• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KORELASI ANTARA TINGGI TERBANG DAN RESOLUSI FOTO UDARA HASIL AKUSISI DENGAN UAV DI KAWASAN PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KORELASI ANTARA TINGGI TERBANG DAN RESOLUSI FOTO UDARA HASIL AKUSISI DENGAN UAV DI KAWASAN PESISIR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KORELASI ANTARA TINGGI TERBANG

DAN RESOLUSI FOTO UDARA HASIL AKUSISI DENGAN UAV

DI KAWASAN PESISIR

(Studi Kasus : Pemotretan di Kantor Parangtritis Geomaritime Science Park)

Anggara Setyabawana Putra1, Wiwin Ambarwulan4, Edwin Maulana2,3,

Theresia Retno Wulan3,4,5, Nita Maulia4, Mega Dharma Putra3, Dwi Sri Wahyuningsih3,

Farid Ibrahim3, Tri Raharjo3

1Ilmu Statistik Konsentrasi Manajemen Bencana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 2Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3Parangtritis Geomaritime Science Park, Yogyakarta 4Badan Informasi Geospasial, Bogor

5Mahasiswa Doktor Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Corresponding Author: setyabawana@gmail.com

ABSTRAK

Foto udara yang diambil dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) saat ini menjadi data penting yang banyak digunakan untuk pemetaan di Indonesia. Data UAV banyak digunakan karena memiliki resolusi detil, dapat diambil sesuai keinginan user, dan mudah untuk dimanfaatkan. Beberapa wahana jenis

multicopter memiliki kemampuan manuver yang tinggi. Pengaturan tinggi dan luas jelajah pemotretan dapat dilakukan dengan mudah. Paper ini disusun untuk menguji korelasi antara tinggi terbang UAV dengan resolusi spasial yang dihasilkan dari foto UAV. Pemotretan dilakukan di sekitar kompleks Perkantoran Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Pemotretan dilakukan dengan interval tinggi terbang yang bervariasi sehingga resolusi spasial yang dihasilkan berbeda. Pemotretan dilakukan dengan UAV yang sama dan pengolahan data foto udara dilakukan dengan software yang sama (Agisoft Photoscan). Perhitungan korelasi menggunakan uji korelasi sederhana, kemudian dilakukan uji 𝑡𝛼=0,05untuk mengetahui signifikansi antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa resolusi yang dihasilkan berkisar antara 2,1 cm hingga 6 cm dengan tinggi terbang 50 m hingga 150 m. Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang tinggi antara resolusi foto udara dengan tinggi terbang UAV.

Kata Kunci: Uji Korelasi, Tinggi Terbang UAV, Resolusi Foto Udara

ABSTRACT

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) data are now widely used for mapping in Indonesia. Data UAV is widely used because it has a resolution of detail, can be taken according to wishes of the user and easy to exploit. Some vehicle types multicopter has high maneuverability. Setting high and wide roaming shooting can be done easily. This paper aims to test the correlation between UAVs high-flying and the resulting spatial resolution of the UAV photos. The aerial photo was taken around the Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) office complex. The aerial photo was taken with high-flying varying intervals so that different spatial resolution generated. The aerial photo was taken with the same UAV aerial photography and data processing is done with the same software (Agisoft Photoscan). Correlation calculations using a simple correlation test, and then use t test with 𝑡𝛼=0,05to determine the significance

between variables. The analysis showed that the resulting resolution ranged from 2.1 cm to 6 cm high with fly 50 m to 150 m. Correlation analysis showed that there is a link between the high resolution aerial photography with high-flying UAV.

