• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDITORIAL. Pengantar Redaksi. Salam hangat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EDITORIAL. Pengantar Redaksi. Salam hangat."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560

Telepon: (021) 4261088 pesawat 210 - Faksimile: (021) 4243933 Email: LPB@litbang.depkes.go.id; - Website: terbitan.litbang.depkes.go.id

B S A E LIT K G BAN A PE G N A E B R M B E IT L

(2)

EDITORIAL

Pemimpin Redaksi:

Atmarita, MPH, Dr.PH (Persatuan Ahli Gizi Indonesia)

Mitra Bestari:

Prof. Dr. M. Sudomo (Parasitologi Medik, WHO)

Dr. Uken Sukaeni Sanusi, M.Sc (Ilmu Pangan dan Gizi, Badan Litbangkes) Prof. dr. Emiliana Tjitra, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbangkes) Dr. Besral, SKM, M.Kes (Biostatistik, FKM UI)

Dr. drg. Farida Soetiarto, MS (Epidemiologi, Badan Litbangkes)

Prof. Dr. Effionora Anwar, MS, Apt (Farmasi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI) dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K) (Mikrobiologi dan Molekuler , FK UI) Dr. Dra. Retnosari Andrajati,, Apt (Farmasi Klinik, UI)

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA (Antropologi Kesehatan, UIN)

Penyunting:

Dra. Lucie Widowati, Apt, M.Si (Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes)

drh. Sahat Ompusunggu, M.Sc (Biomedik, Badan Litbangkes) dr. Suhardi, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Badan Litbangkes)

Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, Badan litbangkes)

Nuniek Kusumawardhani, SKM, M.Sc, PH (Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes)

Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed (Virologi Molekuler, Badan Litbangkes) Dr. Joko Irianto, SKM, M.Kes

Redaksi Pelaksana:

Ketua : Muhammad Rijadi, SKM, M.ScPH Wakil : Leny Wulandari, SKM, MKM

Sekretaris : Susi Annisa Uswatun Hasanah, S.Sos, M.Hum Anggota : Irfan Danar Nugraha, S.Sos

Emi Suparwati, SIP Tri Ramadhany, S.Kom

Sri Lestari, S.Pd

Febri Aryanto, S.Kom

Terbit 4 kali setahun (Maret, Juni, September dan Desember) Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015

Alamat Redaksi :

Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560 Telp. (021) 4261088 Pesawat 210 Website : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK E-mail : media@litbang.depkes.go.id Cover : - http://www.freepik.com - http://www.google.com Pengantar Redaksi Salam hangat.

Berjumpa kembali dengan Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam volume 25 No. 3 September 2015 kali ini hadir dengan delapan artikel pilihan.

Analisis menggunakan data Riskesdas 2013 menjadi dasar penelitian kematian neonatal dini di Indonesia. Artikel yang berjudul “Hubungan Kunjungan K4 dengan Kematian Neonatal Dini di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2013)”, ditulis oleh Dina Bisara Lolong dan Lamria Pangaribuan menjadi artikel pembuka pada edisi kali ini.

Artikel kedua ditulis oleh Asep Awaludin Prihanto.,dkk dengan judul “Metode Sederhana dan Efektif Untuk Penghitungan dan Visualisasi Tiga Dimensi (3D) Biofilm Vibrio Cholera” menjadi artikel ketujuh di edisi kali ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, suhu, dan kondisi kultur mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan biofilm Vibrio cholera. Metode alternatif yang di gunakan dalam penelitian ini mampu menghitung BCR serta menggambarkannya dalam bentuk 3D dengan efisien sehingga dapat dijadikan alternatif analisis biofilm bakteri.

Artikel ketiga dibawakan oleh Tri Ramadhani dan Novia Tri Astuti dengan judul “Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Pemukiman Didaerah Endemis Leptospirosis di Kota Semarang”. Artikel ini menyarankan bahwa upaya pencegahan penularan leptospirosis dapat dilakukan melalui kebersihan lingkungan, penanganan sampah yang baik sehingga tidak menjadi tempat bersarang tikus.

