di Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja di pada sektor formal. Penarikan contoh menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive. Data jumlah ibu bekerja diperoleh dari kantor kesekertariatan dan tata usaha dinas terkait. Penelitian ini mengambil contoh sebanyak 54 orang ibu bekerja di Kota Bogor yang memenuhi kriteria dan bersedia melakukan self report.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, publikasi, internet dan penelitian lain yang mendukung penguasaan materi penelitian. Data primer diperoleh dari hasil self report, yaitu responden mengisi kuisoner terstruktur secara mandiri dengan arahan cara pengisian kuisoner dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik keluarga (usia ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ayah, usia anak, dan besar keluarga) dan karekteristik ibu (pendidikan ibu, usia ibu, dan pekerjaan ibu), family daily hassles (FDH), strategi koping, dan kesejahteraan keluarga subjektif.

Family daily hassles diukur dengan modifikasi instrumen Family Daily Hassles Inventory yang dikembangkan oleh Rollins et al. (2002) dengan nilai

Cronchbach’s alpha 0.806. FDH terdiri atas keterlibatan energi dan waktu,

pengaruh negative, dan pengaruh positif. Strategi koping dalam mengahadapi

hassles yang memicu depresi anggota keluarga diukur menggunakan modifikasi

instrumen Ways of Coping Questionnare (Lazarus & Folkman 1988) dengan

Cronbach’s alpha 0.840. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur melalui

instrument Kesejahteraan Subjektif dari Puspitawati (2012) dengan nilai Cronbach’s alpha 0.942.

Tahapan dalam responden dalam mengisi self report adalah: pertama, responden mengisi keterlibatan waktu dan energi yang dirasakan berkaitan dengan item pernyataan family daily hassles, kemudian berdasarkan keterlibatan energi dan waktu yang dirasakan keluarga mengisi pengaruh negatif dan positif yang dirasakan. Tahapan selanjutnya adalah responden melakukan pengisian kuisioner berkaitan dengan strategi koping berkaitan dengan family daily hassles yang

(17)

7 dirasakan. Terakhir, responden melakukan pengisian kuisioner pada variabel kesejahteraan subjektif keluarga.

Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, dan instrumen penelitian

Variabel Skala Kategori Data Instrumen

Karakteristik Ibu Usia

(Hurlock 1980)

Rasio 1 = Dewasa awal (18-40 tahun) 2 = Dewasa madya (40-60 tahun)

3 = Dewasa akhir (> 60 tahun) -

Pendidikan Rasio - Pekerjaan Nominal 1 = PNS 2 = Wiraswasta 3 = Swasta 4 = Buruh 5 = TNI/Polri 6 = Guru 7 = PRT 8 = Lainnya - Karakteristik keluarga Besar keluarga

(BKKBN 1998) Rasio 1 = Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2 = Keluarga sedang (5-6 orang) 3 = Keluarga besar (> 6 oran)

-

Usia anak Rasio -

Usia ayah (Hurlock 1980)

Rasio 1 = Dewasa Awal (18-40 tahun) 2 = Dewasa Madya (40-60 tahun) 3 = Dewasa Akhir (> 60 tahun)

Pendidikan ayah Rasio - -

Pekerjaan ayah Nominal 1 = PNS

2 = Wiraswasta 3 = Swasta 4 = Buruh 5 = TNI/Polri 6 = Guru 7 = PRT 8 = Lainnya

Family daily hassles

Keterlibatan waktu dan energi Pengaruh positif

Pengaruh negative

Ordinal 1 = tidak sama sekali 2 = Sedikit 3 = Sedang 4 = banyak 5 = sangat banyak Modifikasi Family Daily Hassles Inventory, (Rollins et al. 2002) Strategi Koping Keluarga

Strategi Koping fokus masalah Strategi koping fokus emosi

Ordinal 1= tidak mengalami 2= jarang 3= sedikit 4= banyak Modifikasi Ways of Coping Questionnare (Lazarus dan Folkman 1988) Kesejahteraan Keluarga Subjektif Ordinal 1= Kurang puas

2= Cukup Puas 3= Puas Modifikasi instrumen Kesejahteraan subjektif Puspitasari 2012

(18)

8 Prosedur Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding,

entering, cleaning dan analyzing. Jenis data rasio dijumlahkan untuk

mendapatkan skor komposit. Variabel family daily hassles diukur menggunakan tiga dimensi, yakni penggunaan waktu dan energi, pengaruh positif dan pengaruh negatif. Tiap pertanyaan diberi skor satu sampai lima. Sistem skoring family daily hassles diperoleh dengan rumus:

Indeks= Skor ibu- skor terendah

Skor tertinggi - skor terendah X 100% Keterangan:

Indeks = Skor ibu yang sudah diindeks

Skor ibu = Skor yang diperoleh

Skor terendah = Skor tertendah dalam data instrumen

Skor tertinggi = Skor tertinggi dalam data instrumen

Variabel strategi koping diukur dengan dimensi strategi koping fokus pada emosi dan strategi koping fokus pada masalah. Pernyataan dalam kuisoner diberi skor satu sampai empat. Pernyataan yang bersifat acak dalam kuisoner akan dikelompokkan sesuai tipe koping setelah data diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data berupa penjumlahan untuk mengetahui tipe koping yang paling sering digunakan oleh responden, kemudian mencari indeks setiap item pertanyaan, dengan rumus:

Indeks= Skor ibu- skor terendah

Skor tertinggi - skor terendah X 100%

Keterangan:

Indeks = Skor ibu yang sudah diindeks

Skor ibu = Skor yang diperoleh

Skor terendah = Skor tertendah dalam data instrumen Skor tertinggi = Skor tertinggi dalam data instrumen

Variabel kesejahteraan subjektif keluarga memiliki dua puluh satu pernyataan dengan rentang skor dari satu sampai tiga. Setelah mendapatkan skor, akan diketahui kepuasan keluarga secara umum, menggunakan rumus sebagai berikut:

Indeks= Skor ibu- skor terendah

Skor tertinggi - skor terendah X 100% Keterangan:

Indeks = Skor ibu yang sudah diindeks

Skor ibu = Skor yang diperoleh

Skor terendah = Skor tertendah dalam data instrumen Skor tertinggi = Skor tertinggi dalam data instrumen

Family daily hassles, strategi koping dan kesejahteraan subjektif

dikategorikan menggunakan lake cut-off rataan kelas. Kategori tersebut digunakan berdasarkan keadaan sebaran hasil penelitian yang cenderung normal, sehingga data yang dikategorikan dengan rataan kelas sesuai dengan keadaan responden.

