• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PENGEMBANGAN INDIGOVERA SEBAGAI PAKAN BERNUTRISI UNTUK SAPI POTONG DI KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh : Elviwirda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI PENGEMBANGAN INDIGOVERA SEBAGAI PAKAN BERNUTRISI UNTUK SAPI POTONG DI KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh : Elviwirda"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN INDIGOVERA SEBAGAI PAKAN BERNUTRISI UNTUK SAPI POTONG

DI KABUPATEN ACEH BESAR Oleh : Elviwirda

PENDAHULUAN

Sub sektor peternakan di Aceh Besar merupakan bagian dari pembangunan pertanian saat ini dan akan datang. Peternakan di Aceh Besar masih didominasi oleh ternak sapi yang merupakan komoditi andalan daerah. Ternak sapi memiliki potensi yang dapat dikembangkan dilihat dari peranan ternak sapi bagi masyarakat. Beberapa peran dari ternak sapi yang dirasakan oleh masyarakat setempat yaitu ; sebagai sumber bahan pangan bagi masyarakat berupa daging, sumber pendapatan bagi rumah tangga dan tabungan, serta sumber pupuk organik .

Selain itu potensi sumberdaya alam seperti lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak masih tersedia sehingga sangat mendukung dalam pengembangan ternak sapi di daerah ini. Lahan yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman hijauan makanan ternak baik berupa kebun maupun padang

(2)

peternakan khususnya ternak sapi karena mempunyai ketersediaan lahan yang berpotensi besar untuk pengembangan hijauan makanan ternak.

Namun kenyataan yang ada bahwa ternak sapi di masyarakat masih menunjukkan produktivitas yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh sistem pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan masih tradisional. Berdasarkan tinjauan lapangan bahwa setelah panen padi, ternak sapi dilepas bebas di lahan sawah. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, ternak hanya mengkonsumsi jerami yang merupakan limbah hasil panen padi dan rumput alam yang ada disekitar lahan sawah. Disisi lain masyarakat peternak belum mengetahui jenis pakan hijauan yang mempunyai kandungan gizi tinggi seperti Indogovera. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi, publikasi, dan kajian serta penelitian baik di laboratorium maupun di lapangan.

Upaya yang dapat dilakukan agar masyarakat peternak memiliki pengetahuan tentang Indigovera dan selanjutnya dapat menerapkannya pada usaha ternaknya maka perlu mendiseminasikan keunggulan dan budidaya leguminosai Indigovera melalui demplot.

(3)

II. INDIGOVERA SUMBER PAKAN BERNUTRISI UNTUK SAPI POTONG

Mengenal Keunggulan Indigovera

Indigofera sp. merupakan jenis leguminosa pohon yang memiliki tinggi tanaman antara 1-2 meter bahkan lebih dan dapat dipanen pada umur antara 6-8 bulan dengan produksi biomasa serta kandungan nutrisi yang tinggi (Wilson & Rowe, 2008). Tanaman ini tumbuh dengan berdiri tegak, percabangan banyak dengan bentuk daun oval sampai lonjong dan bentuk morfologi bunga seperti kupu-kupu berukuran antara 2-3 cm, warna bunga bervariasi dari kuning sampai merah dan merah muda tetapi secara umum berwarna merah muda sehingga sangat menarik perhatian lebah madu (Tjelele 2006). Indigofera sp. memiliki bentuk perakaran yang dalam dan kuat, sehingga mampu beradaptasi pada daerah yang memiliki curah hujan yang rendah, disamping tahan akan pemangkasan atau penggembalaan berat (Hassen et al. 2006).

Disisi lain Indigofera memiliki produksi biomasa yang tinggi bila dibandingkan dengan leguminosa pohon lain pada kondisi lingkungan yang sama. Rata-rata produksi Indigofera sp. per

(4)

panen pada umur 16 bulan dicapai Indigofera sp. sebesar 8,423 kg/ha. Shehu et al. (2001) menyatakan bahwa rasio daun/batang pada leguminosa pohon sangat penting, karena daun merupakan organ metabolisme dan kualitas leguminosa pohon dipengaruhi oleh rasio daun/batang. Semakin banyak jumlah daun, kualitas leguminosa tersebut semakin baik, karena daun merupakan bagian jaringan tanaman yang memiliki kandungan nutrisi paling tinggi dibandingkan dengan batang/ranting.

Menurut Abdullah (2010) Indigofera sp. memiliki kandungan Protein Kasar sebesar 27,68%; NDF 43,56%; ADF 35,24%; Ca 1,16%; P 0,26%; kecernaan bahan kering (KCBK) 67,50%; kecernaan bahan organik (KCBO) 60,32%; tannin 0,08% dan saponin 0,41%. Imbangan Ca dan P tertinggi dicapai Indigofera sp. sebesar 7,7 dibandingkan dengan leguminosa lainnya. Kandungan nutrisi tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan media tanam dan beberapa faktor daya dukung lingkungan biotik.

Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. sebagai pengganti konsentrat pada taraf 40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan, serta

(5)

peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing Saanen laktasi ke-3 (Apdini 2011).