Artikel keempat pada edisi kali ini berjudul “Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia”, ditulis oleh Made Agus Nurjana. Menurut artikel ini faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia yang paling dominan adalah pendidikan.

Artikel kelima menunjukkan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan umum masyarakat miskin di populasi Kota Banda Aceh. Sehingga intervensi program pemerintah dibutuhkan dalam upaya pencegahan hipertensi seperti penyuluhan makanan sehat dan kemudahan akses untuk memperolehnya, aktifitas fisik yang adekuat serta mengontrol tekanan darah secara rutin. Hal ini ditunjukkan oleh Eka Fitria dan Sari Hanum dalam artikel yang berjudul “Determinan Hipertensi Pada Masyarakat Miskin Kota Banda Aceh”.

Artikel yang ke-enam membahas tentang terapi jamu pada pasien artritis. Artikel dengan judul "Model Analisis Terapi Jamu Sebagai Komplementer Terhadap Perbaikan Keluhan pada Pasien Artritis" ditulis oleh Siti Nur Hasanah dan Lucie Widowati. "Kinetika Vitamin B Komplek pada Proses Pembuatan Tahu dan Oncom Merah" yang ditulis oleh Dian Sundari dan Efriwati menjadi artikel yang ketujuh di edisi kali ini.

Artikel terakhir yang dibawakan oleh Noer Endah Pracoyo., dkk berjudul “Daya Lindung Antibodi Anti Difteri Pada Anak Usia 1-14 Tahun (Hasil Analisis Lanjut Riskesdas 2007)” menyimpulkan dari hasil analisis bahwa perlindungan terhadap difteri semakin menurun seiring meningkatnya usia, menjadi artikel penutup pada edisi kali ini.

Akhir kata, redaksi Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengucapkan selamat menikmati sajian kali ini.

Salam Sehat, Redaksi

(3)

Volume 25 No. 3, September 2015

ISSN 0853-9987

MEDIA PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN KESEHATAN

DAFTAR ISI

ARTIKEL

1. Hubungan Kunjungan K4 dengan Kematian Neonatal Dini di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2013)

139 - 146 (Dina Bisara Lolong dan Lamria Pangaribuan)

2. Metode Sederhana dan Efektif untuk Penghitungan dan

Visualisasi Tiga Dimensi (3D) Biofilm Vibrio Cholera 147 - 152

(Asep Awaludin Prihanto, Sukoso, Mohamad Fadjar dan Andi Kurniawan)

3. Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Pemukiman di Daerah Endemis Leptospirosis di Kota Semarang

153 - 162 (Tri Ramadhani dan Novia Tri Astuti)

4. Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia

163 - 170 (Made Agus Nurjana)

5. Determinan Hipertensi pada Masyarakat Miskin Kota Banda Aceh

171 - 176 (Eka Fitria dan Sari Hanum)

6. Model Analisis Terapi Jamu sebagai Komplementer terhadap Perbaikan Keluhan pada Pasien Artritis

177 - 184 (Siti Nur Hasanah dan Lucie Widowati)

7. Kinetika Vitamin B Komplek pada Proses Pembuatan Tahu dan Oncom Merah

185 - 192 (Dian Sundari dan Efriwati)

8. Daya Lindung Antibodi Anti Difteri pada Anak Usia 1-14 Tahun (Hasil Analisis Lanjut Riskesdas 2007)

193 - 202 (Noer Endah Pracoyo, Hendrik Edison dan Ainur Rofiq)

(4)
(5)

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Volume 25 No. 3, September 2015 ISSN 0853-9987 Lembar Abstrak

Lembar abstrak ini boleh digandakan/dicopi tanpa ijin dan biaya

NLM : WA 900

Dina Bisara Lolong dan Lamria Pangaribuan

(Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560, Indonesia)

Hubungan Kunjungan K4 dengan Kematian Ne-onatal Dini di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2013)

