• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tanaman Tembakau ( Nicotinae tabaccum L. ) Tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tanaman Tembakau ( Nicotinae tabaccum L. ) Tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika Tanaman Tembakau ( Nicotinae tabaccum L. )

Tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta

Sub divisia : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Personatae

Famili : Solanaceae

Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabaccum L.

(Matnawi, 1997).

Botani Tanaman tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur sepanjang 0,75 m. Selain akar tunggang terdapat bulu-bulu akar dan serabut. Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap air yang

berlebihan karna dapat menggannggu akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997).

(2)

Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Ketebalan daun yang berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 1998).

Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing-masing tandan berisi samapi 15 bunga. Bunga berbentuk terompet yang panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya sedangkan yang lain berwarna putih. Bunga tembakau akan mekar secara berurutan dari yang paling tua ke paling muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan biji-biji perkembangbiakan (Cahyono, 1998).

Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang membesar. Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putik dengan sebuah kepala putik diatasnya (Tim Penulis, 1993).

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong daun berukuran yang kecil, didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir biji. Tiap-tiap batang tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu pembuahan, buah tembakau telah jadi masak, biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat

(3)

berkecambah bila disemaikan, sehingga biji-biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi kira-kira 2-3 minggu untuk berkecambah. Untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah

masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Abdullah dan Soedarmanto, 1998).

Syarat Tumbuh.

Tanah

Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda-beda, namun ada syarat khusus yang dikhendaki olen setiap jenis tembakau. Tembakau cerutu dataran rendah seperti tembakau Deli menghendaki tanah yang banyak mengandung humus. Cerutu dataran tinggi seperti besuki menghendaki tanah subur yang berasal dari gunung berapi. Tembakau Deli banyak ditanam pada

tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan humus 16% dan pH 5-5,6 (Matnawi, 1997).

Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah aluvial adalah liat atau berpasir dengan kandungan pasir 50% dengan tekstur debu. Struktur tanah yang baik untuk budidaya tembakau adalah gembur. Karena tanah yang demikian itu memudah pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan peredaran udara didalam tanah sehingga dapat mencegah menggenangnya air (Matnawi, 1997).

Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendaki ketinggian tempat penanaman yang berbeda-beda. Jenis tembakau cerutu menghendaki daun yang tipis dan elastis. Daerah – daerah yang cocok untuk penanaman tembakau cerutu adalah daerah dataran rendah. Misalnya, daerah

(4)

Klaten dengan ketinggian tempat 120 – 130 m dpl, daerah Deli dengan ketinggian 120 – 200 m dpl (Tim Penulis, 1993).

Iklim

Keadaan temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21 – 32,3º C (Cahyono, 1998).

Curah hujan yang di butuhkan antara tembakau yang satu dengan yang lain nya tidak sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Misalnya tembakau cerutu menghendaki curah hujan berkisar antara 1500 – 2000 mm pertahun . Artinya untuk setiap tahunnya areal daerah tembakau harus dapat mendapatkan siram ari hujan sebanyak 1500 – 2000 mm. Untuk pengelolahan tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan penanaman nya diusahakan pada waktu musim kemarau (Matnawi, 1997).

Kelembaban udara baik untuk diketahui guna memperhitungkan saat merajalelanya perkembangan jamur seperti penyakit patik. Kelembaban udara berpengaruh pula pada lamanya pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara yang baik berkisar anatar 62 – 85% (Matnawi, 1997).

(5)

Penyakit Bercak Daun Pada Tembakau (C. nicotinae Ell. et Ev.)

Biologi Penyakit.

Menurut Anonimus, (2010) penyakit bopeng atau patik pada tanaman tembakau disebabkan oleh jamur C. nicotinae Ell. et Ev. Jamur ini dalam klasifikasinya termasuk: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Dothideomycetes Subclass : Dothideomycetidae Order : Capnodiales Family : Mycosphaerellaceae Genus : Cercospora Spesies : C. nicotinae

Jamur Cercospora mempunyai konidiofor berwarna coklat yang bersekat-sekat dengan ukuran 20 s/d 600 x 5 µm. Konidiofor berbentuk panjang, agak membengkak dan mempunyai sekat yang banyak serta tidak berwarna (hyalin). Konidia mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu sekitar 25 s/d 370 x 6,1 µm (Erwin,1997).

(6)

Gambar 1: Bentuk jamur C.nicotianae dan infeksi jamur ke dalam jaringan daun Sumber: Erwin (1997).

Keterangan :

1 = sekat konidia 4. = miselium

2 = konidia 5. = jaringan tanaman

3 = konidiofor (Erwin, 1997).

Gejala Serangan.

