FORMULASI KRIM
EXTRA VIRGIN OLIVE OIL
(Minyak Zaitun Ekstra Murni)
SEBAGAI ANTI-
AGING
SKRIPSI
matera Utar
OLEH:
DESSY OKTAVIA
NIM 121524013
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI KRIM
EXTRA VIRGIN OLIVE OIL
(Minyak Zaitun Ekstra Murni)
SEBAGAI ANTI-
AGING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DESSY OKTAVIA
NIM 121524013
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI KRIM
EXTRA VIRGIN OLIVE OIL
(Minyak Zaitun Ekstra Murni)
SEBAGAI ANTI-
AGING
OLEH:
DESSY OKTAVIA
NIM 121524013
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 12 Desember 2014
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001
Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.
NIP 195111021977102001 NIP 195306251986012001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001
Medan, Desember 2014 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai
Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
masa pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Juanita
Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu,
bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi
ini. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.,
Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis
hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D.,
Apt., sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen
Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik dan memberikan arahan serta
bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. Pimpinan dan semua staf tata
usaha Fakultas Farmasi USU yang telah membantu penulis dalam semua proses
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta
Bapak Alex, Ng dan Ibu Oh Bietin, kakak tercinta Suryani, kedua adik tercinta
Albert dan Harianto, juga kepada saudara, teman-teman serta semua orang yang
tidak dapat dituliskan satu persatu untuk semua doa, dorongan dan semangat baik
moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan dan penelitian
hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Tuhan yang akan memberkati kalian
semua.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang
dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Desember 2014 Penulis,
FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL
(Minyak Zaitun Ekstra Murni)SEBAGAI ANTI-AGING
ABSTRAK
Anti-aging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga
menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit. Terapi anti-aging akan
lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin. Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E sebanyak 0,014% yang merupakan antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi minyak
zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan krim sebagai anti-aging dan mengetahui
waktu yang dibutuhkan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Metode penelitian ini secara eksperimental. Minyak zaitun ekstra murni
diformulasi dalam bentuk krim dengan memodifikasi formula krim sunblock tipe
dasar krim minyak dalam air dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5, 10, 15 dan 20%. Pemeriksaan krim meliputi uji homogenitas, uji tipe emulsi, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan dengan parameter kestabilan seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 2
minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan
wanita yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim dua kali sehari selama 4 minggu pada kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari yang telah ditandai dengan luas lingkaran berdiameter 3 cm dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput
menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada kondisi awal dan setiap minggu
selama perawatan 4 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim dengan hasil yang homogen, tipe emulsi minyak dalam air, memiliki pH 5,8 - 6,2 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan, semakin baik pemulihan kulit. Pemulihan kulit paling baik pada konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% yang mampu memulihkan kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil, jumlah noda menjadi lebih sedikit, kulit berkeriput parah dengan kedalaman keriput 0,41 mm menjadi tidak berkeriput. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun ekstra murni
dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging dan pemulihan kulit
terjadi pada empat minggu setelah perawatan.
FORMULATION CREAM OF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL AS ANTI-AGING
ABSTRACT
Anti-aging is preparation to inhibit the degenerative process so inhibit the onset of the signs of aging on the skin. Anti-aging therapies would be better if done as early as possible. Olive oil contains vitamin E is 0.014% which is a natural antioxidant that is effective to prevent premature aging. The purpose of this study was to formulate the extra virgin olive oil in the form of dosage of anti-aging creams and determine the time needed to restore skin that has undergone aging.
This research methods by experimental. Extra virgin olive oil was formulated in a cream with sunblock cream formula modified the type of oil in water cream base with extra virgin olive oil concentration of 5, 10, 15 and 20%. Examination of creams included homogeneity test, emulsion type test, measurement of pH, and test the stability of the preparation with the stability parameters such as odor, color and pH during storage of 12 weeks with measurements every 2 weeks. Testing anti-aging activity was done on 15 women volunteers who divided into 5 groups with applied each cream twice daily for 4 weeks on the back of the hand skin is dry and wrinkled because frequent exposure of sunlight that has been marked by a wide circle of diameter 3 cm and was done measurement of parameters level of water, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles used skin analyzer (Aramo-SG) on initial conditions and every week for 4 weeks of treatment.
