FORMULASI DAN UJI EFEK
ANTI-AGING
DARI KRIM
YANG MENGANDUNG MINYAK ALPIKAT
(Avocado oil)
SKRIPSI
OLEH:
CUT PUTRI ARHANDHI
NIM 121524041
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI
-AGING
DARI KRIM
YANG MENGANDUNG MINYAK ALPUKAT (
Avocado oil
)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
CUT PUTRI ARHANDHI
NIM 121524041
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan
judul: “Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Krim Yang Mengandung
Minyak Alpukat (Avocado oil)”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya M.Si., Apt., dan Ibu Dra.
Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr.
Sumadio Hadisahputra, Apt., dan Ibu Wakil Dekan I Prof. Julia Reveny, M.Si.,
Apt., yang telah memberikan fasilitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Ketua Program
Ekstensi Sarjana Farmasi USU. Kemudian, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah
pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa
perkuliahan. Serta ucapan terima kasih penulis kepada Ibu kepala Laboratorium
Kosmetologi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis
melakukan penelitian.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda tercinta H. T. Armansyah S.H dan Ibunda tercinta Hj. Satiti Handaru
serta ucapan terima kasih penulis kepada semua Adinda tercinta T. Gusti
Arhandha, A.md., dan Cut Betari Arhandhi serta tidak lupa pula teman-teman
khususnya Ekstensi Farmasi 2012 yang selalu mendoakan, memberi nasehat,
menyayangi dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua doa, kasih
sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya
di bidang Farmasi.
Medan, Juni 2015 Penulis,
FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK ALPUKAT (Avocado oil)
ABSTRAK
Latar belakang: Anti-aging atau anti penuaan merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan seperti adanya keriput, noda hitam, kulit kasar dan pori-pori membesar. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Minyak alpukat mengandung vitamin A yang jika diaplikasikan pada kulit dapat berfungsi untuk mencegah kulit menjadi kering, vitamin E sangat efektif mencegah kerutan pada kulit dan memperlambat proses penuaan serta vitamin C dapat membantu meningkatkan produksi kolagen.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan krim
anti-aging dengan menggunakan minyak alpukat dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas anti-aging.
Metode: Dasar krim yang digunakan terdiri dari asam stearat, setil alkohol,
sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, parfum dan aquadest. Minyak alpukat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20% dengan dasar krim tipe minyak dalam air. Pembanding yang digunakan krim pond’s anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat Skin analyzer terhadap kulit punggung tangan yang kering dan berkerut. Parameter yang diukur meliputi kelembapan, kehalusan, besar pori, jumlah noda, jumlah keriput, dan kedalaman keriput. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan krim dua kali sehari.
Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen,
memiliki pH 5,4 - 6,0 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Hasil uji efek anti-aging menunjukkan bahwa sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yaitu mampu memulihkan kulit selama 4 minggu. Semua sediaan krim minyak alpukat tidak mengiritasi kulit.
Kesimpulan: Minyak alpukat dapat diformulasikan dalam sediaan krim
anti-aging dan penggunaan krim anti-aging dari minyak alpukat dengan konsentrasi
20% selama 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.
FORMULATION AND ANTI AGING EFFECT FROM AVOCADO EXTRACT OIL (Avocado oil)
ABSTRACT
Background: Anti-aging is a preparation that is useful to prevent or slow down
the effects of aging such as the wrinkles, black spots, rough skin and enlarged pores. Anti-aging therapy would be better if done as early as possible, when all functions of the body's cells are still healthy and functioning properly. Avocado oil contains vitamin A which applied to prevent dry skin, as well as vitamin E those are very effective in preventing wrinkles, slow the aging process and vitamin C can help boost collagen production.
Objective: The objective of this research was to formulated anti-aging creams
using avocado oil and to determine the effect different concentration effectiveness of anti-aging.
Methods: Basic cream was used stearic acid, cetyl alcohol, sorbitol, propylene
glycol, triethanolamine, methyl paraben, fragrance and distilled water. Avocado oil was formulated into cream dosage form with various concentrations of 5, 10, 15, and 20% on the basis of the type of oil in water cream. For comparators was used cream pond's anti-aging. Tests on a cream preparation includes examining homogeneity, pH test, test type emulsion, stability test, irritation test, and test the effects of anti-aging by Skin analyzer on the back dry and wrinkled skin. Parameters were measured include moisture, smoothness, large pores, number of stains, wrinkles number, and depth. The restoration was done during four weeks with twice-daily application of creams.
Results: The results were showed that all cream preparations include
homogeneous has a pH of 5.4 to 6.0 and stable during storage of 12 weeks. For anti-aging creams with a concentration of 20% capable to provide anti-aging effects that are best able to restore a healthy skin for 4 weeks. All preparations does not irritate the skin.
Conclusion: avocado oil can be formulated into anti-aging cream and the use of
aging cream of avocado oil with concentration of 20% can provide an anti-aging effect for 4 weeks.