C.nicotianae dapat berkembang sejak dipembibitan, tanaman di lapangan, bahkan setelah yang daun di petik dan selama proses pengeringan daun tembakau dibangsal/ gudang. Daun yang sakit mempunyai bercak-bercak garis tengahnya dapat mencapai 2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat lalu menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan berlubang. Ditengah-tengah bercak terdapat titik – titik hitam yang sangat halus yaitu berupa kumpulan konidiofor jamur. Bercak biasanya terjadi pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun yang telah matang, karena umumnya daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun-daun-daun yang masih muda (Semangun, 2000).

2 3 1

4 5

(7)

Meskipun demikian bila cuaca lembab dan mendukung untuk perkembangan jamur serta penyakit sudah menyebar secara luas, maka serangan dapat terjadi juga pada daun-daun yang muda. Di Deli daun tembakau yang

terdapat bercak putih disebut dengan bopeng putih. Bila konidia

C.nicotianae jatuh pada daun tembakau yang akan dipetik, konidia ini akan melekat pada daun dan selanjutnya berkembang pada waktu daun digantung didalam bangsal. Udara diantara daun-daun ini yang lembab sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan yang disebut “bercak gudang “atau”bopeng hijau” (Erwin, 1997).

Gambar 2. Gejala Serangan C. nicotianae

(8)

Jamur patik mengadakan infeksi melalau mulut kulit. Agar konidium dapat berkecambah pada permukaan daun, disitu harus ada air. Konidium disebarkan oleh angin atau percikan air. Jamur patik dapat bertahan lama dalam sisa tumbuhan tembakau, misalnya batang-batang tembakau yang sudah kering.

C.nicotianae mempunyai banyak tumbuhan inang. Konidium jamur ini dapat ditularkan ke 19 macam tumbuhan, antara lain terung (Solanum

melongena L.), Cabai (Capsicum annum L.), dan kecubung (Datura stramonium L.) (Semangun, 2000).

Perubahan cuaca dari panas kemusim hujan sangat cepat memacau perkembangan penyakit ini, terlebih lagi bila peristiwa itu berlangsung pada bulan juni di Sumatera atau tepatnya didaerah Deli (Erwin, 1997).

Jamur ini menginfeksi tanaman melalui mulut daun(stomata). Untuk dapat berkecambah konidia membutuhkan air. Konidia menyebar oleh angin ataupun

percikan air. Sporulasi jamur pada permukaan daun terjadi pada suhu 18-27 º C (Semangun, 2000).

Jamur C. nicotinae dapat mempertahakan diri dalam waktu yang lama pada sisa-sisa tanaman tembakau, misalnya batang atau daun yang sudah kering. Bila melekat pada biji tembakau C.nicotianae dapat hidup sampai satu tahun (Erwin, 1997).

Konidia dapat juga mempertahakan didalam tanah yang halus seperti tanah

debu hitam. C.nicotianae mempunyai banyak inang, antara lain terong (Solanum melongena), cabai (Capsicum annum), kecubung (Datura stramonium)

(9)

Pengalaman sewaktu menanam tembakau dibekas areal yang telah dirotasikan dengan kelapa sawit selama 25 tahun, ternyata tanaman tembakau masih terserang penyakit bopeng ini (Erwin, 1997).

Pengendalian

Usaha pengendalian ataupun preventif yang dapat dilakukan untuk menekan perkembangan C.nicotianae ini antara lain.

1. Pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau dilapangan sehabis musim tanam. Dengan usaha sanitasi ini diharapkan agar jamur tidak mempunyai kesempatan mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman.

2. Pemeriksaan bibitan terhadap gejala penyakit bopeng dan bila terdapat bibit yang terkena penyakit agar dimusnahkan dan tidak ditanam dilapangan.

3. Daun-daun bawah yang sudah terkena penyakit bopeng agar segera dipetik supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya.

4. Bila sudah saatnya panen maka daun harus segera dikutip. Hindari untuk menunda-nunda pemetikan daun bila cuaca berubah dari panas ke dingin (musim hujan).

5. Pengendalian dengan menggunakan fungisida untuk menekan serangan

C.nicotianae merupakan tindakan preventif, untuk itu pengendalian dini sejak dipembibitan sampai panen sangat dianjurkan.

6. Jangan biarkan satu titik C.nicotianae pada daun tembakau di lapangan, bila terlihat harus segera dipetik atau diceplok, sehingga tidak menyebarkan spora ke daun yang lain atau terbawa sampai ke bangsal/gudang fermentasi.

(10)

7. Penyemprotan dengan fungisida harus tepat sasaran, sebaiknya penyemprotan dilakukan pada bagian bawah daun, agar spora atau jamur yang akan masuk melaui stomata akan dihambat.

