Merger & Acquisition
Presented by
Bun Sucento, MBA. M.Mgt. Chartered Marketer (CIM-UK)
AKUNTANSI BISNIS
Agenda
08:30-10:30 Legal Framework of M&A in Indonesia
10:30-10:45 Break
10:45-12:45 Steps in Merger and Acquisition in
Indonesia
12:45-13:30 Lunch
13:30-15:30 Take Over Tactics
15:30-15:45 Break
15:45-16:45 Comprehensive Problems on Merger
and Acquisition
Today
Competition
Today
Competition’s
Speed
Today Competition’s Environment
Setiap pagi hari di Hutan Afrika, seekor
Zebra bangun dan tahu bahwa ia harus
berlari lebih cepat dari seekor singa yang
tercepat, atau ia akan terbunuh
Setiap pagi seekor singa bangun dan tahu bahwa ia harus
mencari Zebra yang paling lambat, atau ia akan mati
kelaparan
Being a Difference
Is Your Company Up To Speed?
The Perception:
The Reality:
Kill or To Be
Killed?
A Wake Up Call
Introduction
Road to Growth Road to
repetition
Choosing the Path
The Global Trend
SM MU
Cheap
Revolution
Technology Revolution & Renewable Energy
Cheaper Transportation Cost Real Time Media Outsourcing Cheaper Communication Cost Productivity Increase Merger & Acquisition More Connected World
Smarter and More Demanding
Consumer
Investment go the most competitive advantage
marketplace
Globalization
Introduction
Globalization
“It’s not the biggest,
the brightest, or the best
that will survive, but those
that adapt the quickest”
Charles Darwin
Global M&A
• Global M&A volume reached $1.26trillion in 1H 2012, down
16% from 1H 2011 and the lowest semi-annual volume since
1H 2010
• Announced M&A activity of 9,876 transactions in 2Q 2012
was the lowest for any quarter since 3Q 2009 (9,125) although
volume of $664.8bn was up from the previous quarter
($596.0bn)
• There were 238 $1bn+ deals announced in 1H 2012, down
14% from 1H 2011 and the lowest number of $1bn+ deals
announced in the first half since 1H 2010 (229)
Source: 2012 The Dealogic Global M&A Review
17
18
Introduction
Source: 2012 The Dealogic Global M&A Review
Global M&A
19
Introduction
Source: 2012 The Dealogic Global M&A Review
Global M&A
20
Introduction
Source: 2012 The Dealogic Global M&A Review
Global M&A
21
Introduction
Source: 2012 The Dealogic Global M&A Review
Introduction
Why M & A ?
•Quicker way to growth.
•Accessing new markets.
•Taking on the global competition.
•Improving operating margins and efficiencies, and
•Acquiring visibility and international brands.
•Buying cutting-edge technology rather than
importing it
Introduction
Why M & A ?
Objective behind M&A Transaction Responses (in%)
To improve revenues & profitability
33%
Faster growth in scale quicker time to
market
28%
Acquisition of new technology or
competence
22%
To eliminate competition & increase market
share
11%
Tax shields & investment savings
3%
Any other reason
3%
Introduction
Corporate Expansion Strategies DIRECTIONS Same Business New Geographic Market Vertically Integrated Related Business Unrelated Business T Y P E S Internal Growth C I O N N N S O O V L A I T D I A O T N I O N G L O B A L I Z A T I O N C S O T M R P A E T T E T G I Y V E S Y N E R G Y C O N G L O M E R A T E S Strategic Alliances Merger & Acquisitions Global Trend + + + + + + + -- -- -- +
Expansion / Growth Strategies DIRECTIONS Same Business New Geographic Market Vertically Integrated Related Business Unrelated Business T Y P E S Internal Growth + Profitable - Slow
+ Maintain Control - High Risk
- Lack of needed resources / skills
- Competition / Entry Barriers Strategic
Alliances
+ Complementary Strengths - Share of profits
+ Transition Strategy - Problems with Partner + Gradual Move - Lose Control
- Create a Competitor Merger &
Acquisitions
+ Complementary Strengths - Pay a premium price
+ Fast - Don’t know what you bought + Full Control - Problems in Integrating Firms
Corporate Expansion Strategies DIRECTIONS Same Business New Geographic Market Vertically Integrated Related Business Unrelated Business T Y P E S Internal Growth Toyota: Lexus Haier in India Samsung in Electronic Sony Playstation TATA Group (India) Strategic Alliances GM + Saab Haier in Private Label in US Microsoft in X-box Sony + Ericsson Siam Cement (Thailand) Merger & Acquisitions Ford + Jaguar Lenovo + IBM Viacom + Blockbuster Sony + Columbia Vivendi (France)
Legal Framework
Merger & Acquisition
Legal Framework
1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UU PT) pada Pasal 1, 21, 29, 30,
62, 66, 87, 89, 122 s.d. 137
2. Peraturan Pemerintah RI No 27 Tahun 1998 Tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
Perseroan Terbatas
3. Peraturan Pemerintah RI No 28 Tahun 1999 Tentang
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
29
Peraturan-peraturan mengenai Penggabungan,
Legal Framework
4. Peraturan Pemerintah RI No 57 Tahun 2010 Tentang
Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat
Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor KEP-52/PM/1997 Tentang Penggabungan
Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau
Emiten
30
Peraturan-peraturan mengenai Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan
(Lanjutan)
Legal Framework
1. PENGGABUNGAN
“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan
pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena
hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan
selanjutnya
status
badan
hukum
Perseroan
yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum” Pasal 1 butir 9
UU PT dikenal juga dengan istilah
Merger
31
Legal Framework
32
Definisi dan penggunaan istilah (Lanjutan)
2. PELEBURAN
“Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri
dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang
karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang meleburkan diri dan status badan
hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir
karena hukum.” Pasal 1 butir 10 UU PT dikenal juga
dengan istilah Konsolidasi
Legal Framework
3. PENGAMBILALIHAN
“Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut” Pasal 1 butir 11 UU PT, dikenal juga dengan istilah
Akuisisi
33
Definisi dan penggunaan istilah (Lanjutan)
4. PEMISAHAN
“Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih.” Pasal 1 butir 12 UU PT, dikenal juga dengan istilah
spin off
Legal Framework
Berdasarkan Pasal 126 ayat (1) UU PT perbuatan hukum Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:
1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan 2. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha
Berdasarkan Pasal 126 ayat (2) UU PT pemegang saham yang tidak
setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan boleh menggunakan haknya untuk meminta Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga wajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 UU PT
34
Kepentingan yang harus diperhatikan
Legal Framework
Berdasarkan Pasal 126 ayat (1) UU PT perbuatan hukum Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:
1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan 2. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha
Berdasarkan Pasal 126 ayat (2) UU PT pemegang saham yang tidak
setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan boleh menggunakan haknya untuk meminta Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga wajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 UU PT
35
Kepentingan yang harus diperhatikan
I. Penggabungan
Akibat dari perbuatan hukum penggabungan sebagai berikut:
1. Penggabungan mengakibatkan Perseroan yang menggabungkan berakhir karena hukum, Pasal 122 ayat (1)
2. Berakhirnya Perseroan terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu, Pasal 122 ayat (2)
3. Dalam hal berakhirnya Perseroan, menurut Pasal 122 ayat (3):
1. aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan;
2. pemegang saham Perseroan yang menggabungkan diri karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima Penggabungan; dan
3. Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum terhitung sejak tanggal Penggabungan mulai berlaku.
ILUSTRASI PENGGABUNGAN
A + B =
B
A+B=B, perseroan A bubar demi hukum tanpa diikuti proses
likuidasi. Semua aktiva dan pasiva yang dimiliki oleh perseroan
A beralih kepada perseroan B. Pemegang saham perseroan A
menjadi pemegang saham perseroan B. Segala izin-izin usaha
dan operasional perseroan A beralih pada perseroan B,
walaupun demikian perlu ada penyesuaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan. B adalah Perseroan yang
menerima Penggabungan/
surviving company
Rancangan Penggabungan
Pasal 123 ayat (2) mengenai Rancangan Penggabungan memuat sekurang-kurangnya:
1. nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;
2. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan dan persyaratan Penggabungan;
3. tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang menggabungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima Penggabungan;
4. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima Penggabungan apabila ada;
5. laporan keuangan yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;
Rancangan Penggabungan (Lanjutan)
6. rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan
7. neraca proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
8. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri;
9. cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga;
10. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan;
11. nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan;
12.perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan;
13.laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil
yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan;
14.kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan
Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun
buku yang sedang berjalan; dan
15.rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan
yang akan melakukan Penggabungan.
Rancangan Penggabungan (Lanjutan)
Proses Penggabungan
1. Direksi Perseroan yang akan menggabungkan diri dan
menerima
Penggabungan
menyusun
rancangan
Penggabungan, Pasal 123 ayat (1)
2. Rancangan Penggabungan, Pasal 123 ayat (2)
3. Rancangan Penggabungan setelah mendapat persetujuan
Dewan Komisaris dari setiap Perseroan diajukan kepada RUPS
masing-masing untuk mendapat persetujuan, Pasal 123 ayat
(3)
4. RUPS di masing-masing Perseroan yang akan Merger sesuai
dengan Pasal 127 ayat (1), memperhatikan ketentuan Pasal
87 ayat (1) dan Pasal 89 terkait sahnya RUPS
5. Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan
wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit
dalam 1 (satu) Surat Kabar dan mengumumkan secara
tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan
melakukan Penggabungan, dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.
