• Tidak ada hasil yang ditemukan

Haznamelia LOST CONTACT. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Haznamelia LOST CONTACT. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Haznamelia

LOST CONTACT

Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

(2)

LOST CONTACT Oleh: Haznamelia Copyright © 2014 by Haznamelia Penerbit Nulisbuku Nulisbuku.com admin@nulisbuku.com Desain Sampul: Dy Lunaly Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com

(3)

Ucapan Terimakasih:

Terima kasih banyak untuk yang sudah mendukung aku dalam hal penulisan novel ini. First, for my almighty Allah. Thanks for your blessing everyday!

Semua keluarga, teman-teman, dan siapapun yang tanpa sengaja sudah menjadi inspirasiku untuk menyelesaikan novel ini. Semoga ini awal yang baik dan semoga aku bisa meluncurkan novel-novel berikutnya, Amin!

Special thanks buat Kak Dy yang sudah mau men-design-kan covernya buat aku. Makasih, Kak!

Dan terima kasih untuk kamu yang sudah memilih novel ini sebagai bacaan sehari-hari. Semoga sukak!♥

Pssst! Novel ini hanya fiktif ya. Tapi ada sedikit pengalaman pribadi dan curhatan aku loh! Hehehehe...

Love, Haznamelia

(4)

Lost

(5)

Bab 1

I always trying to love everything I have.

Hari ini mendung menguasai langit Jakarta—yang biasanya terang benderang dan panas—sejak pagi. Aku khawatir kalau-kalau hujan akan turun dan menghalangi langkahku menuju tempat kerja. Dunia kerja sama sekali berbeda dengan zaman sekolah dulu. Disekolahku dulu, jika hujan, guru-guru akan memaklumi kalau anak muridnya terlambat beberapa jam atau bahkan tidak masuk sekolah. Tapi ditempat kerjaku sekarang, sakitpun diharamkan. Aku pun bersiap-siap lebih awal dari biasanya, kebetulan hari ini aku kena

shift masuk siang yang jam kerjanya dari pukul dua siang sampai pukul sepuluh malam.

Setelah selesai bersiap-siap, aku keluar kamar dan menuju ruang tamu. “Ayo, Pa, kita berangkat sekarang aja.” Seruku. Papa tadi habis meeting mendadak direstoran dekat rumah, beliau tidak langsung kekantor tetapi mampir kerumah dan katanya ingin mengantarkanku pergi bekerja.

“Bener nih berangkat sekarang? Gak kepagian?” Tanya beliau belum yakin.

“Pa, gak liat tuh awan udah ngerengek-rengek pengen muntah air?” Aku malah balik bertanya dengan sinis. Masalahnya aku bukan bekerja dikantor, tapi dimal. Kalau karyawan, tidak boleh masuk melalui pintu utama atau pintu yang biasanya dimasuki customer. Tapi menaiki tangga karyawan

(6)

yang berada dibagian belakang mal, cukup jauh kalau berjalan kaki. Dan sayangnya memang harus berjalan kaki. Sepeda motor atau mobil tidak boleh parkir disana.

Papa menurut. Beliau menggandengku berjalan menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah. Setelah berdadah-dahan dengan Mama, kami pun meluncur menuju tempat kerjaku.

Kami melintasi jalan yang hampir setiap hari kulewati. Aku memandang sekeliling, cukup bosan dengan pemandangan yang itu-itu saja. Jarak rumahku dari mal tempatku bekerja tidak jauh, sekitar sepuluh sampai lima belas menit perjalanan saja (kalau tidak macet), makanya Papa bersedia mengantarkanku ditengah jam kerjanya.

