• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN

DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN

REKSOSARI KECAMATAN SURUH

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pembelajaran Islam

Oleh

M. FIRDAUS FATCHUR ROZI

NIM. 11110014

JURUSAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

ii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : M. Firdaus Fatchur Rozi

NIM : 11110014

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pembelajaran Agama Islam

Judul : MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN

PESANTREN DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI

KECAMATAN SURUH KABUPATEN

SEMARANG telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, September 2015 Pembimbing

Rasimin, S.PdI, M.Pd

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN

DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

DISUSUN OLEH

M. FIRDAUS FATCHUR ROZI NIM: 111 10 014

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : M. Firdaus Fatchur Rozi

NIM : 11110014

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pembelajaran Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, September 2015

Yang Menyatakan

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pelajaran paling berharga adalah sebuah perjalanan hidup yang mampu

membuat kita sadar betapa berharganya waktu setelah sekian lama kita

menyia-nyiakannya

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1.

Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

2.

Almamater tercinta

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﲪﺮﻟﺍ ﷲﺍ ﻢﺴﺑ

Syukur alhamduillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “Modernisasi sistem pembelajaran pesantren di pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pembelajaran Agama Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd, selaku sebagai Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

(7)

vii

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.

Amin – amin yarobbal ‘alamin

Salatiga, September 2015 Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Rozi, M. Firdaus Fatchur. 2015. Modernisasi Sistem Pembelajaran Pesantren di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Skripsi, Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pembelajaran Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Rasimin, S.PdI, M.Pd

Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, dan Pesantren Modern

Menyadari sepenuhnya bahwa mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran pondok pesantren bersumber pada ajaran agama Islam, dalam rangka membangun masyarakat untuk memperkokoh kepribadian bangsa dalam menghadapi dunia modern. Namun pembelajaran di pesantren masih dianggap kurang menyesuaikan dengan era modernisasi, kondisi ini menyebabkan pesantren kurang diminati oleh masyarakat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana sistem Bagaimana modernisasi sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin, Bagaimana modernisasi sistem pembelajaran khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang, dan Faktor-faktor apasajakah penghambat dan penunjang modernisasi sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin, modernisasi sistem pembelajaran khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang serta faktor penunjang dan penghambat modernisasi sistem pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan. Analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v A. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ... 15

B. Modernisasi Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ... 32

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Sistem Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin ... 50

B. Modernisasi Sistem Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin ... 63

(10)

x

BAB IV PEMBAHASAN ... 73 A. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ... 73 B. Modernisasi Sistem Pembelajaran di Pondok Pesantren

Bustanul Muta’allimin... 76 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Modernisasi

Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin ... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 88

(11)

xi

DAFTAR TABEL

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan 2. Surat Ijin Penelitian

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang kegiatannya berawal dari pengajian kitab. Secara implicit, pondok pesantren dikonotasikan sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, namun tidak berarti pondok pesantren tertutup untuk melaksanakan inovasi. Pada zaman penjajahan Belanda memang mereka menutup diri dari segala pengaruh luar terutama pengaruh barat yang non Islami. Namun di lain pihak pondok pesantren dengan figur kyainya telah berhasil membangkitkan nasionalisme, mempersatukan antar suku-suku yang seagama bahkan menjadi benteng yang gigih melawan penjajahan.

(14)

2

Dalam perkembangannya sampai sekarang ini pondok pesantren telah mempunyai beberapa bentuk kegiatan pendidikan non formal baik yang berupa pengajian kitab dan keterampilan dan pengambangan masyarakat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pondok pesantren juga ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang konsekuen anti penjajah.

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan pondok pesantren maka kegiatannya harus dibina dan dikembangkan lebih intensif sesuai dengan tujuannya, sehingga pendidikan yang ada di pondok pesantren dapat dikatakan sebagai bentuk nyata dari firman Allah SWT yang terdapat dalam surat At-Taubah ayat 122 adalah sebagai berikut:

*

$tBur

šc

%

x.

tb qãZÏB÷

J ø

9$#

(#r ã



ÏÿYuŠÏ9

Z

ù!$Ÿ

2

4

Ÿ

w öqn=sù

t



xÿtR

` ÏB

È

e@ä.

7ps%ö



Ïù

öNåk÷

]ÏiB

×

pxÿͬ!$sÛ

(#qß

g¤)xÿtGuŠÏj9

’ Îû

Ç

` ƒÏe$!$#

(#r â‘É

‹ YãŠÏ9ur

óOß

gtBöqs%

#sŒÎ)

(#þqãèy_ u‘

öNÍköŽs9Î)

óOß

g¯=yès9

šc

râ‘x‹ ø

ts†

ÇÊËËÈ

Artinya:“Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”(Qs. At-Taubah: 122).

(15)

3

kampung agar berangkat berperang atau sekelompok orang saja dari tiap-tiap Kabilah, jika mereka tidak seluruhnya keluar. Kemudian, hendaklah orang-orang yang berangkat bersama Rasulullah SAW mendalami isi wahyu yang diturunkan kepada beliau, serta memberikan peringatan kepada kaumnya, jika mereka telah kembali, yaitu berkenaan dengan perihal musuh. Dengan demikian, ada dua tugas yang menyatu dalam pasukan tersebut, yaitu yang bertugas mendalami agama yang bertugas untuk berjihad, karena hal itu merupkan fardhu kifayah bagi setiap orang muslim (Suharto, 2011: 58).

Tafsir lain menjelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah melarang supaya jangan sampai semua kaum muslimin itu pergi berperang, melainkan hendaklah ada juga sebagian yang tinggal untuk menyelenggarakan urusan-urusan lain. Menurut keterangan sebagain ahli tafsir, inilah ayat peperangan yang paling akhir diturunkan, ayat-ayat yang terdahulu selalu mengobarkan semangat berperang, tiap-tiap terdengar komando maka seluruh kaum muslimin merlomba-lomba turut mengambil bagian dan hampir tidak ada orang yang tinggal dirumah, maka turunlah ayat ini. Makna yang dapat kita ambil dari firman Allah tersebut di atas, bahwa dalm kehidupan masyarakat kita terdapat golongan ummat ada yang menuntut dan memperdalam ilmu agama untuk memberi peringatan kepada mereka yang hanya berjuang untuk kepentingan dunia saja.

(16)

4

menjadi alternatif lain dalam pengembangan masyarakat guna menjawab tantangan masalah urbanisasi dan pembangunan dewasa ini. Oleh karenanya pondok pesantren dengan fungsinya harus berada di tengah-tengah kehidupan manusia dalam setiap perkembangannya, dan dapat memberi dasar-dasar wawasan dalam masalah pengetahuan baik dasar aqidah maupun dasar syari’ah. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menganjurkan ummat manusia untuk memahami ajaran-ajaran Islam secara tepat agar dapat dijabarkan dalam kehidupan yang nyata.

Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan dalam pesantren-pesantren walaupun belum berkembang menjadi ilmu yang lebih mapan, telah mampu memberi dasar pola hidup kebudayaan dan peradapan. Disamping untuk mendalami ilmu agama, pondok pesantren sekaligus mendidik masyarakat di dalam asrama, yang dipimpin langsung oleh seorang kyai karena itu peranan pesantren sangat perlu untuk ditampilkan.

(17)

5

sistem pendidikan pesantren mampu berintegrasi dengan sistem pendidikan nasional.

Namun pada akhir-akhir ini ada kecenderungan dari beberapa pondok pesantren yang tidak hanya membekali santrinya dengan pengetahuan agama saja, akan tetapi sudah mulai membekali santrinya dengan keterampilan-keterampilan seperti pertanian, hal ini terutama didasari oleh adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan itu terampil dan siap pakai. Saat ini bangsa Indonesia sangat giat dalam gerak pembangunan. Hal ini untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia seutuhnya. Pondok pesantren sangat memegang peranan penting sebab yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang selalu dapat mengendalikan diri, dapat menjaga keseimbangan matriil dan sprituil antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

(18)

6

dipengaruhi oleh teori fiqih Islami. Ini tidak lepas dari perjuangan pesantren yang bertebaran di pelosok-pelosok tanah air. Kelompok santri memang kalah dalam perebutan kekuasaan dan politik tapi masih berjaya dalam kultur budaya. Banyaknya Pesantren yang berdiri meningkatkan jumlah penduduk Islam menjadi mayoritas di Indonesia. Ironisnya, justru ketika kita sudah merdeka, umat Islam menerima tekanan-tekanan dari kultur budaya, ekonomi dan juga politik sehingga jumlah populasinya mengalami degradasi. Dari sinilah pesantren harus introspeksi diri sendiri agar misi pendidikan, sosial dan da’wahnya tetap eksis di zaman globalisasi ini.

(19)

7

menjaga eksistensi mereka dengan tetap mempertahankan visi dan misi dari lembaga-lembaga tersebut.

Pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagai salah satu pondok salaf seiring dengan perkembangan zaman memang masih mengajarkan pendidikan berbasis ajaran Islam sebagaimana yang diterapkan pada pondok pesantren salaf pada umumnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengungkap masalah berkaitan dengan modernisasi sistem pendidikan pesantren khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana sistem pendidikan Pondok Pesantren di Ponpes Bustanul

Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana modernisasi system pendidikan pesantren di Ponpes Bustanul

Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

3. Faktor-faktor apa sajakah penghambat dan pendukung dalam mewujudkan

modernisasi sistem pendidikan di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

(20)

8 Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Ponpes Bustanul Muta’allimin

Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

2. Untuk mengetahui modernisasi sistem pendidikan pesantren di Ponpes

Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam mewujudkan

modernisasi sistem pendidikan pesantren di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang relevansi system pendidikan pesantren di era modernisasi dan dari penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat secara praktis maupun teoritis.

1. Secara Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kajian keilmuan terutama berkaitan dengan sistem pendidikan di pesantren. 2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi pesantren, sebagai masukan dan informasi mengenai pentingnya

(21)

9

b. Hasil penelitian dapat diterapkan langsung oleh masyayikh yang berkaitan dengan system pendidikan di pesantren.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

1. Modernisasi

Modernisasi berasal dari kata modern artinya sesuai dengan masa kini. Modernisasi diartikan suatu paham atau gerakan untuk menyesuaikan dengan keadaan saat ini (Surayin, 2009: 281)

2. Sistem Pendidikan Pesantren

Sistem Pendidikan merupakan suatu kesatuan yang tersusun secara sistematis dalam menjalankan suatu program pendidikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (Engkoswara, 2009: 42)

Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai (Dhofier, 2006: 12)

3. Ponpes Bustanul Muta’allimin

Ponpes Bustanul Muta’allimin merupakan salah satu pondok pesantren

(22)

10 F. Metode Penelitian

1.

Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

2.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren

Bustanul Muta’allimin Desa Reksosairi Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dimulai bulan

Maret 2015 sampai dengan April 2015.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 10 orang warga, yaitu kepala dusun dan modin, serta pengasuh pondok pesantren, santri dan masyarakat sebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

4. Metode Pengumpulan Data

(23)

11

studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

a. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian dengan sistematis (wawancara terstruktur). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran dari wawancara adalah warga, kepala desa, tokoh masyarakat dan sumber lainnya yang relevan.

b. Studi dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pembelajaran di pesantren.

c. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/ tahapan dalam kegiatan pembelajaran di pondok pesantren.

(24)

12

Guba dalam Rianse (2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, explorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Tahap Orientasi

Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga-lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini. b. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu pengasuh pondok pesantren, santri dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

c. Tahap Member check

(25)

13

data-data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap. Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data siswa yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

(26)

14

data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya. a. Reduksi Data

Tahap ini dilakukan dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal- hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

b. Display Data

Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan- kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna (Sugiyono, 2009: 16).

c. Verifikasi

(27)

15

(28)

16 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

1. Sejarah Pondok Pesantren

Keberadaan pesantren berperan sebagai media transformasi kultural yang menyeluruh. Pimpinan pesantren dan para santrinya mampu menjadikan dirinya sebagai penjaga gawang terjadinya kemerosotan moralitas. Kekuatan peranan kultural pesantren itu dapat terjadi karena didukung olehy sistem nilai pesantren atau kultur pesantren.

(29)

17

Mengkaji pesantren memiliki sejarah yang panjang. Pesantren sangat terkait erat dengan Islamisasi di Nusantara. Pesantren merupakan salah satu penopang utama masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Sebagai jaringan penggerak Islam di Nusantara, pesantren telah memerankan secara optimal sebagai episentrum penyebaran Islam. Eksistensi pesantren dengan demikian,tidak dapat lepas dari sejarah perkembangannya. Pesantren menjadi warisan umat Islam Indonesia yang lahir dari bawah bersama umatnya dan memperlihatkan keaslian Indonesia (indigenous) (Bawono, 2010: 5).

Dengan variasi proses dan perkembangannya masing-masing, pesantren tumbuh dan berkembang dengan pesat. Secara kuantitaif kini terdapat puluhan ribu pesantren dengan variasi bentuk dan unsur yang dimilikinya. Secara kualitatif terdapat ragam fungsi dan peran yang dimainkannya dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Dari aspek unsur, kiai, santri, masjid, pondok, dan kitab adalah lima unsur utama yang dimiliki oleh sebuah pesantren. Bahkan sebagian ahli memandang, kelima unsur itu merupakan lima rukun pesantren atau pancasila pesantren.