2.1.4 Manfaat kandungan vitamin dalam minyak alpukat ... 7
2.6.2 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging ... 17
2.7 Skin Analyzer ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.6.2 Pemeriksaan pH sediaan ... 23
3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 23
3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 23
3.7 Uji iritasi Terhadap Sukarelawan ... 24
3.8 Pengujian Aktivitas Anti-Aging ... 24
4.3 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 26
4.3.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 26
4.3.2 Penentuan pH sediaan ... 27
4.3.3 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 28
4.4.4 Evaluasi stabilitas sediaan ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL alpukat 5, 10, 15 dan 20% dengan pewarnaan menggunakan biru
metilen ... 28
4.3 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan warna dan bau) krim blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15 dan 20% pada awal dan
4.7 Hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan ... 36
4.8 Hasil pengukuran besar banyaknya noda (Spot) pada kulit
punggung tangan sukarelawan ... 39
4.9 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit punggung tangan
sukarelawan ... 41
4.10 Hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle depth’s) pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat
minggu perawatan ... 33
4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat
minggu perawatan ... 35
4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat minggu
perawatan ... 37
4.4 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat
minggu perawatan ... 40
4.5 Grafik pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat minggu
perawatan ... 42
4.6 Grafik pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle depth’s) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil analisis kandungan asam lemak dari minyak alpukat ... 49
2 Hasil analisis vitamin E dari minyak alpukat ... 50
3 Bagan alir proses pembuatan dasar krim ... 51
4 Bagan alir pembuatan sediaan krim anti-aging ... 52
5 Gambar alat ... 53
6 Gambar sampel minyak alpukat (avocado oil)“Green tosca” .. 54
7 Gambar sediaan ... 55
8 Gambar hasil uji evaluasi sediaan krim ... 56
9 Contoh hasil pengukuran skin analyzer ... 57
10 Contoh surat pernyataan sukarelawan ... 66
FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK ALPUKAT (Avocado oil)
ABSTRAK
Latar belakang: Anti-aging atau anti penuaan merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan seperti adanya keriput, noda hitam, kulit kasar dan pori-pori membesar. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Minyak alpukat mengandung vitamin A yang jika diaplikasikan pada kulit dapat berfungsi untuk mencegah kulit menjadi kering, vitamin E sangat efektif mencegah kerutan pada kulit dan memperlambat proses penuaan serta vitamin C dapat membantu meningkatkan produksi kolagen.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan krim
anti-aging dengan menggunakan minyak alpukat dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas anti-aging.
Metode: Dasar krim yang digunakan terdiri dari asam stearat, setil alkohol,
sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, parfum dan aquadest. Minyak alpukat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20% dengan dasar krim tipe minyak dalam air. Pembanding yang digunakan krim pond’s anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat Skin analyzer terhadap kulit punggung tangan yang kering dan berkerut. Parameter yang diukur meliputi kelembapan, kehalusan, besar pori, jumlah noda, jumlah keriput, dan kedalaman keriput. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan krim dua kali sehari.
Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen,
memiliki pH 5,4 - 6,0 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Hasil uji efek anti-aging menunjukkan bahwa sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yaitu mampu memulihkan kulit selama 4 minggu. Semua sediaan krim minyak alpukat tidak mengiritasi kulit.
Kesimpulan: Minyak alpukat dapat diformulasikan dalam sediaan krim
anti-aging dan penggunaan krim anti-aging dari minyak alpukat dengan konsentrasi
20% selama 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.
FORMULATION AND ANTI AGING EFFECT FROM AVOCADO EXTRACT OIL (Avocado oil)
ABSTRACT
Background: Anti-aging is a preparation that is useful to prevent or slow down
the effects of aging such as the wrinkles, black spots, rough skin and enlarged pores. Anti-aging therapy would be better if done as early as possible, when all functions of the body's cells are still healthy and functioning properly. Avocado oil contains vitamin A which applied to prevent dry skin, as well as vitamin E those are very effective in preventing wrinkles, slow the aging process and vitamin C can help boost collagen production.
Objective: The objective of this research was to formulated anti-aging creams
using avocado oil and to determine the effect different concentration effectiveness of anti-aging.
Methods: Basic cream was used stearic acid, cetyl alcohol, sorbitol, propylene
glycol, triethanolamine, methyl paraben, fragrance and distilled water. Avocado oil was formulated into cream dosage form with various concentrations of 5, 10, 15, and 20% on the basis of the type of oil in water cream. For comparators was used cream pond's anti-aging. Tests on a cream preparation includes examining homogeneity, pH test, test type emulsion, stability test, irritation test, and test the effects of anti-aging by Skin analyzer on the back dry and wrinkled skin. Parameters were measured include moisture, smoothness, large pores, number of stains, wrinkles number, and depth. The restoration was done during four weeks with twice-daily application of creams.
Results: The results were showed that all cream preparations include
homogeneous has a pH of 5.4 to 6.0 and stable during storage of 12 weeks. For anti-aging creams with a concentration of 20% capable to provide anti-aging effects that are best able to restore a healthy skin for 4 weeks. All preparations does not irritate the skin.
Conclusion: avocado oil can be formulated into anti-aging cream and the use of
aging cream of avocado oil with concentration of 20% can provide an anti-aging effect for 4 weeks.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang bersentuhan
langsung dengan lingkungan diluar tubuh. Dengan melakukan segala upaya
untuk membuat kulit menjadi sehat dan terawat, salah satunya adalah dengan
menggunakan produk perawatan kulit. Segala bentuk produk yang menghambat
atau yang lebih tepatnya memperlambat proses penuaan dapat dikategorikan
sebagai anti-penuaan (anti-aging) (Prianto, 2014).
Proses menua merupakan akumulasi semua perubahan yang terjadi
dengan berlalunya waktu (Silalahi, 2006). Menjadi tua merupakan proses normal
yang terjadi pada setiap manusia, namun akan menjadi masalah apabila terjadi
lebih cepat dari waktunya atau umumnya yang disebut penuaan dini (Jaelani,
2009).