Demplot Budidaya Indigovera di Kabupaten Aceh Besar. Demplot tanaman Indogovera dilaksanakan di desa Teureubeh seluas satu ha. Kondisi lahan yang berbukit dan tanah sedikit masam bukan hal yang menjadi suatu permasalahan karena tanaman ini dapat tumbuh pada lahan marginal. Selain itu Indigofera sangat toleran terhadap stres kekeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Ngo van Man et al., (1995) bahwa produksi biomasa, kandungan Protein Kasar, serta mineral Ca masih tinggi dan kandungan Serat Kasar yang dihasilkan rendah dibandingkan dengan leguminosa pohon lain selama cekaman kekeringan enam bulan musim kemarau, meskipun sedikit mengalami penurunan konsentrasinya. Selain itu Indigofera secara umum memiliki toleransi terhadap tanah berpasir, liat, kering dan dapat tumbuh dengan baik pada tanah alkalin. Jadi Indigofera dapat dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak untuk daerah yang memiliki potensi cekaman biotik dan abiotik tinggi, seperti halnya pada agroekosistem lahan kering atau lahan marjinal (Liogier,

(6)

tidak seperti halnya pada jenis leguminosa pohon lain yang umumnya hanya berbunga dan berbuah satu musim sekali yaitu pada musim kemarau.

Penanaman dengan biji dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain perendaman biji dengan air dingin selama satu malam, pengecambahan selama satu bulan, pemindahan ke polybag dan penanaman. Benih disemai pada baki yang berisi media pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan masing-masing 1:1:1. Bila benih sudah tumbuh, di hari 7-10 dapat dipindahkan ke polybag dan bibit muda ini harus dipelihara pada naungan. Setelah tanaman berumur satu bulan dapat dipindahkan ke lapangan.

Indigovera dapat dilakukan penanaman dengan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 1,5 x 1 m dan dipanen setiap 90 hari, sehingga tinggi tanaman dipertahankan 1,5 m dari tanah (Natalia et al., 2009).

Pemupukan dasar yang digunakan adalah pupuk organik padat sebanyak 20 ton/ha. dan pupuk NPK sebanyak 200 kg/ha Sedangkan pemupukan susulan meliputi ;

 Susulan I : berumur 3 bulan setelah tanam dengan dosis 100 kg/ha

 Susulan II : berumur 8 bulan setelah tanam dengan dosis 80 kg/ha

 Susulan III : berumur 12 bulan setelah tanam dengan dosis 80 kg/ha

(7)

III. KESIMPULAN

Indigofera sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai sumber benih sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Sangat toleran terhadap cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam, disamping tahan terhadap pemangkasan oleh karena itu tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman pakan berkualitas yang dapat dijadikan sebagai solusi terhadap keterbatasan pasokan hijauan pakan ternak terutama bagi daerah kering.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah L. 2010. Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by different concentration of foliar fertilizer. Media Peternakan. 32:169-175.

Anonimous. 2014. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Aceh. Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan pellet Indigofera sp. pada kambing

perah Peranakan Etawah dan Saanen di peternakan Bangun Karso Farm [Thesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.

Hassen A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and agronomic characterization of Indigofera species using multivariate analysis. Trop Grassl. 40:45-59.

(8)

Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev. 7:1-5.

Shehu Y, Alhassan WS, Pal UR, Phillips CJC. 2001. Yield and chemical composition response of Lablab purpureus to nitrogen, phosphorus and potassium fertilizers. Trop Grassl. 35:180-185.

Simanihuruk K, Sirait J. 2009. Pemanfaatan leguminosa pohon Indigofera sp. sebagai pakan basal kambing Boerka fase pertumbuhan. Teknologi peternakan dan veteriner mendukung industrialisasi sistem pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak. Semnas Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 13-14 Agustus 2009. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. p. 449-455.

Tjelele TJ. 2006. Dry matter production, intake and nutritive value of certain Indigofera spesies [Thesis]. [Hatfield (South Africa)]: University of Pretoria.

Wilson PG, Rowe R. 2008. A revision of the Indigofereae (Fabaceae) in Australia. 2. Indigofera species with trifoliolate and alternately pinnate leaves. TELOPEA J Plant Syst. 12:293-307.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

1) Pemeriksaan tanpa merusak. Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini

Ketiga, dalam penelitian yang berjudul pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi pada PT BNI life Insurance

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis statistk dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kepercayaan diri dan kemandirian belajar dengan

Berdasarkan hasil pekerjaan di atas, siswa tidak mampu menarik kesimpulan dari pernyataan yang diberikan.Terlihat siswa hanya pernyataan menurut siswa itu sendiri.Yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul:

Sehingga agar dapat diketahui bagaimanakah pengaruh dari kesuksesan sistem informasi ( System Quality, Information Quality, Service Quality ) terhadap kepuasan

Pembangunan Jembatan Aek Pasar Karom pada Ruas Jalan Provinsi Jurusan Jembatan Merah - Muarasoma di Kab.. 58+900 pada Ruas jalan Provinsi jurusan Tuhembuasi - Mandrehe

1) Udjo melakukan persiapan dengan membekali dirinya dengan berbagai keahlian dan keilmuan yang menunjang pengembangan seni tradisi. Keahlian yang dimiliki berhasil