(19)

9 Variabel family daily hassles dikatergorikan rendah dengan nilai skor dibawah 56.0, kategori sedang dengan skor besar sama dengan 56.0 sampai kecil dari sama dengan 82.3, kategori tinggi dengan skor diatas 82.3. Variabel strategi koping dikatergorikan rendah dengan nilai skor dibawah 66.8, kategori sedang dengan skor besar sama dengan 66.8 sampai kecil dari sama dengan 79.1, kategori tinggi dengan skor diatas 79.1. Variabel kesejahteraan subjektif dikategorikan rendah dengan nilai skor dibawah 66.8, kategori sedang dengan skor besar sama dengan 66.8 sampai kecil dari sama dengan 79.1, kategori tinggi dengan skor diatas 79.1

Analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Analisis deskriptif (rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan persentase) untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik ibu, strategi koping, family daily hassles, dan kesejahteraan subjektif keluarga.

2. Uji hubungan menggunakan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara family daily hassles dengan strategi koping.

3. Uji Pengaruh dilakukan dengan uji regresi linear berganda. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik keluarga, karakteristik ibu, family daily hassles, dan strategi koping terhadap variabel kesejahteraan keluarga subjektif. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik dengan model yang memenuhi kriteria uji regresi, diantaranya uji normalitas, uji autokorelasi (Lampiran 3). Persamaan dari regresi linear dirumuskan sebagai berikut

Y= a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Keterangan:

Y = kesejahteraan subjektif keluarga a = konstanta

X1 = usia ayah X2 = pendidikan ayah X3 = besar keluarga X4 = pendidikan ibu X5 = family daily hassles

X6 = strategi koping e = error

Defenisi Operasional

Pekerjaan formal adalah pekerjaan di suatu instansi dengan menggunakan metode pembayaran tetap, memiliki aturan jam kerja yang kaku dan berada diluar rumah

Family daily hassles adalah kejadian atau rutinitas keluargaakibat interaksi

dengan lingkungan yang menyebabkan ibu merasa stres, terganggu dan frustasi menghadapinya yang didasari dari penggunaan/ keterlibatan energi dan waktu

Keterlibatan energi dan waktu adalah tingkat penggunaan energi dan waktu dalam aktivitas tertentu menurut pandangan / persepsi subjektif ibu bekerja. Pengaruh positif adalah pengaruh yang dirasakan oleh ibu bekerja berdasarkan

keterlibatan energi dan waktu dalam melakukan aktivitas tertentu terhadap keluarga yang menimbulkan rasa yang nyaman dan bahagia bagi ibu

(20)

10 Pengaruh negatif pengaruh yang dirasakan oleh ibu bekerja berdasarkan keterlibatan energi dan waktu dalam melakukan aktivitas tertentu terhadap keluarga yang menimbulkan rasa tidak nyaman bagi ibu

Strategi koping dalam keluarga adalah upaya anggota keluarga dalam mengurangi stres akibat hassles.

Koping berfokus masalah adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam menghadapi hassles dengan mengubah keadaaan atau lingkungan

Koping berfokus emosi adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola hassles melalui perubahan emosi ibu tanpa mengubah lingkungan secara langsung

Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan dan penerimaan keluarga terhadap apa yang dialami dalam keluarganya saat ini berdasarkan persepsi subjektif ibu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Karakteristik Ibu dan Keluarga

Rata-rata usia kepala keluarga adalah 39.57 tahun, usia ibu 37.35 tahun dan usia anak sekolah dasar adalah 9.57 tahun. Pada penelitian ini rata-rata usia ayah dan ibu berada pada usia dewasa muda (20-40 tahun ) (Santrock 2011). Anak dalam penelitian ini memasuki fase perkembangan sosial industry vs inferiority, sehingga tugas orang tua adalah membimbing anak untuk menjadi pribadi yang produktif dan senang berkreasi. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh ayah adalah 15.54 tahun, artinya ayah menamatkan pendidikan setara Diploma III, hal tersebut juga terjadi pada lama pendidikan ibu (15.44 tahun). Secara umum keluarga berada pada kategori ukuran keluarga kecil dengan rata-rata jumlah keluarga terdiri atas empat orang (BKKBN 1998).

Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga dan responden

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± STD

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) 34 59 39.57 ± 1.021

Pendidikan ayah (tahun) 9 18 15.54 ± 0.287

Usia anak sekolah dasar (tahun)

6 13 9.57 ± 0.239

Besar keluarga 3 6 4.09 ± 0.100

Karakteristik responden

Usia ibu (tahun) 30 49 37.35 ± 0.670

Pendidikan ibu (tahun) 6 20 15.44 ± 0.379

Pada karakteristik pekerjaan orang tua, hampir separuh ayah bekerja sebagai karyawan swasta (46.3%), sedangkan seluruh ibu (100.0%) bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Pekerjaan ayah dalam penelitian ini cukup beragam dengan persentase tertinggi adalah pekerja swasta. Sisanya pekerjaan ayah adalah pegawai negeri sipil (38.9 %), buruh (13.1), dan guru (1.9%)