Anti-aging merupakan suatu sediaan atau produk yang berguna untuk
mencegah atau memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik,
dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini
mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi
dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging,
namun kebenaran dari produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini
sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil
penelitian para pakar, krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah
penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina,
Minyak alpukat mempunyai peranan penting dalam industri kosmetik. Di
dalam minyak alpukat terdapat sterol yang disebut fitosterol yang memiliki
kemampuan daya serap seperti lanolin. Minyak alpukat sangat cocok digunakan
untuk kulit yang digunakan dengan cara mengoleskan atau pun digosok pada
kulit yang di aplikasikan dalam bentuk krim, minyak pijat, dan lain-lain.
Kemampuan minyak alpukat untuk dapat menembus atau menyerap ke dalam
kulit tidak diragukan lagi. Banyaknya asam lemak tak jenuh dalam minyak
alpukat dapat berfungsi sebagai pelembap kulit alami serta dapat membuat kulit
terlihat lembut dan muda (Human, 1987).
Minyak alpukat juga mengandung vitamin A yang jika diaplikasikan
pada kulit berfungsi mencegah kulit kering, serta vitamin E yang sangat efektif
mencegah kerutan pada kulit dan memperlambat proses penuaan (Finau, 2011).
Selain itu minyak alpukat juga mengandung vitamin C yaang dapat membantu
meningkatkan produksi kolagen pada kulit (Achroni, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pemanfaatan minyak alpukat dalam formulasi
sediaan krim sebagai anti-aging.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah minyak alpukat dapat diformulasi dalam sediaan krim
sebagai anti-aging.
2. Apakah perbedaan konsentrasi minyak alpukat dalam sediaan krim
1.3 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam penelitian
ini adalah:
1. Minyak alpukat dapat diformulasi dalam sediaan krim sebagai
anti-aging.
2. Perbedaan konsentrasi minyak alpukat dalam sediaan krim
mempengaruhi efektivitas anti-aging.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan sediaan krim anti-aging dengan
menggunakan bahan berkhasiat minyak alpukat.
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap
efektivitas anti-aging.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah membuat sediaan krim anti-aging
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) 2.1.1 Asal usul tanaman alpukat
Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, buah ini ditaman
dikawasan tropis dan subtropis, termasuk juga di Indonesia (Budiana, 2013).
Persea america sinonim dengan P.gratissima Gaertin atau P.drymifolia Schlect
& Cham. Kini dikenal tiga tipe alpukat, yakni tipe Meksiko (Persea drymifolia),
tipe Guatemala (Persea guatemalensia) dan tipe Indian Barat (Persea
americana) (Sunarjono, 2006). Alpukat yang berkembang di Indonesia
kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah ini
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang
masuk ke Indonesia yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai
untuk ditanam didaerah subtropis (dengan ketinggian di atas 2.000 m dpl), maka
pertumbuhannya di Indonesia kurang begitu baik. Hal ini berbeda dengan yang
berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah
subtropis dan tropis (ketinggian antara 1.000 – 2000 m dpl) (Indriani dan
Suminarsih, 1997).
Sampai sekarang berbagai jenis alpukat hasil persilangan tersebar luas
diseluruh wilayah Indonesia dengan nama sesuai bahasa setempat. Dalam
berbagai media cetak sering dijumpai nama-nama yang berbeda seperti alpukad,
alpukat, adpokad, adpokat, advokat dan apokat. Bermacam-macam nama
tersebut mempunyai makna yang sama. Berbagai daerah di Indonesia menyebut
alpuket atau alpukat, Jawa Timur / Jawa Tengah (alpokat), Batak (buah pokat,
jamboopokat), dan Lampung (advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat)
(Indriani dan Suminarsih, 1997).
Bentuk buah alpukat ada yang lonjong dan ada yang bundar dengan warna
kulit buah hijau sampai merah tua. Daging buah umumnya berwarna kuning
seperti mentega dan berbiji satu. Daging buah alpukat bertekstur halus, berserat
dan tebal (Wirakusumah, 2008).
2.1.2 Klasifikasi alpukat
Menurut Rahmawati (2012) dalam taksonomi tumbuhan alpukat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Sejak zaman dahulu, buah alpukat telah digunakan sebagai bahan untuk
perawatan kecantikan. Alpukat merupakan salah satu bahan kosmetik alamiah
terbaik. Alpukat memberikan manfaat yang baik terhadap kulit, baik dengan
dikonsumsi langsung maupun digunakan pada kulit sebagai perawatan luar,
karena buah alpukat mengandung, vitamin, mineral, protein dan minyak
Kandungan zat-zat yang terkandung dalam buah alpukat bermanfaat untuk
memberi nutrisi pada kulit serta berfungsi sebagai emolient (Surtiningsih, 2005).
Menurut Rahmawati (2012) alpukat yang diproses menjadi minyak
dipergunakan sebagai salah bahan dalam industri kosmetika karena minyak
alpukat mudah di serap dan mengandung asam lemak tak jenuh yang berdampak
positif dalam tubuh.
Menurut Finau (2011) kandungan minyak yang terdapat pada buah
alpukat per 100 gram pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Kandungan minyak alpukat per 100 gram.