8. Banyak fungisida yang mampu mengendalikan dan mengobati penyakit

C.nicotianae ini, ada yang bersifat kontak dan ada yang bersifat sistemik, tetapi sebaiknya gunakanlah fungisida kontak dan sistemik secara bergantian. Hal ini untuk menghindari resistansi penyakit terhadap fungisida yang diberikan.

9. Benih tembakau yang akan digunakan untuk bibit, sebaiknya di simpan dalam botol yang tertutup rapat, ditempatkan dalam tabung kapur selama setahun lebih untuk menghindari perkembangan spora C.nicotianae.

(Semangun, 2000).

Fungisida Nabati

Sirih (Piper betle L.)

Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri, zat penyamak, cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Komposisi kimia pada tanaman sirih yaitu, saponi, flafonida dan polypenol mampu memberikan ketahanan pada tanaman. Senyawa fenol yang terkandung pada daun sirih dapat berfungsi sebagai penahan serangan patogen. Dengan cara menghambat sporulasi dari patogen, sehingga tanaman dapat berlindung (Hendra dkk, 1995).

Ekstrak daun sirih telah dikembangkan dalm beberapa bentuk sediaan misalnya pasta gigi, sabun, obat kumur karena daya antiseptiknya. Sediaan perasan, infus, ekstrak air-alkohol, ekstrak heksan, ekstrak kloroform maupun

(11)

ekstrak etanol dari daun sirih mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap gingivitas, plak dan karies (Sari,Retno dan Dewi, 2006).

Serai (Androprogon nardus L.)

Serai dapat berfungsi sebagai insektisida dan fungisida yang mengandung bahan aktif atsiri yang terdiri dari senyawa sintral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metil heptenon dan dipentena. Serai menghasilakan minyak pati yang dikenal sebagai ‘citronella oil’. Minyak sitronela mengandung dua bahan kimia penting yaitu sitronelal dan geraniol. Sitronelal dan geraniol digunakan untuk bahan dasar pembuatan ester-ester seperti hidroksi sitronelal, genaniol asetat dan mentol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan banyak di gunakan dalam industri wangi-wangian (Kardinan, 2004).

Mimba (Azadirachta indica)

Mimba (Azadirachta indica) mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul karena dapat menganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga. Mimba mempunyai spectrum yang luas efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih dll. Disamping itu dapat juga mengendalikan jamur (fungsida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan anatara lain penyebab embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, jamur karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada

(12)

embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal perkembangan serangga disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar dapat diserap tanaman untuk mengendalikan serangga dalam tanah (Galingging, 2010).

Pada tumbuhan daun mimba yang digunakan adalah daun mimba yang masih segar. Daun mimba yang digunakan sebanyak 100 gr. Selanjutnya dihancurkan dengan cara diblender dan ditambahkan pelarut 1 liter air. Fungisida nabati diendapkan selama ± 24 jam. Kemudian disaring agar dapat fungisida nabati yang siap diaplikasikan (Sumartini dan Yusmani, 2001).

Daun sereh dipilih yang bermutu baik, dengan cara memperhatikan ukuran dan aromanya. Fungisida nabati dari sereh wangi dapat dilakukan dengan cara ; daun sereh yang masih segar ditimbang sebanyak 100 gr kemudian dipotong-potong, selanjutnya diblender dengan pelarut 1 liter air. Fungisida nabati diendapkan selama ± 24 jam kemudian disaring agar didapat fungisida nabati yang siap diaplikasikan (Sumartini dan Yusmani, 2001).

Daun sirih disediakan sebanyak 100 gr. Pembuatan fungisida nabati daun sirih dilakukan dengan cara dibelender dengan pelarut 1 liter air. Fungisida nabati diendapkan selama ± 24 jam kemudian disaring agar didapat fungisida nabati yang siap diaplikasikan (Hendra dkk, 1995).

Gambar

Gambar 1: Bentuk jamur C.nicotianae dan infeksi jamur ke dalam jaringan daun  Sumber: Erwin (1997)
Gambar 2. Gejala Serangan C. nicotianae

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana pendapat Sills yang menyatakan bahwa keyakinan akan adanya kekuatan impersonal (supranatural) adalah magis dan kekuatan yang dipersonifikasikan sebagai

Adanya perbedaan letak lokasi dan jenis tanah, diduga akan berpengaruh terhadap keberadaan jenis-jenis vegetasi lantai disekitar mata air khususnya vegetasi semak,

Tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa bencana banjir di Jakarta baik tahun 2007 dan 2013. Hal

[r]

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa motif yang mendorong para petani Desa Wonokasian daam pelaksanaan Ritual Keleman dan Metik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi interaksi yang diterapkan oleh guru bahasa inggris dan kesulitan yang ditemukan oleh guru bahasa inggris ketika

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Jasa (X1) 48 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Switching Barrier (X2) 49 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel