• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN FIELD STRENGTH UPPER DAN COMBINED ANTENNA PADA TRANSMISI TV 7 SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN FIELD STRENGTH UPPER DAN COMBINED ANTENNA PADA TRANSMISI TV 7 SURABAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN FIELD STRENGTH UPPER DAN

COMBINED ANTENNA PADA TRANSMISI TV 7 SURABAYA

Indra Surjati1), Endah Setyaningsih2) dan Stevanie Hermawan3)

Abstract

It has been well known that TV 7 one of TV stations in Indonesia always provides good quality of program for its clients throughout national frameworks from its head quarter in Surabaya. Field strength antenna plays important role in this service, especially its prominent parameters like antenna gain, radiation pattern as well as its radiated powers. It has been noted from this investigation that upper antenna suits for the above purpose.

Keywords : combined antenna, TV 7, radiation pattern

PENDAHULUAN

Saat ini, dunia pertelevisian di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beberapa tahun terakhir muncul banyak televisi swasta yang memberikan variasi dan inovasi baru dalam siarannya. Stasiun televisi mempunyai tantangan untuk memperoleh pemirsa sebanyak-banyaknya. Selain dengan menyediakan pilihan acara yang menarik dan inovatif, stasiun televisi juga harus memperhatikan kualitas siaran agar dapat diterima masyarakat dengan baik.

Salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan kualitas penerimaan siaran televisi adalah field strength atau kuat medan, yaitu kekuatan sinyal pancaran yang diterima oleh TV receiver di suatu tempat.

Kelayakan penerimaan siaran pada

receiver dapat diuji dengan cara mengukur field strength. Kualitas penerimaan ini

berpengaruh pada keberhasilan penyampaian informasi, sehingga informasi yang dikirim dapat diterima dengan baik, jelas dan memenuhi standardisasi, yaitu standardisasi berdasarkan International Telecommunication

Union dalam Recommendation ITU-R

BT.417-5.

Besarnya field strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain daya pemancar, ketinggian antena pemancar dan penerima,

gain antena, dan keadaan geografis pada titik

pengukuran. Sedangkan besarnya field

strength yang terukur dipengaruhi oleh jarak

dan sudut pengukuran terhadap antena pemancar. Hubungan jarak dengan field

strength diperlihatkan oleh vertical pattern

dari antena pemancar, sedangkan hubungan sudut dengan field strength diperlihatkan oleh

horizontal pattern dari antena pemancar.

Antena pemancar TV7 Surabaya merupakan antena broadband UHF polarisasi horisontal dengan panel array sebanyak 64 (enampuluh empat) panel. Keenampuluh empat panel ini disusun ke arah 4 (empat) permukaan yang masing-masing terdiri atas 16 (enambelas) panel. Delapan panel teratas dirangkai dalam satu kelompok dan disebut dengan upper antenna sedangkan delapan panel dibawahnya disebut dengan lower

antenna. Kombinasi upper dan lower antenna

disebut dengan combined antenna atau full

antenna.

1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti . 2)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

3)

(2)

52 Indra S., Endah S. dan Stevanie H.

UPPER ANTENNA

Upper antenna pada antena transmisi

TV7 Surabaya terdiri atas delapan level panel teratas di masing-masing permukaan antena. Pada penggunaan mode upper antenna, daya

output seluruhnya didistribusikan ke upper antenna sehingga upper antenna

memancarkan daya 30 kW dan lower antenna tidak memancarkan daya sama sekali, seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini.

T r a n s m i t t e r U p p e r L o w e r 30 kW 30 kW 0 kW

Gambar1. Pendistribusian daya upper antenna

Upper antenna memiliki ketinggian

229.74 meter dari permukaan tanah. Ketinggian ini diambil dari batas antara panel

array keempat dan kelima dari antena.

COMBINED ANTENNA

Combined antenna pada antena

transmisi TV7 Surabaya terdiri dari keseluruhan panel antena, yaitu sebanyak 16 level antena di masing-masing permukaan antena. Pada penggunaan mode combined

antenna, daya output dibagi oleh power distributor sehingga upper antenna dan lower antenna masing-masing mendistribusikan

daya output sebesar 15 kW, seperti pada Gambar 2. T r a n s m i t t e r L o w e r U p p e r 15 kW 15 kW 30 kW

Gambar 2. Pendistribusian daya combined

antenna

Combined antenna memiliki ketinggian

225.14 meter dari permukaan tanah. Ketinggian ini diambil dari batas panel array kedelapan dan kesembilan dari antena.

FIELD STRENGTH

Field strength atau yang disebut juga

dengan field intensity, secara umum

mempunyai pengertian sebagai kuat medan dari suatu gelombang elektrik, magnetik atau elektromagnetik di suatu titik tertentu.

Secara khusus, field strength dapat diartikan sebagai kuat medan yang diterima oleh antena receiver dari energi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh pemancar televisi pada suatu frekuensi tertentu. Dalam hal ini, field strength gelombang elektromagnetik mempunyai besaran dBμV/meter.

(3)

Energi gelombang elektromagnetik terbagi dalam bentuk medan magnet dan medan listrik, sehingga energi gelombang elektromagnetik (U) sama dengan penjumlahan dari energi medan listrik (UE)

dan medan magnet (UM), yaitu:

M

E U

U

U = + (1)

Energi gelombang elektromagnetik (U) inilah yang akan dipancarkan dan diterima oleh antena.

Pada titik pengukuran field strength,

field strength meter akan mendeteksi beberapa

kekuatan energi gelombang elektromagnetik (U) dalam dBμV. Untuk mengetahui field

strength gelombang elektromagnetik (E) pada

saat diterima oleh antena penerima, energi gelombang elektromagnetik (U) dimasukkan ke dalam persamaan:

E (dBμV/m) = U (dBμV) + 20 log f (MHz) – G (dB) + a (dB) – 32

... (2)

dengan :

E (dBμV/m) : field strength gelombang elektromagnetik

U (dBμV) : energi gelombang elektro-magnetik

f (MHz) : frekuensi gelombang G (dB) : gain antena penerima a (dB) : cable losses antara antena

penerima dan field

strength meter

STANDARISASI FIELD STRENGTH MENURUT ITU

Dalam pengukuran, digunakan suatu standardisasi berdasarkan rekomendasi dari

International Telecommunication Union

(ITU), yaitu Recommendation ITU-R

BT.417-5 yang berjudul Minimum Field Strengths for

Which Protection May be Sought in Planning an Analogue Terrestrial Television Service.

Rekomendasi ini dikeluarkan dengan tujuan agar dalam perencanaan suatu siaran televisi dalam band I, III, IV dan V dapat terhindar dari interferensi. Standardisasi berdasarkan rekomendasi ITU tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang merupakan standar

field strength pada ketinggian 10 meter diatas

permukaan tanah.

Tabel 1. Recommendation ITU-R BT.417-5

Band I II IV V

dB (μV/m) +48 +55 +65 +70 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

Titik pengukuran diambil pada jarak 6 km dengan sudut 315º sampai 135º terhadap antena pemancar. Titik-titik pengukuran pada lokasi ini disebut dengan Lokasi I.

Titik pengukuran diambil pada sudut 45° dari antena pemancar dalam suatu garis lurus. Jarak antar titik pengukuran sebesar 1, 2 dan 3 km pada radius 1 sampai 10 km dari pemancar, dan setiap 5 km pada radius 10 sampai 45 km dari pemancar. Titik pengukuran pada lokasi ini disebut dengan Lokasi II. Sedangkan titik-titik yang diambil pada sudut pengukuran 185º sampai dengan 315º terhadap antena pemancar disebut dengan Lokasi III. Titik-titik pengukuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Analisis Lokasi 1