The results showed extra virgin olive oil could be formulated in cream with result was homogeneous, type of oil in water emulsion, has a pH of 5.8 - 6.2 and did not change odor or color during 12 weeks of storage. The higher concentration of extra virgin olive oil was used, the better recovery of skin. The best skin recovery visible in extra virgin olive oil concentration of 20% were able to restore the condition level of water from dehydrated became normal, skin became more smooth, pore size became smaller, the amount of stain became fewer, wrinkled skin severe with the depth of wrinkles 0.41 mm became fine line. Based on the results of this study concluded that extra virgin olive oil could be formulated in cream as anti-aging and recovery of skin occured at four weeks after treatment.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit ... 5
2.1.1 Struktur kulit ... 5
2.1.2 Fungsi kulit ... 8
2.1.3 Jenis-jenis kulit ... 11
2.2.1 Pengertian penuaan dini ... 12
3.4.2.3 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 30
3.4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 30
3.4.3 Pengujian aktivitas anti-aging ... 31
3.4.4 Analisis data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Krim ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging
pada perubahan epidermis ... 17
2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis ... 17
2.3 Kandungan nutrisi minyak zaitun per 100 g ... 25
2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 26
3.1 Komposisi bahan dalam krim ... 29
4.1 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan bau dan warna) ... 35
4.2 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (pengukuran pH) ... 35
4.3 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 37
4.4 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 39
4.5 Hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 41
4.6 Hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 44
4.7 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Hasil uji homogenitas ... 33
4.2 Hasil penentuan tipe emulsi ... 34
4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 38
4.4 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 40
4.5 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 42
4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 45
4.7 Grafik hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Sertifikat hasil uji minyak zaitun ... 53
2 Gambar bahan dan alat ... 54
3 Gambar sediaan krim ... 55
4 Gambar hasil uji evaluasi stabilitas sediaan krim ... 56
5 Gambar daerah pengolesan krim pada punggung tangan sukarelawan ... 57
6 Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer ... 58
7 Data hasil uji statistik ... 67
FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL
(Minyak Zaitun Ekstra Murni)SEBAGAI ANTI-AGING
ABSTRAK
Anti-aging adalah sediaan untuk menghambat proses degeneratif sehingga
menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit. Terapi anti-aging akan
lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin. Minyak zaitun memiliki kandungan vitamin E sebanyak 0,014% yang merupakan antioksidan alami yang efektif untuk mencegah penuaan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi minyak
zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan krim sebagai anti-aging dan mengetahui
waktu yang dibutuhkan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Metode penelitian ini secara eksperimental. Minyak zaitun ekstra murni
diformulasi dalam bentuk krim dengan memodifikasi formula krim sunblock tipe
dasar krim minyak dalam air dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5, 10, 15 dan 20%. Pemeriksaan krim meliputi uji homogenitas, uji tipe emulsi, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan dengan parameter kestabilan seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 2
minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan
wanita yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim dua kali sehari selama 4 minggu pada kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari yang telah ditandai dengan luas lingkaran berdiameter 3 cm dan dilakukan pengukuran parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput
menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada kondisi awal dan setiap minggu
selama perawatan 4 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim dengan hasil yang homogen, tipe emulsi minyak dalam air, memiliki pH 5,8 - 6,2 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan, semakin baik pemulihan kulit. Pemulihan kulit paling baik pada konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20% yang mampu memulihkan kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil, jumlah noda menjadi lebih sedikit, kulit berkeriput parah dengan kedalaman keriput 0,41 mm menjadi tidak berkeriput. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun ekstra murni
dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging dan pemulihan kulit
terjadi pada empat minggu setelah perawatan.
FORMULATION CREAM OF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL AS ANTI-AGING
ABSTRACT
Anti-aging is preparation to inhibit the degenerative process so inhibit the onset of the signs of aging on the skin. Anti-aging therapies would be better if done as early as possible. Olive oil contains vitamin E is 0.014% which is a natural antioxidant that is effective to prevent premature aging. The purpose of this study was to formulate the extra virgin olive oil in the form of dosage of anti-aging creams and determine the time needed to restore skin that has undergone aging.
This research methods by experimental. Extra virgin olive oil was formulated in a cream with sunblock cream formula modified the type of oil in water cream base with extra virgin olive oil concentration of 5, 10, 15 and 20%. Examination of creams included homogeneity test, emulsion type test, measurement of pH, and test the stability of the preparation with the stability parameters such as odor, color and pH during storage of 12 weeks with measurements every 2 weeks. Testing anti-aging activity was done on 15 women volunteers who divided into 5 groups with applied each cream twice daily for 4 weeks on the back of the hand skin is dry and wrinkled because frequent exposure of sunlight that has been marked by a wide circle of diameter 3 cm and was done measurement of parameters level of water, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles used skin analyzer (Aramo-SG) on initial conditions and every week for 4 weeks of treatment.
The results showed extra virgin olive oil could be formulated in cream with result was homogeneous, type of oil in water emulsion, has a pH of 5.8 - 6.2 and did not change odor or color during 12 weeks of storage. The higher concentration of extra virgin olive oil was used, the better recovery of skin. The best skin recovery visible in extra virgin olive oil concentration of 20% were able to restore the condition level of water from dehydrated became normal, skin became more smooth, pore size became smaller, the amount of stain became fewer, wrinkled skin severe with the depth of wrinkles 0.41 mm became fine line. Based on the results of this study concluded that extra virgin olive oil could be formulated in cream as anti-aging and recovery of skin occured at four weeks after treatment.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya
(Noormindhawati, 2013). Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di
Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari
berlimpah. Proses degeneratif pada kulit yang terlalu sering terpapar sinar
ultraviolet berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat
proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat
timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Terapi
anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh
fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini
banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari
produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk
diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging
dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan
pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Dewasa ini, berbagai terapi ditawarkan untuk mengatasi terjadinya proses
penuaan dini. Dari terapi-terapi yang cukup murah hingga terapi-terapi yang
membutuhkan biaya yang mahal. Terapi-terapi modern ini memang banyak
menawarkan keuntungan, selain itu mereka juga menawarkan cara-cara yang
yang sifatnya alami juga sampai sekarang tetap menjadi salah satu pilihan bagi
masyarakat. Apalagi kini kesadaran masyarakat untuk kembali pada sesuatu yang
bersifat alamiah cenderung meningkat (Darmawan, 2013).