(21)

11 Tabel 3 Sebaran pekerjaan ayah dan ibu

Variabel N (%) Pekerjaan ibu 1. PNS 54 100.0 Pekerjaan ayah 1. PNS 21 38.9 2. Swasta 25 46.3 3. Buruh 7 13.1 4. Guru 1 1.9

Family Daily Hassles

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata responden memiliki tingkat family daily hassles yang cukup tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dari keterlibatan waktu dan energi dalam mengasuh anak, menyiapkan makanan, pembagian tugas keluarga, hubungan dengan anak dan hubungan dengan rekan kerja yang memiliki rata-rata dari 3.85 hingga 4.07 (Tabel 4). Secara umum tingkat hassles yang tinggi yang dirasakan responden merupakan bagian dari tugas domestik keluarga. Satu-satunya pernyataan yang berasal dari interaksi ibu di sektor publik dan memiliki tingkat family daily hassles yang cukup tinggi adalah hubungan dengan rekan kerja (3.85). Tingkat family daily hassles yang cukup tinggi juga dapat dilihat dari persentase pernyataan, yang menunjukkan kecenderungan ibu dalam memilih pernyataan yang sesuai dengan family daily hassles yang dialaminya (Lampiran 1).

Kegiatan yang memiliki tingkat family daily hassles rendah dalam penelitian ini adalah keterlibatan dalam komunitas dan memperbaiki rumah bagian dalam yang rusak. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai keterlibatan waku dan energi yang rendah, yakni 2.72 dan 2.57 (Tabel 4). Family daily hassles kegiatan keterlibatan dalam komunitas yang rendah diperkuat dengan tingginya persentase (29.7) pada kategori hampir tidak sama sekali. (Lampiran 1). Hal tersebut sesuai dengan keterlibatan ibu dalam komunitas, yakni kurang dari seperempat ibu (20.4 %) yang mengikuti kegiatan sosial dalam komunitas. Hal ini tentu memengaruhi pandangan ibu dalam menggunakan waktu dan energi terkait dengan keterlibatan dalam komunitas. Selain itu, walaupun terdapat beberapa responden yang melakuan aktivitas bersama komunitas tertentu, ternyata hanya 11.1 persen yang aktif dalam sebagai anggota dari komunitas tersebut.

Kegiatan lainnya seperti hubungan dengan orang tua, pekerjaan rumah tangga, menghadapi macet, masalah transportasi, hubungan dengan mertua, hubungan dengan saudara, hubungan dengan teman, serta hubungan dengan tetangga memiliki tingkat daily hassles yang sedang (Tabel 4). Berdasarkan tingkat family daily hassles yang beragam pada berbagai kegiatan tersebut, memberikan pengaruh negatif dan positif yang beragam pula pada keluarga. Beberapa pernyataan dalam penelitian yang dianggap terlalu menyita waktu dan energi yang cukup tinggi belum tentu memberikan pengaruh negatif dalam keluarga. Hal tersebut dibuktikan dari pengaruh positif yang cukup tinggi dirasakan ibu berkaitan dengan mengasuh anak (4.43), menyiapkan makanan bagi

(22)

12 keluarga (4.31), melakukan pekerjaan rumah tangga (4.11), hubungan dengan anak (4.31), pembagian tugas keluarga (3.91), dan hubungan dengan orang tua (4.15) (Tabel 4). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan yang memiliki tingkat family daily hassles yang cukup tinggi memberikan pengaruh positif yang dominan bagi ibu (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum ibu memiliki pengaruh negatif yang rendah terhadap family daily hassles. Hanya dua pernyataan pada pengaruh negatif yang termasuk dalam kategori dalam sedang, yaitu kegiatan menghadapi macet dan masalah transportasi (Tabel 4). Hal tersebut sesuai dengan persentase tingkat pengaruh negatif pada kegiatan menghadapi macet dan masalah transportasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pernyataan lain pada pengaruh negatif (Lampiran 1). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan diluar rumah yang dilakukan responden ketika melakukan aktivitas publik. Pengaruh negatif paling sedikit dirasakan responden berkaitan dengan hal keterlibatan dalam komunitas (1.35) (Tabel 4). Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengaruh negatif dapat diketahui bahwa tingkat family daily hassles yang rendah belum tentu menghasilkan pengaruh negatif yang sedikit bagi ibu.

Tabel 4 Karakteristik deskriptif family daily hassles responden

Item Pertanyaan

Keterlibatan Energi dan Waktu

(Rata- rata ± Std) Pengaruh Positif (Rata- rata ± Std) Pengaruh Negatif (Rata- rata ± Std) Mengasuh anak 3.96 ± 0.135 4.43 ±0.090 1.43 ± 0.780 Menyiapkan makanan 4.02 ± 0.131 4.31 ±0.102 1.43 ± 0.086