Pada lokasi I diadakan pengukuran untuk 2 (dua) mode antena, yaitu upper

antenna dan combined antenna. Berdasarkan

hasil pengukuran diperoleh rata-rata hasil yang tertera pada alat ukur (energi gelombang elektromagnetik) seperti pada Gambar 4 dan rata-rata field strength gelombang

(4)

54 Indra S., Endah S. dan Stevanie H.

Data hasil perhitungan field strength pada Lokasi I dapat dibuat dalam suatu

pattern. Pattern ini berguna untuk

menunjukkan besarnya field strength yang terukur berdasarkan sudut pengukuran terhadap antena pemancar. Gambar pattern Lokasi I dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, maka dapat diketahui performa siaran televisi pada Lokasi I. Menurut hasil pengukuran dan perhitungan secara keseluruhan pada Lokasi I diperoleh :

1. Nilai energi gelombang elektromagnetik

dan field strength gelombang

elektromagnetik untuk upper antenna memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan combined antenna. 2. Nilai field strength gelombang

elektromagnetik untuk Lokasi I telah memenuhi standar International

Telecommunication Union dalam Recommendation ITU-R BT.417-5. Dalam

standar tersebut, nilai minimum field

strength yang harus dipenuhi adalah

15 20 25 30 35 40 10 7 4 2 1 10o 315o 135o

Gambar 3. Titik pengukuran

72.50 73.00 73.50 74.00 74.50 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00 77.50 UPPER COMBINED Mode Antena U (d B μV) 94.00 94.50 95.00 95.50 96.00 96.50 97.00 97.50 98.00 98.50 99.00 UPPER COMBINED Mode Antena E ( d B μV/ meter)

Gambar 4. Perbandingan energi gelombang elektromagnetik pada Lokasi I

Gambar 5. Perbandingan field strength gelombang elektromagnetik pada Lokasi I

(5)

Perbandingan field strength upper dan combined pada transmisi TV 7 Surabaya 55

sebesar 70 dBμV/meter. Nilai rata-rata yang diperoleh untuk upper antenna sebesar 98,00 dBμV/meter dan untuk

combined antenna sebesar 95,39

dBμV/meter.

Jarak 6 km memiliki angle of

depression untuk upper antenna sebesar

2,1928 dan untuk combined antenna sebesar 2,1498. Menurut vertical pattern dari antena pemancar tersebut, jarak 6 km termasuk dalam bagian 2, yaitu bagian dimana upper

antenna memiliki nilai field strength yang

lebih tinggi daripada combined antenna. Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa untuk jarak 6 km nilai rata-rata field

strength menunjukkan hasil yang lebih besar

untuk upper antenna. Hal ini berbeda dengan

hipotesis yang berdasarkan teori bahwa semakin besar gain suatu antena, maka besarnya field strength yang terukur akan semakin besar. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa selain faktor gain, besarnya field strength yang terukur juga dipengaruhi oleh faktor pattern suatu antena.

Analisis Lokasi II

Pada lokasi II diadakan pengukuran untuk 2 (dua) mode antena, yaitu upper

antenna dan combined antenna. Berdasarkan

hasil pengukuran diperoleh rata-rata hasil yang tertera pada alat ukur (energi gelombang elektromagnetik) seperti Gambar 7 dan rata-rata field strength gelombang elektromagnetik seperti Gambar 8. 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 E (dBμV/m) I.1

I.6 I.5 I.4

I.3 I.2 I.7 I.8 I.9 I.10 I.11 I.12 I.13 I.14 Keterangan :

Field Strength Upper Field Strength Combined

(6)

56 Indra S., Endah S. dan Stevanie H. 65.00 65.50 66.00 66.50 67.00 67.50 68.00 68.50 69.00 UPPER COMBINED Mode Antena U (dB μV)

Gambar 7 Perbandingan energi gelombang elektromagnetik pada Lokasi II

86.00 86.50 87.00 87.50 88.00 88.50 89.00 89.50 90.00 UPPER COMBINED Mode Antena E (dB μV/ mete r)