Minyak zaitun ekstra virgin adalah minyak zaitun dengan kualitas paling
tinggi. Proses pengolahan zaitun dilakukan dengan sangat hati-hati tanpa
menggunakan suhu yang tinggi, sehingga berbagai khasiat penting zaitun bisa
dipertahankan. Minyak zaitun mempunyai peranan penting dalam industri
kosmetik. Minyak zaitun digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis kosmetik,
karena diyakini berkhasiat untuk menjaga kelembapan dan kelembutan kulit,
sehingga kulit tetap awet muda (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa minyak zaitun terbukti
mengurangi terjadinya kanker kulit. Hal ini diketahui setelah uji coba yang
dilakukan pada tikus yang terpapar sinar UVB. Para peneliti memperkirakan
bahwa antioksidan dalam minyak zaitun menetralisir efek berbahaya dari sinar
UVB (Budiyanto, et al., 2000).
Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai 14 mg/100 gram.
Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam
tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah
penuaan dini (Agung, 2014). Minyak zaitun memiliki kandungan asam oleat
hingga 80% (Surtiningsih, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pemanfaatan extra virgin olive oil (minyak zaitun ekstra murni)
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan
krim sebagai anti-aging.
2. Berapakah waktu yang dibutuhkan sediaan krim minyak zaitun
ekstra murni dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan.
1.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah:
1. Minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim
sebagai anti-aging.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim minyak zaitun ekstra murni
dalam memulihkan kulit mulai dapat dilihat pada minggu pertama.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memformulasi minyak zaitun ekstra murni dalam bentuk sediaan
krim sebagai anti-aging.
2. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk sediaan krim
minyak zaitun ekstra murni dalam memulihkan kulit yang telah
mengalami penuaan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa minyak
zaitun ekstra murni dapat diformulasi dalam sediaan krim sebagai anti-aging
dimanfaatkan sebagai antioksidan alami yang baik sebagai bahan dasar untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat
luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling
tipis pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu
menembus kulit (Young, 1972). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi
dari berbagai jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya
kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 (Mitsui, 1997).
2.1.1 Struktur kulit
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan
hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas
lima lapisan, yaitu:
1. Stratum germinativum atau stratum basale
Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan
dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu:
a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca
serta menghasilkan sel anak (keratinosit).
b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6
kali sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum.
c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen (melanin). Terdapat 1 melanosit
untuk setiap 4 – 10 keratinosit basal. Jumlah melanosit sama pada
gelap.
d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan
sebagai mekanoreseptor ‘taktil’ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini
paling banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena
memiliki tampilan serupa dengan melanosit.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel
Langerhans.
a. Keratinosit: mengubah ekspresi keratin saat berdiferensiasi.
Filamen-filamen keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan
sel-sel dan membuat hubungan erat antar sel.
b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus (sel
dendritik) yang menyusun sekitar 3 – 6% sel pada lapisan stratum
spinosum. Saat sel ini terpapar oleh benda asing/ antigen, sel-sel ini
bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah bening regional
untuk menginisiasi respons imun.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi
keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi
menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula
intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan di
atasnya. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan
organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati menjadi ‘skuama’
4. Stratum lusidum
Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan
pada kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum
korneum. Lapisan ini tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada
potongan histologis rutin.
5. Stratum korneum
Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel
mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau
skuama). Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang,
pada bagian dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar
membentuk sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas
(Peckham, 2014).
Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah
dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh (Anderson, 1996). Lapisan dermis berfungsi untuk proteksi, sensasi, dan
termoregulasi. Lapisan ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang
menyekresi matriks ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga
berisi kelenjar keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka
keluar menuju permukaan kulit. Kolagen dan elastin memberikan kekuatan dan
daya regang pada kulit (Peckham, 2014).
Lapisan hipodermis atau lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas
jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan ini merupakan
penyimpanan energi (Anderson, 1996). Lapisan hipodermis berisikan jaringan
adiposa dan kelenjar keringat. Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi
metabolisme seperti produksi trigliserida dan vitamin D. Arteri yang menyuplai
kulit ditemukan di lapisan dalam pada hipodermis. Pada kondisi dingin, aliran
darah menuju kapiler superfisial pada kulit dikurangi untuk mempertahankan suhu
inti tubuh. Pada kondisi panas, aliran darah ke kulit meningkat dan darah pada
kapiler superfisial mengalami pendinginan oleh evaporasi keringat pada
permukaan kulit (Peckham, 2014).
2.1.2 Fungsi kulit
Kulit adalah organ dengan berbagai fungsi penting. Fungsi penting dari
kulit, antara lain:
1. Perlindungan
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan bertindak untuk
mencegah guncangan mekanik eksternal. Kulit memiliki kapasitas
menetralkan alkali dan permukaan kulit dijaga pada pH asam lemah untuk
melindungi terhadap racun kimia. Bagian tubuh yang menerima
guncangan mekanik kronis seperti kaki, tempurung lutut dan tangan
pekerja manual mempunyai lapisan tanduk yang menebal untuk
melindungi terhadap rangsangan eksternal. Selain itu, lapisan tanduk
terluar dari kulit dan lipid permukaan kulit bertindak sebagai penghalang
melawan penetrasi air dan hilangnya cairan tubuh. Mereka juga
membentuk penghalang melawan racun eksternal. Asam lemak tak jenuh
pada lipid kulit mempunyai sifat bakterisida dan mencegah pertumbuhan
imunitas yang memberikan tubuh dengan reaksi pertahanan imunitas
melalui respon imun. Pigmentasi melanin pada kulit berperan menyerap
dan melindungi tubuh terhadap radiasi UV yang berbahaya. Selain itu,
ketidakrataan dari permukaan kulit berperan untuk melindungi tubuh dari
cahaya yang berbahaya.