(2)

1. PENDAHULUAN

Tehnik pengumpulan data dalam penginderaan jauh saat ini telah mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan tersebut terjadi karena kebutuhan akan data spasial dirasa sangat penting. Hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya penggunaan Pesawat Udara Nir-Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) (Niendyawati dan Artanto, 2014). Jenis Perkembangan ini terjadi karena PUNA mampu menghasilkan data dengan resolusi spasial yang tinggi namun dengan biaya yang lebih rendah dan kemudahan dalam pengoperasiannya (Klemas, 2015). Penggunaan terapannya pun semakin luas di berbagai aspek kehidupan mulai dari inventarisasi sumberdaya alam, peninjauan lokasi bencana dan wilayah dengan kondisi ekstrem, serta pemetaan kepesisiran dan pulau-pulau kecil (Klemas, 2015; Niendyawati dan Artanto; 2014).

Terdapat berbagai jenis UAV yang berkembang saat ini. Ditinjau dari bentuk badannya (airframe), UAV dapat ssecara umum dibagi menjadi dua, yaitu fixed-wing (UAV pesawat dengan sayap) dan rotary-wing (UAV pesawat dengan baling-baling)(Lee dan Choi, 2016). Dari kedua jenis UAV tersebut, jenis

rotary-wing (rotor) mengalami perkembangan lebih pesat dibandingkan fixed-wing dalam bidang industri dan fotogrametry. Saat ini banyak UAV hasil pengembangan UAV jenis rotor. Salah satunya adalah tipe Multicopter. Beberapa jenis multycopter diantaranya adalah Bicopter (2 rotor), Tricopter (3 rotor) dan Quadcopter (4 rotor). Wahana jenis rotary-wings atau multirotorcopter memiliki keunggulan pada kemampuan manuver yang tinggi, mengacu pada kemampuannya untuk mempertahankan posisi

(hover) dan mengubah arah terbang di sekeliling pusat rotasi (Ramadhani et al., 2015). Selain itu UAV memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan teknologi pemetaan lainnya, yaitu murah, sederhana dan mudah dibawa berpindah-pindah (mobile) (Berteska dan Ruzgiene, 2013).

Gambar 1.Quadrotor dynamics (a) dan (b) perbedaan putaran torsi untuk memanipulasi sudut yaw (ψ); (c) gerakan melayang dan propulsi vertikal

karena keadaan torsi yang seimbang; (d) perbedaan daya dorong ke samping untuk memanipulasi keselarasan sudut(θ) dan sudut gulungan (ф)

Sumber : Naidoo et al.,2011

Pemanfaatan UAV dalam bidang fotogrametry memberikan kemudahan dalam proses pengambilan data dan informasi geospasial. Khususnya UAV tipe Quadcopter karena dapat diterbangkan dengan tidak membutuhkan area yang luas untuk landasan terbang. Dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi dan dapat diatur dengan mudah, pemotretan yang membutuhkan efek sidelap – overlap dapat terpenuhi dengan baik. Overlap merupakan tumpang tindih foto, meliputi areal yang sama dalam satu jalur terbang, sedangkan sidelap adalah tumpang tindih antara foto-foto yang berdekatan dalam jalur

(3)

penerbangan pararel (Philipson dan Philpot, 2012). Kelebihan lain pemotretan dengan menggunakan UAV adalah resolusi foto udara yang detil. Hal ini sangat memungkinkan untuk melakukan identifikasi objek dengan lebih baik dengan tingkat akurasi yang tinggi dan juga dapat digunakan untuk pemetaan dengan skala kecil. Kajian penelitian ini disusun untuk menguji korelasi antara tinggi terbang UAV dengan resolusi foto udara hasil akuisisi dengan menggunakan UAV.

2. BAHAN DAN METODE 2.1. Wahana UAV

Proses akuisisi foto udara dilakukan dengan menggunakan DJI Phantom 3 Profesional. Seperti tertera pada namanya, Phantom 3 profesional adalah generasi ke tiga yang dikeluarkan oleh DJI. Generasi phantom, sebelum Phantom 3 adalah phantom 1 dan phantom 2. Wahana UAV DJI Phantom 3 Profesional dapat diamati pada Gambar 2.