Kandungan Vitamin Jumlah
memiliki kemampuan daya serap seperti lanolin. Kemampuan minyak alpukat
untuk menembus kulit tidak diragukan lagi. Kemampuan penetrasi yang tinggi
dari minyak alpukat membuatnya mampu digunakan sebagai bahan alami
mudah untuk mengemulsi membuat krim. Perusahaan Selandia Baru dan
Amerika Serikat saat ini banyak memproduksi berbagai produk perawatan kulit
dengan menggunakan minyak alpukat, seperti krim pelembab, krim wajah dan
krim untuk melembutkan kulit (Finau, 2011).
2.1.4 Manfaat Kandungan vitamin dalam minyak alpukat
Di dalam minyak alpukat banyak mengandung vitamin-vitamin yang
sangat bermanfaat untuk kulit yaitu :
1. Manfaat vitamin A adalah salah satu vitamin yang sangat berperan dalam
pembentukan sel-sel kulit dan mampu melembabkan kulit
2. Manfaat vitamin B2 adalah membantu mencegah kerusakan kulit yang
disebabkan oleh radikal bebas dan menjaga kulit, kuku, serta rambut agar
tetap sehat.
3. Manfaat vitamin B3 (niasin) adalah dapat melindungi dan menjaga kulit
agar tetap sehat dan vitamin ini juga memiliki sejumlah sifat antioksidan.
4. Manfaat vitamin B5 (asam pantotenat) adalah menjaga kelembapan kulit
dan dapat membantu proses penyembuhan luka.
5. Manfaat vitamin C adalah berperan penting dalam mempertahankan
kekebalan tubuh, dapat menjaga keseimbangan kadar minyak agar kulit
tidak kering, dan dapat meningkatkan produksi kolagen pada kulit.
6. Manfaat asam folat adalah berperan dalam memperbaiki sel-sel kulit dan
2.2 Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin
bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Bahan-bahan yang sering digunakan dalam pembuatan kosmetik itu
sendiri dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan, bagian tubuh hewan, ataupun
sintesis dari keduanya. Bahan-bahan aktif yang sering digunakan dalam industri
kosmetik yaitu yang berasal dari tumbuhan dan bahan aktif yang berasal dari
hewani (Prianto, 2014).
2.3 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Isilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa krim mempunyai dua tipe
yaitu air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a). Sifat umum sediaan
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan (Anwar, 2012).
2.3.1 Bahan-bahan dalam krim anti-aging
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu:
1. Asam stearat
Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat
pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam
formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam
propilen glikol (Rowe, et al., 2009).
2. Setil alkohol
Berbentuk partikel pipih berwarna putih, berfungsi sebagai bahan
pengelmusi dan sebagai pengeras krim sehingga mampu meningkatkan
konsistensi. Setil alkohol seringkali digunakan dalam sediaan krim
karena sifatnya sebagai emolien (Anwar, 2012).
3. Sorbitol
Sorbitol sifatnya tidak berbau, putih, kristal, dan bubuk higroskopik.
Sorbitol memiliki rasa manis, dingin, dan memiliki sekitar 50 – 60% dari
manisnya sukrosa (Rowe, et al., 2009).
4. Propilen glikol
Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau,
dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat
berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat
5. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga
berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak.
TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama
dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak
seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang
dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak
dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).
6. Metil paraben
Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba
dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi.
Khasiat pengawet dari metil paraben juga ditingkatkan dengan
penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi pengawet ini
biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3%
(Rowe, et al., 2009).
2.4 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat
yang terdapat dilingkungan hidup manusia, termasuk jasad renik (mikroba) yang
tumbuh dan hidup dilingkungan sekitar. Kulit merupakan organ yang essensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitif serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis
Menurut Pearce (2011) kulit mempunyai banyak fungsi, antara lain
membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya kadar air dari tubuh dan
mempunyai kemampuan ekskretori, sekretori, dan absorpsi.
2.4.1 Anatomi Kulit
Secara histologi, kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan
epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada batas
yang jelas yang memisahkan antara dermis dan subkutis. Subkutis ditandai
dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membetuk jaringan lemak
(Anwar, 2012).
1. Lapisan epidermis
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar
terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu :
1. Lapisan tanduk ( stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis
protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia.
2. Lapisan jernih (stratum lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat
lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus
(impermeable).
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berinti mengkerut.
4. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan
malphigi ini.
5. Lapisan basal (stratum germinativum atau membrane basalis)
Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat
sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan
fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada
sel-sel keratinosit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Lapisan dermis
Merupakan lapisan yang terletak di bawah epidermis. Lapisan ini jauh lebih
tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa padat
dengan elemen seluler, kelenjar, dan folikel rambut sebagai adneksa kulit
(Anwar, 2012).
3. Lapisan subkutis
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak di bawah kulit.
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan longgar yang
berisi sel-sel lemak di dalamnnya (Anwar, 2012).
2.4.2 Jenis Kulit
Menurut Noormindhawati (2013), ditinjau dari sudut pandang perawatan
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar
minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus, lembut, dan pori-pori kulit
kecil.
2. Kulit berminyak
Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan dipermukaan kulit
sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, kotor, kusam, dan
cenderung mudah berjerawat.
3. Kulit kering
Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku,
tidak elastis, dan mudah berkeriput.
4. Kulit kombinasi
Merupakan jenis kulit kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak.
Pada area T cenderung berminyak, sedangkan kulit di daerah lain cenderung
kering atau normal.
5. Kulit sensitif
Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi
tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya
yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi
iritasi, kulit menjadi lebih tipis, dan sangat sensitif.
2.4.3 Fungsi Kulit
Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut
1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian
dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan
bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur yang
dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan
tarikan.