2. Pengaturan suhu
Kulit menyesuaikan suhu tubuh dengan mengubah jumlah darah yang
mengalir melalui kulit dengan dilatasi dan konstriksi dari kapiler darah
kulit dan oleh penguapan keringat. Pusat penyesuaian suhu tubuh
ditemukan di hipotalamus; ketika suhu tubuh menurun, hipotalamus
meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor kulit untuk menyempitkan
kapiler darah dan mencegah suhu tubuh turun. Ketika suhu tubuh
meningkat, aktivitas saraf berkurang, dan kapiler darah melebar sampai
meningkatkan kehilangan panas. Pusat berkeringat juga di hipotalamus.
Selain itu, lapisan tanduk, jaringan subkutan dan tubuh itu sendiri
mencegah perubahan cepat suhu tubuh dengan menghalangi transmisi
perubahan suhu eksternal ke bagian dalam tubuh. Otot pembangun rambut
juga memainkan peran pengaturan suhu dengan menjebak sebuah lapisan
pembatas udara pada permukaan kulit yang mengurangi hilangnya panas
tubuh. Otot pembangun rambut (merinding) juga di bawah kendali sistem
saraf otonom.
3. Tanggapan sensoris
Kulit mengindra berubah di dalam lingkungan eksternal dan bertanggung
nyeri. Ada berbagai reseptor pada kulit untuk mendeteksi perubahan
lingkungan seperti; sel-sel Meissner, cakram Merkel, sel-sel Golgi
Mazzoni yang bertanggung jawab pada sensasi sentuhan. Sel-sel Pacinian
yang dianggap berkaitan dengan rasa tekanan, Krause end bulbs
merasakan dingin, sel-sel Ruffini merasakan suhu, dan ujung saraf bebas
berhubungan dengan sensasi nyeri. Rangsangan eksternal merangsang
ujung saraf sensoris ini yang menyampaikan informasi melalui sum-sum
tulang belakang, batang otak dan hipotalamus ke korteks otak yang
menafsirkan sensasi.
4. Absorpsi
Berbagai zat diserap dari kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur penyerapan,
satu melalui epidermis, dan satu melalui kelenjar sebasea dari folikel
rambut. Steroid dan bahan larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K
diserap melalui kulit, tetapi bahan larut air tidak diserap dengan mudah
sebagai hasil dari penghalang air dan bahan larut air yang dibentuk oleh
lapisan tanduk. Kelarutan lemak dari bahan yang diserap, usia individu,
suplai darah kulit, suhu kulit, kandungan air dari lapisan tanduk, tingkatan
kerusakan lapisan tanduk, dan suhu lingkungan dan kelembapan semua
memainkan peran utama di dalam penyerapan transdermal. Satu manfaat
dari jenis penyerapan transdermal ini telah menjadi pengembangan sistem
pengantaran obat kulit sebagai metode untuk memasok obat untuk tubuh.
5. Fungsi lain
Kulit juga berperan dalam menunjukkan kondisi emosional, seperti
sebagai organ penanda emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D melalui
kerja sinar UV pada prekursor vitamin-D di kulit (Mitsui, 1997).
2.1.3 Jenis-jenis kulit
Secara umum, berdasarkan pada kandungan air dan minyak, kulit terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kulit kering
Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah.
Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit kering adalah:
a. Kulit tampak kusam dan bersisik.
b. Mulai tampak kerut-kerutan.
c. Pori-pori sangat kecil, sehingga tidak kelihatan.
2. Kulit normal
Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak
rendah sampai normal. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit normal
adalah:
a. Penampilan kulit tampak segar dan cerah.
b. Bertekstur halus dan tegang.
c. Pori-pori kelihatan, namun tidak terlalu besar.
d. Terkadang pada dahi, hidung, dan dagu terlihat berminyak.
3. Kulit berminyak
Kulit berminyak adalah kulit yang memiliki kadar air dan minyak yang
tinggi. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit berminyak adalah:
a. Kulit bertekstur kasar dan berminyak.
c. Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Jenis kulit campuran dalam dunia kosmetik dikenal juga dengan istilah
jenis kulit kombinasi. Kulit kombinasi memiliki ciri-ciri, seperti daerah bagian
tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung, dan dagu)
terkadang berminyak atau normal. Sementara bagian kulit lain, cenderung lebih
normal bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur. Akan tetapi,
sering ditemukan pada usia 35 tahun ke atas (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.2 Penuaan Dini
2.2.1 Pengertian penuaan dini
Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan
photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan
fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis)
adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis
pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan
kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang
ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang
diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).
Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang
dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan
pada wajah mulai bermunculan. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari
2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini
Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:
1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak
dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di
dalam sel kulit (sawar kulit).
2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel
baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan
rambut.
3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya
kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit
baru.
4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan
serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.
5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel
melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan
pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.
6. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan
lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.3 Faktor penyebab penuaan dini
Faktor-faktor penyebab yang berperan pada proses penuaan kulit yang
umumnya berhubungan satu sama lain, antara lain:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur
2. Genetik
Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai surutnya proses
metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan berapa proses menua
berjalan.
3. Rasial
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam
perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan
yang berbeda dalam mempertahankan diri terhadap pengaruh lingkungan
yang merusak kehidupannya. Misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen
melanin.
4. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam
proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan
kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon estrogen yang dibuat di
dalam folikel kandung telur memacu pertumbuhan sel epitel sehingga
apabila terjadi penurunan kadar estrogen seorang wanita (menopause)
pertumbuhan sel baru akan terhambat.
5. Penyakit sistemik
Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih
cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan
penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik
selular.
6. Lingkungan hidup
suhu, kelembapan, polusi kimia dan terutama sinar ultraviolet. Sinar
ultraviolet dapat merusak serabut kolagen kulit dan matrik dermis
sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering dan keriput. Sinar ultraviolet
dapat pula memacu pertumbuhan sel ganas kulit.
7. Lain-lain
Stres psikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam makanan,
CO, N2O, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat
penuaan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Dari faktor-faktor penyebab tersebut di atas, terlihat bahwa kulit menua
dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur,
genetik, rasial, dan hormonal. Penuaan kulit yang terjadi disebut sebagai penuaan
kulit intrinsik (sejati) yang sangat sukar dicegah. Penuaan intrinsik akan
menghasilkan kulit menua sesuai dengan seharusnya. Sebaliknya, bila penuaan
kulit disebabkan oleh faktor luar, misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik,
stres, rokok, alkohol, bahan kimia, dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari,
disebut sebagai penuaan ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit
menua dini, yaitu lebih cepat dari seharusnya (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.4 Proses terjadinya penuaan dini
Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor
penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar
matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari
radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit,
dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses
penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar
matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terus-menerus
terpapar kuat sinar matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan
karakteristik ini. Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut
photoaging. Kulit pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut
dan punggung bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar
matahari pada orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan
banyak fungsi dan perubahan atropi terjadi pada kulit seperti penurunan aktivitas
selular dan penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar
UV adalah menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan
kehadiran kulit yang menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi
menjadi kusut. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik
dalam kedua kasus. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah,
tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu
karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar
sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).
Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi
kulit yang menurun, menjadi sangat jelas dalam rentang waktu yang dibutuhkan
untuk pembaharuan lapisan epidermis. Ini dikenal dengan pergantian epidermis
yang membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik
Lapisan epidermis - Tebal - Tipis
Sel-sel epidermis (keratinosit)
- Sel-sel tidak seragam
- Sel-sel terdistribusi tidak
merata
- Pembesaran berkala
- Sel-sel seragam
- Sel-sel terdistribusi secara
merata
- Pembesaran mendadak
Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel
- Ukuran serta bentuk
korneosit bervariasi
- Lapisan sel normal
- Ukuran dan bentuk
korneosit seragam
Melanosit - Peningkatan jumlah sel
- Sel-sel bervariasi
- Peningkatan produksi
melanosom
- Pengurangan jumlah sel
- Sel-sel seragam
- Penurunan produksi
melanosom Sel-sel
Langerhans
- Pengurangan sel dalam
jumlah yang besar
- Sel-sel bervariasi
- Pengurangan sel dalam
jumlah yang kecil
- Sel-sel seragam
(Mitsui, 1997).
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik
Jaringan elastis - Meningkat secara drastis
- Berubah menjadi massa
yang tidak berbentuk
- Meningkat tetapi masih
dalam keadaan normal
Kolagen - Serat kolagen dan jaringan
ikat menurun jumlahnya
- Serat kolagen tidak
beraturan, jaringan ikat menebal
Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal
(Mitsui, 1997).
Perubahan penuaan dari fungsi fisiologis kulit, yaitu:
1. Lapisan tanduk (stratum korneum)
Parameter yang paling penting dari fungsi lapisan tanduk adalah kadar air
yang umumnya dikatakan menurun seiring bertambahnya usia. Perubahan
penuaan di dalam kehilangan air, yang dipengaruhi oleh fungsi penghalang
penurunan lipid permukaan kulit dan keringat adalah faktor dalam
penampilan kulit kering pada orang lanjut usia.
2. Epidermis
Proliferasi sel epidermis berkurang dalam epidermis dari individu yang
lebih tua. Akibatnya, pergantian epidermis, atau metabolisme berkurang.
Data sehubungan dengan pergantian epidermis telah didapat tanpa
merusak kulit dengan mengukur ukuran korneosit. Luas permukaan dari
korneosit pipi dan lengan bawah meningkat seiring bertambahnya usia,
menunjukkan bahwa aktivitas proliferasi sel epidermis (keratinosit)
berkurang.
3. Dermis
Sama seperti aktivitas proliferasi dari keratinosit pada epidermis menurun
seiring dengan usia, bahwa fibroblas di dalam dermis juga menurun
seiring bertambahnya usia. Produksi kolagen, elastin dan
glikosaminoglikan oleh fibroblas juga menurun seiring bertambahnya usia.
Selain itu, karena laju pergantian kolagen dan protein struktural lainnya
sangat lambat, berbagai perubahan degeneratif seperti ikatan silang terjadi
pada komponen ini, yang membuat elastisitas kulit berkurang. Penurunan
elastisitas diduga terkait dengan pembentukan keriput.
