• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 1 ayat 3 secara tegas menyatakan

bahwa Indonesia merupakan negara hukum.Pasal tersebut telah memberikan

batasan yang jelas bagi seluruh warga negara Indonesia bahwa semua aspek

kehidupan diatur berdasarkan hukum yang bersifat adil dan berlaku secara

menyeluruh. Dalam konteks negara hukum ini, Indonesia menerapkan

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan

dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

bahwa:“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten dan kota mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan

Undang-Undang“.

Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan

haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van

bestuur).Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa

urusan pemerintahan itu terdiri atas Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

(2)

yang diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan

mengurus urusan rumah tangga daerah.1

Guna menyediakan infrastuktur yang memadai, pada umumnya

pemerintahan daerah terkendala oleh berbagai keterbatasan, khususnya dalam

pembiayaan pembangunan infrastuktur. Pemerintahan daerah masih

mengandalkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang

bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan Dana Perimbangan, sehingga

pemerintahan daerah perlu meningkatkan kemampuan pembiayaan pembangunan

di daerah melalui sumber-sumber pembiayaan baru baik bersifat konvensional

maupun non konvensional.

Secara hukum, pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Undang-Undang

Pemerintahan Daerah pada intinya mengatur bahwa pemerintahan daerah

diarahkan untuk mampu menyelenggarakan kewenangan dan urusannya secara

lebih efektif dan efisien untuk mewujudkan pelayanan publik dan kesejahteraan

umum secara lebih baik.

Untuk mendorong pembangunan di daerah, pemerintahan daerah

senantiasa berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang

berbasis potensi lokal yang diharapkan akan memiliki dampak positif terhadap

bidang dan sektor pembangunan lainnnya. Pada pelaksanaannya, guna

mewujudkan pertumbuhan perekonomian daerah yang baik diperlukan dukungan

berbagai stuktur maupun infrastuktur di daerah yang lebih memadai.

1

(3)

Pada kondisi tersebut, regulasi telah mengatur hal-hal yang berkaitan

dengan alternatif pembiayaan pembangunan di daerah yang dapat diperoleh dari

pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah terdapat salah satu alternatif pembiayaan yaitu melalui

pinjaman daerah. Pinjaman daerah tersebut dapat dilaksanakan melalui cara

penerbitan obligasi oleh pemerintahan daerah untuk membiayai proyek atau

kegiatan yang memiliki kriteria tertentu, namun demikian pemerintahan daerah

seyogyanya perlu mengkaji mengenai kemungkinan penerbitan obligasi daerah,

bagaimana pengelolaan obligasi daerah, sekaligus mencermati resiko yang akan

dihadapi dalam penerbitan obligasi.

Secara teoritik, obligasi merupakan salah satu jenis efek yang mempunyai

jangka waktu cukup panjang.2 Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah yang besar yang ditawarkan

secara luas kepada publik.3Artinya, di Indonesia obligasi daerah yang diterbitkan oleh pemerintahan daerah harus dijual kepada masyarakat melalui transaksi di

pasar modal. Hasil penjualan obligasi daerah oleh pemerintah daerah akan di

manfaatkan sebagai sumber dana alternatif utuk membiayai pembangunan

daerah.4

2

Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 2.

3

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 2

4

(4)

Penerbitan obligasi daerah diharapkan akan memberikan banyak manfaat,

baik bagi pemerintahan daerah sebagai pihak emiten, investor, pelaku pasar modal

lainnya, serta tentu saja masyarakat luas. Lebih jauh, manfaat penerbitan obligasi

daerah antara lain adalah sebagai berikut :5

Salah satu tata cara penerbitan obligasi yang harus dilalui Pemerintah

Daerah adalah perlu adanya peran dari profesi penunjang pasar modal dalam

penerbitan obligasi tersebut. Pada dasarnya pekerjaan utama dari profesi

penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public dan

dalam memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan yang sifatnya terus menerus. 1. Membiayai defisit anggaran pemerintahan daerah yang dapat memenuhi

ketidakcukupan sumber pembiayaan sendiri yang diakibatkan oleh lemahnya local tax income, minimnya dan transfer dari pemerintah pusat;

2. Percepatan pembangunan daerah dapat memicu dan memacu pembanguan di daerahnya. Pembangunan tersebut akan menciptakan multiplier effect (pelipatgandaan manfaat ekonomi) antara lain dalam penciptaan lapangan kerja dan kesempatan kerja, tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mempercepat perputaran roda perekonomian sehingga akan meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3. Terciptanya instrumen investasi baru. Selain memberikan manfaat langsung dengan dibangunnya infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal hasil (yield) dan mungkin juga insentif lain atas investasinya dalam obligasi daerah.