(30)

18

dijadikan parameter utama, apakah hanya karena ada bangunan dan penyelenggaraan pendidikan keagamaan sudah disebut pesantren. Atau, karena alasan pragmatis, sebuah lembaga pendidikan diidentifikasi sebagai sebuah pesantren padahal lembaga itu tidak lagi seperti ‘pesantren’ dalam arti yang sebenarnya. Sepertinya, ada ‘ruh’ pesantren yang hilang. Kasus adanya fenomena kekerasan yang berjubah dan dibungkus agama, yang dikaitkan dengan pesantren merupakan problematika yang kompleks. Kasus kekerasan di NTB misalnya, yang diduga dilakukan oleh sebuah pesantren, setelah dikunjungi oleh peneliti ternyata jauh dan bukan pesantren. Kondisi demikian disadari benar oleh Kementerian Agama sehingga perlu ditetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk semacam sertifikasi suatu lembaga untuk layak tidaknya disebut pesantren (Rahardjo, 2004: 12).

(31)

19

kuning atau dirasah Islamiyah, pengamalan ibadah, dan pembentukan akhlak karimah selama 24 jam. Pondok atau asrama pesantren adalah tempat tinggal yang memenuhi kebutuhan santri selama masa belajar dengan memperhatikan aspek perlindungan, keamanan, dan kesehatan. Masjid atau mushala adalah tempat peribadatan dan/atau pembelajaran santri yang dapat digunakan juga untuk pelaksanaan ibadah masyarakat sekitar pesantren. Kitab (Kitab kuning) adalah kitab kuning atau dirasah Islamiyah yang dipelajari santri dengan pola pendidikan mu’allimin

sesuai dengan kekhasan masing-masing pesantren.

(32)

20 2. Tujuan Pondok Pesantren

Selama ini belum pernah ada rumusan tertulis mengenai tujuan pendidikan pesantren. Mastuhu merumuskan bahwa tujuan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan dan berakhlaq mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhitmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat seperti rasul yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah Nabi)mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat islam di tengah-tengah masyarakat(‘izzul Islam wal Muslimin ),dan

mencintai Ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia yang muhsin bukan sekedar muslim.Berbagai dasar pendidikan pesantren yang di rumaskan diatas, tentu menjadi dasar yang dimiliki oleh setiap pesantren, karna tanpa dasar tersebut sebuah pesantren akan kehilangan keunikannya sebagai lembaga pendidikan islam tradisional yang berorientasi pada tafaqquh fiddin dan membentuk kepribadian

Muslim yang Kaffah (Suharto, 2011: 67)

3. Tipologi Sistem Pondok Pesantren

Ciri-ciri Pesantren secara global hampir sama, namun dalam

(33)

21

kelompok yaitu : Pertama, pesantren salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik sebagai Inti Pendidikan di pesantren Tradisional. Sistim Madrasah di terapkan untuk memudahkan sistem

Sorogan yang di pakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Kedua, pesantren Modern yang telah memasukkan pelajaran umum dalam Madrasah yang di kembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum dalam lingkungan pesantren (Rahardjo, 2004: 36).

Pengelompokan di atas perlu diurai lagi. Mengingat perkembangan pesantren yang sangat pesat akhir ini. Ridwan Natsir (dalam Haidar, 2007: 319) mengelompokkan pesantren menjadi 5 yaitu : a. Pesantren salaf, yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf

(wetonan dan sorogan) dan sistem klasikal.

b. Pesantren semi berkembang, yaitu pesantren yang di dalamnya

terdapat sistem pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem madrasah swasta dengan kurikulum 90 % agama dan 10 % umum c. Pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi

berkembang hanya saja lebih fariatif yakni 70 % agama dan 30 % umum

d. Pesantren moderen, seperti pesantren berkembang yang lebih

(34)

22

e. Pesantren ideal, pesantren sebagaimana pesantren moderen hanya

saja lembaga pendidikannya lebih lengkap dalam bidang keterampilan yang meliputi teknik, perikanan, pertanian, perbankkan dan lainnya yang benar-benar memperhatikan kualitas dengan tidak menggeser ciri khas pesantren.

Namun dalam Permenag No.3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam disebutkan bahwa pesantren sebagai Satuan Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk pesantren Salafiyah. Pesantren Salafiyah adalah pesantren yang menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan kitab kuning dan sistem pengajaran yang ditetapkan oleh kyai atau pengasuh. Sedangkan Pesantren Khalafiyah dalam peraturan ini masuk dalam pengertian Pesantren Salafiyah.

(35)

23

sedang mengalami perpecahan dalam bentuk golongan madzhab tauhid hingga beberapa kelompok. Kelompok salafiyun ini mengaku lepas dari semua kelompok itu dan mengajak semua yang telah terkelompok-kelompok menyatu kembali kepada ajaran Al-Quran dan Assunnah. Penggunaan kata salaf juga dipakai untuk antonym kata salaf versus kholaf. Ungkapan ini dipakai untuk membedakan antara ulama salaf (tradisional) dan ulama kholaf (modern). Tidak selamanya yang salaf berarti kuno manakala ulama mengajak kembali kepada ajaran Al-Qur,an. Seringkali mereka bahkan lebih dinamis dari yang kholaf karena ulama kholaf banyak diartikan juga untuk menggambarkan ulama yang memiliki orientasi ke salafussholeh.

(36)

24

dilakukan biasanya mempelajari ajaran Islam dengan belajar menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab kuno (klasik), yang menggunakan metode tradisional seperti hafalan, menerjemahkan kitab-kitab didalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam pesantren salaf peran seorang kyai atau ulama sangat dominan, kyai menjadi sumber referensi utama dalam sistem pembelajaran santri-santrinya. Pesantren tradisional (salafi) “merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang sangat diperhitungkan dalam mempersiapkan ulama pada masa depan, sekaligus sebagai garda terdepan dalam memfilter dampak negatif kehidupan modern”. Istilah pesantren tradisional digunakan untuk menunjuk ciri dasar perkembangan pesantren yang masih bertahan pada corak generasi pertama atau generasi salafi. (Hidayah, 2012: 56)

Pesantren salafiyah telah memperoleh.penyetaraan melalui SKB 2 Menteri (Menag dan Mendiknas) No : 1/U/KB/2000 dan No. MA/86/2000, tertanggal 30 Maret 2000 yng memberi kesempatan kepada pesantren salafiyah untuk ikut menyelenggarakan pendidikan dasar sebagai upaya mempercepat pelaksanaan program wajib belajar dengan persyratan tambahan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dalam kurikulumnya. Dengan demikian SKB ini memiliki implikasi yang sangat besar untuk mempertahankan eksistensi pendidikan pesantren.