4. Jaringan adiposa subkutan
Penuaan menyebabkan penurunan jaringan adiposa subkutan dan
cenderung menjadi kuning sebagai hasil dari peningkatan kadar kolesterol.
menahan guncangan fisik pada kulit dan juga diduga menjadi penyebab
keriput dan kendur.
5. Sejumlah lipid kulit
Sejumlah sebum menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini diamati lebih
jelas pada wanita dibandingkan laki-laki, dan tingkat perubahan dengan
usia berbeda-beda berdasarkan pada bagian wajah yang terlibat.
6. Aliran darah kulit
Aliran darah tergantung pada bagian tubuh yang terlibat, tetapi umumnya
ada yang berkurang aliran dengan penuaan dan penurunan kemampuan
untuk menahan rangsangan dingin dan penyinaran UV (Mitsui, 1997).
2.3 Anti-aging
2.3.1 Pengertian anti-aging
Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses
penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah
sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif),
sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3.3 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging
Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat
merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat
kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul
lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya
sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu
terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh.
Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena
serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan
menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan
berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal
bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul
radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal
bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung
anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari
pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
Penggunaan vitamin E dalam perawatan kulit memiliki manfaat anti-aging
berdasarkan pada sifat pelembapnya tapi sebagian besar pada kemampuan
pelindungnya (Burgess, 2005). Vitamin E memiliki manfaat penting bagi
kesehatan dan peremajaan kulit, antara lain: sebagai antioksidan yang berperan
penting melindungi sel dari kerusakan dan menangkal radikal bebas, sebagai
UV-protection (melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari yang dapat
menyebabkan penuaan dini), dan sebagai pelembap (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Peranan utama dari vitamin E adalah untuk melindungi jaringan tubuh dari
reaksi merusak (peroksidasi) yang timbul dari banyak proses metabolik normal
dan senyawa toksik eksogen. Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung
dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun
formulasi. Itu juga menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering
(Salvador dan Chisvert, 2007).
2.4 Krim
Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan
yang tidak dapat bercampur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk
globul dalam cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih kental biasanya disebut
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985).
Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah
sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan
pemilihan komponen formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak
berlemak dan tidak lengket. Emulsi air dalam minyak digunakan untuk formulasi
yang mengandung minyak kadar tinggi, yang diperlukan untuk massa berminyak,
misalnya krim malam, krim pijat, krim mata, dan sediaan lain untuk kulit kering
(Ditjen POM, 1985).
2.5 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu:
1. Propilen glikol
Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau,
dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat
berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur
dengan air (Rowe, et al., 2009).
2. Natrium edetat
Natrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat. Natrium edetat
membentuk kompleks stabil yang dapat larut dalam air (kelat) dengan ion
3. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga
berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak.
TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama
dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak
seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang
dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak
dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).
4. Vaselin
Vaselin atau petrolatum adalah massa berminyak lembut, berwarna kuning
pucat hingga kuning, tembus cahaya, tidak berbau, dan tidak berasa.
Vaselin digunakan terutama dalam formulasi bidang farmasi sebagai dasar
salep dan emolien. Vaselin juga digunakan dalam formulasi krim (Rowe,
et al., 2009).
5. Setil alkohol
Setil alkohol digunakan secara luas dalam formulasi kosmetik dan bidang
farmasi, seperti krim. Setil alkohol digunakan dalam pembuatan krim
karena sifat emolien, daya absorpsi air, dan pengemulsi yang dimilikinya.
Hal itu akan meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan
meningkatkan konsistensi (Rowe, et al., 2009).
6. Asam stearat
Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat
formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam
propilen glikol (Rowe, et al., 2009).
7. Gliseril monostearat
Gliseril monostearat dapat digunakan sebagai zat pengemulsi nonionik,
stabilizer, emolien, dan plasticizer dalam aplikasi kosmetik (Rowe, et al.,
2009).
8. Butil hidroksi toluen
Butil hidroksi toluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan dalam
kosmetik. BHT digunakan terutama untuk menunda atau mencegah
ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, selain itu untuk mencegah
kehilangan aktivitas vitamin yang dapat larut dalam minyak. Konsentrasi
BHT yang biasa digunakan dalam formulasi topikal berkisar antara
0,0075 – 0,1% (Rowe, et al., 2009).
9. Nipagin
Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam
formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat
pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen
glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam
sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).
10.Minyak zaitun ekstra murni
Minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) atau biasa disebut
minyak zaitun perasan pertama adalah minyak zaitun yang didapat dari
ekstraksi buah zaitun segar, yang menggunakan proses mekanik tanpa
Extra Virgin Olive Oil diproses dari pasta buah zaitun, lalu diperas tanpa
adanya pemanasan ataupun penambahan bahan lain. Minyak ini kaya akan
antioksidan serta memiliki kandungan minyak zaitun asli dengan aroma
dan rasa yang khas. Tabel 2.3 menunjukkan kandungan nutrisi dari minyak
zaitun per 100 gram. Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai
14 mg/100 g. Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal
oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini
efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014).
Tabel 2.3 Kandungan nutrisi minyak zaitun per 100 g
Energi 3,701 kJ (885 kcal)
Setiap 100 g minyak zaitun sama dengan 109 ml (Agung, 2014).