Gambar 2. DJI Phantom 3 Pro Sumber: Putra, 2016

DJI Phantom 3 Profesional adalah UAV bertipe Quadcopter dengan dilengkapi empat baling-baling dan kamera untuk melakukan pengambilan foto. Kamera yang terpasang pada badan Phantom 3 pro adalah kamera permanen dan tidak dapat diganti dengan kamera lain. Kamera yang terpasang sudah memiliki spesfikasi piksel yang tinggi, 12 Megapixels. Spesifikasi perangkat Phantom 3 Proffesional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi DJI Phantom 3 Pro

Spesifikasi UAV Spesifikasi Kamera

Jenis Quadcopter Sensor Sony EXMOR1/2.3”

Hover Accuracy Vertical: 0.5 m Lens FOV 940 20mm

Horizontal: 1,5 m Resolusi 12.4 MP

GPS GPS/GLONASS Resolusi foto 4000x3000 pixel

Durasi Terbang 23 menit Format foto JPEG, DNG

Kecepatan 16m/s Iso 100 - 1600

Berat 1280 g (include battery and

propellers) Shutter Speed 8s-1/8000s Energi / Voltage Intelligent Flight Battery 68 Wh /

15.2 V Video Record UHD, FHD, HD

Jarak Transmisi

remot kontrol 3 KM Format Video

MP4, MOV (MPEG-4 AVC/H.264) Sumber: http://www.dji.com/product/phantom-3-pro/inf

(4)

2.2. Wilayah Kajian

Proses akuisisi foto udara dengan UAV, dilakukan di kompleks kantor Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). PGSP adalah salah satu science park, transformasi dari Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtrits, yang merupakan bagian dari rencana pembangunan 100 Science – Tecno Park di Indonesia. Lokasi PGSP berada di pesisir selatan Profinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dusun Depok, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. PGSP diresmikan pada tanggal 15 September 2015 oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (RISTEk-DIKTI) Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. Lokasi komplek kantor Parangtritis Geomaritime Science Park dapat diamati pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Parangtritis Geomaritime Science Park Sumber: Maulana, 2015

Visi dari Parangtritis Geomaritime Science Park adalah sebagai center of excellent for geospatial information technology, education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di Indonesia(Roadmap PGSP, 2015). Untuk mewujudkan visi tersebut, PGSP aktif melakukan riset dan kajian ilmu di bidang kemaritiman, baik riset mandiri maupun kolaboratif dengan dengan praktisi dan civitas akademik Perguruan Tinggi. PGSP juga melayani kunjungan bagi para akademisi, peneliti ataupun praktisi yang akan melakukan riset. Beberapa fasilitas pendukung yang tersedia di PGSP adalah rumah singgah yang dapat menampung lebih dari 100 orang, aula pertemuan, ruang diklat, dan Museum Gumuk Pasir. Di dalam Museum Gumuk Pasir, terdapat teknologi pemetaan yang digunakan untuk membuat peta dari masa ke masa.

Gambar 4. PGSP Sumber: Raharjo, 2015

(5)

Kantor Parangtritis Geomaritime Science Park juga berdekatan dengan kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Gumuk pasir Parangtritis termasuk dalam coastal sand dunes. Coastal sand dunes adalah bentang alam berupa gumuk pasir yang terjadi akibat dari aktifitas angin yang berhembus di daratan sekitar pantai (Sapkale, 2014). Gumuk Pasir Parangtritis memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan gumuk pasir lainya. Keunikan tersebut terletak pada jenis nya. Gumuk Pasir Parangtritis didominasi oleh jenis barchan. Barchan adalah salah satu tipe bentukan gumuk pasir yang sangat langka di Indonesia, karna bentukan barchan biasanya terbentuk di daerah kering, sedangkan Indonesia adalah beriklim tropis basah. Dengan adanya bentang alam langka tersebut, maka kawasan Gumuk Pasir Parangtritis masuk sebagai salah satu kawasan geoheritage yang harus dilindungi dari sembilan kawasan geoheritage di Darah Istimewa Yogyakarta (SK Kepala Badan Geologi, 2014). Kawasan Gumuk pasir dibagi menjadi tiga zonasi, zonasi tersebut dibuat untuk menjaga agar gumuk pasir dapat tetap lestari.

2.3. Uji Korelasi

Pemilihan alat uji dalam suatu kajian atau penelitian harus diperhatikan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan akan sangat berpengaruh dengan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan. Apabila sejak awal pemilihan alat uji sudah salah, maka penelitian yang dilakukan akan sia-sia, dan hasil akhir dari riset yang telah dilakukan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Variable-variabel dalam suatu kajian penelitian memiliki sifat tersendiri yang harus diperhatikan. Apakah variable itu bersifat independent (bebas/mempengaruhi) atau dependent (terikat/dipengaruhi). Untuk mengetahui ukuran kekuatan dan arah hubungan linier antara dua variabel, menggambarkan arah dan melihat sejauh mana satu variabel berhubungan linier dengan variabel yang lain dapat melakukan Uji Korelasi (Bolboaca dan Jantschi, 2006). Korelasi atau hubungan antara variabel satu dengan yang lain dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni korelasi positif, korelasi negatif dan tidak ada korelasi. Gambaran hubungan tersebut dapat di amati pada scatter plotGambar 5.

Gambar 5. Scatter plot coeficient correlation Sumber: Callaghan, 1996

Salah satu koefisien korelasi yang sering digunakan adalah uji korelasi dengan menggunakan koefisien orelasi Pearson (Pearson’s correlation). Koefisien korelasi Pearson didefinisikan pada persamaan (1) (Odiase dan Ogbonwman, 2007) :

(6)

𝑟 = 𝑛(∑ 𝑥𝑦)− (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)

√𝑛 (∑ 𝑥2)−(∑ 𝑥)2√𝑛 (∑ 𝑦2)−(∑ 𝑦)2………..………..………..………... (1)

Keterangan:

r = nilai koefisien korelasi x = nilai variabel pertama y = nilai variabel kedua n = jumlah data

setelah nilai koefisien korelasi (r) diketahui, selanjutnya perlu dilakukan pengujian hipotesis untuk mengukur tinggkat signifikansi dari koefisien korelasi. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (r) yang didapat dari perhitungan, dengan koefisien korelasi (r) tabel pada nilai α tertentu. Atau dapat juga dilakukan dengan Uji hipotesis (Uji t) secara dengan menggunakan persamaan (2).

𝑡 = 𝑟 √𝑛−2

√1−𝑟2-………. (2)

Keterangan: t = nilai uji t

r = nilai koefisien korelasi n = banyak data

Uji korelasi yang dilakukan ini, menggunakan data hasil pemotretan UAV, yakni data tinggi jelajah UAV dan resolusi spasial foto udara UAV. Secara sederhana, tahapan uji korelasi pada kajian ini dapat diamati pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan Uji Korasi Sumber: Putra, 2016

(7)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Uji Akuisisi Pemotretan Kawasan PGSP

Pemotretan dengan menggunakan UAV dilakukan pada tanggal 4 dan tanggal 13 Juli tahun 2016 di komplek kantor Parangtritis Geomaritime Science Park. Pemotretan secara keseluruhan dilakukan pada tujuh ketinggian yang berbeda. Foto udara yang digunakan dalam analisis adalah foto tegak, yang nanti nya akan dilakukan proses orthophoto. Foto udara tegak yang dihasilkan dari masing-masing ketinggian memiliki jumlah yang berbeda. Contoh foto tegak komplek PGSP dapat diamati pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil pemotretan berupa foto udara tegak komplek Kantor PGSP Sumber: Putra, 2016

Setelah proses pemotretan, selanjutnya dilakukan mosaic pada foto udara dengan menggunakan

software Agisoft®. Maka akan didapatkan othophoto komplek Parangtritis Geomaritime Science Park.

Orthophoto komplek Parangtritis Geomaritime Science Park dapat diamati pada Gambar 8.

A B

(8)

Gambar 8. (A) Pemotretan ketinggian 180 ft; (B) Pemotretan ketinggian 200 ft; (C) Pemotretan ketinggian 220 ft; (D) Pemotretan ketinggian 240 ft; (D) Pemotretan ketinggian 295 ft; (E) Pemotretan ketinggian 328 ft;

(F) Pemotretan ketinggian 393 ft Sumber : Maulana, 2016

Sekilas dari orthophotho hasil pemotretan pada Gambar 8. terlihat sama. Namun masing-masing

orthophotho dari hasil mosaik memiliki resolusi spasial yang berbeda. Resolusi spasial masing-masing

orthophotho dapat diamati pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi terbang dan Resolusi spasial

No. Sumber Data Tinggi Terbang Wahana (feet) Resolusi Spasial (cm) 1. Pemotretan dengan UAV 180 2,6 2. 200 2,4 3. 220 2,9 4. 240 3,2 5. 295 3,9 6. 328 4,2 7. 393 5,2 Sumber: Analisis, 2016 E F G

(9)

3.2. Kajian Korelasi Tinggi Terbang dengan Resolusi Foto Udara

Kajian korelasi, dilakukan dengan mencari nilai koefisien korelasi Pearson dari variabel yang diuji, yakni tinggi terbang UAV dan resolusi spasial dari foto udara. Langkah awal yang harus dilakukan adalah melihat kelinieran data dengan menampilkan scatterplot data Gambar 9.

Gambar 9.Scatter plot

Sumber: Analisis, 2016

Pada Gambar 9. dapat kita amati bahwa scatter plot menunjukkan bahwa data linier atau dengan kata lain, variabel data mengindikasikan memiliki korelasi yang kuat, yakni antara tinggi jelajah UAV dan resolusi spasial. Indikasi tersebut selanjutnya kita buktikan dengan menghitung nlai koefisien korelasi dengan menggunakan persamaan (1). Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan antara -1<r<1. Apabila mendekati nilai 1, maka korelasi dari variabel sangat kuat, kemudian apabila nilai korelasi mendekati nilai 0 maka variabel tidak saling berhubungan, sedangkan apabila mendekati -1 maka ada korelasi negatif dari kedua variabel.

Tabel 3. Tabel Perhitungan

No X Y XY X2 Y Tinggi Terbang Wahana (m) Resolusi Spasial (m) 1 55 0,026 1,43 3025 0,000676 2 61 0,024 1,464 3721 0,000576 3 67 0,029 1,943 4489 0,000841 4 73 0,032 2,336 5329 0,001024 5 90 0,039 3,51 8100 0,001521 6 100 0,042 4,2 10000 0,001764 7 120 0,052 6,24 14400 0,002704 ∑ 566 0,244 21,123 49064 0,009106 Rata-rata 80,85714 0,034857 Sumber: Analisis, 2016

Pada Tabel 3. dapat kita amati adalah data tinggi terbang yang tadinya menggunakan satuan feet dikonversi menjadi meter, begitu juga dengan resolusi spasial dirubah satuanya menjadi meter. Selanjudnya dilakukan perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan persamaan Pearson. Urutan perhitungan dapat diamati seperti berikut :

0 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Resol usi Sp asi al (c m)

(10)

𝑟 = 𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦) √𝑛 (∑ 𝑥2) − (∑ 𝑥)2√𝑛 (∑ 𝑦2) − (∑ 𝑦)2 𝑟 = 7(21,123) − (566)(0,244) √7 (49064) − (566)2√7 (0,00916) − (0,244)2 𝑟 = 147,861 − 138,104 √343448 − 320356√0,063742 − 0,059536 𝑟 = 9,757 √23092√0,004206 𝑟 = 975,7 (151,9605)(0,064854) 𝑟 = 9,757 9,855199 𝑟 = 0,990036 𝒓 ≈ 𝟎, 𝟗𝟗 (pembulatan keatas)

Hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dari variabel yang diuji memiliki korelasi yang kuat. Selanjudnya dilakukan Uji t untuk menguji apakah hasil tersebut signifikan atau tidak dengan menggunakan persamaan (2).