(37)

25

memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atas pesantren salaf, sebagai institusi pendidikan asli Indonesia yang lebih tua dari Indonesia itu sendiri, adalah ‘legenda hidup’ yang masih eksis hingga hari ini. Sedangkan menurut penulis pesantren modern itu dapat diartikan bahwa pesantren modern adalah pesantren yang berusaha menyeimbangkan pendidikan agama dengan pendidikan umum, metode yang digunakan tidak lagi seperti dulu, materi yang diajarkanpun juga lebih banyak dibanding pesantren salaf. Selain mengajarkan pendidikan agama islam pesantren ini juga mengajarkan ilmu-ilmu umum dan juga bahasa-bahasa asing yang dilakukan guna menghadapi perkembangan zaman yang semakin canggih seperti sekarang ini. Dan didirikan pula sekolah-sekolah diberbagai tingkat sebagai sarana prasarana sebagai penunjang dalam sistem pembelajaran mereka.

Secara umum Pesantren Wajib memiliki lima elemen pokok yakni: (Haidar, 2007: 42)

a. Kyai, Ustadz, atau sebutan yang lain b. Santri,

(38)

26

Pesantren wajib menyelenggarakan pengajian kitab kuning sesuai dengan kekhasan masing-masing pesantren. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh pesantren yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan yang lain. Selain itu ada pula ciri khusus pesantren yakni kepemimpinan yang kharismatik dan suasana keagamaan yang mendalam.

Pada awalnya posisi pesantren di Indonesia khususnya pesantren salaf atau pesantren tradisional memang cukup positif untuk melindungi umat dari terkaman rekayasa ideologi atau agama penjajah. Banyak ulama besar Islam dilahirkan oleh kalangan pesantren masa itu karena kemurnian ajaran, kualitas keilmuan dan semangat para pendiri pesantren. Namun dalam proses perjalanan sejarah peradaban manusia yang begitu cepat berkembang, pondok pesantren juga secara bertahap kehilangan kemampuan sosialnya karena mereka tetap saja berada pada lingkup yang kecil padahal arus teknologi maju dengan amat pesatnya.

(39)

27

mengikuti model-model terdahulu seperti bondongan, hafalan rutinan, sorogan, dan metode yang lainnya (Rahardjo, 2004: 46).

Pilihan pesantren untuk tidak mengikuti aturan pendidikan formal adakalanya tumbuh dari kalkulasi program atau kurikulum yang diatur dan disusun Negara tidak akan memenuhi kebutuhan sebuah lembaga pendidikan pesantren yang memiliki visi dan misi pendidikan secara khas. Selain itu, orientasi keilmuan dipendidikan formal dinilai berorientasi pada prestasi akademik dan kerja. Sedangkan pada pesantren salaf tertuju pada prestasi akhlakul karimah. Pandangan-pandangan seperti inilah yang menjadikan kaum muslim lemah dan mengalami kemosrotan dalam segi ekonomi, tekhnologi, dan juga pergeseran social di tengah-tengah masyarakat. Untuk lebih singkatnya, kelemahan yang dimiliki oleh pesantren salaf pada umumnya antara lain: (Sumardi, 2008: 78)

1) Menutup diri akan perubahan zaman, dan bersifat kolot dalam merespon modernisasi.

2) Lebih menekankan ilmu fiqh, tasawuf dan ilmu alat 3) Adanya penurunan kualitas dan kuantitas pesantren salaf

4) Penggunaan metode pembelajaran yang masih bersifat radisional seperti sorogan, bandongan (halaqah), dan wetonan.

5) Kurangnya penekanan kepada aspek pentingnya membaca dan menulis.

(40)

28

Jadi menurut penulis hal-hal yang ada dalam pesantren salaf yang kiranya kurang begitu relevan dengan perkembangan zaman pada dewasa ini sebaiknya sedikit demi sedikit perlu dievaluasi kembali agar para penerus bangsa tetap menjaga kekhassan dari pesantren salaf itu sendiri. Dan eksistensi pesantren salaf tetap terjaga. Karena bagaimanapun seiring perubahan zaman manusia itu juga ikut mengalami perubahan.

(41)

29

diimbangi dengan ketrampilan, kreatifitas dan juga pengetahuan dari mereka (Rahardjo, 2004: 82).

Kekhasan pesantren salaf yang paling menonjol adalah kebutuhan akan ta’limu ulum addin (pembelajaran ilmu-ilmu keagamaan). Masyarakat muslim memiliki tradisi pendidikan keagamaan yang sangat kental dan biasanya menjadi program pendidikan yang utuh serta memenuhi seluruh rongga waktu santri. Untuk lebih rincinya dapat disimpulkan kelebihan-kelebihan dari pesantren salaf antara lain adalah sebagai berikut: (Sumardi, 2008: 52) a) Ketakdziman seorang santri terhadap kyainya begitu kental

b) Tempat mencetak kader-kader islam yang berakhlakul karimah dan mumpuni terhadap kajian-kajian agama seperti ilmu fiqh, tasawuf ataupun ilmu alat

c) Sebagai tempat sentral belajar ilmu agama

d) Tempat pendidikan yang tak mengenal strata social

e) Mengajarkan semangat kehidupan demokrasi, bekerja sama, persaudaraan, persamaan, percaya diri dan keberanian hidup.

(42)

30

diberlakukan oleh Negara. Lalu lulusan pesantren murni semacam ini tidak mendapatkan akses yang sama seperti keluaran lembaga pendidikan lain. Akan tetapi hal demikian tidak akan terjadi lagi dalam dunia pesantren baru kita, yang biasa kita kenal dengan pesantren modern. Karena dalam pesantren modern telah melakukan perubahan terhadap kurikulum, metode dalam melakukan proses pembelajaran seperti perubahan dalam: (Haidar, 2007: 352)

1) Sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi sistem klasikal yang kemudian disebut sebagai madrasah.

2) Diberikannya pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa Arab.

3) Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

4) Diberikannya ijazah bagi santri yang telah menyelesaikan studinya di pesantren, yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah negeri.

(43)

31

sekarang internetpun telah diajarkan kepada mereka. Tentunya itu dilakukan guna menciptakan para santri menjadi manusia yang cerdas spiritual dan peka terhadap perubahan zaman. Perubahan yang terjadi dalam pesantren juga merupakan kelebihan akan perkembangan pesantren itu sendiri, adapun kelebihan-kelebihan yang lain dapat dituliskan sebagai berikut: (Dhofier, 2004: 68)

1) Adanya perubahan yang signifikan dalam sistem, metode serta kurikulumnya.