Pada prinsipnya, penerbitan obligasi daerah relatif sama dengan penerbitan

obligasi pada umumnya. Pemerintah daerah di dalam melaksanakan penerbitan

obligasi bertindak sebagai emiten. Dalam melakukan pinjaman daerah yang

ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal, pemerintah

daerah diwajibkan mengikuti tata cara penerbitan yang telah diatur sesuai

peraturan perundang-undangan.

5

(5)

Profesi penunjang pasar modal, untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu

memiliki pengetahuan yang memadai mengenai undang-undang pasar modal dan

peraturan pelaksanaannya serta ikut bertanggung jawab atas kepatuhan dan

ketaatan emiten yang menjadi pengguna jasanya dalam mematuhi ketentuan pasar

modal yang berlaku dan secara aktif memberikan nasihat kepada nasabahnya

untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.6

a. Akuntan

Berdasarkan Pasal 80 ayat 1(d) Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal menyatakan :

”Profesi penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran, wajib

bertanggung jawab, baik sendiri –sendiri maupun bersama –sama atas kerugian

yang timbul akibat perbuatan dimaksud”.

Lalu ayat 2,

“Pihak sebagaimana di maksud dalam ayat (1) huruf d hanya tertanggung jawab

atas pendapat atau keterangan yang diberikannya”.

Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 64 (1)

menyatakan bahwa profesi penunjang pasar modal terdiri dari :

b. Konsultan hukum

c. Penilai

d. Notaris, dan

e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

6

(6)

Profesi penunjang pasar modal yang sering menjadi sorotan pelaku bursa

adalah akuntan publik.Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan

memeriksa laporan keuangan emiten, guna memberikan pendapat atas laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh emiten dan Akuntan Publik yang ada di pasar

modal haruslah yang terdaftar di Lembaga Orientasi Jasa Keuangan.Laporan

keuangan merupakan informasi penting, karena pengambilan keputusan invetasi

dimulai dari indikator keuangan ini.7

Akuntan publik merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan

publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi

dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntanbilitas entitas yang

berkaitan.

Hal ini diatur dalam Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar

Modal dan diatur juga di dalam Peraturan Menteri Keuangan No.111/PMK.07

/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.

Inilah yang menjadi dasar untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar serta

untuk menciptakan full disclosure didalam laporan keuangan emiten, maka

dibutuhkan profesi penunjang yang independen di dalam memberikan opininya

terhadap kewajaran laporan keuangan yang akan diberikan kepada publik.

8

7

Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia (Restrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ), (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal.161-162.

8

Mardiasmo, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2, No. 1, Mei 2006, hlm 9

Jasa profesional akuntan publik merupakan hak exclusive akuntan

publik dan hasil pekerjaan akuntan publik digunakan oleh publik (pengguna

laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam mengambil keputusan

(7)

memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor,

pemerintah, masyarakat, dll).

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan

Publik,9

9

Undang-Undang Akuntan Publik No. 5 tahun 2011.

jasa yang diberikan diatur dalam Pasal 3 bahwa akuntan publik

memberikan jasa asuran, yang meliputi : jasa audit atas informasi keuangan

historis; jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan jasa asurans lainnya..

Profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya

adalah jasa atestasi/asurans.Hasil pekerjaan akuntan publik digunakan secara luas

oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan

keputusan.Profesi akuntan publik memiliki peranan sangat penting dalam

mendukung terwujudnya perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan.Dalam

menjalankan profesinya, akuntan publik mengemban kepercayaan masyarakat

untuk memberikan opini atas laporan keuangan.Tanggung jawab akuntan publik

terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi

keuangan suatu entitas.

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PMK.07/2012

meyebutkan bahwa penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilaksanakan oleh

pemerintah daerah yang audit terakhir atas laporan keuangan pemerintah daerah

mendapat opini wajar dengan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian.

Pemberian opini inilah yang menjadi fungsi dari akuntan publik dalam penerbitan

(8)

Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang profesi

akuntan publik di pasar modal.Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan dan

memberikan penjelasan mengenai peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi

daerah.Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan guna menentukan

kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor yang berinvestasi melalui

obligasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul skripsi “Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan

Obligasi Daerah Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “

maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, agar

sistematika penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini lebih teratur serta untuk

menghindari kesimpangsiuran pengertian oleh para pembaca skripsi ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan (eksistensi) profesi akuntan publik dalam hukum di

Indonesia ?

2. Bagaimana aspek hukum obligasi daerah di Indonesia ?

3. Bagaimana peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat

(9)

1. Untuk mengetahui keberadaan (eksistensi) profesi akuntan publik dalam

hukumdi Indonesia.

2. Untuk mengetahui aspek hukum obligasi daerah di Indonesia.

3. Untuk mengetahui peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah

ditinjau dari Undang – Undang No. 8 tahun 1995.

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi

ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Pembahasan yang termuat dalam kajian mengenai “Peran Akuntan Publik

dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal” ini dapat memberikan pemahaman lebih jelas mengenai

peran dan tanggung jawab yang diemban oleh profesi akuntan publik,

khususnya dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan bagi daerah

yang akan menerbitkan obligasi.

Dibalik pentingnya peran profesi penunjang pasar modal ini, kegiatan

pengkajian dan evaluasi atas kinerja mereka selama ini dirasakan masih sangat

sedikit, sehingga pengembangan dari sisi regulasi, pengawasan dan pembinaan

oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selaku otoritas pasar modal

juga belum berjalan dengan optimal. Sehingga diharapkan melalui skripsi ini,

sedikit banyak memberikan informasi kepada publik, khususnya dalam hal

peningkatan perannya untuk melindungi kepentingan emiten dalam penerbitan

obligasi.

(10)

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca

yang ingin mengetahui keberadaan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah

Daerah yang ditinjau dari Undang- Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Juga sebagai bahan kajian bagi para akademisidalam menambah wawasan

pengetahuan kewengan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah Daerah.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh, maka penulis menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah”. Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang

tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran

yang dilakukan, ditemukan salah satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang berjudul Tanggung

Jawab Hukum Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan (Studi

Pada Kantor Akuntan Publik Prasetio,Utomo & Co) pada tahun 2002. Perbedaan

dengan penelitian ini ialah skripsi tersebut membahas bagaimana tanggung jawab

akuntan publik dalam laporan keuangan perusahaan sedangkan penelitian skripsi

ini membahas bagaimana peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dari pada judul skripsi

ini adalah :

(11)

Audit adalah pemeriksaan dengan resmi atau pernyataan yang

menyatakan sebuah laporan pembukuan telah di periksa secara resmi.10 Auditing merupakan suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai

yang berkepentingan. 11

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah

pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu

perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah

laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut. Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh auditor independen

ditujukan terhadap pernyataan mengenai kegiatan ekonomi, yang

disajikanoleh suatu oraganisasi dalam laporan keuangannya.Pemeriksaan

ini dilakukan oleh auditor independen untuk menilai kewajaran informasi

yang tercantum dalam laporan keuangan.12

Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk

catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimakudkan untuk

mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban

10

Piter Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta :Modern English Press, 2002) , hal.103.

11

Mulyadi Kanaka Puradiredja, Auditing, (Jakarta : Salemba Empat, 1998), hal.7. 12

(12)

suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau

kewajiban selama periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi

yang berlaku umum.13 2. Akuntan Publik

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari

Kementerian Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk

menjalankan praktek akuntan publik.14

Menurut Ensiklopedia Berbahasa Indonesia Akuntan Publik atau yang

dikenal dengan akuntan ekstern adalah seorang praktisi dan gelar

profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah

mendapatkan izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa audit

dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa

dalam bidang non-atestasi seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan

jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.15

Untuk berpraktek sebagai auditor independen, seorang harus memenuhi

persyaratan pendidikan dan pengalam kerja tertentu.Auditor Independen

harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai

ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli

13

Ikatan Akuntansi Indonesia, Satndar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001., (Jakarta :Salemba Empat, 2002), Aturan Etika (AE), hal.20.1.