Gambar 8 Perbandingan field strength gelombang elektromagnetik pada Lokasi II

Sedangkan untuk mengetahui kecenderungan besarnya energi dan field

strength gelombang elektromagnetik yang

terukur berdasarkan jarak pengukuran, berikut ini disajikan Trend energi gelombang elektromagnetik pada Gambar 9 dan Trend

field strength gelombang elektromagnetik

pada Gambar10.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, maka dapat diketahui performa siaran televisi pada Lokasi II. Menurut hasil pengukuran dan perhitungan secara keseluruhan pada Lokasi II diperoleh :

1. Nilai energi gelombang elektromagnetik

dan field strength gelombang

elektromagnetik untuk combined antenna memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan upper antenna.

2. Nilai field strength gelombang

elektromagnetik untuk Lokasi II telah memenuhi standar International

Telecommunication Union dalam Recommendation ITU-R BT.417-5. Nilai

rata-rata yang diperoleh untuk upper

antenna sebesar 87,52 dBμV/meter dan

untuk combined antenna sebesar 89,64 dBμV/meter.

3. Perhitungan Trend untuk energi

gelombang elektromagnetik dan field

strength gelombang elektromagnetik

menunjukkan kecenderungan menurun.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa untuk pengukuran pada suatu garis lurus dengan sudut 45° terhadap antena pemancar, nilai rata-rata field strength menunjukkan hasil yang lebih besar untuk

combined antenna. Hal ini membuktikan

bahwa gain suatu antena menentukan

besarnya field strength yang terukur.

Perhitungan Trend yang menunjukkan kecenderungan menurun menunjukkan bahwa semakin jauh jarak antara antena pemancar dan penerima maka field strength yang terukur juga akan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh jaraknya maka kualitas penerimaan siaran televisi akan semakin menurun.

Analisis Lokasi III

Pada lokasi III diadakan pengukuran untuk 2 (dua) mode antena, yaitu upper

antenna dan combined antenna. Berdasarkan

hasil pengukuran diperoleh rata-rata hasil yang tertera pada alat ukur (energi gelombang elektromagnetik) seperti Gambar 11 dan rata-rata field strength gelombang elektromagnetik seperti Gambar12.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, maka dapat diketahui performa siaran televisi pada Lokasi III. Menurut hasil pengukuran dan perhitungan secara keseluruhan pada Lokasi III diperoleh:

(7)

1. Nilai energi gelombang elektromagnetik

dan field strength gelombang

elektromagnetik setelah dilakukan perubahan distribusi daya lebih besar daripada sebelum dilakukan perubahan distribusi daya. Hal ini terjadi baik untuk

upper antenna maupun combined antenna.

2. Setelah dilakukan perubahan distribusi daya, energi gelombang elektromagnetik

dan field strength gelombang

elektromagnetik untuk upper antenna memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan combined antenna. 3. Nilai field strength gelombang

elektromagnetik untuk Lokasi III setelah dilakukan perubahan distribusi daya telah memenuhi standar International

Telecommunication Union dalam

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 II.6 II.7 II.8 II.9 II.10 II.11 II.12 Lokasi U ( d B μV) Upper Combined

Gambar 9. Trend energi gelombang elektromagnetik pada Lokasi II

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 II.6 II.7 II.8 II.9 II.10 II.11 II.12 Lokasi E (dB μV/me te r) Upper Combined

(8)

58 Indra S., Endah S. dan Stevanie H.

Recommendation ITU-R BT.417-5. Nilai

rata-rata yang diperoleh untuk upper

antenna sebesar 99,34 dBμV/meter dan

untuk combined antenna sebesar 98,69 dBμV/meter.

Data hasil perhitungan field strength pada Lokasi III dapat dibuat dalam suatu

pattern. Pattern ini berguna untuk

menunjukkan besarnya field strength yang terukur berdasarkan sudut pengukuran terhadap antena pemancar. Gambar pattern Lokasi III dapat dilihat pada Gambar13.

KESIMPULAN

a. Pada pengukuran di Lokasi I didapatkan nilai rata-rata field strength gelombang elektromagnetik untuk upper antenna lebih besar daripada combined antenna. b. Pada pengukuran di Lokasi II didapatkan

nilai rata-rata field strength gelombang elektromagnetik untuk upper antenna lebih kecil daripada combined antenna. c. Pada pengukuran di Lokasi II

menunjukkan bahwa semakin jauh jarak pemancar dan penerima maka field

strength gelombang elektromagnetik

menunjukkan kecenderungan menurun. 73.00 74.00 75.00 76.00 77.00 78.00 79.00

SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH

UPPER COMBINED

Mode Antena

U (d

B

μV)

Gambar 11. Perbandingan energi gelombang elektromagnetik pada Lokasi III

94.00 95.00 96.00 97.00 98.00 99.00 100.00

SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH

UPPER COMBINED

Mode Antena

E (dB

μV/

meter)

(9)

d. Pada pengukuran di Lokasi III didapatkan nilai energi gelombang elektromagnetik

dan field strength gelombang

elektromagnetik yang lebih besar untuk keadaan setelah dilakukan perubahan distribusi daya.

e. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan diperoleh bahwa nilai field

strength gelombang elektromagnetik pada

ketiga lokasi pengukuran telah memenuhi standar International Telecommunication

Union dalam Recommendation ITU-R BT.417-5.

f. Mengingat luas jangkauan daerah kota Surabaya sebagai target utama siaran TV7

yang relatif sempit, maka mode antena yang cocok digunakan adalah upper

antenna.

Referensi

C. A. Balanis. Antenna Theory, Analysis and

Design. 2nd edition. Republic of Singapore: John Wiley & Sons, 2001. R. Collin. Antennas and Radiowave

Propagation. International Edition.

Republic of Singapore: Mc. Graw Hill, 1986.

Broadcast Antenna UHF TV Model PHP64U2221, Surabaya, Indonesia. 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 E (dBμV/m) III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 III.6 III.7 III.8 III.9 III.10 Keterangan :

Field Strength Upper Sebelum

Field Strength Upper Sesudah

Field Strength Combined Sebelum

Field Strength Combined Sesudah

Gambar 13. Pattern Lokasi III

(10)

60 Indra S., Endah S. dan Stevanie H.

Melbourne: Radio Frequency System PTY LTD, 2002.

Recommendation ITU-R BT.417-5. Minimum

Field Strengths for Which Protection

May be Sought in Planning an Analogue Terrestrial Television Service. Geneva:

ITU, 2002.

Gambar

Gambar 2. Pendistribusian daya combined  antenna
Gambar 3. Titik pengukuran
Gambar 6.  Pattern Lokasi I
Gambar 7  Perbandingan energi gelombang  elektromagnetik pada Lokasi II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran ini dapat kita pahami sebagai pembelajaran yang dapat diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Jadi, model pembelajaran ini

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen di lakukan dengan menggunakan lem.. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter

Sungguhpun begitu, peningkatan bagi setiap konstruk dalam kemahiran berfikir kritikal dalam kajian ini antara ujian pra, ujian pasca dalam kajian ini adalah konsisten dengan

Keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan sekolah perempuan desa Sumberejo terihat dari penerapan setelah melakukan srangkaian kegaiatan dan materi yang berkaitan

Presepsi Konsumen Terhadap Kualitas Bakpao Telo Dengan Metode Importance Performance Analysis Imam Santoso, Aunur RM, Sukma Mahrani JURNAL TEKNOLOGI

1. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan/Atau Lahan di Kalimantan Selatan. Penetapan Status Siaga

Pada instrumen piano yang memiliki sedikit frekuensi harmonik, pitch detection tidak dapat menebak data yang dihasilkan setelah filter menghilangkan nada dan semua harmoniknya. Pada

Menurut Zainal dkk (2015:164) Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampiran di luar sistem pendidikan