2) Mau membuka tangan untuk menerima perubahan zaman.

3) Semangat untuk membantu perkembangan pendidikan di Indonesia tidak hanya dalam pendidikan agama saja.

4) Dibangunnya madrasah-madrasah bahkan perguruan tinggi guna mengembangkan pendidikan baik agama ataupun umum dalam lingkungan pesantren.

5) Mampu merubah sikap kekolotan pesantren yang terdahulu menjadi lebih fleksibel.

6) Perubahan terhadap out putnya yang tidak hanya menjadi seorang guru ngaji,ataupun guru agama di desa. Sekarang merambah ke dalam dunia politik, ekonomi dan beberapa bidang lainnya.

(44)

32

pesantren yang dulu, munculnya pesantren modern ini menjadikan kendala akan berkembangnya pesantren salaf, selain itu pada realita yang ada belum semua pesantren yang menklaim dirinya sebagai pesantren modern telah memiliki sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan yang dioerlukan untuk pengembangan ponpes modern, para santri yang akan menimba ilmu di dalamnya harus membayar sedikit agak mahal dari pada pesantren model lama. Sehingga mengakibatkan sulitnya orangtua yang memiliki taraf ekonomi tengah ke bawah untuk menyekolahkan anaknya di ponpes tersebut.

B. Modernisasi Pendidikan Islam 1. Pondok Pesantren Modern

(45)

33

sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas dan tawadhu, serta tradisi keagamaan yang diwariskan secara turun-temurun. Ada pula yang mengartikan pesantren dengan arti bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-sehari ((Haidar, 2007: 313).

Ketika menelusuri lebih jauh lagi tentang apa itu sebenarnya pesantren, tentu akan muncul begitu banyak arti dan pendapat tentang pesantren. Dari sekian pengertian di atas disini penulis mencoba menarik kesimpulan, bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam tradisional yang mempunyai ciri khusus yang telah mengembangkan diri dan ikut serta dalam pembangunan bangsa serta berperan dalam proses penyebaran agama islam di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga saat ini.

(46)

34

munkar yang partisipatif, baik bi al-lisan maupun bial-hal dengan terlibat langsung menangani permasalahan kemasyarakatan.

(47)

35

Dari uaraian di atas dapat penulis tuliskan kekurangan-kekurangn tersebut seperti dibawah ini: (Sumardi, 2008: 87)

a. Kurang takdzimnya santri kepada kyai, karena santri lebih patuh

pada peraturan pesantren.

b. Ketatnya peraturan-peraturan yang dibuat, yang menyebabkan

ketidaknyamanan santri dalam belajar.

c. Ilmu-ilmu agama yang diberikan tidak lagi diberikan secara intensif. d. Terdapatnya kecenderungan santri yang semakin kuat untuk

mempelajari IPTEK.

e. Tradisi “ngalap berkah kyai” sudah tidak lagi menjadi fenomena

yang dalam pesantren.

Selama masih ada nafas pendidikan di dunia ini selama itu pula dunia pendidikan akan terus mengalami perubahan sebagai tuntutan zaman. Maka dari itu tidak akan pernah habis manusia untuk mencari dan merubah baik sistem, metode, kurikulum dan dari segi lainnya untuk memajukan pendidikan. Selama itu pula kelebihan dan kekurangan akan terus melekat dalam setiap perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kelebihan dan kekurangan dari pesantren modern ini juga tidak menutup kemungkinan akan mengalami perubahan dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam.

(48)

36

itu, pendidikan pesantren memiliki dasar yang cukup kuat, baik secara ideal, konstitusional maupun teologis. Landasan ideologis ini menjadi penting bagi pesantren, terkait eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang sah, menyejarah dan penunjuk arah bagi semua aktivitasnya. Selain itu landasan ini juga dijadikan sebagai acuan bagi pesantren untuk bersikap dalam menghadapi kemajuan perubahan zaman.

Sedangkan dasar teologis pesantren adalah ajaran Islam yakni bahwa melaksakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Dasar yang di pakai adalah Al-qur’an dan Hadits. Di samping itu pendidikan pesantren didirikan atas dasar tafaqquh fiddin, yaitu kepentingan umat untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama (Rahardjo, 2004: 68).

Pendidikan pesantren juga bertujuan menekankan pentingnya tegaknya islam ditengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral atau akhlaq mulia. Jika kita berfikir secara alternatif dan otomatis maka, Islam dapat menggantikan tata nilai kehidupan bersama yang lebih baik dan maju. Pendidikan islam juga dapat melengkapi kekurangan, meluruskan, yang bengkok atau memperbaiki yang salah atau rusak dan memberikan sesuatu yang baru yang belum ada dan diperlukan.

(49)

37

modernisasi kehidupan saat ini? Ketika kita tengok lagi mengenai pesantren salaf, maka persoalan eksistensi pesantren yang tidak dapat dilepaskan dari persoalajn-persoalan konteks social yang melingkupinya, itu sebenarnya merupakan tantangan baginya. Karena bagaimanapun tuntutan masyarakat selalu berubah. Untuk zaman sekarang ini ketika kita hanya sibuk dengan urusan ukhrowi saja lalu bagaimana kita bisa terus mempertahankan eksistensi kita sebagai manusia yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan raga. Karena pada hakekatnya manusia memiliki dua unsure (jiwa,raga) yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bukankah cendikiawan-cendekiawan kita dahulu selain berilmu agama, berakhlakul karimah mereka juga ahli ilmu untuk mengurus dan memajukan dunia islam pada khususnya (Rahardjo, 2004: 72).

(50)

38

dengan merubah “kelamin” menjadi pesantren modern atau melakukan hal baru untuk mempertahankan kesalafiyahannya agar dapat relevan dengan kondisi sekarang.

Perkembangan ilmu fiqih misalnya, sebagai ciri paling menonjol diseluruh pesantren di Indonesia, justru dikritik oleh kyai-kyai yang sudah mulai berfikir kritis sebagai tidak mengalami kemajuan apa-apa, bahkan cenderung melanggengkan tradisi pengembangan ilmu fiqih secara keliru. Dari segi kompetensi santri juga demikian, pesantren kurang menekankan aspek pentingnya membaca, menulis, dan mendengar seperti tuntutan ilmu pengetahuan modern. Banyak pesantren yang mambiarkan santri bertahun-tahun hidup dipesantren, bahkan sampai usia lanjut, tidak diajarkan cara membaca secara mandiri kitab gundul dengan benar. Itu karena di banyak pesantren cara baca sorogan masih cukup mendominasi. Sehingga setelah lulus santri tersebut sesungguhnya belum menguasai seni membaca kitab arab, kecuali kitab-kitab muktabar yang sudah dibedakan gurunya (Dhofier, 2004: 86)

(51)

39

sehingga tradisi menulis pesantren turut tenggelam bersama pengaruh penulisan masalah pada masa lalu.