Pasal 127 ayat (2). Pengumuman memuat juga
pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan dapat
memperoleh
rancangan
Penggabungan
di
kantor
Perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai
tanggal RUPS diselenggarakan. Pasal 127 ayat (3)
Proses Penggabungan (Lanjutan)
6. Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman mengenai Penggabungan sesuai dengan rancangan tersebut, Pasal 127 ayat (4). Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditor tidak mengajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui Penggabungan Pasal 127 ayat (5)
7. Dalam hal keberatan kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Pasal 127 ayat (6)
Proses Penggabungan (Lanjutan)
8. Selama penyelesaian belum tercapai, Penggabungan
tidak dapat dilaksanakan Pasal 127 ayat (7)
9. Rancangan Penggabungan yang telah disetujui RUPS
dituangkan ke dalam akta Penggabungan yang dibuat di
hadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Pasal 128 ayat
(1)
Proses Penggabungan (Lanjutan)
14 hari Tutup Buku Laporan Keuanga n utk Laporan Merger Nota Kesepahaman Direksi Merging dan Surviving Company membuat draft rencana merger Dewan Komisaris menyetujui Rencana Merger Pengumum an rencana merger +- 1 hari di surat kabar harian & Pengumum an pada karyawan (Psl. 127 (2) UUPT) 31 Desemb er Batas Akhir Kreditur menyamp aikan keberatan atas rencana merger (Psl 127 (4) UUPT) Pemanggil an RUPS Psl. 82 (1) 14 hari 30 hari 14 hari Keputusan RUPS •Eksekusi Merger; •Perubahan Anggaran Dasar tentang Merger 14-30 hari •Penandatangan Akta Merger •Penyampaian Perubahan AD Ke Kemenhukham •Batas akhir Pengesahan AD oleh Kemenhukham Maksimum 60 hari
Aplikasi Izin Usaha Merger ke BKPM dan mendapatkan Izin Usaha atau Izin Prinsip Merger dari BKPM tidak lebih dari 14 hari Pengumuma n AD pada Tambahan Berita Negara (Psl 30 (2) UUPT) Persetujuan Kemenhukham: •Perubahan AD surviving company •Pendaftaran AD
surviving companypada Daftar Perseroan
•Merger berlaku efektif
Maksimum 30 hari Pengumuman hasil merger +- 1 hari dalam surat kabar harian (Psl. 133 (1) UUPT)
II. Peleburan
Akibat dari perbuatan hukum Peleburan sebagai berikut:
1. Peleburan mengakibatkan Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum, Pasal 122 ayat (1)
2. Berakhirnya Perseroan terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu, Pasal 122 ayat (2)
3. Dalam hal berakhirnya Perseroan, menurut Pasal 122 ayat (3):
a. aktiva dan pasiva Perseroan yang meleburkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan hasil Peleburan;
b. pemegang saham Perseroan yang menggabungkan diri karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan hasil Peleburan; dan c. Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum terhitung
sejak tanggal Peleburan mulai berlaku.
Rancangan Peleburan
Pasal 123 ayat (2) mengenai Rancangan Peleburan memuat sekurang-kurangnya:
1. nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Peleburan;
2. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan Peleburan dan persyaratan Peleburan;
3. tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang melakukan Peleburan terhadap saham Perseroan hasil Peleburan;
4. Rancangan anggaran dasar perseroan hasil peleburan apabila ada; 5. laporan keuangan yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari
setiap Perseroan yang akan melakukan Peleburan;
Rancangan Peleburan (Lanjutan)
6. rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Peleburan
7. neraca proforma Perseroan hasil Peleburan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
8. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang akan melakukan Peleburan;
9. cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan melakukan Peleburan terhadap pihak ketiga;
10. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Peleburan Perseroan;
11. nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Peleburan;
12.perkiraan jangka waktu pelaksanaan Peleburan;
13.laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil
yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan
Peleburan;
14.kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan
Peleburan dan perubahan yang terjadi selama tahun
buku yang sedang berjalan; dan
15.rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan
yang akan melakukan Peleburan.