2.6 Skin Analyzer
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter
yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi
lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal
menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo,
2012).
Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan
skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot
(noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.
Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin
analyzer.
Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Analisa Parameter
Moisture
(kadar air) (%)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0 – 29 30 – 50 51 – 100
Kecil Beberapa besar Sangat besar
0 – 19 20 – 39 40 – 100
Spot
(Noda)
Sedikit Beberapa noda Banyak noda
0 – 19 20 – 39 40 – 100
Wrinkle
(Keriput)
Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput
0 – 19 20 – 52 53 – 100
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini
meliputi pembuatan sediaan krim minyak zaitun ekstra murni dengan konsentrasi
5%, 10%, 15% dan 20%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH,
penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan), pengelompokan sukarelawan, dan
pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan
moisture checker (Aramo-SG), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin,
alat-alat gelas, kertas perkamen, penangas air, spatula, sudip, pot plastik,
aluminium foil, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik (Dickson).
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest,
propilen glikol, natrium edetat, trietanolamin, vaselin, setil alkohol, asam stearat,
gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, nipagin, minyak zaitun ekstra murni
(extra virgin olive oil) “Borges”, metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01),
larutan dapar pH netral (pH 7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan wanita berumur 20 – 25 tahun memiliki kulit punggung
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Formulasi sediaan krim 3.4.1.1 Formula standar
Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang
menggunakan tipe dasar krim minyak dalam air (Mitsui, 1997) :
R/ Aquadest 54,95%
Gliseril monostearat 3,0
Titanium dioksida 5,0
Oxibenzon 2,0
Formulasi krim dimodifikasi dengan mengeluarkan bahan-bahan yang
berfungsi sebagai sunblock dan emolien kemudian diganti dengan sejumlah air.
Formulasi dasar krim sebagai berikut:
R/ Propilen glikol 7,0
Gliseril monostearat 3,0
Butil hidroksi toluen 0,1%
Nipagin 0,1%
Konsentrasi minyak zaitun ekstra murni yang digunakan dalam pembuatan
sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Formulasi dasar krim tanpa minyak zaitun ekstra murni dibuat sebagai blanko.
Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Bahan
Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan
bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri
dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol dilebur di atas
penangas air dengan suhu 70 – 75ºC. Setelah melebur, ditambahkan butil hidroksi
toluen ke dalam fase minyak. Fase air yang terdiri dari larutan nipagin, propilen
glikol, natrium edetat, trietanol amin dan aquadest dimasukkan ke dalam beaker
glass dengan diaduk homogen pada suhu 70°C, lalu dimasukkan ke dalam
lumpang panas, kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan fase minyak ke
dalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih kurang 70ºC sampai
diperoleh massa krim. Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan minyak zaitun
3.4.2 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.4.2.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.4.2.2 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga
pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram
sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
3.4.2.3 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru
metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah
tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).
3.4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan
pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,
dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2
3.4.3 Pengujian aktivitas anti-aging
Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 15
orang dan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A (blanko)
b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim B
(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5%)
c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C
(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 10%)
d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim D
(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15%)
e. Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim E
(konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20%)
Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan berdiameter
3 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan
(evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan
kedalaman keriput dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter
pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan
dengan pengolesan krim sebutir jagung hingga merata seluas area yang telah
ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas,
pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi
kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.
3.4.4 Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 18. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan
berdasarkan formula krim yang diuji. Selanjutnya untuk menganalisis perubahan
kondisi kulit selama perawatan empat minggu digunakan Friedman Test. Jika
terdapat nilai signifikansi p < 0,05, data selanjutnya dianalisis dengan Wilcoxon
Signed Ranks Test untuk melihat perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Krim
Sediaan krim anti-aging menggunakan minyak zaitun ekstra murni dibuat
dengan menggunakan formula standar krim sunblock (Mitsui, 1997), formula
standar ini dimodifikasi di mana bahan-bahan yang berperan sebagai sunblock
dikeluarkan. Minyak zaitun ekstra murni yang digunakan dalam membuat sediaan
krim anti-aging adalah konsentrasi masing-masing 5%, 10%, 15% dan 20%.
Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna putih kekuningan, bau khas
minyak zaitun ekstra murni.
4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas
Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen tidak ada butiran
kasar, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
4.2.2 Penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dengan mencampur biru metil ke
dalam masing-masing krim anti-aging yang dibuat, seperti terlihat pada Gambar
4.2, biru metil larut sewaktu diaduk maka tipe emulsi pada sediaan krim yang
dibuat adalah tipe emulsi minyak dalam air.
Gambar 4.2 Hasil penentuan tipe emulsi krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20%
4.2.3 Evaluasi stabilitas sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu
dengan pengamatan setiap 2 minggu, sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan
diamati perubahan bau, warna dan pH. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan
krim tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu, di mana tidak
terjadi perubahan bau, warna dan pH. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter
dapat dilihat dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Pengukuran pH pada krim A (blanko) diperoleh 6,1; krim B (konsentrasi
Tabel 4.1 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan bau dan warna) krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada pengamatan awal dan pengamatan setiap 2 minggu pada penyimpanan selama 12 minggu
Minggu
Keterangan: B = Bau (1a: Tidak berbau, 1b: Khas minyak zaitun ekstra murni)
W = Warna (2a: Putih, 2b: Putih kekuningan)
Tabel 4.2 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (pengukuran pH) krim blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada pengukuran awal dan pengukuran setiap 2 minggu pada penyimpanan selama 12 minggu
Minggu Ke -
Hasil pengukuran pH rata-rata Krim A
murni 10%) 5,9; krim D (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 15%) 5,9 dan
krim E (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20%) diperoleh 5,8. Hasil
pengukuran pH sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan hasil
pengukuran pH yang diperoleh, pH sediaan krim B, C, D dan E lebih rendah dari
fisiologis kulit, menurut literatur pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat
mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Latifah dan Tranggono,
2007).