Selanjutnya untuk pesantren modern perlu menyikapi modernitas yang telah membaur menjadi satu dalam sistem pembelajaran, sehingga pesantren modern mampu menjaga tujuan utama untuk mengajarkan agama Islam sehingga tidak terbawa arus modernisasi itu sendiri.

(52)

40

yang mendatangi Departemen Agama dan menntut pengakuan atas ijazah pesantren. Sudah bisa dipastikan Departemen Agama kelimpungan karna perangkat hukumnya tidak ada. Maka persoalan ini dibawa ke kancah pembaharuan pendidikan melalui reformasi pendidikan yang diusung oleh UU No 20 tentang Sisdiknas 2003. Hal-hal semacam ini harus dijadikan pembelajaran untuk kalangan pesantren dalam bersikap selanjutnya (Sumardi, 2008: 116).

Alangkah prihatinnya umat Islam di Indonesia ini jika pada zaman kemerdekaan yang maju dan canggih seperti sekarang masih ada pondok pesantren gaya lama yang mengajar santrinya dengan buku-buku lama, materi yang diajarkan juga hanya masalah ritual/ peribadatan sempit, wawasan yang disajikan hanya wawasan lokal, metode yang diajarkan hanya mencontoh atau meniru dan sistem yang dipakai adalah sistem yang feodalistik. Pondok semacam ini tidak seharusnya boleh ada lagi di Indonesia karena amat berbahaya bagai masa depan generasi muda umat dan generasi muda bangsa. Pondok semacam ini bisa menjadi kantong-kantong pembodohan generasi muda yang nantinya mengahasilkan produk yang pasif, picik, emosional, labil dan membebani upaya pembangunan masyarakat.

(53)

41

sepenuhnya kurikulum Negara, peluangnya terdapat di dua model berikut ini: (Sumardi, 2008: 118)

a. Apa pun satuan dan program pendidikan yang diselenggarakannya akan di hitung oleh hukum Negara sebagai bukan pendidikan formal melalui proses standarisasi dan akreditasi. Jika pesantren semacam ini mengeluarkan ijazah, maka ijazah nya tentu bukan ijazah yang berstatus terakreditasi. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal tanpa akreditasi, maka pesantren tetap seperti sedia kala, akan besar bersama penerimaan masyarakat. Dengan mengecualikan santri diusia 7-15 tahun karena wajib bagi mereka mengikuti program wajar Diknas 9 tahun

b. Jika pendidikan yang dikembangkan pesantren tidak memenuhi criteria standar nasional pendidikan dan tidak melampau proses akreditasi, akan tetapi pesantrn tersebut mampu menciptakan keluaran pendidikan yang kualitas kompetensinya memadahi. Maka peluang pengakuan pesantren ,masih bisa titempuh ,melalui proses pengakuan akreditasi yang dilakuakan oleh mentri pendidikan nasional dan mentri agama. Pengakuan setara pendidikan formal yang akan diperoleh pesantren ini masihjauh lebih memungkinkan dari pengakuan Negara atas penyetaraan yang diperuntukkan pada peserta didik pendidikan non formal dan in formal (UU Sisdiknas). c. Kaum santri pada umumnya kini sudah mendengar bahwa UU

(54)

42

integral dalam sistem pendidikan nasional. Ini bisa dimaknai angin segar bagi model pendidikan yang merasa terpinggirkan seperti pesantren selama ini.

Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana kita harus menyikapi hal-hal yang menyangkut sistem pendidikan pesantren, kini kita harus berpikir kembali untuk terus mengembangkan dan memperbahuri sistem pendidikan pesantren kita agar tidak ketinggalan dan membukitikan bahwa kaum muslim juga mampu menjadi cendekia dalam bidang ilmu pendidikan, baik agama maupun umum. Karena bagaimanapun pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan agama islam yang memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain, selain itu peran pesantren dalam sejarah Indonesia sangat berpengaruh, sehingga eksistensi dan kiprahnya harus terus dijaga.

Peran pesantren dalam proses pembangunan sosial Perspektif histories menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazanah perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya, lima ribu podnok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan puluh desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai subkultur.

(55)

43

dalam struktur piramida sosial masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang disandang pesantren menuntutnya untuk memainkan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melaui potensi pendidikan maupun potensi pengembangan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan yang selama ini menjadi musuh dari dunia pendidikan secara umum. Pada tataran berikutnya, keberadaan para santri dalam menguasai ilmu pengetahuan dan keagamaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna.

Selaras dengan pandangan pembangunan sebagai proses perubahan sosial, pembangunan itu tiada lain merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila. Pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir bati, termasuk terpenuhinya rasa aman, tentram dan keadilan.

(56)

44

pesantren tidak memiliki kewenangan langsung untuk merumuskan aturan sehingga perannya dapat dikategorikan ke dalam apa yang dikenal dengan partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kyai dan santri didikannya cukup potensial untuk turut menggerakkan masyarakat secara umum. Sebab, bagaimanapun juga keberadaan kyai sebagai elit sosial dan agama menempati posisi dan peran sentral dalam struktur sosial masyarakat Indonesia.

(57)

45

itu diorientasikan kepada pemberdayaan salah satunya aspek kognitif masyarakat. Pendidirian lembaga pendidikan pesantren yang menjadi ciri khas gerakan transformasi sosial keagamaan para ulama menendakan peran penting mereka dalam pembangunan sosial secara umum melalui media pendidikan. Muculnya, tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang sangat berperan besar dalam menggerakkan dinamika kehidupan sosial masyarakat desa. Misalnya, tidak bisa dilepaskan dari jasa dan peran besar kyai atau ulama. Demikian pula, laihrnya pendidikan modern yang cukup pesat dewasa ini secara geneologis tidak bisa dilepaskan pula dari akarnya yakni pendidikan pesantren (Haidar, 2007: 384).

(58)

46 a. ada Kyai yang mengajar dan mendidik. b. ada santri yang belajar dari Kyai. c. ada masjid.

d. ada pondok atau asrama tempat para santri bertempat tinggal.

Disamping karakter pondok pesantren secara khas seperti yang ada diatas, disini juga pula karakteristik pondok pesantren yang lainnya, antara lain sebagai berikut:

Sistem kebebasan yang lebih besar dibanding dengan murid-murid di sekolah-sekolah modern didalam bertindak dan berinisiatif sebab hubungannya antara kyai dan santri bersifat dua arah yaitu ada hubungannya timbal balik seperti adanya anak dan orang tua. Kehidupan pesantren menanamkan semangat demokrasi dikalangan santri, karena mereka praktis harus bekerja sama untuk mengetahui problem non kurikuler. Para santri tidak mengidap penyakit ijazah sebab sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, ini membuktikan ketulusan motivasi mereka dalam belajar agama, maka sebagai hasilnya mereka akan mendapat ridlo Allah SWT.

(59)

47

Dari ciri-ciri atau karakteristik tersebut dapat kami simpulkan dalam ciri-ciri utama dalam pondok pesantren adalah kesederhanaan, kepatuhan, kedisiplinan sampai pada persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah yang terpancar dari para santri dalam suatu pondok pesantren. Dalam perkembangannya pemerintah pernah menawarkan sebuah bantuan pada pondok pesantren baik fisik maupun non fisik, akan tetapi pondok pesantren secara bertahap dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan yang dapat mengolah, karena jika sudah memperoleh bantuan dan segala fasilitas, maka pondok pesantren akan kehilangan karakteristiknya dan tidak mempunyai hak otonom lagi dalam meningkatkan dan mengembangkan pondok pesantrennya.

Keseluruhan sistem nilai dari ciri utama di atas pada dasarnya dapat membawakan sebuah dimensi dalam kehidupan pesantren, yakni kemampuan untuk berdiri diatas kaki sendiri. Kemandirian ini dimanefestasikan dalam berbagai bentuk keluwesan struktur kurikuler dalam pengajaran dan pendidikan, hingga kemampuan pada warganya untuk menahan diri dari godaan menempuh pola konsumsi yang cenderung pada kemewahan hidup.

(60)

48

prasarana fisik desa yang telah dikumpulkan secara swadaya. Berdasarkan pada kenyataan diatas, jelas para pemimpin dan warga pesantren serta lembaga pendidikan memiliki cukup kuat untuk mempelopori perubaha-perubaha mendasar dalam kehidupan mesyarakat yang sedang membangun.

Kehidupan masyarakat pada umumnya sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan itu disebabkan struktur masyarakat yang ada juga faktor tempat mempunyai peranan penting dalm hal tersebut, disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi masyarakat itu, sehingga tampak jelas sekali perbedaannya apakah masyarakatnya termasuk golongan tinggi, menengah, kota, pedesaan dan sebagainya.

(61)

49

(62)

50 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Sistem Pendidikan di Ponpes Bustanul Muta’allimin

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang penulis lakukan, berikut ini kami paparkan tentang latar belakang berdirinya pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang.

Berdirinya pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruhpada tahun 1989 bersama dengan segenap masyarakat.Ini merupakan pondok pesantren yang tergolong cukup tua di wilayah kecamatan Suruh. Gagasan mendirikan pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh oleh Kyai Mawardi dilatarbelakangi adanya tuntutan masyarakat, terutama masyarakat yang merasakan penting akan adanya Lembaga Pendidikan Agama yang dapat menampung keinginan masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya sehingga mereka dapat mengusai ilmu agama dengan baik. Pada waktu itu memang di desa Reksosari belum ada pendidikan non formal.

(63)

51

itulah pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh terus berkembang, baik fisik, sistem kelembagaan maupun kurikulum yang diterapkannya seiring dengan derasnya arus perubahan zaman. Tentu ia tak ingin lapuk ditelan zaman begitu saja. Zaman boleh berubah dan berkembang terus, tapi yang pasti pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruhakan terus ambil bagian dalam proses pemberdayaan umat melalui jalur sistem pendidikan pondok pesantren yang menekankan pada aspek moralitas.

Kepemimpinan di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh telah mengalami tiga kali pergantian dan perubahan.Pada periode Kyai Mawardi, kepengasuhan langsung dipegang beliau, hingga ahkirnya pada tahun 2002, kepemimpinan beralih ke tangan putranya yang tertua.Pada kepemimpinan beliau tidak terlalu banyak mengalami perubahan, sehingga pada berikutnya beliau wafat dan beliau merupakan pengasuh yang kedua.Sehingga kemudian sistem kepemimpinan Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh dipegang secara kolektif oleh beberapa orang pengasuh (para putra pendiri pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh).Sejak itulah Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh mulai berada di bawah Dewan pengasuh.

(64)

52

pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh.Sedangkan dalam operasionalnya, tugas ini dilaksanakan oleh sebuah institusi di tingkat santri yaitu Ikatan Keluarga Santri Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh.Bidang kepesantrenan ini meliputi pendidikan moralitas dan pengajaran kitab-kitab klasik yang diharapkan kepada seluruh santri, baik asrama maupun non asrama.

Setelah penulis melakukan berbagai upaya dalam rangka proses penelitian ini, yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan cara memahami fenomena yang diteliti sehingga data yang ada berupa untaian kata-kata bukan berupa angka-angka (data statistik). Selanjutnya kami paparkan data yang berkaitan dengan peran pondok pesantren dalam pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat di pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh.

(65)

53

pendidikannya pada kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan peran pesantren semakin signifikan terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat yang selanjutnya dapat berimplikasi pada pembentukan sikap yang baik.Maka dari itu peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat di pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh sangat penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggungjawab pondok pesantren sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok pesntren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh. Lebih lanjut tentang seperti apa dan bagaimana peran pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruhdapat diuraikan sebagai berikut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan berbagai nara sumber yang mempunyai partisipasi dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat.

Berdasarkan pemaparan dari pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh yaitu Kyai Mawardi sebagai informan pertama dalam penelitian ini ketika penulis melakukan wawancara, beliau menyatakan bahwa:

(66)

54

memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak masyarakat yang mempercayai proses pendidikan anaknya kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang baik. Disamping itu sejak dulu sebagai pendiri pertama pondok pesantren ini sudah mulai menerapkan pendekatan-pendekatan sosio-kulutral dalam pengembangan pendidikan agama Islam terhadap masyarakat. Beliau mengadakan kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat, seperti tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran dari rumah masyarakat yang satu dengan rumah yang lainnya. Selain kegiatan itu ada juga pengajian rutin mingguan yang dilaksakan di pondok pesantren. Kegiatan-kegiatan tersebut sampai saat ini masih tetap dilaksanakan bahkan beberapa kegiatan lain telah dikembangkan oleh pondok pesantren diantaranya penyuluhan, dan penugasan alumni ke beberapa lembaga pendidikan untuk menjadi guru bantu (tugas purna bakti)” Mengenai apa yang diajarkan di Ponpes Bustanul Muta’allimin berdasarkan wawancara berikut Bapak Kyai Mawardi menyatakan bahwa

“Peran pondok pesantren juga sangat menentukan dalam peningkatan pemahaman akan ilmu-ilmu agama bagi para santri maupun masyarakat. Sehingga setelah mereka terus menerus digembleng dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan agama Islam maka selanjutnya keimanan mereka terhadap tuhan yang maha esa akan semakin mantap. Dengan demikian keberadaan pondok pesantren manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat dimana masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan agama”.