Pekerjaan rumah tangga 3.65 ± 0.154 4.11 ±0.111 1.50 ± 0.094

Memperbaiki rumah rusak bagian dalam

2.72 ± 0.195 2.94 ±0.228 1.17 ± 0.114

Mengahadapi macet 3.57 ± 0.199 1.57 ± 0.158 3.44 ± 0.225

Masalah transportasi 2.89 ± 0.209 1.44 ± 0.146 3.04 ± 0.239

Pembagian tugas keluarga 3.85 ± 0.143 3.91 ± 0.148 1.81 ± 0.130

Keterlibatan dalam komunitas 2.57 ± 0.190 2.63 ± 0.248 1.35 ± 0.143

Hubungan dengan anak 4.07 ± 0.171 4.31 ± 0.139 1.61 ± 0.122

Hubungan dengan orangtua 3.67 ± 0.177 4.15 ± 0.133 1.69 ± 0.134

Hubungan dengan mertua 3.02 ± 0.164 3.78 ± 0.151 1.81 ± 0.140

Hubungan dengan saudara 3.41 ± 0.139 3.87 ± 0.118 1.83 ± 0.149

Hubungan dengan teman 3.57 ± 0.117 3.74 ± 0.880 1.83 ± 0.132

Hubungan dengan tetangga 3.33 ± 0.130 3.70 ± 0.101 1.87 ± 0.140

Hubungan dengan rekan kerja 3.85 ± 0.116 3.80 ± 0.110 1.80 ± 0.131

Keterangan: 1=tidak sama sekali; 2=sedikit; 3=sedang; 4=banyak; 5=sangat banyak

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh keluarga berada pada tingkat family daily hassles yang sedang (60.3%). Artinya secara umum kegiatan yang cenderung hassles dalam penelitian ini dianggap tidak terlalu berat bagi ibu. Penelitian ini menunjukkan hanya 2.1 persen ibu yang menyatakan family daily hassles tidak terlalu menyita waktu dan energi mereka, dan sisanya terdapat 20.7 persen ibu berada pada tingkat family daily hassles yang tinggi (Tabel 5 ).

(23)

13 Tabel 5 Sebaran kategori family daily hassles (n=54)

Variabel Family daily hassles

n (%)

Rendah (<56.0) 7 2.1

Sedang (56.0≤skor indeks ≤ 82.3) 35 60.3

Tinggi (>82.3) 12 20.7

Strategi koping

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu (70.4%) melakukan koping dengan kategori sedang, artinya ibu cukup menggunakan strategi koping dalam menghadapi family daily hassles (Tabel 6). Dimensi strategi koping, yakni fokus pada emosi dan fokus pada masalah yang digunakan oleh ibu masuk dalam kategori sedang. Pada dimensi strategi koping fokus masalah, penerimaan terhadap masalah oleh ibu mengarah pada reframing atau melakukan pengkajian ulang terhadap sudut pandang masalah, diantaranya adalah melakukan instrospeksi diri (96.3%) dan menganggap diri sebagai pribadi yang berkembang (90.7%). Ibu dalam penelitian ini juga melakukan koping dengan melakukan berbagai perencanaan yang lebih matang sebelum melakukan sesuatu, yakni berpikir sebelum bertindak (92.6%). Selain itu, keluarga juga melakukan koping dengan cara mencari kebenaran (100%).

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping Variabel

Strategi koping

fokus masalah Strategi koping fokus emosi Strategi koping total

n (%) n (%) n (%)

Rendah (<66.1) 10 18.5 8 14.8 8 14.8

Sedang (66.8≤skor indeks ≤79.1 ) 38 70.4 38 70.4 38 70.4

Tinggi (>79.1) 6 11.1 8 14.8 8 14.8

Dimensi strategi koping fokus emosi secara umum dilakukan oleh ibu dengan cara menerima tanggung jawab dari orang lain (accepting responsibility) dengan menjadikan pengalaman orang lain sebagai teladan yang patut dicontoh dan dihindari (88,9%) (Tabel 7). Selain itu, keluarga dalam penelitian ini juga melakukan koping dengan menilai sesuatu secara positif (positive reappraisal), yakni dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (97.8%), dan melakukan pemahaman lebih terhadap kejadian yang dialami dengan mengurangi pikiran terhadap masalah (81.3%). Startegi koping yang sama sekali tidak dilakukan responden berkaitan dengan strategi koping fokus masalah yakni menambah waktu tidur lebih dari biasanya (5.6%) serta strategi koping fokus emosi dengan menghayal (1.9%) dan menerima simpati orang lain (3.7%).

(24)

14 Tabel 7 Sebaran persentase strategi koping responden

No. Pertanyaan Tidak Sedikit Sedang Sangat Sering

Strategi koping fokus masalah

1 Saya lebih memikirkan kejadian mendatang 0.0 48.1 46.3 5.6

2 Saya mencari kebenaran 0.0 0.0 29.6 70.4

3 Saya berharap saya bisa mengubah apa yang terjadi 0.0 24.1 66.7 9.3

4 Saya mencoba mencari seseorang yang peduli 0.0 53.7 31.5 14.8

5 Pribadi yang berkembang menjadi alasan masalah yang

saya temui 0.0 9.3 77.8 13.0

6 Saya berjuang demi hasil pekerjaan terbaik 0.0 22.2 50.0 27.8

7 Saya berpikir matang sebelum bertindak 0.0 7.4 63.0 29.6

8 Saya mengintrospeksi diri 0.0 3.7 55.6 40.7

9 Diri saya sendiri menjadi sumber masalah 0.0 59.3 35.2 5.6

10 Saya mencari nasihat teman saya 0.0 40.7 46.3 13.0

11 Saya menyiapkan diri pada hal yang tidak diinginkan 0.0 20.4 68.5 11.1

12 Saya berusaha melihat sudut pandang orang lain 0.0 11.1 79.6 9.3

13 Saya mengatakan perasaaan saya terhadap orang lain 0.0 51.9 38.9 9.3

14 Saya membuat rencana dan mengikutinya 0.0 9.3 64.8 35.9

15 Saya akan tidur lebih lama dibanding biasanya 5.6 70.4 22.2 1.9

Strategi Koping Fokus Emosi

16 Saya mengutarakan kesedihan saya 0.0 28.0 23.0 5.6

17 Saya tidak ingin terlalu banyak pikiran 0.0 18.5 72.2 9.3

18 Saya menyadari apa saja yang harus saya lakukan 0.0 3.7 66.7 29.6

19 Saya berharap keajaiban datang kepada saya 0.0 24.1 42.6 33.3

20 Saya harus mengambil kesempatan/ risiko 0.0 55.6 35.2 9.3

21 Saya bermimpi/ khayal dengan keadaan yang lebih baik 1.9 35.2 37.0 25.9 22 Saya menerima simpati dan pengertian dari orang lain 3.7 51.9 38.9 5.6