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 139 - 146

Angka kematian neonatal pada dua periode Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007 dan SDKI 2012) masih tetap konstan yaitu sebesar 19 kematian per 1000 kelahiran hidup. Pada SDKI 2012 tercatat sebanyak 268 kematian neonatal dini dan pada SDKI 2007 tercatat sebanyak 241 kematian neonatal dini. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan K4 dengan kematian neonatal dini berdasarkan data Riskesdas 2013. Desain yang digunakan adalah kasus kontrol, jumlah sampel 175 kasus dan 175 kontrol. Kasus adalah wanita usia 10-54 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan anak dan meninggal pada usia 0-7 hari. Kontrol adalah wanita usia 10-54 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan anak dan masih hidup minimal sampai usia 8 hari. Analisis multivariat dengan logistik regresi ganda diperoleh bahwa ibu dengan kelompok umur < 20 tahun atau > 35 tahun, K4 tidak terpenuhi berisiko 4,3 kali untuk melahirkan anak yang akan meninggal pada masa neonatal dini dibandingkan ibu dengan K4 terpenuhi. Ibu yang mengalami komplikasi persalinan, dengan K4 tidak terpenuhi berisiko 2,8 kali untuk mengalami kematian neonatal dini dibandingkan ibu dengan K4 terpenuhi. Dengan demikian jika K4 terpenuhi maka faktor-faktor risiko selama hamil dan pada saat melahirkan bisa ditatalaksana dengan baik sehingga dapat menurunkan risiko kematian neonatal dini. Ibu hamil khususnya kelompok umur < 20 tahun dan > 35 diharapkan memeriksakan kehamilan secara teratur dan rutin sehingga faktor risiko dapat dideteksi sedini mungkin.

Kata Kunci : Kematian neonatal dini, wanita hamil, kunjungan K4

---NLM : QW 90

Asep Awaludin Prihanto, Sukoso, Mohamad Fadjar dan Andi Kurniawan

(Prog. Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, 65145, Telp (0341) 553512, Indonesia; Prog. Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, 65145, Telp (0341) 553512. Indonesia; Prog. Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, 65145, Telp (0341) 553512, Indonesia; Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, 65145, Telp (0341) 553512, Indonesia) Metode Sederhana dan Efektif Untuk Penghitungan dan Visualisasi Tiga Dimensi (3D) Biofilm Vibrio Cholera

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 147 - 152

Mikroorganisme yang mampu menghasilkan biofilm menimbulkan masalah yang serius dalam

bidang kesehatan dan pangan. Penelitian biofilm

bagi sebagian peneliti sangat identik dengan kerumitan proses penghitungan dan visualisasi penutupan permukaan substrat penempelan bakteri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efisiensi metode alternatif untuk menghitung dan memvisualisasikan biofilm Vibrio cholera. Pada penelitian ini beberapa faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan kondisi kultur diujicobakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembentukan biofilm V. cholera. Pembentukan biofilm dihitung

berdasarkan Biofilm Coverage Rate (BCR) yang

selanjutnya divisualisasikan menjadi bentuk tiga

dimensi (3D) dengan memanfaatkan software

Image-J. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, suhu, dan kondisi kultur mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan biofilm Vibrio cholera. Metode alternatif yang digunakan dalam penelitian ini mampu menghitung BCR serta menggambarkannya dalam bentuk 3D dengan efisien sehingga dapat dijadikan alternatif analisis biofilm bakteri.