Sudah setahun belakangan aku bekerja di PT Moonstar Departmen Store sebagai pramuniaga. Setelah lulus SMA, aku bersikeras untuk tidak kuliah dan memilih terjun kedunia kerja. Papa dan Mama bolak-balik membujukku untuk melanjutkan pendidikan, tapi aku tak lelah menolak permintaan mereka, “Kuliah bisa nyusul, Pa, Ma. Aku belum mau kuliah dulu, mau kerja aja.” Sahutku. Akhirnya Papa dan Mama pun menyerah dan mencoba menerima keputusanku walau sangat terlihat terpaksa.

Saat interview dengan Bu Ana (staff HRD Moonstar), beliau menyuruhku membuat Surat Izin Bekerja, karena usiaku masih tujuh belas tahun. Pramuniaga minimal usianya harus sembilan belas tahun. Jadi aku bisa diterima, tapi harus benar-benar mendapat izin dari orang tua dan memberikan surat izin itu kepada perusahaan.

“Pulang jam berapa, Jen?” tanya Papa setelah mobilnya terparkir disamping mal.

(7)

“Belum tau, Pa. Paling setengah sebelas.” Toko Moonstar memang suka korupsi waktu. Karyawan memang dijanjikan pulang pukul sepuluh malam, namun sampai sekarang aku belum pernah merasakan keluar dari pintu karyawan tepat pukul sepuluh. Selalu ngaret.

“Dijemput Papa atau nebeng temen?” tanya Papa lagi.

“Ehm,” aku berpikir sejenak. “Nanti kalo aku minta jemput, aku telepon deh.”

“Yaudah,” Papa mengelus rambutku. “Semangat ya kerjanya!” Seru Papa seakan memberikan kobaran semangat kepadaku.

Aku terkekeh, “Harus semangat dong, Pa.” Jawabku. Aku mencium tangan Papa, lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju tangga karyawan.

Aku melirik jam tanganku, baru jam setengah dua belas. Aku terkikik, rajin amat jam segini sudah ditempat kerja. Biasanya, lima menit sebelum bel tanda penutupan pintu karyawan, aku baru menampakkan diri.

“Lah, kamu kena shift apa?” Tanya Security yang berjaga dipintu karyawan.

“Masuk siang, Pak. Tapi takut kejebak ujan jadi berangkat jam segini.” Jelasku sebelum beliau bertanya lagi.

“Wah, tumben banget!” Beliau terbahak seakan-akan ini keajaiban dunia. Memang sih aku suka datang beberapa menit sebelum bel, tapi bukan cuma aku! Masih banyak yang bahkan sering terlambat.

(8)

Aku bergegas masuk kedalam, keruang loker. Setelah sampai, aku langsung mengeluarkan ponselku dari tas dan mengirimkan BBM kepada Eni, teman terdekatku ditempat kerja.

Lo dimana, Ni? Eni seumuran denganku, paling hanya berjarak

beberapa bulan.

Balasannya muncul dua menit kemudian, Dikos lah! Kenapa

Jeanice-ku yang cantik? Kangen? Aku mendelik geli, Eni memang seperti itu.

Gue udah ditempat kerja nih. Kesini dong, Eni-ku sayang! Aku

membalas menggodanya.

Hah? Lo udah ditempat kerja? Kesambet apaan, Jen?

Bawel banget! Please, jangan lebay. Lo gak liat langit apa? Aku

paling sebal jika kebiasaan burukku diungkit-ungkit.

Ngapain liat langit? Emang ada bintangnya? Errr, berbicara dengan

Eni harus dipenuhi kesabaran. Aku sudah kebal dengan otak lemotnya itu.

Coba tengok deh. Mendung parah! Kalo gak mau basah kuyup sampai mal nih, mending lo berangkat sekarang.

Kali ini tidak ada balasan dari Eni, sepertinya ia sedang keluar kamar kosnya dan melihat langit, memastikan apa yang kubilang tadi. Huh, dasar lemot.

Aku kembali melirik jam tanganku, 11.45. Kantin pasti belum buka. Karena biasanya ibu-ibu yang membawa makanan-makanan penuh kolesterol yang mereka masak dari rumah itu akan datang jam dua belas. Aku pun berjalan menuju kantin untuk numpang nonton TV. Sesuai dugaan, senyap.