𝑡 = 𝑟 √𝑛 − 2 √1 − 𝑟2 𝑡 = 0,99 √7 − 2 √1 − 0,992 𝑡 = 0,99 √5 √1 − 0,9801 𝑡 = 0,99 √5 √0,0199 𝑡 = 0,99 2,24 0,141 𝑡 = 0,99 (15,88) 𝒕 = 𝟏𝟓, 𝟕𝟐

Setelah didapatkan nilai t, kemudian dibandingkan nilai t hasil perhitungan tersebut dengan 𝑡𝛼=0,05tabel. Daerah kritis dari pengujian korelasi ini adalah Jika t hitung (observasi) > t table (nilai kritis) H0 ditolak H1 diterima, dan Jika t hitung (observasi) < t table H0 (nilai kritis) diterima H1 ditolak.

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara tinggi terbang dengan resolusi foto udara hasil akuisisi menggunakan UAV

H1: Ada hubungan yang signifikan antara tinggi terbang dengan resolusi foto udara hasil akuisisi menggunakan UAV

Nilai t tabel adalah 2,57058 < t hitung, maka tolak H0, atau dengan kata lain, ada hubungan yang signifikan antara tinggi terbang dengan resolusi foto udara hasil akuisisi menggunakan UAV

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Pemanfaatan UAV, dapat memudahkan pengambilan data spasial dilapangan, karena mudah digunakan dan mempunyai nilai akurasi yang tinggi. Data lapangan yang awalnya membutuhkan waktu lama untuk melakukan inventarisir, kini dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien. UAV masih memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan lagi, dan bias disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.

(11)

Kajian korelasi tinggi terbang dan resolusi pada foto udara hasil pemotretan dengan menggunakan UAV tipe Quadcopter (DJI Phantom 3 Pro) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara tinggi terbang UAV dan resolusi foto udara. Telah dilakukan uji t untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan atau tidak antar variabel, dan ternyata tolak H0, dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi terbang dengan resolusi foto udara hasil akuisisi menggunakan UAV.

Maka pengaturan tinggi terbang pada saat pemotretan perlu diperhatikan untuk mendapatkan kedetilan informasi yang diinginkan. Kejelian melihat kondisi dilapangan juga diperlukan agar proses pengambilan gambar dapat berjalan lancer..

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Junun Sartohadi, M.Sc, Prof. Akhmad Fauzy, Ph.D dan Syamsul Bachri, Ph.D yang selalu membimbing penulis hingga sekarang. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada teman-teman di Parangtritis Geomaritime Science Park yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan paper ini. Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada panitia Seminar Nasional Kelautan 2016 yang telah memberikan kesempatan untuk mempublikasikan paper ini.

REFERENSI

______. 2014. Surat Keputusan Kepala Badan Geologi Nomor 1157.K/73.BGL/2014 Tentang Penentuan Kawasan Cagar Alam Geologi DIY. Jakarta: ESDM

Applications. Robotics and Mechatronics Conference of South Africa (ROBMECH 2011) 23-25 November 2011, CSIR Pretoria South Africa.

Berteska, T., Ruzgiene, B. 2013. Photogrammetric mapping based on UAV imagery. Geodesy and Cartography,

Vol. 39, Issue 4, 158-163.

Bolboaca, Sorana-Daniela & Jäntschi, Lorentz.2006. Pearson versus Spearman, Kendall's Tau Correlation Analysis on Structure-Activity Relationships of Biologic Active Compounds. Leonardo Journal of Sciences ISSN 1583-0233 Issue 9, July-December 2006 p. 179-200

Callaghan, Karen (1996). “The Correlation Coefficient,” In Linda Kime and Judy Clark (eds.) Exploration in College Algebra: Discovering Databased Applications (New York: John Wiley).

Klemas, Victor V. 2015. Coastal and Environmental Remote Sensing from Unmanned Aerial Vehicles: An Overview. Journal of Coastal Research: Volume 31, Issue 5: pp. 1260 – 1267.

Lee, Sungjae dan Yosoon Choi. 2016. Comparison of Topographic Surveying Results using a Fixed-wing and a Popular Rotary-wing Unmanned Aerial Vehicle (Drone). Journal Tunnel and Underground Space Volume 26, Issue 1, 2016: pp. 24-31.

Naidoo, Y., Stopforth, R., Bright, G. 2011. Rotor Aerodynamic of a Quadrotor for Thrust Critical

Niendyawati dan Eko Artanto. 2014. Pemanfaatan Pesawat Udara Nir-Awak sebagai Metode Alternatif Pengumpulan Data Geospasial Pulau-Pulau Kecil Terluar. Majalah Ilmiah Globe Volume 16 Nomor 1 Juni

2014.

Odiase, J. I. & Ogbonmwan, S.M. 2007. Correlation Analysis: Exact Permutation Paradigm MATEMATIQKI VESNIK 59 (2007), 161–170 UDK 519.24 originalni nauqni rad research paper

Philipson, Philpot, 2012. Remote Sensing Fundamentals Photogrammetry. Cornell University - 2012.

Ramadhani et al.,.2015. Pemetaan Pulau Kecil Dengan Pendekatan Berbasis Objek Menggunakan Data Unmaned Aerial Vehicle (UAV) Studi Kasus di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Majalah Ilmiah Globe Volume 17 No. 2 Desember 2015: 125-134

Sapkale, J.B. 2014. Degradation of Coastal Sand Dunes in Mithmumbari and Kunkeshwar of Devgad Coasts, Maharashtra. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology. Vol. 3. Issue 9. September 2014. ISSN: 2319-8753

Gambar

Gambar 1. Quadrotor dynamics (a) dan (b) perbedaan putaran torsi untuk   memanipulasi sudut yaw (ψ); (c) gerakan melayang dan propulsi vertikal
Gambar 2. DJI Phantom 3 Pro  Sumber: Putra, 2016
Gambar 3. Lokasi Parangtritis Geomaritime Science Park  Sumber: Maulana, 2015
Gambar 5. Scatter plot coeficient correlation  Sumber: Callaghan, 1996
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa kecepatan aliran lateks tertinggi dari klon BPM 1 pada bulan lembab (Gambar 4.41) dengan panjang dan arah sadap S/4 U ET,

Faktor penunjang lain dalam pelaksanaan program peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarkat adalah adanya sikap konsisten dari dewan pengasuh pondok pesantren

“Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculenta Crantz) menggunakan Teknik Sambung Mukibat dengan Penambahan Bahan Organik”, yang akan dilakukan di lahan kebun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan metode penemuan terbimbing pada kegiatan belajar mengajar matematika materi bangun datar

Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan atau istri sebagai ibu rumah tangga laki atau suami yang berperan kepala keluarga rata- -rata pendapatan anak aka diperoleh total

78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumas sakit, bahwa reka medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan,

Perubahan aktivitas larva setelah perlakuan isolat fungi Aspergillus sp1 menunjukkan setelah perlakuan selama 48 jam, terlihat bagian kepala dan tubuh dari larva

Yang mana analisis linuer berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu budaya organisasi, komitmen organisasional dan motivasi terhadap