Pemaparan informan di atas selaras dengan hasil observasi partisipatif yang dilakukan oleh penulis, ketika kami tinggal di pondok pesantren tersebut selama melakukan proses penelitian. Sebagaimana penulis ketahui bahwa Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh sejak awal berdirinya telah mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya apresiasi yang diberikan oleh masyarakat

(67)

55

peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, salah satu pengurus pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh beliau menyatakan bahwa:

“Menurut saya mas, pondok kami yaitu Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh sudah sejak dulu mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, itu sudah dimulai pada zaman pendiri yaitu Kyai Mawardi.Dapat dilihat pada sekarang ini meskipun Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh, tapi pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh tetap eksis dan tetap bisa berperan dalam kehidupan masyarakat meskipun tidak ada beliau-beliau. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh lembaga ini untuk memberikan manfaat kepada masyarakat tidak akan pernah pudar sampai kapanpun karena hal tersebut telah menjadi tujuan dari berdirinya pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh itu sendiri”

Apabila dilihat dari motivasi santri datang ke Ponpes Bustanul Muta’allimin berdasarkan wawancara dengan salah satu santri, menyatakan

bahwa”

“Tujuan santri pergi ke pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh adalah untuk menghiasi diri (akhlaqul karimah), mencari ilmu karena Allah untuk dirinya maupun untuk orang lain serta mendekatkan diri kepada Allah Swt. dari itu semua bahwa di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh ini juga ada pengabdian masyarakat yang disebut dengan Orientasi Pengabdian Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh, dari konsep ini dapat dikolerasikan dengan peran pondok pesantren terhadap masyarakat, ketika dilihat dari itu semua bahwa pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh telah berjalan sesuai dengan tujuan awal yaitu membentuk dan membangun masyarakat baik itu dari segi moral ataupun ilmu pengetahuan. Karena ketika pengabdian para santri dituntut mandiri bagaimana menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi ketika waktu pengabdian”.

(68)

56

masyarakat sebagai objek sasaran dari setiap program-program yang dilakukan pesantren.Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di sekitar pondok pesantren diantaranya bapak Muhkam Habibi dan bapak imam. Berikut beberapa statemen dari bapak Muhkam Habibi ketika di wawancarai:

“Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh tercinta ini telah menerapkan dan meningkatkan pendidikan pada masyarakat. Masalahnya disini memang para santri-santrinya diharuskan mengembangkan fitrah manusia yang dimilikinya, diantaranya adalah Fitrah agama, Dalam fitrah agama ini para santri sudah dididik dan digembleng dan didorong untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan, sehingga dalam hal ini sering dilakukan dimasjid, seperti shalat jama’ah, shalat tahajud, istighasah, shalawadan, tahlilan, yasinan dan ngaji surat munji’at. Fitrah berakal budi, fitrah berakal budi merupakan untuk berfikir dan berzikir dalam memahami tanda-tanda keagungann Tuhan. Ini juga sering dilakukan dengan bentuk diskusi perkamar, antar daerah dan juga dilakukan dengan lomba debat”

Hasil wawancara tersebut dikuatkan dari hasil wawancara dengan Kyai Mawardi selaku pengasuh pondok pesantren, yang dalam wawancara menyatakan bahwa

(69)

57

lainnya.Fitrah individu, dalam fitrah ini biasanya para santri memasak sendiri, mencuci sendiri dan bagaimana mengatur dirinya sendiri. Fitrah sosial, para santri setiap hari jum’at dan hari selasa melakukan kerja bakhti, dan melakukan kerja sama dengan masyarakat, yang hal ini dilakukan dalam penagihan listrik. Fitrah seksual, fitrah ini merupakan untuk mengembangkan keturunan sehingga di pondok pesantren ini para santri diajarinya dengan mengaji kitab julujen, yang mana dalam hal ini dikhususkan kepada para santri yang sudah keluar Madrasah Aliyah (MA).Fitrah ekonomi, dalam hal ini para santri diajari tentang kewirausahaan dengan mendatangkan pemateri yang menjelaskan pentingnya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus diterapkan dalam bentuk koperasi.Fitrah politik, disini juga diajari tentang politik dan aplikatifnya, seperti dalam pemilihan pengurus daerah, pengurus IKSNI dan pengurus alumni.

Lebih lanjut bapak Imam yang juga merupakan tetangga dekat dari pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh menambahkan Pendapat bahwa:

“Sebenarnya bagi kami sebagai masyarakat, pesantren itu sudah cukup sangat berperan sekali, mulai dari memberikan bimbingan bagi saya dari orang tua dan anak-anak saya. Dulu, pada zaman saya masih anak-anak, yang mana pada waktu itu pendidikan itu sangat minim sekali, baik itu pendidikan agama, apalagi pendidikan umum, waktu itu saya dan teman-teman saya belajar ngaji dan bagaimana cara (andep asor) berakhlak yang baik, dengan sabarnya para pendiri pondok pesantren tersebut mengopeni saya dan teman-teman saya sedikit demi sedikit, dan sampai saat ini hal-hal seperti masih terus berlaku, sehingga pondok pesantren mempunyai pengaruh yang sangat sekali terasa bagi masyarakat sekitarnya. Dan dengan adanya pondok pesntren tersebut, kami merasa telah terbekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam dan tatakrama”.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun karya sastra yang dikaji oleh peneliti berupa novel yang berjudul Al-hubb fii zamani nafti karya Nawal El-Saadawi yang diterbitkan pada tahun 1993 di Kairo dan

Menurut Dyah kegiatan ini diselenggarakan selain untuk meramaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke 718 juga mengasah potensi perempuan Surabaya dalam membuat desain batik

tersebut membuktikan bahwa guru belum mampu menjalankan perannya dalam hal menyusun instrumen penilaian pembelajaran yang baik dan proporsional. Soal uraian yang tidak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

generatif dalam pengembangan keterampilan ibadah siswa pada mata.. pelajaran fiqih di MA Manbaul A’la Purwodadi Grobogan tahun

Agar hal tersebut dapat dikuasai pada modul Konstruksi Baja Kelompok Kompetensi B ini pembelajaran 6 yang dimaksud adalah memahami apa saja peralatan atau bahan

Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Anwar Mujahidin M.A. Kata Kunci: Ketakwaan dan Kehormatan. Harga diri dan kehormatan manusia

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan teknik thought stopping untuk meningkatkan kepercayaan diri pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri