• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Lesi TB Paru Aktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Lesi TB Paru Aktif"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran lesi TB paru aktif: Gambaran lesi TB paru aktif: 1.Tuberkulosis Primer

1.Tuberkulosis Primer

Hampir semua infeksi TB

Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling seringdidiagnosissehingga paling seringdidiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa

dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa terjadi padaorang dewasaterjadi padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien

dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien dengan TB primer seringmenunjukkan gambarandengan TB primer seringmenunjukkan gambaran foto normal. Pada 15%

foto normal. Pada 15% kasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksiberkelanjutan barulahkasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksiberkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto toraks.Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan ditemukan kelainan pada foto toraks.Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering terkena,terutama di daerah

paru kanan lebih sering terkena,terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula sertalobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior lobus atas.Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini

segmen anterior lobus atas.Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalahadalah adalah limfadenopati, parenchyma

limfadenopati, parenchymaldisease, miliary disease, dan efusi ldisease, miliary disease, dan efusi pleura. . Pada paru bisa dijumpaipleura. . Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis

infiltrat dan kavitas.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibateksudatif, akibat perluasaninfitrat primer ke pleura melalui

perluasaninfitrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikaspenyebaran hematogen. Komplikasi lain i lain adalahadalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke

atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritisdalarn bronkus. Baik pleuritis maupunatelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas

maupunatelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primersehingga sarang primer tersembunyidibelakangnya.

tersembunyidibelakangnya.

2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi 2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi

Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul reinfeksi Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul reinfeksi padaseseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak padaseseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak diketahuidan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder. Bercak diketahuidan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder. Bercak infiltrat yang terlihat

infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan segmen pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan segmen apikallobiapikallobi bawah. Kadang-kada

bawah. Kadang-kadang juga terdapat di ng juga terdapat di bagian basal paru yang biasanya disertai bagian basal paru yang biasanya disertai olehpleuritis.olehpleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang dij

Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang dij umpai.umpai.

I. Tuberkulosis I. Tuberkulosis

Pembagian tuberkulosis : Pembagian tuberkulosis :

1.

1. Tuberkulosis anak (infeksi primer)Tuberkulosis anak (infeksi primer) 2.

2. Tuberkulosis dewasa (re-infeksi)Tuberkulosis dewasa (re-infeksi) Gambaran radiologis TB primer

Gambaran radiologis TB primer

Kelainan Ro dapat berlokasi dimana saja. Kelainan Ro dapat berlokasi dimana saja.

1.

1. Gambaran sarang dalam parenkim paru.Gambaran sarang dalam parenkim paru. 2.

2. Komplikasi berupa pleuritis dan atelektasis.Komplikasi berupa pleuritis dan atelektasis. Gambaran radiologis TB sekunder

Gambaran radiologis TB sekunder

Sarang-sarang yang biasanya berkeduduka

Sarang-sarang yang biasanya berkedudukan di lapangan atas dan n di lapangan atas dan segmen apikal lobisegmen apikal lobi bawah.Kadan

(2)

Klasifikasi TB sekunder

1. TB minimal : luas sarang-sarang yang terlihat tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan ; sarang-sarang soliter dapt berada dimana saja, tidak harus berada di daerah tersebut diatas. Tidak ditemukan kavitas (lubang) 2. TB lanjut sedang : luas sarang yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru. Bila ada lubang tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut berupa awan-awan yang menjelma menjadi daeah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.

3. TB sangat lanjut : Luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas. Atau bila ada lubang, diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.

Cara pembagian kelainan melalui foto Ro :

1. Sarang-sarang berbentuk awqan atau bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang ini biasanya menunjukkan proses aktif.

2. Lubang (kavitas), selalu berarti proses aktif kecuali bi la lubang sudah sangat kecil, yang dinamakan lubang sisa (residual cavity).

3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya menunjukkan proses telah tenang.

 Syarat foto thoraks:

Syarat Foto Thorax yang baik :

1.Identitas / tanda-tanda harus lengkap, mis : - ada marker R atau L.

- Nomer film.

- Nama penderita, umur, jenis kelamin. - Tanggal pemotretan.

- RS / klinik tempat foto itu dibuat.

3. Foto thorax simetris, dapat dilihat dari garis median dan yang dipakai sebagai parameter adalah ujung medial clavicula.

3.Foto thorax ketajamannya cukup, yang dipakai sebagai parameter adalah ver tebrae yang terlihat sampai vertebrae thoracalis 4-5.

4.Semua bagian thorax masuk dalam film dan ukuran film harus sesuai dengan besarnya thorax. 5.Tidak adanya artefact, yaitu bayangan tambahan yang disebabkan kesalahan waktu

pembuatan foto.

6. Tidak goyang dikarenakan penderita tidak tahan nafas, sehingga bayangan film menjadi kabur.

7. Inspirasi maksimal, dimana terlihat diafragma kanan setinggi costae 6 depan atau costae 9 belakan

(3)

 Ekspertise foto abdomen:

Deskripsi

 1.

Pre peritoneal fat line : Normal, Kabur

 2.

Psoas Line

: Normal

 3.

Kontur Hepar

: Normal

 4.

Kontur Ginjal

: Site, size, shape

 5.

Kontur Lien

: Normal

 6.

Distribusi udara usus : normal, Meningkat di colon

desenden,

tidak tampak gambaran herring bone, tidak tampak

step ledder sign.

 7.

Udara bebas

: tampak udara bebas di subdiafragma

 8.

Cairan bebas

: tidak tampak cairan bebas

 9.

Tulang

: Normal, tidak tampak osteofit,

osteolitik

maupun osteoblastik, trebkulasi normal

 10.

Kalsifikasi : tidak tampak gambaran batu sepanjang traktur

urinarius

Kesimpulan :

 OMD

. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi Pemeriksaan

 Gastritis : radang gaster ( baik akut maupun kronik )

 Divertikula : penonjolan keluar darimaag yang membentuk kantung ( banyak terjadi pada fundus )  Hematemesis : perdarahan)

 Neoplasma ( tumor atau kanker )

 Hernia hiatal : hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena esophagus yang pendek.  Stenosis pylorus:penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus

 Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau bahan kayu )  Ulcers : erosi dari mukosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri )  Ulcer/ulkus/tukak : luka terbuka pada permukaan selaput lendir lambung

 Perforasi regurgitasi

Kontraindikasi

 Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro )

(4)

4. Persiapan Pemeriksaan

1. Persiapan Pasien

o Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan ( kooperatif )

o 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah pembentukan gas akibat

fermentasi

o Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam sebelum

pemeriksaan

o Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat – obatan yang mengandung substansi radioopaque

seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.

o Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan zat laxative. o Tidak boleh merokok ( nicotine merangsang sekresi saliva )

o Pasien diminta mengisi informed concent.

2. Persiapan Alat dan Bahan

o Pesawat X-Ray + Fluoroscopy o Baju Pasien

o Gonad Shield o Sarung tangan Pb

o Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm. o Bengkok

o Grid

o X-Ray marker

o Tissue / Kertas pembersih o Bahan kontras barium sulfat

o Barium encer dengan air hangat ( BaSO4 : air = 1 :4 )

o Kontras negative ( tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dll) o Obat emergency : dexametason, delladryl,dll)

o  Air Masak Sendok / Straw ( pipet ) dan gelas

5. Prosedur Pemeriksaan

1. Single Kontras

o Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen o Dilakukan persiapan pemeriksaan

o Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen. o Pasien diberi media kontras 1 gelas

o Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien minum dengan

sedotan

o Pasien diinstruksikan minum 2 –  3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh

mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan

o Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh dari duodenum. o Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga seluruh aspek

(5)

2. Double Kontras

o Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk menghasilkan

efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara masuk ke lambung.

o Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling – guling 4 – 5 putaran sehingga

seluruh mukosa terlapisi.

o Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung ( lambung tidak

relax )

o Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada teknik single

kontras.

o Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah – daerah yang diinginkan.

Proyeksi Pemotretan

1. PA erect ( film 30 x 40 ) untuk melihat type dan posisi lambung 2. Lateral erect untuk melihat space r etrogastric kiri

3. PA recumbent untuk melihat gastroduodenal surface

4. PA Obliq ( RAO ) untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb

5. Right Lateral Decubitus utk melihat duodenal loop, duodenojujunal junction dan retrogastric space

6.  AP Recumbent utk melihat bagian fundus terutama pada teknik double kontras, rotasi lateral untuk melihat lesi pada dinding anterior dan posterior, retrogastric portion dari jejunum dan illium

7.  Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 250 – 300 untuk melihat hernia hiatal dan 10 – 15 derajat dan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

 Colon in loop

Indikasi dan Kontra Indikasi

 1. Indikasi

  Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk

didalamnya kolitis ulseratif dan kolitis crohn.

  Carsinoma atau keganasan

  Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon,

terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

  Megakolon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak

adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik menyebabkan feses sulit melewati segmena gangglionik, sehingga memungkinkan penderita untuk buang air besar tiga minggu sekali.

(6)

  Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu

sendiri.

  Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.

  Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian

usus ke bagian usus yang lain.

  Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya

ada.

 2. Kontra Indikasi

  Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak

dan dengan tekanan tinggi.

  Obstruksi akut atau penyumbatan.   Diare berat.

4.

Persiapan Pasien

 Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in

loop adalah untuk membersihkan kolon dari feses, karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.

 Prinsip dasar pemeriksaan colon in loop memerlukan beberapa persiapan

pasien, yaitu :

 1. Mengubah pola makanan pasien

 Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan

rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan - bongkahan tinja yang keras.

 

 2. Minum sebanyak-banyaknya

 Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam

keadaan lembek

 3. Pemberian obat pencahar

 Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat

pencahar hanya sebagai pelengkap saja.

5.

Persiapan Alat dan Bahan

 1. Persiapan alat pada pemeriksaan colon in loop, meliputi :   Pesawat x – ray siap pakai

  Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan   Marker

(7)

  Vaselin dan jelly   Sarung tangan   Penjepit atau klem   Kain kassa

  Bengkok   Apron   Plester

  Tempat mengaduk media kontras  2. Persiapan bahan

  Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan

konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya kolon, kurang lebih 600  – 800

ml

  Air hangat untuk membuat larutan barium

  Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula

dimasukkan kedalam anus.

 

6.

Teknik Pemasukan Media Kontras

 1. Metode kontras tunggal

 Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian

diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi antero posterior.

 2. Metode kontras ganda

 a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.

 Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media

kontras berupa campuran antara BaSO4dan udara. Barium dimasukkan

kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.

 b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.   (1). Tahap pengisian

(8)

 Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4ke dalam lumen kolon,

sampai mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.

  (2). Tahap pelapisan

 Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi

mukosa kolon.

 

  (3). Tahap pengosongan

 Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak

yang dapat dikeluarkan kembali.

  (4). Tahap pengembangan

 Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.

Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.

  (5). Tahap pemotretan

 Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.

 Indikasi BNO IVP

DEC

17

BNO

BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier  = Ginjal, Overzicht  = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

kegunaan foto BNO

1. Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal (pada foto rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque (putih)).

2. Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan BNO IVP.

BNO IVP 

IVP atau Intra Venous Pyelography mer upakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.

(9)

Tujuan dari pemeriksaan BNO IVP

Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass.

Apa indikasi pemeriksaan BNO IVP?

Indikasi pemeriksaan IVP antara lain nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica urinari), nefritis (radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter), tumor, hipertrofi prostat.

Pemeriksaan BNO IVP menggunakan bahan kontras. Apa yang dimaksud dengan

bahan kontras? Mengapa itu digunakan dalam pemeriksaan IVP?

Bahan kontras atau media kontras adalah suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi yang be rguna untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto rontgen biasa. Pada pemeriksaan I VP, bahan kontras yang digunakan berbahan baku yodium (I) dan jenis bahan kontrasnya positif (yang tampak opaque pada foto rontgen)

Syarat bahan kontras yang digunakan pada pemeriksaan IVP

1. Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atomnya 53), sehingga zat kontras akan tampak putih pada jaringan.

2. Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh.

3. Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air art inya dapat dengan mudah diserap atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.

Apa efek samping dari penggunaan bahan kontras ini? Pasien mana yang memiliki

reaksi lebih terhadap bahan kontras IVP?

Efek samping yang dapat terjadi:

1. Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol 2. Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan

3. Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal j antung.

Efek samping terjadi pada pasien yang alergi ter hadap yodium (makanan laut) dan kelainan pada  jantung.

Pencegahan dan penanganan pasien yang mengalami alergi bahan kontras saat

pemeriksaan IVP

Tindakan pencegahan

1. Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit te rhadap bahan kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan

radiolog/dokter yang jaga.

2. Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Sege ra laporkan dokter jika terjadi reaksi.

3. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).

Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk tubuh dan menimbulkan alergi)

1. Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.

2. Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).

(10)

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan dari pasien terlebih dahulu. Apa saja

persiapan yang perlu diberitahukan kepada pasien sebelum melakukan

pemeriksaan IVP?

1. Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) maksudnya supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras.

2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.

3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet.

4. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan. 5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax

supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.

6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)

Tujuan persiapan sebelum foto IVP

Untuk membersihkan usus (gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karna udara dan faeces.

Gambar 1. Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi udara / faece s di rongga abdomen)

Gambar 2. Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)

(11)

Selain menjalankan persiapan diatas, pasien diminta untuk melampirkan hasil

pemeriksaan lab dari creatinin dan ureum sebelum pemeriksaan IVP. Apakah

tujuannya?

Nilai kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal atau tidak. Nilai kreatinin yang dianggap normal dan boleh melakukan pemeriksaan IVP biasanya < 2,0. Nilai kreatinin yang tinggi saat pemeriksaan IVP menyebabkan kontras tidak dapat disaring dalam ginjal sehingga membahayakan bagi pasien.

Persiapan peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan BNO IVP

Peralatan Steril :

1. Spuit 1cc (untuk skin test)

2. Spuit 3 cc (untuk persiapan obat emergency) 3. Spuit 50 cc (untuk bahan kontras)

4. Wing needle 5. Jarum no 18 6. Kapas alkohol

Peralatan unsteril :

1. Kontras media (contoh : iopamiro, ultravist) 2. Stuwing (pembendung vena)

3. Gunting 4. Plester

5. Obat-obatan emergency (contoh : dhypenhydramine)

prosedur pemeriksaan IVP

1. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.

2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).

(12)

3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.

4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti

5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi ter lebih dahulu.

6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan m enginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien 7. Membuat foto 5 menit post injeksi

8. Membuat foto 15 menit post injeksi 9. Membuat foto 30 menit post injeksi

10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil (pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.

11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berj am-jam jika kontras belum turun.

Sebelum rangkaian foto IVP dibuat dan sebelum bahan kontras diinjeksikan,

terlebih dahulu dibuat foto pendahuluan (plain photo BNO). Plain photo BNO

bertujuan untuk :

1. Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien

2. Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara umum.

3. Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga tidak te rjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.

Bagaimana teknik pemeriksaan BNO IVP? 

Teknik pemeriksaan BNO IVP dilakukan dengan interval waktu tertentu yang disesuaikan dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi ginjal sampai bahan kontras itu masuk ke blass.

Kontraindikasi dilakukan BNO-IVP adalah alergi, penurunan fungsi ginjal, dekompensasi cordis, infeksi saluran kemih akut, retensi cairan yang berlebihan

o Persiapan BNO-IVP meliputi :

 Pemeriksaan ureum kreatinin (ureum <60mg 2mg="" kreatinin="" span="">

 Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal

 Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan

 Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan\

 Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk mendistensikan lambung dan gas

 Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)

Gambar

foto normal. Pada 15% kasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksiberkelanjutan barulah kasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksiberkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto toraks.Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, danditemukan ke
Gambar 1. Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi udara / faece s di rongga abdomen)

Referensi

Dokumen terkait

Total kerugian yang ditanggung oleh PT.PLN (persero) pada bulan Januari cukup besar yaitu Rp.374,958,255,00 besar dana tersebut didapatkan dari melihat daya yang

Mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau warga negara satu dengan warga negara lainnya. Menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga

Membangunkan satu persembahan multimedia interaktif tak linear yang mempunyai elemen multimedia dengan tidak melebihi had saiz fail persembahan yang ditentukan. Menilai

a) Yang dimaksud dengan sastra pengaruh peralihan dalam sastra Indonesia lama ialah sastra Indonesia lama yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Karya sastra yang termasuk

Norma yang berlaku dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Umumnya tidak tertulis. Merupakan hasil dari kesepakatan masyarakat. Warga masyarakat patuh. Apabila

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

Adanya organ pencernaan fermentatif bagi ruminansia memiliki beberapa keuntungan (Sutardi, 1980), yaitu: 1) dapat mencerna bahan makanan dengan serat kasar yang tinggi, sehingga

pelaksanaan upacara tradisi Suran sendang Sidukun tahun 2016, bulan Oktober. ini juga dimana bulan ketika warga masyarakat Desa Traji yang