14

Ibid, hal.20.2. 15

(13)

Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktek dari

Menteri Keuangan.16

3. Obligasi

Auditor independen atau Akuntan Publik memilik sifat independen

walupun dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya namun

akuntan publik dalam pemeriksaannya tidak boleh memihak pada

kepentingan klien ataupun pihak ketiga.

Obligasi merupakan istilah yang dipergunakan dalam dunia

keuangan yang merupakan pernyataan utang penerbit obligasi kepada

pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang

beserta kupon, dengan pembayaran bunga saat tanggal jatuh tempo.

Lebih lanjut Gunawan Widjaja menyatakan bahwa obligasi adalah :17

16

Mulyadi Kanaka Puradiredja, Op.Cit., Hal. 27. 17

Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006),hal.7

Utang yang harus dipenuhi atau dilunasi oleh emiten yang menerbitkan

obligasi tersebut kepada investor publik yang membeli obligasi yang

diterbitkan dan selanjutnya menjadi pemilik dari obligasi tersebut.

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang dikemukan dalam tulisan ini merupakan

pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka

haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti.

(14)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikan, penelitian

yang dilaksanakan adalah penelitianhukum normatif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau

data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam

bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.18Sifat penelitian deskriptif adalah bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,keadaan,

gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu atau

untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat.19

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang-Undang-Undang No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Undang-Undang

2. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah

bahan hukum primer, sekunder dan juga tersier.

18

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33

19

(15)

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi

Daerahdan PP Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku

buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk dan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum

primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik,

terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian

hukum normatif.Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library

Research).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian

kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan

dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka yang lebih dikenal dengan nama dan acuan dalam bidang hukum atau

bahan rujukan bidang hukum.

Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau

(16)

beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh para sarjana ekonomi dan hukum

yang sudah mempunyai nama besar di bidangnya, koran serta majalah.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam

tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data hakikatnya merupakan kegiatan

untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data

dilakukan dengan :20

Bab I ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar

belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin

yang ada.

e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

G. Sistematika Penulisan

Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan

dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke

dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

20

(17)

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

Bab II ini merupakan uraian mengenai suatu tinjauan umum mengenai

profesi akuntan publik mulai dari pengertian akuntan publik, dasar hukum

profesi akuntan publik, fungsi dan peran akuntan publik. Selanjutnya akan

diuraikan mengenai pengaturan akuntan publik yang meliputi jenis jasa yang

diberikan, aspek perizinan, kantor akuntan publik, hak, kewajiban dan larangan,

pembinaan dan pengawasan.

Terakhir bab ini akan akan mencoba menguraikan tanggung jawab akuntan publik

secara etik, perdata dan pidana.

BabIII ini merupakan uraian mengenai obligasi, tinjauan umum obligasi

daerah, berikut penerbitan dan pengelolaan obligasi daerah serta tanggung jawab

pemerintah daerah terhadap pembayaran obligasi daerah.

Bab IV ini akan membahas tentang obligasi daerah sebagai instrumen

pasar modal, kedudukan dan peran akuntan publik di pasar modal, peran akuntan

publik dalam penerbitan obligasi daerah serta tanggung jawab akuntan publik

dalam penerbitan obligasi daerah.

Bab V ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada

bab-babsebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Membentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia Kota Yogyakarta Masa Bakti Tahun 2017-2019 dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lama praktik laboratorium dengan kesehatan fungsi paru pada mahasiswa Jurusan Ortotik

The following paper tries to discuss the va rious dimensions of a model that can be developed in innovation, with reference to the innovation business that has

(2002) an employee assistance program is a comprehensive approach that many organizations have taken to deal with numerous problem areas, including marital or

Apakah menurut Bapak/ibu komunikasi yang terjadi di dalam Badan?. Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan berjalan

Bureaucracy disease if neglected might become an acute problem, causing lower employees performance, and decreasing the organizational achievement Organization should review

Dari hasil yang telah dilakukan seperti ; pengukuran ketinggian andongan kawat penghantar, pengukuran tegangan induksi, pengukuran medan listrik, pengukuran frekuensi induksi