Kata Kunci: image-J, biofilm, Vibrio cholera

(6)

---NLM : WC 420

Tri Ramadhani dan Novia Tri Astuti

(Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Jl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara, Indonesia) Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Pemukiman di Daerah Endemis Leptospirosis di Kota Semarang

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 153 - 162

Leptospirosis adalah penyakit demam akut yang dapat menginfeksi manusia dan hewan (zoonosis) dan disebabkan oleh bakteri leptospira. Kota Semarang merupakan salah satu daerah endemis leptospirosis dengan insiden pada tahun 2009 sebanyak 13,27/100.000 penduduk dan kematian 3,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik individu penderita leptospirosis dan hubungannya dengan lingkungan pemukiman. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan

rancangan cross sectional. Populasi adalah

semua pengunjung Puskesmas, sedangkan sampel adalah pengunjung puskesmas dengan gejala klinis leptospirosis (terutama: demam

dengan suhu tubuh > 37oC) atau demam disertai

sakit kepala, nyeri otot, konjungtivitis dan ruam). Data lingkungan pemukiman diperoleh dengan melakukan pengamatan sedangkan karakteristik individu kasus leptospirosis dengan wawancara, data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden sebagian besar kelompok usia 10-19 tahun (38,1%), jenis kelamin laki-laki (56,2%), dan tingkat pendidikan tidak tamat SD (30,5%). Kasus leptospirosis lebih banyak terjadi pada laki-laki, kelompok usia 0-19 tahun dengan (CFR=3,6). Kondisi lingkungan yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis meliputi dinding dapur tidak permanen, tidak ada langit-langit, tempat sampah terbuka dan kondisi rumah yang kotor. Upaya pencegahan penularan leptospirosis dapat dilakukan melalui kebersihan lingkungan, penanganan sampah yang baik sehingga tidak menjadi tempat bersarang tikus. Kata kunci : lingkungan, endemis, leptospirosis ---NLM : WF 300

Made Agus Nurjana

(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Masitudju No. 58 Labuan Panimba, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Indonesia)

Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 163 - 170

TB paru merupakan penyakit yang paling banyak menyerang usia produktif dan masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko terjadinya TB paru pada usia produktif di Indonesia dan faktor risiko yang paling dominan.

Studi cross-sectional telah dilaksanakan pada

bulan Mei - Juni 2013. Data bersumber dari data Riskesdas 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan. Sampel yang dianalisis usia 15–49 tahun sebanyak 522.670 orang. Data

dianalisis dengan logistic regression complex

samples. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia yaitu pendidikan, indeks kepemilikan, bahan bakar memasak, kondisi ruangan dan perilaku merokok. Faktor risiko yang paling dominan adalah pendidikan. Untuk mendukung global tuberculosis control maka program pengenalan sedini mungkin TB paru pada sekolah dasar dan pemanfaatan media informasi perlu ditingkatkan guna penurunan kasus dan kematian akibat TB paru khususnya pada usia produktif.

Kata Kunci: TB paru, usia produktif, faktor risiko, Indonesia

---NLM : WG 340

Eka Fitria dan Sari Hanum

(Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh, Jl. Bandar Iskandar Muda, Lorong: Tgk. Dilangga No. 9, Lambaro Aceh Besar, Indonesia) Determinan Hipertensi pada Masyarakat Miskin Kota Banda Aceh (Orig Eng)

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 171 - 176

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dimana prevalensinya secara umum lebih tinggi pada wilayah miskin dibandingkan dengan wilayah kaya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada penduduk miskin usia produktif dan usia tua di Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan karena data tentang hipertensi pada masyarakat miskin di Kota Banda Aceh belum tersedia. Penelitian yang telah dilakukan dari bulan April sampai November 2012 merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang dan teknik penarikan sampel secara purposive di daerah perkotaan Gampong Ceurih , Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk meneliti hubungan antara beberapa karakteristik individu dengan hipertensi. Analisis statistik secara bivariat memperlihatkan bahwa

(7)

kelompok umur dan latar belakang pendidikan signifikan terhadap kejadian hipertensi stage-1. Hasil analisis multivariat diperoleh karakteristik individu orang miskin yang menentukan hipertensi secara signifikan berturut-turut adalah kelompok umur 55-90 tahun (OR = 58,15 p = 0,000; 95% CI 7,09-476,7), umur 43-54 tahun (OR = 11,07 p = 0,028; 95% CI 1,30-94,0) dan umur 31-42 tahun (OR = 8,75 p = 0,044;95 % CI 1,05-72,6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan umum masyarakat miskin di populasi Kota Banda Aceh. Intervensi program pemerintah dibutuhkan dalam upaya pencegahan hipertensi seperti penyuluhan makanan sehat dan kemudahan akses untuk memperolehnya, aktifitas fisik yang adekuat serta mengontrol tekanan darah secara rutin.