2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh.
3. Mengatur suhu tubuh.
4. Menyimpan kelebihan lemak.
5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa,
seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.
6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.
7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).
2.5 Penuaan Dini 2.5.1 Definisi
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya,
dapat terjadi saat umur memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi
kulit terjadi setiap 28 – 30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan
bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37
hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan
kulit adalah lapisan dermis. Semakin bertambahnya usia, regenerasi kulit
semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput (Noormindhawati, 2013).
2.5.2 Tanda – tanda penuaan dini
Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda – tanda fisik
1. Keriput dan mengendur
Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semakin
berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak
keriput dan mengendur.
2. Muncul age spot (noda hitam)
Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah
wajah, lengan, dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat
kulit menjadi kering dan kasar.
4. Pori-pori membesar
Akibat penumpakan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar
(Noormindhawati, 2013).
2.5.3 Penyebab penuaan dini
Faktor-faktor penyebab terjadinya penuaan dini dibedakan menjadi 2,
yaitu (Noormindhawati, 2013):
1. Faktor internal meliputi; genetik, sakit yang berkepanjangan, dan
kurangnya asupan gizi.
2. Faktor eksternal meliputi;
1. Polusi
Polusi memicu terbentuknya radikal bebas, radikal bebas akan merusak
kolagen dan elastin.
Stres akan memicu produksi hormon kortisol, hormon ini dapat
merusak kolagen dan elastin sehingga menyebabkan terjadinya
penuaan dini.
3. Kurang tidur
Proses regenerasi kulit terjadi pada saat tidur. Oleh karena itu, kurang
tidur akan mengganggu proses regenerasi kulit.
4. Perawatan yang tidak tepat
Penggunaan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi
menyebabkan penuaan dini.
5. Sinar matahari
Sinar matahari mempercepat proses penuaan yang normal dan
menyebabkan kerutan yang lebih dalam. Sinar matahari mempunyai
efek yang mengakibatkan kerukan pada tingkat sel (Haynes,1994).
2.6 Anti Penuaan atau Anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk
yang dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014).
Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti
timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit,
tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani,
2009).
Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untuk
memperlambat proses penuaan, membersihkan, melembapkan, dan
memperindah penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit
2.6.1 Fungsi dan manfaat dari produk anti-aging
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.6.2 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging
Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat
merusak jaringan kulit. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan
dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam
lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput.
Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu,
produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah
satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan
antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi
Vitamin E merupakan salah satu antioksidan yang dapat membantu tubuh
melawan radikal bebas. Vitamin E memiliki banyak manfaat untuk kulit antara
lain, melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang disebabkan oleh
radikal bebas, membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit, dan
mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012). Vitamin E juga disebut dengan
vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan
untuk kulit ataupun formulasi. Vitamin E juga dapat membantu menghaluskan
kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007).
2.7 Skin Analyzer
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa
dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu
memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode
pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera
pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat
dan akurat (Aramo, 2012).
Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan
skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot
(noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.
Tabel 2.2 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Analisa Parameter
Moisture (kadar air) (%)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0 – 29 30 – 50 51 – 100
Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot
(Noda)
Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle
(Keriput)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi
pembuatan sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 5, 10, 15 dan 20%,
pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi,
uji stabilitas sediaan), pengelompokan sukarelawan, uji iritasi terhadap
sukarelawan dan pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.
3.1 Alat - alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan
moisture checker (Aramo-SG), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin,
alat-alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik
(Dickson).
3.2 Bahan - bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest,
asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben,
minyak alpukat (avocado oil) “Green Tosca”, metil biru, larutan dapar pH asam
(pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dipilih adalah mahasiswi di Fakultas Farmasi USU
berdasarkan kriteria antara lain berusia sekitar 22-30 tahun memiliki kulit
punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar
3.4 Formula Standar Krim m/a (Young, 1972)
R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen glikol 3
Trietanolamin 1
Gliserin 1-5 tetes
Metil paraben q.s
Parfum q.s
Akuades ad 100
3.5 Formula Sediaan Krim
Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena
fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humektan. Formula
dasar krim sebagai berikut :
R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen Glikol 3
Trietanolamin 1
Metil Paraben 0,1
Parfum q.s
Konsentrasi minyak alpukat yang digunakan dalam pembuatan sediaan
krim anti-aging masing-masing adalah 5, 10, 15, dan 20%. Formulasi dasar krim
tanpa minyak alpukat dibuat sebagai blanko dan sebagai baku pembanding
digunakan krim anti-aging dari pasaran (Pond’s krim anti-aging). Rancangan
formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Bahan
Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan
bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri
dari asam stearat, setil alkohol, dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 ºC.
Fase air yang terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin dan metil
paraben dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar dengan suhu 70°C
(massa II). Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas, kemudian
keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, lalu
masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim. Setelah
terbentuk massa krim, ditambahkan minyak alpukat sedikit demi sedikit, digerus
sampai terbentuk krim yang homogen. Ditambahkan 3 tetes parfum,
yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi minyak alpukat yang
berbeda.
3.6 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.6.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.6.2 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga
pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram
sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit
biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut
adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).
3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan
dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2
minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan untuk mengetahui
apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan reaksi iritasi. Krim yang dipakai
untuk uji iritasi adalah krim dengan konsentrasi tertinggi yaitu krim minyak
alpukat 20%.