23 Saya mengambil hikmahdari pengalaman orang lain 0.0 9.3 79.6 11.1

24 Saya sering berbicara dengan diri sendiri 0.0 48.1 46.3 5.6

25 Saya menerima keadaan yang sesuai harapan saya 0.0 18.5 63.0 18.5

26 Saya mendekatkatkan diri kepada Tuhan 0.0 1.9 33.3 64.8

27 Saya meneladani sikap seseorang yang lebih baik 0.0 11.1 75.9 13.0

Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Sebagian besar keluarga (70.4%) dalam penelitian ini memiliki kesejahteraan subjektif yang masuk dalam kategori sedang. Artinya, keluarga memiliki tingkat kepuasan hidup yang cukup berkaitan dengan kehidupan keluarga. Lebih dari separuh keluarga (51.9%) merasakan kepuasan yang sangat tinggi berkaitan dengan kebahagiaan kehidupan keluarga (Lampiran 2). Kepuasan keluarga sangat tinggi terjadi pada aspek keikutsertaan dalam komunitas (72.2 %) (Lampiran 2). Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa keterlibatan ibu dalam komunitas atau kegiatan sosial sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa, rendahnya keikutsertaan keluarga dalam komunitas memberikan kepuasan yang tinggi bagi keluarga.

Hampir separuh keluarga (40.7%) mengganggap bahwa kesehatan fisik yang baik dirasakan memberikan kepuasan yang sangat tinggi bagi keluarga. Keluarga memiliki kepuasan hidup yang tinggi berkaitan dengan sekolah anak, komunikasi dengan anak, kebersihan rumah, makanan keluarga dengan persentase yang sama yakni 38.9 persen (Lampiran 2). Terdapat 27.8 persen ibu yang menyatakan puas dengan perilaku anaknya dan kurang dari separuh ibu (38.9%) yang menyatakan puas terhadap prestasi anak disekolah.

(25)

15 Tabel 8 Sebaran kategori kesejahteraan subjektif keluarga

Kesejahteraan subjektif keluarga n (%)

Rendah 4 7.4

Sedang 38 70.4

Tinggi 12 22.2

Terdapat empat responden yang tergolong dalam kategori kesejahteraan keluarga rendah (7.4%) (Tabel 9). Beberapa hal yang dianggap membuat responden kurang puas dan memengaruhi persepsi kesejahteraan subjektif keluarga adalah pandangan ibu terhadap perilaku anak dalam membantu pekerjaan rumah (14.8%) dan kurang puas terhadap gaya manajemen keuangan keluarga (14.8%) (Lampiran 2).

Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakterstik Ibu dengan Family Daily Hassles

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan karakterstik ibu dengan family daily hassles. Artinya dengan bertambahnya usia tidak memberikan dampak terhadap family daily hassles. Semakin tinggi pendidikan anggota keluarga, terutama pada ayah dan ibu tidak memberikan dampak pada peningkatan family daily hassles. Berdasarkan hasil penelitian ini, bertambahnya besar anggota keluarga tidak memberikan dampak pada peningkatan family daily hassles.

Tabel 9 Korelasi karakteristik keluarga dan responden dengan family daily hassles

Karakteristik keluarga Family Daily Hassles

Usia ayah (tahun) -0.234

Pendidikan ayah (tahun) -0.075

Besar keluarga -0.102

Usia anak (tahun) 0.187

Usia ibu (tahun) -0.046

Pendidikan ibu (tahun) -0.002

Hubungan Family Daily Hassles dengan Strategi Koping

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif antara strategi koping dengan family daily hassles (Tabel 8). Dimensi strategi koping fokus pada emosi dan dimensi strategi koping fokus pada masalah memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan family daily hassles. Artinya, semakin tinggi family daily hassles yang dialami ibu, maka semakin banyak strategi koping yang dilakukan oleh ibu.

Tabel 10 Korelasi family daily hassles dengan strategi koping

Variabel Family Daily Hassles

Strategi koping fokus emosi 0.411**

Strategi koping fokus masalah ````````````````````` 0.312*

Strategi koping total 0.421**

(26)

16 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga adalah strategi koping (Tabel 10). Artinya, setiap peningkatan skor strategi koping sebesar satu satuan akan meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga sebesar 0.868 poin. Karakteristik keluarga seperti besar keluarga, usia ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ayah tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa family daily hassles tidak memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Model penelitian ini memiliki nilai adjusted R square 0.135, artinya variabel karakteristik keluarga, family daily hassles, dan strategi koping hanya mampu menjelaskan 13.5% variabel kesejahtreaan subjektif keluarga (signifikansi model 0.044). Sisanya, sebesar 86.5 persen variabel diluar model memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga.

Tabel 11 Pengaruh karakteristik keluarga dan individu, strategi koping dan family daily hassles terhadap kesejahteraan subjektif keluarga

Variabel Kesejahteraan Keluarga Subjektif Signifikansi

B β Besar keluarga -0.358 -0.020 0.887 Usia ayah 0.015 0.008 0.377 Pendidikan ayah 1.055 0.948 0.287 Pendidikan ibu 1.070 0.226 0.141 Strategi koping 0.868 0.284 0.041*

Family daily hassles 0.143 0.126 0.347

R Square 0.233

Adjusted R Square 0.135

F 2.375

Signifikansi model 0.044*

Keterangan: *signifikan pada p< 0.05

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori manajemen sumberdaya keluarga yang dikaitkan dengan teori stres keluarga. Menurut Dollahite (1991) penggunaan teori stres dan manajemen keluarga dapat dilakukan dengan alasan input dalam manajemen sumberdaya keluaga dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres, sehingga dibutuhkan penyelesaian dan penyesuaian terhadap masalah. Karakteristik ibu dalam penelitian ini memiliki tugas disektor publik dan domestik menggunakan waktu dan energi yang banyak. Oleh karena itu, ibu membutuhkan strategi koping untuk menyesuaikan diri dari potensi stres dari pekerjaan publik dan domestik. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis konsep tentang pengaruh family daily hassles dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ayah dan ibu berada pada usia dewasa awal. Duvall (1971) menjelaskan tugas yang hendaknya dilakukan keluarga berkaitan dengan usia dewasa awal adalah memenuhi kebutuhan anak, memperkuat hubungan dengan sistem sosial, memperkuat hubungan dengan lingkungan keluarga besar, memiliki rutinitas yang menyenangkan dan sehat, serta

(27)

17 menjaga hubungan dengan pasangan. Akan tetapi, berdasarkan karakteristik family daily hassles keluarga tidak melakukan tugas pemenuhan yang berkaitan dengan penguatan hubungan dengan lingkungan sosial.

