• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Bahasa Spesifik Al Quran. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bahasa Bahasa Spesifik Al Quran. docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Studi Al-Qur’an

“Bahasa-Bahasa Spesifik Al-Qur’an”

Dosen Pembimbing :

M. Andre Agustianto, Lc, MH.

Oleh :

1. Sheila Nurjannah Alfata

(G94217207)

2. Virra Yulinda

(G94217212)

EKONOMI SYARIAH (KELAS G)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha pemberi ilmu, yang dengan kekuasaan-Nya memercikkan secerah hidayah serta izin kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bahan informasi yang dapat diimplementasikan.

Atas nikmat Tuhan Yang Maha Esa, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak M. Andre Agustianto Lc, MH. selaku pembimbing dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini telah kami susun dengan harapan dapat menjadi bahan acuan dan informasi bagi para pembaca. Apabila ada kekeliruan mohon dimaklumi karena kemampuan kami sangat terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 14 Desember 2017

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...………..

KATA PENGANTAR…....………...i

DAFTAR ISI………....…………...………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………...………...………....1 1.2 Rumusan Masalah…………...………....2 1.3 Tujuan………..……….…..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Qasam Al Qur’an………...3 2.2 Qasas Al Qur’an………..………...………....…….5 2.3 Amthal Al Qur’an………..……….…7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………9 3.2 Saran...9

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

(5)

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Qasam Al Qur’an? 2. Apa yang dimaksud dengan Qasas Al Qur’an? 3. Apa yang dimaksud dengan Amthal Al Qur’an?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian secara jelas Qasam Al Qur’an

2. Untuk mengetahui pengertian secara jelas Qasas Al Qur’an

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

1.

Qasam Al-Qur’an

1.1 Pengertian Qasam Al-Qur’an

Menurut bahasa, aqsam merupakan bentuk jamak dari kata qasam yang bersinonim dengan al-hilf dan al-yamin yang berarti sumpah. Menurut az-Zarkashi, qasam adalah kalimat yang digunakan untuk menguatkan isi informasi.1 Menurut Ibnul Qayyim

al-Jauziyah, qasam berarti menguatkan isi informasi dan memastikannya.2

1.2 Unsur-unsur atau Rukun Qasam

a. Muqsim (pelaku sumpah).

b. Muqsam bih (sesuatu yg dipakai sumpah). Jika yang bersumpah adalah manusia, maka muqsam bih-nya harus menggunakan nama Allah. Dan jika Pelaku sumpah adalah Allah, maka tidak terikat denganaturan tersebut, artinya Allah boleh bersumpah dengan apapun sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

c. Fi’il qasam dan Adat qasam (alat untuk bersumpah). Ada tiga huruf yang biasa dipakai dalam bersumpah, yaitu “ta’”, “wawu”, “ba”.

d. Muqsam ‘al-aih/jawab qasam (bercerita yang akan dijadikan isi sumpah).

1.3 Macam-macam Qasam

Pertama, fi’il qasam dan huruf qasam (adat qasam) serta muqsam bihnya disebutkan secara jelas. Qasam yang seperti ini disebut dengan qasam zahir. Yang juga termasuk dalam kategori qasam zahir adalah fi’il qasam dihilangkan dan mencukupkan dengan huruf jar ta’, ba’, wawu.

Kedua, fi’il qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkansecara jelas, melainkan hanya disebut muqsam ‘al-aih (jawab qasam) yang disertai dengan “lam taukid”.

1.4 Macam-macam Muqsam bih dalam Al-Qur’an

Pertama, dengan zat-Nya sendiri yang terdapat pada tujuh tempat dalam Al-Qur’an.

1 Zuhdi Achmad, dkk, Studi Al-Qur’an, (Surabaya, UINSA Press : 2017), cetakan 7, hlm.372

(7)

a. Q.S. at-Taghabun : 7

“orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

b. Q.S. Saba’ : 3 kegunaannya, misalnya; bersumpah dengan matahari, bintang, langit, malam, masa, poon-pohon, dan sebagainya.

a. Q.S. ash-Shams : 1-7

“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).”

b. Q.S. at-Tin : 1-2

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai.”