Kosmetika dioleskan dibelakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24
jam dan lihat perubahan yang terjadi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). Reaksi
iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema dengan sistem skor. Eritema: tidak
eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema
sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2,
edema sedang 3, edema sangat parah 4 (Barel dkk., 2009).
3.8 Pengujian aktivitas anti-aging
Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18
orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A (blanko)
Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim B (konsentrasi minyak alpukat 5%)
Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C (konsentrasi minyak alpukat 10%)
Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim E (konsentrasi minyak alpukat 20%)
Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F pembanding (produk pasaran)
Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan
berdiameter 5 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture),
kehalusan (evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput
(wrinkle) dan kedalaman keriput (wrinkle’s depth) dengan menggunakan skin
analyzer sesuai dengan parameter pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit
awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim sebutir jagung hingga
merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok
yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari
selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4
minggu dengan menggunakan skin analyzer.
3.9 Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 17. Langkah pertama data dianalis dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas
dan normalitasnya. Kemudian dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan
metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara
kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Krim
Sediaan krim anti-aging menggunakan minyak alpukat dibuat dengan
menggunakan formula standar krim (Young, 1972). Minyak alpukat yang
digunakan dalam membuat sediaan krim anti-aging adalah konsentrasi
masing-masing 5, 10, 15 dan 20%. Sediaan krim yang diperoleh berupa krim berwarna
kuning dan krim blanko berwarna putih.
4.2 Hasil Pemeriksaan Kandungan Asam Lemak dan Vitamin E dalam Minyak Alpukat
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan vitamin E
yang terkandung dalam minyak alpukat “Green Tosca” di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit Medan. Hasil pemeriksaan identifikasi asam lemak pada sampel
telah dilakukan oleh Sari (2014) dapat dilihat pada Lampiran I Halaman 49 dan
hasil pemeriksaan identifikasi vitamin E pada sampel dapat dilihat pada
Lampiran II Halaman 50.
4.3 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.3.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Dari uji homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim blanko dan krim
dengan konsentrasi 5, 10, 15 dan 20% semua sediaan krim tidak terdapat
Menurut Ditjen POM (1979), sediaan dinyatakan homogen jika tidak ada
butiran-butiran pada keping kaca, maka sediaan memenuhi syarat.
4.3.2 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna
instruments). Dari percobaan yang diperoleh hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1 di
bawah ini :
Tabel 4.1 Data pengukuran pH krim blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15 dan
20% selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.
No Krim
pH rata-rata selama 12 minggu penyimpanan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Keterangan : Krim A : Blanko (tanpa minyak alpukat) Krim B : Krim minyak alpukat 5% Krim C : Krim minyak alpukat 10% Krim D : Krim minyak alpukat 15% Krim E : Krim minyak alpukat 20%
Berdasarkan data pada Tabel 3.1 pengukuran pH sediaan krim pada saat
selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada sediaan krim A : 6,0; krim B : 6,0;
krim C : 5,9; krim D : 5,9 dan krim E : 5,8; sedangkan setelah penyimpanan
selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu krim A : 5,9;
krim B : 5,7; krim C : 5,7; krim D : 5,6 dan krim E : 5,4. Setelah penyimpanan
selama 12 minggu pH yang diperoleh mengalami sedikit penurunan jika
minyak alpukat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin
menurun atau semakin asam. Penurunan pH juga terjadi dengan bertambahnya
waktu penyimpanan tetapi masih menunjukkan kisaran pH yang sesuai dengan
pH kulit yaitu 4,5 - 6,5 ini menunjukkan bahwa pH tersebut aman untuk sediaan
krim dan tidak mengiritasi kulit.
Karena itu hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat
mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5 - 6,5.
Kosmetik demikian disebut kosmetik dengan pH-balanced (Tranggono dan
Latifah, 2007).
4.3.3 Penentuan tipe emulsi sediaan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, bahwa krim anti-aging
minyak alpukat mempunyai tipe emulsi m/a (minyak dalam air) karena biru
metilen dapat terlarut dan memberikan warna yang homogen yang dapat dilihat
pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim blanko, krim minyak
alpukat 5, 10, 15 dan 20% dengan pewarnaan menggunakan biru metilen.
No Krim Kelarutan metilen biru dalam sediaan
Ya Tidak
Menurut Ditjen POM (1985) penentuan tipe krim sediaan dapat
ditentukan dengan pewarnaan biru metilen, bila biru metilen tersebar merata
berarti sediaan tipe m/a (minyak dalam air), tetapi jika warna hanya berupa
bintik-bintik biru, berarti tipe sediaan adalah a/m (air dalam minyak).
4.3.4 Evaluasi stabilitas sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu,
sediaan krim disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna dan
pecahnya emulsi. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam
Tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil evaluasi stabilitas sediaan (perubahan bau dan warna) krim
blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15 dan 20% pada pengamatan awal dan pengamatan pada penyimpanan selama 12 minggu
No Krim
Berdasarkan hasil uji stabilitas pada sediaan selama 12 minggu, maka
diperoleh hasil pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa seluruh sediaan dari
tiap formula tidak mengalami perubahan warna, bau dan tidak terjadi pecahnya
emulsi baik pada pengamatan minggu ke 1, 4, 8 dan minggu ke 12 selama
penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil
secara fisik.
4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan untuk mengetahui
apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan eritema dan edema. Penggunaan
kosmetika yang tidak baik pada kulit dapat menimbulkan reaksi (efek samping).
Krim yang dipakai untuk uji iritasi adalah krim dengan konsentrasi tertinggi
yaitu krim minyak alpukat 20%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil uji iritasi sediaan krim terhadap kulit sukarelawan
Reaksi iritasi Sukarelawan
I II III IV V VI VII VIII IX X
Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Index iritasi primer: 0/24 = 0,00
Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel dkk., 2009).
Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan
hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Dari
hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman
untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.5 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging
Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer
Aramo, di mana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture),
pengukuran kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran
banyaknya noda (spot), pengukuran keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput
(wrinkle’s depth). Pengukuran aktivitas anti-aging dimulai dengan mengukur
kondisi kulit awal sebelum dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk dapat
melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan dalam memulihkan kulit
yang telah mengalami penuaan tersebut. Hasil pengukuran aktivitas anti-aging
akan dibahas per parameter.
4.5.1 Kadar air (Moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran
yang terdapat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1 di bawah ini:
Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa, kondisi awal kadar air pada
kulit semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi dan setelah pemakaian krim
selama empat minggu kondisi kulit semua kelompok sukarelawan menjadi
normal.
Menurut Human (1987) minyak alpukat dapat bersifat sebagai emolien,
menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam rangka mempertahankan
29,7±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 30,0±1,00
B
1 29 30 32 32 33
2 27 29 30 31 32
3 28 30 32 33 33
28,0±1,00 29,7±0,57 31,3±1,15 32,0±1,00 32,7±0,57
C
1 26 28 30 32 33
2 27 29 31 33 33
3 29 31 31 33 34
27,3±1,52 29,3±1,52 30,7±0,57 32,7±0,57 33,3±0,57
D
1 27 30 31 32 34
2 25 28 30 33 34
3 26 29 32 33 35
26,0±1,00 29,0±1,00 31,0±1,00 32,7±0,57 34,3±0,57
E
1 25 28 31 33 35
2 26 29 33 34 36
3 27 30 32 33 35
26,0±1,00 29,0±1,00 32,0±1,00 33,3±0,57 35,3±0,57
F
1 26 29 31 36 37
2 26 29 34 35 38
3 28 31 33 35 38
26,7±1,15 29,7±1,15 32,7±1,52 35,3±0,57 37,7±0,57
Keterangan:
Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)
Krim B : Krim minyak alpukat 5% Krim C : Krim minyak alpukat 10% Krim D : Krim minyak alpukat 15% Krim E : Krim minyak alpukat 20%
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukurankadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan pembanding selama empat minggu perawatan.
Pada uji Anova, kadar air pada kulit yang di uji dengan uji parametrik
One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD, setelah empat minggu data
diuji secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) pada dua
minggu hingga empat minggu perawatan. Perbedaan ini menunjukkan adanya
perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik.
4.5.2 Kehalusan (Evenness)
Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat
skin analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna
lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam
Tabel 4.6 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.6 Data hasil pengukurankehalusan (Evenness) pada kulit punggung
38,7±4,16 38,7±4,16 38,7±4,16 38,0±4,35 37,8±4,04
B
1 37 37 33 33 32
2 42 37 35 33 32
3 39 39 37 36 35
39,3±2,51 37,7±1,15 35,0±2,00 34,0±1,73 33,0±1,73
C
1 40 36 35 35 34
2 41 37 36 35 34
3 40 39 35 35 34
40,3±0,57 37,3±1,52 35,3±0,57 35,0±0,00 34,0±0,00
D
1 43 41 37 36 35
2 40 39 37 35 34
3 41 40 40 39 31
41,3±1,52 40,0±1,00 38,0±1,73 36,7±2,08 33,3±2,08
E
1 38 34 33 31 31
2 43 40 40 38 30
3 44 42 35 31 27
41,7±3,21 38,7±4,16 36,0±3,60 33,3±4,04 29,3±2,08
F
1 45 43 38 34 25
2 49 44 36 32 32
3 39 39 36 31 30
44,3±5,03 42,0±2,64 36,7±1,15 32,3±1,52 29,0±3,60
Keterangan:
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)
Krim B : Krim minyak alpukat 5% Krim C : Krim minyak alpukat 10% Krim D : Krim minyak alpukat 15% Krim E : Krim minyak alpukat 20%
Krim F : Krim pembanding (dari produk pasaran)
Dari hasil pengukuran menunjukkan kondisi awal kehalusan kulit semua
kelompok sukarelawan adalah normal. Pada pemakaian krim A, B, C dan D
selama empat minggu perawatan kondisi kulit sukarelawan masih dalam
keadaan normal. Namun, pada pemakaian krim E dan krim F selama perawatan
Pengujian dengan anova menunjukkan data statistik parameter kehalusan
kulit yang diperoleh dengan uji parametrik One Way Anova dilanjutkan dengan
Turkey dan LSD. Setelah empat minggu data diuji secara statistik, pada satu
minggu, dua minggu, dan tiga minggu perawatan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p ≥ 0,05). Pada empat minggu perawatan diperoleh nilai (p ≤ 0,05) di
mana ada perbedaan yang signifikan antar formula.
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat minggu perawatan
4.5.3 Besar pori (Pore)
Hasil pengukuran besar pori ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3.
Analisa besar pori menggunakan perangkat skin analyzer yang sama dengan
pengukuran kehalusan yaitu lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal
dengan warna lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit,
secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012).