Rancangan Peleburan (Lanjutan)
Proses Peleburan
Pasal 124 UU PT menyatakan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 mutatis mutandis berlaku bagi Perseroan yang meleburkan diri maka proses peleburan perseroan sebagai berikut:
1. Direksi Perseroan yang akan meleburkan diri menyusun rancangan Peleburan, Pasal 123 ayat (1)
2. Rancangan Peleburan, Pasal 123 ayat (2)
3. Rancangan Peleburan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris dari setiap Perseroan diajukan kepada RUPS masing-masing untuk mendapat persetujuan, Pasal 123 ayat (3)
4. RUPS di masing-masing Perseroan yang akan melebur sesuai dengan Pasal 127 ayat (1), memperhatikan ketentuan Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89 terkait sahnya RUPS
Proses Peleburan (Lanjutan)
5. Direksi Perseroan yang akan melakukan Peleburan wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) Surat Kabar dan mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan melakukan Peleburan, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS, Pasal 127 ayat (2). Pengumuman memuat juga pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan Peleburan di kantor Perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS diselenggarakan, Pasal 127 ayat (3)
Proses Peleburan (Lanjutan)
6. Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman mengenai Peleburan sesuai dengan rancangan tersebut, Pasal 127 ayat (4). Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditor tidak mengajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui Peleburan Pasal 127 ayat (5) 7. Dalam hal keberatan kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan RUPS tidak dapat
diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Pasal 127 ayat (6)
8. Selama penyelesaian belum tercapai, Peleburan tidak dapat dilaksanakan Pasal 127 ayat (7)
9. Rancangan Peleburan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam akta Peleburan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Pasal 128 ayat (1), dimana akta Peleburan tersebut menjadi dasar pembuatan akta pendirian Perseroan hasil Peleburan Pasal 128 ayat (3)
10.Berdasarkan Pasal 130, salinan akta Peleburan dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan hasil Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4).
11.Berdasarkan Pasal 132, Ketentuan Pasal 29 (mengenai daftar perseroan,) dan Pasal 30 (mengenai Pengumuman di Tambahan Berita Negara, 14 hari setelah diterimanya Akta Pendirian Perseroan) berlaku juga bagi Penggabungan Perseroan.
12.Direksi Perseroan hasil Peleburan wajib mengumumkan hasil Peleburan dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya Peleburan, Pasal 133 ayat (1)
Proses Peleburan (Lanjutan)
ILUSTRASI PELEBURAN
A + B =
C
A+B=C, perseroan A dan B bubar demi hukum tanpa
diikuti proses likuidasi dan diikuti membentuk
perseroan hasil Peleburan, perseroan C. Semua aktiva
dan pasiva yang dimiliki oleh perseroan A dan B beralih
kepada perseroan C. Pemegang saham perseroan A
dan B menjadi pemegang saham pendiri perseroan C.
III. Pengambilalihan
Pengambilalihan dilakukan dengan cara Pasal 125 ayat (1):
pengambilalihan
saham
yang
telah
dikeluarkan
dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui
Direksi Perseroan atau;
langsung dari pemegang saham.
Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan, Pasal 125 ayat (2)
Pengambilalihan
saham
mengakibatkan
beralihnya
pengendalian terhadap Perseroan tersebut, Pasal 125 ayat
(3)
III. Pengambilalihan (Lanjutan)
Berdasarkan
Pasal
125
ayat
(4),
dalam
hal
Pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum berbentuk
Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum
Pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS
yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan
tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
Rancangan Pengambilalihan
Pasal 125 ayat (6) mengenai Rancangan Pengambilalihan memuat sekurang-kurangnya:
1. nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;
2. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih;
3. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a UU PT untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;
4. tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran Pengambilalihan dilakukan dengan saham;
Rancangan Pengambilalihan (Lanjutan)
5. jumlah saham yang akan diambil alih; 6. kesiapan pendanaan;
7. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
8. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan;
9. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;
10. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;
11. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila ada.
Proses Pengambilalihan
Prosedur pengalihan saham mengikuti Anggaran Dasar dengan memperhatikan Pasal 57 UU PT yang berbunyi sebagai berikut:
1) Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal
pemindahan hak atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berkenaan dengan kewarisan
3. Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman mengenai Pengambilalihan sesuai dengan rancangan tersebut, Pasal 127 ayat (4). Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditor tidak mengajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui Pengambilalihan pada Pasal 127 ayat (5)
4. Dalam hal keberatan kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Pasal 127 ayat (6)
5. Selama penyelesaian belum tercapai, Pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan Pasal 127 ayat (7)
Proses Pengambilalihan (Lanjutan)
6. Rancangan Pengambilalihan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam akta Pengambilalihan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Pasal 128 ayat (1)
7. Berdasarkan Pasal 131 ayat (1), salinan akta Pengambilalihan dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3).
8. Pasal 133 ayat (2), mewajibkan Direksi Perseroan yang sahamnya diambil alih mengumumkan hasil Pengambilalihan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya Pengambilalihan.
Proses Pengambilalihan (Lanjutan)
ATURAN KHUSUS Terkait Praktik Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan sebagai berikut:
1. Pelaku Usaha dilarang melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 2 ayat (1) PP 57/ 2010, dalam hal ini diduga (pasal 2 ayat (2) PP 57/ 2010:
a. perjanjian yang dilarang;
b. kegiatan yang dilarang; dan/atau c. penyalahgunaan posisi dominan.
2. Komisi memberikan penilaian terhadap Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan yang telah berlaku efektif secara yuridis dan diduga mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat , Pasal 3 ayat (1) PP 57/ 2010
3. Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap Pelaku Usaha yang melakukan pelanggaran Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang, Pasal 4 ayat (1) PP 57/ 2010
ATURAN KHUSUS Terkait Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lanjutan)
5. Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan. (Pasal 5 ayat (1) PP 57/ 2010)
ATURAN KHUSUS Terkait Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lanjutan)
6. Apabila Jumlah tertentu tersebut di atas (Pasal 5 ayat (2) dan (3) PP 57/2010) :
a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau
b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah.
c. Bagi Pelaku Usaha di bidang perbankan berlaku jika nilai aset melebihi Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah).
Sanksi apabila tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis berupa denda administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) sebagaimana diatur pada (Pasal 6 PP 57/ 2010), Pengecualian bagi perusahaan yang terafiliasi (Pasal 7 PP 57/ 2010)
ATURAN KHUSUS Terkait Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lanjutan)
ATURAN KHUSUS Terkait Perbankan
Dasar Hukum: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank (PP 28/ 1999)
Bank adalah Bank dan Bank Perkreditan Rakyat Umum (Pasal 1 ayat (1)PP 28/ 1999) 1. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dapat dilakukan atas (Pasal 3 PP28/ 1999) :
a. inisiatif Bank yang bersangkutan; atau b. permintaan Bank Indonesia; atau
c. inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.
2. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank yang dilakukan atas inisiatif Bank yang bersangkutan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia, (Pasal 4 ayat (1) PP 28/ 1999)
3. Kewajiban untuk terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia, berlaku pula untuk Merger dan Konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. (Pasal 4 ayat (2) PP 28/ 1999)
ATURAN KHUSUS Terkait Pasar Modal
1. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-52/PM/1997 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK ATAU EMITEN (PERATURAN NOMOR IX.G.1)
2. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-412/BL/2009 TENTANG TRANSAKSI AFILIASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU (PERATURAN NOMOR IX.E.1)
3. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-614/BL/2011 TENTANG TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA (PERATURAN NOMOR IX.E.2)
ATURAN KHUSUS Terkait Pasar Modal (Lanjutan)
1. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-264/BL/2011 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA (PERATURAN NOMOR IX.H.1)
2. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-263/BL/2011 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA (PERATURAN NOMOR IX.F.1)
3. KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-86/PM/1996 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI YANG HARUS SEGERA DIUMUMKAN KEPADA PUBLIK (PERATURAN NOMOR X.K.1)
Contoh Kasus M&A di
Indonesia & Luar Negeri
Merger & Acquisition
• Rencana merger Esia, produk CDMA PT. Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) dan Flexi, produk PT. Telkomsel, anak usaha PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. (TLKM) mengalami kendala yaitu Flexi yang statusnya belum menjadi Perseroan Terbatas (PT). Saat ini telkom sedang
mempersiapkan langkah-langkah merger spin off atau pelepasan Telkom Flexi untuk dijadikan sebuah perseroan terbatas.
• Merger ini diharapkan menjadi solusi terbaik termasuk urusan frekuensi karena Esia dan Flexi sama-sama mengusung teknologi CDMA. Saat ini, Telkom Flexi diketahui memiliki 15 juta pelanggan sedangkan Esia memilki 10 juta pelanggan. Selain Esia, sudah lebih dari satu operator yang mendekati Telkom untuk menjajaki
pembelian Flexi
• PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) resmi mengakuisisi PT.
Bank Agroniaga Tbk. Hal itu ditandai dengan
penandatanganan Akta Akuisisi Saham PT. Bank Agroniaga
Tbk. antara BRI dengan Dana Pensiun Perkebunan
(Dapenbun) di Jakarta. PT Bank Agroniaga (Bank Agro)
mengganti nama menjadi PT Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga (BRI Agro). Bank Agro yang khusus bergerak di
bidang pertanian ini memang menjadi anak usaha PT BRI
Tbk (BRI). Selain itu, BRI Agro juga mengganti logonya.
Securities and Exchange Commission (SEC) menggelar investigasi atas dugaan insider trading seputar rencana Berkshire Hathaway Inc dan 3G Capital membeli raksasa makanan HJ Heinz senilai US$ 23 miliar.