Karakteristik besar keluarga dengan ayah dan ibu bekerja dalam penelitian termasuk dalam kategori keluarga kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Juariyah (2006) dalam Juariyah dan Harsono (2011) yang menyatakan bahwa keluarga dengan ayah dan ibu bekerja menghindari tekanan yang semakin banyak dengan menetapkan jumlah keluarga yang kecil. Pekerjaan anggota keluarga dalam penelitian ini didominasi oleh pegawai negeri sipil dan pegawai swasta. Menurut Muslim (2003) pekerjaan anggota keluarga berkaitan dengan pendidikan yang ditempuh, karena memberikan kesempatan yang lebih luas dalam mencari pekerjaan. Pendidikan yang ditempuh oleh ayah maupun ibu adalah setara. Menurut King dan Hill (1993) karakteristik pendidikan pasangan suami dan istri di negara berkembang, seperti Indonesia memiliki kecenderungan yang sama. Artinya jika suami yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki istri yang berpendidikan tinggi pula.

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan adanya hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik ibu dengan family daily hassles. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Neupert dan Ettner (2004) di dalam Helms dan Demo (2005) yang menyatakan bahwa keadaaan karakteristik keluarga memberikan dampak pada tantangan pekerjaan yang lebih banyak membutuhkan waktu dan energi. Perbedaan hasil penelitian disebabkan oleh karakteristik keluarga dalam penelitian ini cenderung sama atau homogen. Karakteristik responden atau ibu yang seragam juga memberikan dampak pada tidak adanya hubungan antara karakteristik responden dengan family daily hassles. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Garrison dan Hira (1992) yang menyatakan bahwa karakteristik individu merupakan faktor yang memengaruhi tingkat family daily hassles.

Karakteristik keluarga dan karakteristik ibu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simajuntak (2010) yang tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Hasil penelitian ini berbeda dengan EQS (2011) yang menyatakan bahwa seiiring dengan bertambahnya usia, seseorang akan memahami kehidupan dengan segala tantangannya dengan lebih baik, sehingga memengaruhi kepuasan dan cara memaknai hidup.

Pendidikan ayah dan ibu yang tidak memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Berbeda dengan temuan Rachmawati (2010), Puspasari (2012) menemukan pengaruh positif antara pendidikan ibu dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hasil penelitian ini yang tidak menunjukka pengaruh pendidikan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga diindikasikan karena adanya hubungan yang kuat antara pendidikan dengn pekerjaan ayah dan ibu. Menurut Herawati (2012), pendidikan memengaruhi kesempatan pekerjaan yang berdampak pada penghasilan atau upah yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Secara spesifik, kesejahteraan subjektif keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, karena dengan

(28)

18 pendidikan yang tinggi status pekerjaan dianggap lebih memberikan kepuasan bagi individu (EQS 2011).

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan adanya pengaruh antara besar keluarga dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal tersebut berbeda dengan temuan Puspasari (2013) yang menyatakan bahwa semakin kecil jumlah anggota keluarga maka keluarga semakin sejahtera. Selain itu, Sumarwan (2003) menjelaskan bahwa keluarga dianggap semakin sejahtera jika memiliki anggota keluarga yang sedikit, karena beban dalam pemenuhan tugas keluarga semakin kecil. Perbedaan hasil temuan penelitian dengan penelitian sebelumnya diindikasikan disebabkan besar keluarga responden yang seragam, yakni dengan anggota keluarga total sebanyak empat orang.

Family daily hassles ibu dalam penelitian ini secara umum berada pada kategori sedang. Artinya pekerjaan di sektor publik dan domestik ibu membuat ibu menggunakan energi dan waktu cukup banyak. Beberapa kegiatan yang cenderung memiliki family daily hassles tinggi belum tentu memberikan dampak negatif bagi keluarga. Mengasuh anak merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu dan energi yang banyak, namun memberikan pengaruh positif bagi keluarga menurut pandangan ibu. Hal tersebut berkaitan dengan sifat naluriah yang dimiliki hampir ibu di seluruh dunia yang menyatakan bahwa mengasuh anak bukanlan beban. Menurut Kinn dan Kinn (2004) ibu akan berusaha mengasuh anak dengan baik tanpa memperhatikan banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan.

Selain mengasuh anak, menyiapkan makanan, pembagian tugas keluarga, serta hubungan dengan rekan kerja juga membutuhkan waktu dan energi dan banyak namun memberikan pengaruh positif bagi keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan peran domestik yang biasa dilakukan ibu. Menurut Kusdyarsana dan Soepatini (2009) di dalam Herawati (2012), ibu dalam keluarga dengan ayah ibu bekerja (dual earner) lebih mengutamakan peran domestik dalam keluarga dan menghindari konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, dengan pemenuhan tugas peran domestik ibu memberikan pengaruh positif dominan bagi dirinya dan keluarga. Hal tersebut diperkuat dengan persepsi ibu terhadap tugas domestik yang dilaksanakannya. Menurut Lazarus (1993), seseorang menganggap kegiatan merupakan masalah yang berat dan memberikan pengaruh negatif berdasarkan persepsi.

