• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Krim Anti-Aging Yang Mengandung Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Krim Anti-Aging Yang Mengandung Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Murni (VCO)

2.1.1 Minyak Kelapa Murni (VCO)

Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu minyak kelapa komersial yang telah di Refined, Deodorized, Bleached (RBD) dan minyak kelapa murni. Minyak kelapa komersial terbuat dari kopra (daging kelapa yang dijemur dibawah sinar matahari). Sesuai kondisinya, bahan ini relatif kotor dan mengandung bahan asing yang mempengaruhi hasil akhirnya. Bahan asing ini biasa berupa jamur, tanah, sampah dan kotoran lainnya (Gani, et al., 2005).

Saat ini, minyak kelapa dibuat dalam bentuk minyak kelapa murni (VCO). Minyak kelapa murni dibuat dari kelapa yang segar tanpa pemanasan dan bahan kimia. Selain itu, tidak melalui tahap pemurnian, pemucatan dan penghilang aroma. Biasanya, kelapa yang digunakan bukan kelapa hibrida, tetapi kelapa dalam atau kelapa liar sehingga kandungannya masih utuh dan tahan terhadap ketengikan (Sutarmi dan Rozaline, 2005). Keunggulan dari minyak ini menurut SNI adalah bau kelapa segar, tidak tengik, rasa normal, khas kelapa dan tidak berwarna. (Setiaji dan Prayugo, 2006).

2.1.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni (VCO)

(2)

Komposisi kandungan asam lemak VCO dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi asam lemak Minyak Kelapa Murni (VCO)

VCO mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan di dalam tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Prayugo, 2006).

Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron sehingga tidak liar lagi (Sutarmi dan Rozaline, 2005). Antioksidan Merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007).

2.1.3 Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO)

(3)

a. Fermentasi

Ekstraksi secara fermentasi dilakukan dengan cara kelapa parut dicampur dengan air lalu diperas. Santan yang diperoleh dimasukkan ke dalam wadah dan didiamkan selama 1 jam sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu krim santan pada bagian atas dan air pada bagian bawah. Kemudian krim santan difermentasi dengan menambah ragi tempe dengan perbandingan 5:1 (5 bagian krim santan dan 1 bagian ragi tempe). Fermentasi selesai ditandai dengan terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas, lapisan tengah berupa protein dan lapisan paling bawah berupa air. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan kertas saring (Cahyono dan Untari, 2009; Setiaji dan Prayugo, 2006).

Proses fermentasi dalam pembuatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) yaitu mikroba dari ragi tempe dalam emulsi menghasilkan enzim, antara lain enzim protease. Enzim protease ini memutus rantai-rantai peptida dari protein berat molekul tinggi menjadi molekul-molekul sederhana dan akhirnya menjadi peptida-peptida dan asam amino yang tidak berperan lagi sebagai emulgator dalam santan kelapa sehingga antara minyak dan air memisah. Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa dengan adanya aktivitas mikroba tersebut dihasilkan asam sehingga akan menurunkan pH. Pada pH tertentu akan dicapai titik isoeletrik dari protein. Protein akan menggumpal sehingga mudah dipisahkan dari minyak (Cahyono dan Untari, 2009).

b. Pemanasan Bertahap

(4)

angka 75⁰ C matikan api dan bila suhu mendekati angka 60⁰C nyalakan lagi api. Pada tahap awal, kelapa diparut, lalu dibuat santan. Krim yang diperoleh dipisahkan dari air, kemudian dipanaskan sampai terbentuk minyak dan blondo. Kemudian lakukan penyaringan (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

c. Sentrifugasi

Sentrifugasi merupakan cara pembuatan VCO dengan cara mekanik. Cara pembuatan santan sama dengan yang di atas. Masukkan krim santan kedalam alat sentrifuse. Kemudian nyalakan alat sentrifuse lalu atur pada kecepatan putaran 20.000 rpm dan waktu pada angka 15 menit. Ambil tabung dimana di dalam tabung terbentuk 3 lapisan. Ambil bagian VCO dengan menggunakan pipet tetes (Darmoyuwono, 2006; Setiaji dan Prayugo, 2006).

e. Pancingan

Tahapan metode pancingan dilakukan dengan cara kelapa segar diubah menjadio santan terlebih dahulu, lalu krim kental (kani) yang berupa cairan putih/jernih dipisahkan dari air dengan cara didiamkan sekitar 1 jam. Selanjutnya krim tersebut dicampur dengan minyak pancingan (minyak kelapa murni hasil fermentaasi) dengan perbandingan tertentu sambil terus diaduk hingga rata, lalu didiamkan 7-8 jam. Krim akan menghasilkan tiga lapisan, yaitu air pada bagian bawah, blondo pada bagian tengah dan minyak murni pada lapisan paling atas (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

(5)

simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh karena itu, dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik pengolahan minyak kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan mutu yang lebih baik dari cara sebelumnya (Rindengan dan Novarianto, 2004).

Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans fatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2006).

Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain : 1. Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum

2. Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel

3. Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1) 4. Berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C

5. pH : tidak terukur, karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7

6. Persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21⁰C (0%) 7. Titik cair : 20-25⁰C

8. Titik didih : 225⁰C

9. Kerapatan udara (Udara = 1) : 6,91

10. Tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121⁰C

(6)

2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Kulit menyokong penampilan dan kepribadian seseorang dan menjadi ciri berbagai tanda kehidupan (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg (Putro, 1998).

2.2.1 Sruktur kulit

(7)

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012). Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sitem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Bentley, 2006).

Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak dipinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh, sisa metabolisme ini dikeluarkan bersama dengan keringat (Achroni, 2012).

(8)

Suriana, 2013). Mengatur suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokontriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Dengan adanya sistem pengaturan suhu ini, suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, kelembaban udara, metabolisme dan jenis zat yang menempel di kulit (Achroni, 2012; Wasitaatmadja, 1997).

2.2.3 Jenis-jenis kulit wajah

a. Kulit Normal: memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil. b. Kulit Berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%,

kulit wajah tampak mengkilap, mamiliki pori-pori besar, cenderung mudah berjerawat.

c. Kulit Kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.

d. Kulit Kombinasi: merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.

e. Kulit Sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif (Noormindhawati, 2013).

2.3 Penuaan Dini

(9)

pembuluh darah, organ tubuh serta kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

Proses penuaan dini ditandai dengan menurunnya produksi kelenjar keringat kulit, yang lalu diikuti dengan kelembaban dan kekenyalan kulit menurun karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, proses pigmentasi kulit semakin meningkat. Pada dari wajah biasanya terlihat wrinkle atau kerut/keriput, kulit kering dan kasar, bercak ketuaan/pigmentasi dan kekenyalan kulit menurun. Biasanya bukan hanya garis tawa yang merupakan tanda alami dari penuaan yang terlihat tetapi garis-garis lain seperti di sekitar sudut mata, kerut antara hidung dan bibir bagian atas disebabkan serat elastis dalam kulit berkurang sehingga menyebabkan kulit mengendur dan melipat menjadi kerut/keriput. Pada orang yang mengalami penuaan dini akan lebih mudah mengidap penyakit degeneratif, kanker dan gangguan pernapasan (Ardhi, 2011).

2.3.1 Penyebab penuaan dini

Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi dua, yaitu: a. Faktor internal

(10)

terbakar sinar matahari sehingga lebih mudah mengalami gejala penuaan dibanding kulit berwarna gelap (Noormindhawati, 2013).

Faktor internal juga dipicu oleh perubahan hormonal dan tingkat stres yang dialami oleh seseorang (Putra, 2012). Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas (Putro, 1998). Pada saat stres, akan terjadi peningkatan hormon adrenalin yang meningkatkan hormon kortisol. Hormon kortisol berfungsi untuk mengatur banyaknya gula yang diserap ke dalam tubuh dan mengikat protein serta menghentikan fungsinya. Protein ini berfungsi untuk membentuk jaringan ikat kulit dan apabila fungsinya dihentikan, maka kulit akan kehilangan kelenturan dan kehalusannya (Kelly, 2010). Faktor Internal tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi efeknya. Misalnya dengan perawatan wajah yang cepat, mengurangi stres, dan asupan makanan yang baik (Basuki ,2001).

b. Faktor eksternal

Penuaan dini yang dipengaruhi faktor eksternal yaitu pajanan sinar matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari (Ardhi, 2011).

(11)

disebabkan langsung oleh sinar UV (Bentley, 2006). Paparan sinar matahari yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis yang akan memecahkan kolagen kulit (Zelfis, 2012).

Indonesia termasuk daerah tropis yang dapat menyebabkan penduduknya mudah terkena sengatan sinar matahari yang mengandung sinar UV A dan UV B yang dapat menyebabkan kerusakan kulit (Achroni, 2012). Kedua jenis sinar tersebut dapat menembus lapisan kulit epidermis dan dermis dan memicu terjadinya penuaan dini pada kulit (Suryadi, 2012).

Sering diduga bahwa hanya UV B yang menjadi ancaman besar bagi kulit, namun sekarang ini telah diketahui bahwa sekitar 80% sinar UV A yang menggosongkan kulit justru mampu mecapai lapisan dermis. Pada lapisan dermis UV A dapat merusak struktur kulit dengan mengubah susunan DNA dan RNA pada inti sel serta mengubah susunan kolagen dan elastin. Sel yang dirusak tersebut menghasilkan kembali mutasi yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah garis dan kerutan, penurunan kekencangan dan kelenturan kulit, juga turunnya kemampuan epidermis untuk menjaga kelembaban kulit (Bentley, 2006).

Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm. UV A menembus kulit lebih dalam dari UV B yakni menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. UV B memiliki panjang gelombang 290 – 320 nm, sinar UV B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (Darmawan, 2013).

(12)

dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat juga berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, bahan kimia, makanan , alkohol, rokok, radiasi UV, dan sebagainya. Radikal bebas ini bersifat reaktif dan tidak stabil sehingga untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul tersebut. Proses ini pada akhirnya akan menimbulkan radikal bebas baru terhadap molekul yang elektronnya diambil sehingga jumlahnya terus bertambah. Oleh karena itu, reaksi radikal bebas cenderung berupa reaksi berantai. Reaksi berantai ini akan terus menerus berlangsung dalam tubuh dan bila tidak segera dicegah dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker jantung, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk mengantisipasi kerusakan akibat radikal bebas tersebut maka tubuh memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas (Youngson, 2005).

Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air pada kulit, akibatnya kelembaban kulit akan menurun dan menyebabkan kulit menjadi kering (Putra, 2012).

(13)

2.4 Anti-aging

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya seseorang terlihat lebih segar, cantik, dan awet muda (Kelly, 2010). Kosmetik anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.5 Krim

Krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air untuk penggunaan kosmetika (Ditjen POM, 1995).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Bahan-bahan

(14)

a. Propilen glikol

Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan semi padat yang berfungsi sebagai kosolven (Reynolds, 1982).

Propilen glikol digunakan sebagai emulsifier untuk menstabilkan dua atau lebih campuran yang tidak bercampur. Digunakan dalam industri kosmetik dimana minyak dan air harus dicampur untuk menghasilkan krim (Chatterje, et al., 2011).

b. Trietanolamin

Trietanolamin berupa cairan kental jernih berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, berbau amoniak yang samar. Bahan ini banyak digunakan pada formulasi sediaan topikal terutama sebagai emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk mengemulsikan asam stearat adalah 8 – 20% (Reynolds, 1982).

c. Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk granul, butiran atau kubus yang seperti lilin. Setil alkohol banyak digunakan pada formulasi topikal sebagai emolien, emulgator lemah dan sebagai peningkat konsistensi. Sebagai bahan peningkat konsistensi setil alkohol digunakan sebesar 2 – 10% (Lieberman, et al., 1994).

d. Asam stearat

(15)

digunakan berkisar antara 1 – 20%. Larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol (Reynolds, 1982).

e. Nipagin

Nipagin berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang tidak berbau. Digunakan secara luas sebagai pengawet pada kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan paraben lain. Kekuatan pengawet meningkat dengan penambahan propilen glikol 2 – 5 %. Penggunaan topikal nipagin berkisar antara 0,02 – 0,3%. Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton dan propilen glikol (Reynolds, 1982).

2.7 Skin Analyzer

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnose dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

(16)

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi asam lemak Minyak Kelapa Murni (VCO)
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Referensi

Dokumen terkait

Caring adalah esensi keperawatan, yaitu inti nilai-nilai moral keperawatan yang berdasarkan nilai kemanusiaan dan mendahulukan kesejahteraan orang lain, dalam hal ini adalah klien

11.Kostum yang biasanya dipakai seorang penari perempuan adalah selendang 12.Tari serimpi dan gambyong berasal dari Jawa Tengah.. 13.Lagu Apuse berasal

Modal sosial memiliki unsur-unsur yang menjadi komponen penting yaitu kepercayaan (trust) yaitu suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan

Solusi yang ada dalam BKM Masjid Agung At-Taqwa, di dalam masjid Agung At-Taqwa tidak ada hambatan yang terlalu rumit dikarnakan seluruh fasilitas yang di dukung

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran diperoleh gambaran adanya peningkatan aktivitas siswa, hal ini terlihat dari masing-masing aktivitas yang diamati

Tujuan dari studi ini untuk menghitung dan membandingkan daya dukung statis dari hasil sondir menggunakan Metode langsung (directcone), Metode Schmertmann dan Nottingham

Tujuan kajian adalah untuk meninjau pelaksanaan Program Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) di kolej komuniti Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia melalui dua aspek

Pada pelaksanaan PLPG, peserta wajib mengikuti UKG sebelum PLG untuk menjaring calon peserta dan UKG setelah PLPG untuk menentukan peserta yang lulus sertifikasi