(9)

Namun TV menyala, sepertinya tadi ada cleaning service yang menonton TV dan lupa mematikannya.

Aku larut dalam siaran musik di TV, entah sudah berapa puluh menit aku duduk dikantin. Lalu tiba-tiba seperti ada suara langkah kaki mendekat. Dan...

“DORRR!!” teriakan seseorang dari belakang membuatku nyaris melompat dari kursi yang kududuki.

“KAMPRET BANGET LO, NI!!!” Teriakku membalas. Ternyata si kupret itu tidak membalas BBM-ku lagi karena sedang bersiap-siap berangkat ketempat kerja.

“Hehehe...” ia terkekeh tanpa merasa bersalah. “Kok sendirian aja, Jen?” “Kira-kira kenapa ya, Ni?” tanyaku sinis. Tawanya mengeras dan ia duduk disampingku menghadap TV.

“Eh, Jen, udah denger gosip baru belom? Katanya Radit sama Kak Shinta pacaran loh. Tau gak gosipnya?” Ucapnya dengan mata melotot menghadap kearahku. Ia begitu bersemangat menceritakan ini dan menunggu respons yang akan kuberikan.

“Masa sih pacaran?” Tanyaku kurang yakin. “Gue taunya mereka tuh cuma deket aja. Kak Shinta kan emang seru orangnya.”

“Tapi mereka pernah berangkat ketempat kerja bareng, Jen. Boncengan lagi pake motor Radit.” Jawabnya masih dengan semangat berapi-api.

“Masa sih, Ni?!” Kali ini ekspresi shock-ku tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Aku tidak menyangka kalau mereka benar-benar akan meresmikan

(10)

hubungan. Kukira hubungan mereka selama ini hanya sebatas teman kerja saja. Memang sih, mereka sering terlihat berduaan dalam beberapa kesempatan. Diam-diam aku juga sering menanyakan hal itu pada rekan-rekan kerja yang lain, dan jawaban mereka sama, Radit dan Kak Shinta hanya sebatas „dekat‟ saja, tidak „pacaran‟. Tapi kalimat Eni hari ini membuat sedikit entakan diperutku.

Ehem, sebenarnya aku belum cerita ya Radit itu siapa?

Radit itu adalah cowok manis, cakep, unyu, yang sudah kutaksir sejak hari pertama aku bekerja disini. Ia juga seumuran denganku, hanya beda dua hari. Ia ditanggal 15, dan aku ditanggal 17. Namun kisah kami sampai saat ini hanya sampai sebatas teman, tidak lebih.

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya RAM dapat ditulis dan dibaca, berlawanan dengan ROM (read-only-memory), RAM biasanya digunakan untuk penyimpanan primer (memori utama) dalam komputer untuk digunakan

Dalam penggunaan e-business, perusahaan perlu untuk membuka data pada sistem informasi mereka agar perusahaan dapat berbagi informasi dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier

Azhar Arsyad (2013:2) mengemukakan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa metode LibQual+™ bermanfaat untuk mengetahui pelayanan yang perlu perbaikan, mengembangkan pelayanan, dan memeriksa kinerja

Penelitian ini merupakan penelitian case control yang dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil perawatan ortodonti maloklusi skeletal Klas I dengan menggunakan

Simpulan : pada sejumlah kecil dari remaja yang diteliti, persentase lemak tubuh merupakan faktor risiko ringan bagi terjadinya ketidakteraturan siklus menstruasi,

Ini bermakna, mana-mana calon yang hendak menduduki peperiksaan ECI hanya perlu mendaftarkan diri dengan syarikat yang akan mengendalikan peperiksaan tersebut, dan

Untuk mencapai keluarga sakinah mawadah warahmah warabbul ghafur yang mampu menghadapi tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam membina keluarga terdapat