Kata Kunci : Aceh, hipertensi, masalah kesehatan, isu kemiskinan

---NLM : WB 925

Siti Nur Hasanah dan Lucie Widowati

(Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat, Indonesia)

Model Analisis Terapi Jamu sebagai Komplementer terhadap Perbaikan Keluhan pada Pasien Artritis

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 177 - 184

Telah dilakukan sebuah penelitian observasi, purposif dan deskriptif terhadap dokter praktik jamu secara komplementer-alternatif dengan menggunakan jamu di 9 dari 12 provinsi wilayah Sentra Pengembangan, Penerapan dan Pengobatan Tradisional (SP3T) di Indonesia selama 6 bulan penelitian. Didapatkan 63 pasien artritis yang masuk ke dalam penelitian, menerima terapi konvensional dan tradisional. Seluruh pasien berusia ≥16 tahun, dengan persentase terbanyak pada usia 51-70 tahun (50,8%). Ditemukan 37% pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya, dan 7% riwayat rematoid arthritis. Sebanyak 47% pasien dengan hipertensi pada keluarga dan 16% pasien dengan rematoid arthritis pada keluarganya. Terapi konvensional terbanyak yang digunakan dalam terapi pasien arthritis yaitu golongan NSAID (43%), disusul suplemen (22%), fisioterapi (12%), antipirai (10%), kortikosteroid (4%), lain-lain (4%), dan analgetik narkotik (3%). Komponen jamu yang sering digunakan yaitu jamu osteoarthritis Tawangmangu (37,5%), sambiloto (11,3%), temulawak (11,2%), jahe (8,1%), habbatussauda/ jinten hitam (8,1%), dan murat (4,8%). Adapun keterampilan dengan alat yang digunakan yaitu

akupunktur (47%), akupresur (13%), stimulasi listrik (7%), akupunktur & stimulasi listrik (7%). Perubahan pasca terapi yang terjadi adalah perbaikan, berupa hilangnya gejala penyakit. Gejala klinis yang paling banyak menghilang

saat follow up yaitu gejala sistem neurologis

(33%), sistem muskuloskeletal (31%), dan tak kalah pentingnya yaitu gejala umum (23%), karena 3 dari 4 gejala umum (tidak nafsu makan, letih, dan penurunan berat badan) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada penderita rematoid artritis. Meskipun demikian perbaikan gejala klinis ini belum bisa dipastikan semata-mata karena efek terapi jamu saja, karena selain jamu digunakan pula terapi konvensional lainnya.

Ditemukan pula peningkatan Quality of Life

(QoL) derajat “baik” sebelum terapi (36%)% dan menjadi 79 persen% pada masa sesudah terapi. Kata Kunci: jamu, komplementer, artritis

---NLM : QV 187

Dian Sundari dan Efriwati

(Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560, Indonesia)