Kegiatan memperbaiki rumah bagian dalam merupakan salah satu keadaan yang memiliki tingkat family daily hassles rendah bagi ibu. Menurut Puspitawati (2012), terdapat beberapa pekerjaan rumah tangga yang cenderung dilakukan oleh laki-laki atau ayah karena sulit dilakukan wanita atau ibu. Selanjutnya, keadaan yang juga memiliki tingkat daily hassles yang rendah adalah masalah transportasi. Hal ini dapat dikaitkan dengan keadaan keluarga subjektif yang cukup puas (63.0%) dalam hal keadaan materi dan aset keluarga, dimana secara umum keluarga memiliki transportasi pribadi sehingga tidak terlalu merasakan waktu dan energinya terbuang untuk mengunakan transportasi untuk bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi family daily hassles yang dialami ibu, maka semakin tinggi pula strategi koping yang dilakukan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasteruk dan Garrison (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat hassles yang dialami, maka semakin besar pula strategi koping yang dilakukan pada dimensi

(29)

19 spritualisme, dukungan sosial, pertolongan orang lain, humor dan sudut pandang. Family daily hassles yang dialami ibu berkaitan dengan tugas domestik dan publik sehingga menuntut pelaksanaan koping yang lebih baik. Menurut Peet et

al. (1971) pelaksanaan tugas keluarga dipengaruhi oleh daily hassles yang

dialami. Oleh karena itu, dengan family daily hassles yang dialami ibu dibutuhkan strategi koping dan melakukan peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja. Menurut Muse (1946) dalam Steidl dan Bratton (1968) Peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja dimulai dari kesadaran adanya hubungan pekerjaan yang tidak disukai dengan keletihan, sehingga masalah dapat dihindari. Penelitian ini menunjukkan bahwa family daily hassles tidak memengaruhi kesejahteraan keluarga. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Lavee dan Ben (2008), yang menyatakan bahwa daily hassles secara negatif signifikan memengaruhi kepuasan hidup. Hal tersebut diindikasikan terjadi karena adanya korelasi yang kuat antara family daily hassles dengan strategi koping, sehingga kesejahteraan dipengaruhi secara langsung oleh strategi koping.

Strategi koping yang dilakukan keluarga berkaitan dengan hassles dikategorikan sedang, baik dalam hal koping masalah maupun emosi. Menurut Penley et al. (2002) dalam Abbeduto et al. (2004) stategi koping yang dilakukan ibu berkaitan dengan tekanan yang dialami. Koping yang dilakukan keluarga dalam kategori sedang berkaitan dengan keadaan hassles yang cenderung bersifat rutinitas dan konstan, sehingga koping yang digunakan seragam oleh keluarga. Menurut Lazarus (1993) masalah yang timbul secara konstan dalam kehidupan seseorang akan diselesaikan dengan menggunakan koping yang seragam. Menurut Folkman et al. (1986) semua koping yang dilakukan keluarga berkaitan dengan pikiran terhadap masalah, dipengaruhi oleh penilaian terhadap masalah, serta dorongan terhadap permintaan. Permintaan (demand) dalam penelitian ini yang berkaitan dengan tugas perkembangan keluarga adalah pemenuhan kebutuhan anak. Berkaitan dengan hal tersebut, anggota keluarga melakukan upaya dengan bekerja lebih keras sehingga tingkat hassles yang sedang untuk memenuhi dan melaksanakan tugas keluarga.

Koping dilakukan oleh ibu karena secara umum responden menganggap masih terdapat family daily hassles yang cukup tinggi (70.4%). Keluarga yang merasa family daily hassles cukup padat tidak selamanya memiliki potensi stress yang besar, karena terdapat aspek koping yang dipengaruhi oleh persepsi. Artinya sekalipun memiliki potensi stres, jika keluarga memandang pengaruhnya positif maka koping tidak perlu dilakukan (Mc Cubbin et al. 1988). Interaksi yang dilakukan ibu semakin banyak diantaranya interaksi dengan rekan kerja serta lingkungan keluarga. Ibu yang bekerja disektor publik akan memberikan dampak pada penurunan peran di sektor domestik diantaranya memasak, mengasuh anak, dan mengelola kebersihan rumah (Saxton 1990). Tidak hanya itu, ibu juga akan dihadapkan pada pilihan antara mengasuh anak dengan bekerja karena penurunan waktu bekerja ibu dalam bekerja memengaruhi perkembangan anak secara positif (Frijters et al. 2009). Oleh karena itu, ibu bekerja melakukan berbagai upaya koping keluarganya terkait peran dan pilihan ibu terhadap pekerjaan publik dan domestik yang berpotensi menimbulkan stres.

Kesejahteraan subjektif keluarga dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui status ibu bekerja dalam penelitian ini tidak menjadi faktor utama bagi kesejahteraan subjektif keluarga.

(30)

20 Menurut Puspitawati (2013); Veenhoven (2012) kesejahteraan subjektif keluarga sangat berkaitan dengan kepuasan hidup. Menurut Marshall dan Bannet (1993), belum tentu pada karakteristik ibu bekerja yang penuh dengan tantangan dan beban kerja memberikan pengaruh yang negatif, sebagian besar ibu bekerja bahkan puas dengan keadaan keluarga. Selain itu, menurut Guhardja et al. (1993) keadaan keluarga dinilai secara subjektif oleh anggota keluarga yang berdampak pada tingkatan kesejahteraan keluarga, sehingga pandangan terhadap kehidupan keluarga sangat memengaruhi kebahagian dan kepuasan keluarga.