Pada Jumat lalu (15/2), SEC mengajukan gugatan terhadap beberapa pelaku perdagangan yang diduga kuat meningkatkan hak beli derivatif saham (call option) terkait rencana transaksi itu. "Ada perdagangan yang sangat
mencurigakan di call option Heinz sesaat sebelum pengumuman transaksi tanggal 14 Februari 2013," tulis SEC pada Pengadilan Federal Manhattan. Regulator curiga karena para pelaku yang melakukan pembelian lewat
rekening di Zurich, Swiss, sebelumnya tidak memiliki sejarah jual-beli saham Heinz, setidaknya dalam enam bulan terakhir.
Contoh Kasus Akusisi Heinz
Steps in Merger &
Acquisition
Merger & Acquisition
Definisi Merger
• Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi
satu,
dimana
perusahaan
yang
me-merger
mengambil/membeli
semua
aset
dan
liabilities
perusahaan yang di-merger dengan demikian perusahaan
yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan
perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan
pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau
saham di perusahaan yang baru. (Brealey, Myers, &
Marcus, 1999, p.598).
Jenis Merger
Steps in Merger & Acquisition
Same industry/
Same market
- Consolidation
Related industries
- Horizontal
Same industry/
Different market
(Conglomerate)
Suppliers
-Vertical
Definisi Akusisi
•
Akuisisi
berasal dari sebuah kata
dalam bahasa Inggris
acquisition
yang berarti pengambilalihan.
Akuisisi adalah pengambilalihan
(takeover) sebuah perusahaan
dengan membeli saham atau
aset
perusahaan
tersebut,
namun perusahaan yang dibeli
tetap ada.
(Brealey, Myers, &
Marcus, 1999,p.598).
Kelebihan dan Kekurangan Merger
•
Kelebihan Merger
– Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan
lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain
•
Kekurangan Merger
– Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa
kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing
perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan
persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
•
Kelebihan Akuisisi
– Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham
dan suara pemegang saham.
– Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat
berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan
yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
– Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan
komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan
untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat
(hostile takeover).
Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
Kekurangan Akuisisi
• Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan
batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan
paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada
akuisisi agar akuisisi terjadi.
• Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli
maka terjadi merger.
• Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus
secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal
yang tinggi.
Steps in Merger & Acquisition
• Stage 1: Through the letter of intent
• Stage 2: Through the definitive purchase
agreement
• Stage 3: To the closing
LETTER OF INTENT DEFINITIVE AGREEMENT CLOSING
Stage 1 Stage 2 Stage 3
Find Target Engage Banker Financial Analysis Preliminary Due Diligence
Negotiate Basic Terms Target NDA
Banker Engagement Letter
Due Diligence List
Due Diligence Valuation Negotiate Detailed Terms Negotiate Ancillary Agreements Purchase Agreement Ancillary Agreements Press Release Regulatory Strategy/ Applications D oc ume nts Bus ine ss De al Re gu lato ry Regulatory Strategy
Steps in Merger & Acquisition
Proxy Statement
Transition Preparation Closing Preparation
Third Party Consents Closing Certificates Press Release Regulatory Applications/ Approvals Complete Transition Deal with any problems
Closing Filings Certificates
Regulatory Approval
LETTER OF INTENT DEFINITIVE AGREEMENT CLOSING
Stage 1 Stage 2 Stage 3
Find Target Engage Banker Financial Analysis Preliminary Due Diligence
Negotiate Basic Terms Target NDA
Banker Engagement Letter
Due Diligence List
Due Diligence Negotiate Detailed Terms Negotiate Ancillary Agreements, e.g., Employment Agreements Purchase Agreement Ancillary Agreements Press Release Regulatory Strategy/ Applications D oc ume nts Bus ine ss De al Re gu lato ry Regulatory Strategy
Steps in Merger & Acquisition
Proxy Statement
Transition Preparation Closing Preparation Final Due Diligence
Third Party Consents Closing Certificates Press Release Regulatory Applications/ Approvals Complete Transition Deal with any problems
Closing Filings Certificates
Regulatory Approval
Stage 1: Through the Letter of Intent
1. Strategic Investor
Contoh: Tiger Airways dengan mengakuisisi
Mandala.
Atau yang terakhir, kegiatan ‘saling akuisisi’
antara Virgin Australia (DJ) dan Singapore
Airlines (SIA). DJ mengakuisisi 60% saham Tiger
Australia (TT) dari Tiger Airways (TA), sekaligus
menjual 10% saham DJ ke SIA. Yang menarik
bahwa TA sendiri 49% dimiliki oleh SIA.
83
Steps in Merger & Acquisition
Stage 1: Through the Letter of Intent
2
.