Kinetika Vitamin B Komplek pada Proses Pembuatan Tahu dan Oncom Merah

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 185 - 192

Telah dilakukan penelitian kinetika vitamin B kompleks pada proses pembuatan tahu dan oncom merah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan beberapa vitamin B kompleks pada oncom merah dibandingkan pada tahu setelah proses fermentasi dari ampas tahu. Pengujian sampel ampas tahu diambil dari satu pabrik tahu dan pabrik oncom dimana bahan baku ampas tahunya berasal dari pabrik tahu yang sama. Pengujian meliputi analisis kadar air dan analisis kadar vitamin B komplek. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 kg kedelai dalam 1 kali produksi hanya 66,66% yang menjadi tahu, sisanya 33,32% sebagai ampas tahu dan 0,901% sebagai air tahu. Pada pengolahan ampas tahu menjadi oncom merah terjadi penambahan bobot yang sangat berarti yaitu sebesar 345,19%. Pada proses pembuatan tahu, terjadi penurunan kadar vitamin B kompleks sangat tinggi dibandingkan dalam kacang kedelai yaitu vitamin B1 berkurang sebesar 41,07%; vitamin B2 berkurang 35,5%; vitamin B3 berkurang 99,08% dan vitamin B6 tidak terdeteksi lagi. Pada ampas tahu, kandungan vitamin B komplek yang masih ada yakni 19,59% (vitamin B2) dan berkisar antara 4-22% (vitamin B1; B3; B6) yang terkandung pada air tahu. Pada proses pembuatan oncom merah terjadi peningkatan vitamin B komplek yang sangat tinggi yakni untuk vitamin B1 dari tidak terdeteksi menjadi 234,78 mg; vitamin B2 dari 18,9 mg menjadi 304,89 mg; vitamin B3 dari tidak terdeteksi menjadi 517,26 mg dan

(8)

vitamin B6 dari tidak terdeteksi menjadi 45,797 mg. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan kadar vitamin B kompleks pada oncom merah terjadi karena adanya aktifitas mikrobia selama proses fermentasi.

Kata Kunci : tahu, ampas tahu, oncom merah, vitamin B komplek, kinetika

---NLM : WC 320

Noer Endah Pracoyo, Hendrik Edison dan Ainur Rofiq

(Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta, Indonesia)

Daya Lindung Antibodi Anti Difteri pada Anak Usia 1-14 Tahun (Hasil Analisis Lanjut Riskesdas 2007)

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 25 No. 3, September 2015; Hal. 193 - 202

Difteri merupakan penyakit infeksi menular

akut yang disebabkan oleh Corynebacterium

diphteriae. Di Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 333 kasus difteri dengan 11 kematian. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

Imunisasi DPT (Diphteria, Pertusis, Tetanus).

Cakupan imunisasi DPT pada Riskesdas 2007 adalah 88%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap titer antibodi difteri pada anak berumur 1-14 tahun berdasar hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Metode yang digunakan adalah analisa data sekunder hasil pemeriksaan titer antibodi responden Riset Kesehatan Dasar 2007 (anak umur 1-14 tahun) dengan sampel sejumlah 2041. Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel umur memiliki hubungan yang signifikan dengan titer antibodi (OR=0.78, p=0.001;95% CI (0,69-0,88)) dan dari variabel umur tersebut, kelompok umur 1-4 tahun adalah kelompok umur yang paling terlindung dari infeksi difteri sebesar 78%. Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap difteri semakin menurun seiring meningkatnya usia.

Kata Kunci : Riskesdas 2007, titer antibodi difteri

Referensi

Dokumen terkait

Artikel dengan judul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pencegahan COVID-19 Mahasiswa”, ditulis oleh Hasna Linawati, dkk bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

TRIE RETNO SOENDARIATI SMP NEGERI 46 SURABAYA D. 186 MISBAKHUN SMP NEGERI 7

Pertanggung jawaban semacam ini dikenal sebagai “Vicarious Liability” (pertanggung jawaban pengganti) sehubung dengan hal tersebut, ditegaskan dalam pasal 12

Bahan kontras atau media kontras adalah suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi yang be rguna untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto rontgen biasa..

MRR adalah alat yang dapat mengukur distribusi butir hujan dari ketinggian 50m sampai lebih dari 7km pada 32 level ketinggian (efektif hanya 30 level karena level

Dari beberapa latar belakang tersebut dapat disimpulkan tahapan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah analisa kebutuhan informasi tentang kuliner, analisa

Penyakit difteri sebetulnya dapat dicegah dengan cara pemberian vaksin difteri pada orang sehat untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit difteri &lt;10&gt; • Di

(Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM, 1988) hlm.22.. pengujian dengan hasil pengujian akan dianalisa dengan metode statistik. Dalam penelitian ini, pengujian