Berdasarkan hasil uji pengaruh, kesejahteraan subjektif keluarga hanya dipengaruhi oleh strategi koping. Menurut McCubbin et al. (1998), strategi koping yang dilakukan oleh ibu memberikan perubahan makna yang lebih baik terhadap masalah. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh Edward (1992), di dalam Edward (1992) yang menyatakan bahwa kesejahteraan keluarga akan meningkat jika dilakukan strategi koping dalam menghadapi stres karena stres merusak kesejahteraan subjektif keluarga.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kerepotan Keluarga Sehari-hari (Family Daily Hassles) dan Strategi Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja” tentu tidak luput dari keterbatasn penelitian diantaranya adalah:

1. Keterbatasan dalam penggunaan alat ukur terutama alat ukur Family Daily

Hassles Inventory yang masih membutuhkan penyesuaian dengan

karakteristik masyarakat Indonesia, serta penggunan dimensi pengaruh negatif dan positif yang terkadang masih membingungkan responden 2. Metode penelitian yang dilakukan masih bersifat purposive, sehingga

sebaran karaktersitik responden cenderung homogen yang memengaruihi interpretasi data dan hubungan antar variabel

Berdasarkan berbagai kekurangan tersebut, diharapkan dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan family daily hassles yang lebih mengutamakan hubungan antar variabel secara spesifik, misalnya hubungan antara family daily

hassles dengan startegi koping dan hubungan antara family daily hassles dengan

kesejahteraan subjektif keluarga.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik keluarga dan responden dalam penelitian ini cenderung homogen pada aspek usia, pendidikan, pekerjaan, dan besar keluarga. Responden dalam penelitian ini merupakan tamatan sekolah dengan pendidikan yang cukup tinggi. Variabel family daily hassles, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga berada pada kategori sedang. Berdasarkan uji hubungan, semakin tinggi family daily hassles yang diterima responden, maka semakin tinggi pula startegi koping

(31)

21 yang dilakukan. Family daily hassles tidak memilki hubungan yang signifikan dengan karakteristik keluarga yang cenderung beragam. Kesejahteraan subjektif keluarga hanya dipengaruhi oleh satu variabel dalam penelitian ini, yakni startegi koping. Kuatnya hubungan antara strategi koping dengan family daily hassles diindikasikan mengakibatkan penurunan pengaruh family daily hassles terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, family daily hassles ibu berada pada kategori sedang. Untuk menghindari potensi stres yang semakin besar, diharapkan anggota keluarga melakukan upaya dalam melakukan koping agar stres dapat dikurangi dan kesejahteraan subjektif keluarga meningkat. Sinergi oleh berbagai pihak dibutuhkan untuk melakukan penurunan family daily hassles dan penguatan kegiatan koping, salah satunya dengan cara sosialisasi untuk melakukan strategi koping yang sesuai dengan masalah yang ada. Selain itu, peran pemerinatah tidak lepas dari pelaksanaan kegiatan sehari-hari keluarga yang ditunjang dengan kebijakan ramah keluarga seperti; penguatan fungsi dan pekerjaan keluarga, hari khusus keluaga dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abbeduto L, Seltzer M, Shattuck, Kraus, Orrsmond G, Murphy M. 2004. Psychological Wellbeing and Coping in Mothers of Youths With Autism, Down Syndrome or Fragile X Syndrome. American Journal of Mental Retardation 109 (3);237-254

Adriyani Y. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan. [skripsi]. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afwan M R. 1998.Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja, serta Faktor-faktor yang Memengaruhi (Kasus di perumahan Garuda kelurahan Kampung Melayu Timur, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat). [skripsi]. Jurusan gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Alpert D, Culbertson A. 1987. Daily hassles and coping strategies of dual earner and non dual earner woman. Psychology of Woman Quarterly 11;359-366 APS (Australian Psychological Society). 2013. Stress and Wellbeing in Australia

Survey 2013. National Psychology Week.akses tanggal 15 April 2014. terhubung berkala (www.psychology.org.au/NPW).

Arianto A. 2004. Alokasi Waktu dan ekonomi rumahtangga pekerj pada sektor indutri formal berdasarkan gender. [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Bailey JS, Covell K. 2011. Pathways among abuse, daily hassles, deperession, and substance use in adolescents. The New School Psychology Bulletin 8(2); 4-15 [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Penyelenggara

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran  Karakteristik Keluarga   Usia ayah   Pendidikan ayah   Pekerjaan ayah   Besar keluarga   Usia anak   Karakteristik Responden   Usia ibu   Pendidikan ibu   Pekerjaan ibu
Tabel 1  Variabel, skala, kategori data, dan instrumen penelitian
Tabel 2  Sebaran karakteristik keluarga dan responden
Tabel 3  Sebaran pekerjaan ayah dan ibu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jika pengelasan telah selesai, matikanlah nyala api dengan menutup kran acetylene yang ada pada pipa hembus terlrbih dahulu setelah itu baru tutup kran oksigen. Tutuplah keran yang

Berdasarkan uraian diatas mengenai tumbuhan lumut yang belum teridentifikasi yang terdapat di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Jali adalah sejenis tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi- padian yang berasal dari Malaya dan Asia Timur yang belum banyak dimanfaatkan di

5 yang mengandung siwak, sedangkan penelitian mengenai perbedaan pasta gigi dengan dan tanpa tambahan ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Program Pendampingan Keluarga ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempelajari permasalahan yang dihadapi oleh keluarga pra-sejahtera, dimana kegiatan ini

Berdasarkan hasil penelitian dan pem- bahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Kompetensi pedagogik guru Penjasor- kes dalam menyusun Rencana Program Pembelajaran

Perluasan merek (Brand Extention) adalah merupakan suatu strategi yang dilakukan perusahaan untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru dengan menggunakan merek

W n : Kadar air yang dibutuhkan tanah sebelum pemberian air irigasi (kadar air kapasitas lapang - kadar air awal).. d : Kedalaman air rata-rata yang ditampung pada