Financial Investor
• Contoh: Recapital dan Saratoga. Berbeda dengan strategic
investor yang mempunyai bisnis identik untuk memperkuat
pasar, maka financial investor lebih pada prinsip
investment; buy low & sell high, buy high & sell higher.
• Saratoga Capital (SC) masuk ke bisnis Power lewat
akuisisi 51% saham Medco Power Indonesia (MPI) dari
Medcoenergi (MEI). Kemudian, MPI berencana IPO
2016 untuk mendapat fair market value ketika nanti dilepas
kembali oleh SC.
Steps in Merger & Acquisition
Steps in Merger & Acquisition
Find Target
Menurut Mckinsey, seleksi kandidat menggu-nakan beberapa parameter seperti dalam gambar di bawah.Steps in Merger & Acquisition
Steps in Merger & Acquisition
“We Look for Market of Size and Where We Can Win”
• The market size should exceed $1 billion Size is Key
• Core market growth should be at least 5% - 7% and without undue cyclicality or volatility Growth is the Hygiene
• Look for fragmented industries with a long tail of participants that have $25 – $100 million in sales, and that can be acquired for their products without necessarily needing their overheads Healthy acquisition
• Try to avoid outstanding competitors such as Toyota or Microsoft
Avoid Red Ocean with Best in Class
• The target arena should present a good opportunity for applying the DBS so that we can leverage our Danaher skill sets Conducive for DBS
Steps in Merger & Acquisition
“We Look for Market of Size and Where We Can Win”
THE REASONS They SOLD :
• Previous five years performance’s growth was less significance
• Skeptical mind set
• Lack of detailed knowledge about the niche
• Interesting bidding
THE REASONS We BOUGHT :
• World Leader in a $1 Billion global niche market
• Not Toyota or Microsoft related product
• Unique and innovative products • Potential to implement “Lean
Manufacturing” plant • The market size should exceed $1 billion
• Core market growth should be at least 5% - 7% and without undue cyclicality or volatility
• Look for fragmented industrieswith a long tail of participants that have
$25 – $100 million in sales, and that can be acquired for their products without necessarily needing their overheads
• Try to avoid outstanding competitors such as Toyota or Microsoft • The target arena should present a good opportunity for applying the
DBSso that we can leverage our Danaher skill sets • Look for tangible product-centric businesses
Stage 1: Through the Letter of Intent
• Buyer and seller define respective goals
in transaction and find one another
• Non-disclosure agreement (NDA) is
signed
• Investment banker is engaged
• Buyer undertakes due diligence
investigation of seller
• Terms of transaction are agreed to by
signing a letter of intent
89
Stage 1: The Letter of Intent (continued)
• Describes the most important elements of a
transaction:
– type of transaction
– price and form of consideration, with a clear
understanding of business, tax and legal ramifications
of transaction
– payment terms and key contingencies (such as buyer
financing)
– Sets fundamental transaction structure and terms
• Parties will be unlikely to agree to the
modification or amendments to the
letter of intent
• Exclusivity agreements in which seller
agrees not to negotiate a sale with third
parties for an agreed period of time
• Confidentiality agreements
• Expense agreements
91
May require buyer to pay the seller a
nonrefundable deposit for:
– granting an exclusivity period to the
purchaser, during which person the seller
will not negotiate with any other potential
buyer
– the purposes of covering some of the
seller’s costs in the transaction if the seller
is in a particularly strong bargaining
position
Stage 1: Due Diligence
• Identify risks material to Buyer’s
decision whether or not to do the
deal
• Identify risks/issues to be addressed
in transaction documents
• Identify any third-party consents
needed
Initial Questions for Buyer’s Legal Due Diligence Team
• What are client’s basic assumptions
about target?
– Company profile (scope of
business/nature of assets)
• Structure of transaction?
• Bargain price or premium?
• Budget for due diligence?
• Timing of transaction/due diligence?
• Client’s relative aversion to risk?
Initial Issues for Seller’s Legal Team
• How much does legal team know about it own client and risks?
• What major risks need to be disclosed and how? • Structure of transaction
• Level of Client’s organization of documents/information?
• Identify appropriate point person(s) • Have all Buyer parties signed NDA?
• What type of access should be provided (data
room/respond to document requests/provide general access to files)?
95
Regulatory Matters
• Affirmative
– Require agency approval prior to closing
• Negative
– Filing with the relevant agency with closing permitted if the agency does not act to
delay or stop the transaction within a specified time period
• Informational
– Example: Filing of notices of the issuance of unregistered securities with the
Bapepam, MOF, other relevant parties
LETTER OF INTENT DEFINITIVE AGREEMENT CLOSING
Stage 1 Stage 2 Stage 3
Find Target Engage Banker Financial Analysis Preliminary Due Diligence
Negotiate Basic Terms Target NDA
Banker Engagement Letter
Due Diligence List
D oc ume nts Bus ine ss De al Re gu lato ry Regulatory Strategy
Steps in Merger & Acquisition
Proxy Statement
Transition Preparation Closing Preparation Final Due Diligence
Third Party Consents Closing Certificates Press Release Regulatory Applications/ Approvals Complete Transition Deal with any problems Closing Filings Certificates Regulatory Approval Due Diligence Valuation Negotiate Detailed Terms Negotiate Ancillary Agreements Purchase Agreement Ancillary Agreements Press Release Regulatory Strategy/ Applications
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement
• Due Diligence
• Valuation
• Definitive Agreement
• Regulatory Approvals
98Due Diligence
• Business
• Legal
• Accounting
• Other key areas of interest
(environmental etc)
99
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
• Look for the devil in the details
• A 360 approach –
• external-internal ………. peel the onion!
• past-present-future
• scenario modeling on synergy assumptions
• Link due diligence with business planning
Due Diligence
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Look for the
devils in the
details!
• Industry / Markets
• Customers / Partners
• Competition
• People
• Suppliers
• Customer & Vendor Contracts
• Operations & Support
• Pricing and discounts
• Finance, Accounting & Taxes
Due Diligence
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
•
Contingent Liabilities
•
Corporate Controls
•
Intellectual Properties
•
Human Resources
•
Legal
•
IT – infrastructure &
applications
•
Insurance
•
Synergy – Assumption
Testing!!
Valuation
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Valuation
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Steps in Merger & Acquisition
M&A Valuation Summary (Football Field)
$34 $36 $38 $40 $42 $44 $46 $48 $50 $52 Bid Range Comparable Companies Comparable Transactions DCF DCF + Synergies LBO Break-Up Current Price 30-Day Moving Avg. 52-Week High/Low
• No magic formula
• Future cash flow
• Earnings estimates
• Assumption modeling
• Due diligence findings
• Synergy
• Set limits and stick to financial discipline
• Maintain reasonable and realistic expectations
X
Rationalization: “This deal is strategic – don’t worry, it’s all going to work out in the end no matter what price we pay.”
Wisdom: “If you stumble across too many red flags while evaluating a business, walk away!”Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Valuation
The Definitive Agreement
• Specific identities of the
parties
• What is being sold
• Price and terms
• Lengthy and detailed
representations and
warranties of the parties
• Each party’s agreements
as to its conduct up to
and beyond the closing
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
• Conditions that must be filled
before either party is obligated
to close
• Details on the time and
mechanics of closing
• Indemnities related to breaches
of the agreement or the
representations and warranties
• Dispute resolution provisions
• Miscellaneous clauses relating
to any other aspects of the sale
Standard Reps and Warranties
• Corporate organization
• Capitalization
• Authority, consents
• Regulatory matters
• Finances, accounting
• Litigation
• Taxes
• Employee matters
• Contracts
• Environmental matters
• Assets
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Ancillary Documents
• Signed at closing:
– promissory notes
– security agreements
– bills of sale
– non-competition and employment
agreements
– escrow instructions
– officers’ certificates
– legal opinions
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
Regulatory Approvals
• Apply for approvals if process has
not yet begun
108
Stage 2: Through the Definitive Purchase Agreement (cont’d)
LETTER OF INTENT DEFINITIVE AGREEMENT CLOSING
Stage 1 Stage 2 Stage 3
Find Target Engage Banker Financial Analysis Preliminary Due Diligence
Negotiate Basic Terms Target NDA
Banker Engagement Letter
Due Diligence List
Due Diligence Negotiate Detailed Terms Negotiate Ancillary Agreements, e.g., Employment Agreements Purchase Agreement Ancillary Agreements Press Release Regulatory Strategy/ Applications D oc ume nts Bus ine ss De al Re gu lato ry Regulatory Strategy
Steps in Merger & Acquisition
Proxy Statement
Transition Preparation Closing Preparation Final Due Diligence
Third Party Consents Closing Certificates Press Release Regulatory Applications/ Approvals Complete Transition Deal with any problems
Closing Filings Certificates
Regulatory Approval
Stage 3: To the Closing
• Final due diligence
• Verify no change to the representations and warranties
– If buyer discovers a material change, the buyer may
have an out and refuse to close or threatens to
abandon the transaction
• Buyer prepares for management transitions by
becoming more familiar with operations of company
• Final financing arrangements made
Stage 3: The Closing (cont’d)
The Closing Documentation
• Title documents and officers certificates
• Final director and stockholder approval
• Any necessary third-party consents
Stage 3: The Closing (cont’d)
Regulatory Matters
• Need to be finalized before
final closing can occur
• Push for any needed
consent
113