1.5 Keadaan Muqsam Alaih

a. Pokok-pokok keimanan dan ketauhidan, seperti dalam Q.S. as-Saffat : 1-4 b. Penegesan tentag kebenaran Al-Qur’an, seperti dalam Q.S. Waqi’ah : 75-77

(8)

d. Penjelasan tentang balasan amal, janji da ancaman yang benar-benar akan terlaksana di akhirat kelak. Sebagaimana dalam Q.S. adh-Dhariyat :1-6

e. Penjelasan tentang perbuatan manusia, seperti dalam Q.S. al-Lail : 1-4

2.

Qasas Al-Qur’an

2.1 Pengertian Qasas Al-Qur’an

Kata qasas merupakan bentuk masdar dari qassa, yaqussu, qasasan, yang bermakna urusan, berita, khabar, keadaan. Kata “al-qasas” juga berarti mencari atau mengikuti jejak. Atau berita yang diikuti karena kebenarannya. Jadi, Qasas Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian terdahulu dan3

peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.3

2.2 Macam-macam kisah dalam Al-Qur’an

a. Kisah para Nabi. Kisah ini mengandung ajakan kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada mereka untuk memperkuat kenabian-nya, menghentikan orang-orang yang menentangnya, mengandung tahap-tahap perkembangan dakwah, balasan bagi orang-orang yang beriman dan yang mendustakannya. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad saw., dan lain-lain.

b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halaman karena takut mati,kisah Talut dan Jalut, dua orang putera Adam, Maryam, dan lain-lain.

c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah saw., seperti perang Badar, perang Uhud (dalam surat Ali Imran), perang Hunain dan Tabuk (dalam surat at-Taubah), perang Ahzab (dalam surat al-Ahzab), hijrah, Isra’, dan lain-lain.

2.3 Tujuan Qasas dalam Al-Qur’an

Sayyid Qutub4 menjelaskan tujuan Qasas (kisah-kisah) dalam Al-Qur’an adalah :

a. Untuk menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu dari Allah dan Muhammad saw adalah benar-benar utusan Allah.

33 Ibid., 391

(9)

b. Untuk menerangkan bahwa semua agama samawi sejak dari Nabi Nuh as sampai kepada Nabi Muhammad saw semuanya bersumber sama, yaitu Allah SWT. (Q.S. al-Anbiya’ : 48)

c. Untuk menjelaskan bahwa agama samawi itu asasnya sama (satu), yaitu mentauhidkan Allah SWT. (Q.S. Hud : 50)

d. Untuk menerangkan bahwa misi para nabi dalam berdakwah adalah sama dan sebutan kaumnya pun sama, serta bersumber dari yang sama. (Q.S. Hud : 25,50,60,62)

e. Untuk menjelaskan bahwa antara agama Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as khususnya, dan dengan agama Bani Israil pada umumnya terdapat kesamaan dasar serta memiliki hubungan yang erat.

f. Untuk mengungkapkan adanya janji pertolongan Allah kepada para nabi-Nya dan menghukum orang-orang yang mendustakannya. (Q.S. al-Ankabut : 14)

g. Untuk menjelaskan adanya nikmat dan karunia Allah SWT. Kepada para Nabi dan semua utusan dan orang-orang pilihan-Nya. Seperti kisah Nabi Dawud, Ayyub, Ibrahim, Sulaiman, Maryam, Zakaria, Yunus, Musa, dan lain-lain.

h. Untuk mengingatkan anak cucu Adam ( Bani Adam ) atas tipu daya syetan yang merupakan musuh yang abadi bagi manusia.

2.4 Metode Pengungkapan Qasas dalam Al-Qur’an

Pertama, metode deduksi, yaitu dengan memulai kisah secara global/ringkas dan kemudian dipaparkan secara rinci dari awal sampai akhir. Misalnya dalam mengungkapkan cerita Ashab al-Kahfi.

Kedua, metode hikmah, pada pendahuluan kisah diungkapkan akhir kisah yang pelajaran yang dapat dipetik darinya, kemudian barulah kisah itu diceritakan selengkapnya secara terperinci. Metode ini tercermin dalam kisah Nabi Musa as. dalam surat al-Qasas.

(10)

Keempat, kisah diungkapkan seperti drama, yakni Al-Qur’an memulai kisah itu dengan beberapa kata kemudian dibiarkan kisah itu berbicara sendiri dengan perantaan tokohnya. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim as dan Ismail as ketika mendirikan Ka’bah.5

3.

Amthal Al-Qur’an

3.1 Pengertian Amthal Al-Qur’an

Kata Amthal merupakan bentuk jamak dari mathal, mithl, dan mathil. Ia semakna dengan kata shabah, shibh, dan shabih. Menurut al Zamakhshariy, mathal mempunyai arti “nazir”

(keadaan sebanding atau kesamaan). Menurut Imam as-Suyuti, mathal adalah “mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi dengan yang nyata dan yang ghaib dengan yang tampak”.6 Senada dengan Imam as-Suyuti, Ibn Al-Qayyim mendefinisikan amthal Qur’an

dengan “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkrit, mahsus), atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain.”7 Ketiga definisi tersebut, walaupun diuangkapkan dalam redaksi yang

berbeda namun memberi gambaran bahwa mathal adalah menyerupakan terhadap dua hal yang berbeda karena ada titik persamaannya.

3.2 Macam-macam Amthal Al-Qur’an

a. Amthal Musarrahah, ialah yang didalamnya disebutkan dengan jelas lafal mathal atau sesuatu yang menunjukkan tashbih (penyerupaan). Amthal semacam ini dijumpai di dalam Al-Qur’an, diantaranya : Amthal tentang orang munafik dalam Q.S. al-Baqarah :17-20 ;

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan dibawah sinar itu dan bila gelap

(11)

menimpamereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”

b. Amthal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamthil (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Berkaitan dengan bentuk mathal ini, ulama’ memberikan beberapa contoh :

 Ayat-ayat yang senada dengan perkataan : sebaik-baik urusan adalah pertengahannya. Dalam Q.S. al-Furqan : 67 tentang nafkah;

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

 Ayat-ayat yang senada dengan perkataan : kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri.

 Ayat yang senada dengan perkataan : sebagaimana kamu telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar. Sebagaimana dalam Q.S. an-Nisa’ : 123;

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”

 Ayat yang senada dengan perkataan : orang mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama.

c. Amthal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafal tashbih

secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai mathal, misalnya Q.S. al-Baqarah : 216;

(12)
(13)

BAB III

PENUTUP

1.

Kesimpulan

Bahasa-bahasa spesifik Al-Qur’an dibagi menjadi tiga materi pokok yakni Qasam, Qasas, dan Amthal. Aqsam Qur’an adalah kalimat-kalimat sumpah yang ada dalam Al-Qur’an. Rukun atau unsur qasam ada empat diantaranya yaitu, a). Muqsim atau pelaku sumpah. b). Muqsam bih (sesuatu yang dipakai sumpah). c). Fi’il qasam dan adat qasam (alat untuk bersumpah). d). Muqsam ‘al-aih/jawab qasam (berita yang akan dijadikan isi sumpah)

Sedangkan Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Secara garis besar ada tiga macam kisah dalam Al Qur’an diantaranya, Kisah para Nabi, Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dan bukan seorang Nabi, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah saw.

Amthal Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkrit, mahsus), baik dalam bentuk kalimat tashbih (penyerupaan) ataupun ungkapan bebas. Macam Amthal dalam Al Qur’an ada tiga yaitu Amthal Musarrahah, Amthal Kaminah, dan Amthal Mursalah.

2.

Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2015. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa Al Suyuti, Jalaluddin. 1978. Al Itqan fi ‘Ulum Al Qur’an. Beirut : Dar al Ma’rifah

Ash Shiddieqy, Hasbi. 1972. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an: Media-media Pokok dalam Menafsirkan Al-Qur’an. Jakarta : Bulan Bintang

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai balasan bagi Perkara-Perkara yang tersebut di dalam Lampiran Perjanjian Pembiayaan Pendidikan, PERBADANAN dengan ini bersetuju untuk menguruskan Pembiayaan

Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut penulis membuat kerangka penelitian disertai beberapa hipotesa mengenai wallpaper “Ragnarok” Online Games versi Indonesia yaitu

Penelitian ini juga belum dapat menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji buah kebiul dosis 250, 500 dan 1000 mg/kg BB mampu menurunkan kadar ureum

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Persamaan di atas mengandung arti, agar kedua tranformator membagi beban sesuatu dengan kemampuan kVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ada hubungan antara higiene dan sanitasi dengan nilai Angka Lempeng Total (ALT), hal tersebut menunjukkan higiene dan

Berns (2011:115) menjabarkan bahwa pengasuhan berarti menerapkan serangkaian keputusan tentang sosialisasi anak-anak, hal yang akan dilakukan orang tua untuk membentuk anak