4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging
Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer Aramo,
di mana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran
kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda
(spot), pengukuran keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput. Pengukuran aktivitas
anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan
perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim
yang digunakan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan tersebut.
Hasil pengukuran aktivitas anti-aging akan dibahas per parameter.
4.3.1 Kadar air (Moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran
yang terdapat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan kondisi awal kadar air
kulit semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi pada kulit, perawatan setelah
1 minggu kondisi kadar air kulit menjadi normal untuk kulit yang dirawat dengan
krim B, C, D dan E (konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan
20%). Kulit yang dirawat dengan krim minyak zaitun ekstra murni 15% dan 20%
selama empat minggu kelembapan kulit lebih meningkat dibandingkan dengan
kulit yang dirawat dengan krim minyak zaitun ekstra murni 5% dan 10%.
minggu. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim minyak zaitun ekstra murni
20% karena mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan krim
lain.
Data statistik yang diperoleh dengan Kruskal Wallis Test menunjukkan
kondisi kadar air kulit pada kondisi awal dan pemulihan 1 minggu setelah
perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula karena diperoleh
nilai p > 0,05. Pada pemulihan 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan diperoleh
Tabel 4.3 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan
Krim Sukarelawan
28,67±0,58 28,67±0,58 29,33±0,58 29,33±0,58 30,00±0,00
B
1 29 32 32 33 34
2 27 30 31 33 33
3 28 31 32 33 33
28,00±1,00 31,00±1,00 31,67±0,58 33,00±0,00 33,33±0,58
C
1 26 30 31 33 34
2 29 33 33 35 36
3 28 32 33 34 34
27,67±1,53 31,67±1,53 32,33±1,15 34,00±1,00 34,67±1,15
D
1 27 31 33 35 36
2 28 33 34 36 37
3 27 32 34 36 37
27,33±0,58 32,00±1,00 33,67±0,58 35,67±0,58 36,67±0,58
E
1 25 31 33 34 36
2 26 32 34 37 38
3 27 33 35 37 38
26,00±1,00 32,00±1,00 34,00±1,00 36,00±1,73 37,33±1,15
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu perawatan: dehidrasi 0 – 29; normal 30 – 50; hidrasi 51 – 100
nilai p < 0,05 di mana ada perbedaan yang signifikan antar formula. Data statistik
yang diperoleh dengan Friedman Test menunjukkan perbedaan yang signifikan
kondisi air kulit selama waktu perawatan karena diperoleh nilai p < 0,05. Data
statistik yang diperoleh dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan
perbedaan yang signifikan kondisi kadar air kulit menjadi lebih baik dari kondisi
awal, pemulihan 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu sampai 4 minggu setelah
perawatan.
4.3.2 Kehalusan (Evenness)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat
skin analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna
lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan kondisi awal kehalusan kulit semua
kelompok sukarelawan adalah normal, setelah perawatan selama 1 minggu
0
Krim B (minyak zaitun ekstra murni 5%)
Krim C (minyak zaitun ekstra murni 10%)
Krim D (minyak zaitun ekstra murni 15%)
kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi awal dengan
ditunjukkan pada hasil pengukuran kehalusan kulit skor yang diperoleh menjadi
lebih kecil dibandingkan kondisi awal. Krim D dengan konsentrasi minyak zaitun
ekstra murni 15% dan krim E dengan konsentrasi minyak zaitun ekstra murni 20%
menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih baik dibanding krim lainnya. Hasil
pengukuran kehalusan kulit pada kelompok krim E dari kondisi awal normal
menjadi halus pada 3 minggu setelah perawatan, sedangkan krim D menjadi
halus
Tabel 4.4 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak zaitun ekstra murni 5%, 10%, 15% dan 20% pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah perawatan
Krim Sukarelawan
39,67±4,93 39,67±4,93 39,67±4,93 39,00±5,20 38,67±4,93
B
1 37 35 35 34 33
2 40 39 37 34 33
3 38 36 35 34 34
38,33±1,53 36,67±2,08 35,67±1,15 34,00±0,00 33,33±0,58
C
1 44 43 39 37 33
2 42 39 37 36 32
3 41 36 35 34 33
42,33±1,53 39,33±3,51 37,00±2,00 35,67±1,53 32,67±0,58
D
1 43 39 34 34 31
2 44 39 35 32 31
3 43 40 38 32 30
43,33±0,58 39,33±0,58 35,67±2,08 32,67±1,15 30,67±0,58
E
1 38 34 31 31 27
2 45 43 38 31 28
3 49 44 36 32 31
44,00±5,57 40,33±5,51 35,00±3,61 31,33±0,58 28,67±2,08
Keterangan:
Normal 32 – 51; Halus 0 – 31; Kasar 52 – 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)