Tabel 4.7 Data hasil pengukuranbesar pori (Pore) pada kulit punggung tangan
24,3±0,57 24,3±0,57 23,7±1,52 23,3±1,15 23,3±1,15
B
1 29 24 24 24 20
2 24 24 24 24 20
3 27 25 24 24 20
26,6±2,51 24,3±0,57 24,0±0,00 24,0±0,00 20,0±0,00
C
1 22 20 20 16 12
2 27 24 24 20 16
3 27 25 18 16 16
25,3±2,88 23,0±2,64 20,7±3,05 17,3±2,30 14,7±2,30
D
25,7±6,65 22,3±7,76 18,7±4,61 14,0±3,46 10,7±4,61
F
1 24 18 16 8 8
2 31 24 16 12 8
3 27 20 16 12 8
27,3±3,51 20,7±3,05 16,0±0,00 10,7±2,30 8,00±0,00
Keterangan:
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)
Krim B : Krim minyak alpukat 5% Krim C : Krim minyak alpukat 10% Krim D : Krim minyak alpukat 15% Krim E : Krim minyak alpukat 20%
Krim F : Krim pembanding (dari produk pasaran)
Besar pori kulit semua sukarelawan pada kondisi awal adalah beberapa
besar. Pada pemakaian krim A dan krim B kondisi pori kulit masih beberapa
besar. Krim E dengan konsentrasi minyak alpukat 20% menunjukkan tingkat
pemulihan yang lebih baik dibandingkan dengan krim lainnya yaitu krim C dan
jauh lebih rendah dari krim F, karena dapat mengecilkan kondisi pori menjadi
kecil selama empat minggu perawatan.
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat minggu perawatan
Pori-pori kulit seringkali tampak lebih besar dan umumnya terdapat pada
orang yang memiliki kulit yang lebih terang. Kulit pun tampak kusam dan
terkadang terlihat mengelupas (Prianto, 2014).
Salah satu kunci kulit yang sehat adalah pori-pori yang kecil. Pori-pori
dapat membesar apabila terkena paparan sinar matahari yang terlalu terik.
Pori-pori yang besar menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat sehingga
menyebabkan jerawat lebih mudah timbul (Sulastomo, 2013).
Data statistik parameter pengukuran besar pori yang diperoleh dengan
One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD, menunjukkan kondisi kulit
pada kondisi awal dan 1 minggu perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan
antar formula karena diperoleh nilai (p ≥ 0,05). Pada perawatan satu minggu,
dua minggu, tiga minggu sampai empat minggu diperoleh nilai (p ≥ 0,05)
dimana ada perbedaan yang signifikan antar formula.
4.5.4 Banyaknya noda (Spot)
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin
analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan polarisasi dengan warna
lampu sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda seperti yang terlihat
dalam Tabel 4.8 dan Gambar 4.4 menunjukkan terdapat banyak noda pada
kondisi awal kulit semua sukarelawan. Selama empat minggu perawatan pada
pemakaian krim A belum mampu mengurangi noda pada kulit sukarelawan,
sedangkan pada krim B, C, D dan E noda yang terdapat pada kulit sukarelawan
menjadi beberapa noda. Tetapi, pada pemakaian krim F banyaknya noda pada
kulit sukarelawan menjadi lebih sedikit selama empat minggu perawatan.
Noda pada kulit merupakan salah satu masalah kulit yang menyebabkan
kulit menjadi kusam, gelap dan tampak tidak bersih. Noda hitam pada kulit
merupakan bagian dari tanda-tanda telah terjadinya penuaan (Achroni, 2012).
Menurut Hutapea (2005), secara normal noda terbentuk dikarenakan kulit
yang terpapar sinar matahari akan merangsang menghasilkan lebih banyak
pigmentasi yang berfungsi menyaring sinar matahari yang berlebihan. Noda
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) pada kulit punggung
38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52 38,3±2,08 38,0±1,73
B
1 44 42 41 40 39
2 41 40 38 37 36
3 40 35 32 31 30
41,7±2,08 39,0±3,60 37,0±4,58 36,0±4,58 35,0±4,58
C
1 43 40 38 34 32
2 42 38 36 33 30
3 47 45 43 39 34
44,0±2,64 41,0±3,60 39,0±3,60 35,3±3,21 32,0±2,00
D
1 46 42 38 33 27
2 41 36 32 30 26
3 48 43 37 33 29
45,0±3,60 40,3±3,78 35,7±3,21 32,0±1,73 27,3±1,52
E
1 45 38 35 27 23
2 52 44 36 28 25
3 41 34 29 26 19
46,0±5,56 38,7±5,03 33,3±3,78 27,0±1,00 22,3±3,05
F
1 44 31 27 23 17
2 55 47 34 27 20
3 46 37 28 24 18
48,3±5,85 38,3±8,08 29,7±2,08 24,7±2,08 18,3±1,52
Keterangan:
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)
Krim B : Krim minyak alpukat 5% Krim C : Krim minyak alpukat 10% Krim D : Krim minyak alpukat 15% Krim E : Krim minyak alpukat 20%
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak alpukat 5, 10, 15, 20% dan krim pembanding selama empat perawatan
Setelah empat minggu data diperoleh, dilakukan uji secara statistik
dengan One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD menunjukan
kondisi kulit pada kondisi awal hingga satu minggu dan dua minggu setelah
perawatan tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula karena diperoleh
nilai (p ≥ 0,05). Pada tiga minggu dan empat minggu perawatan diperoleh nilai
(p ≤ 0,05), dimana ada perbedaan yang signifikan antar formula.
4.5.5 Keriput (Wrinkle)
Pengukuran keriput dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa
perbesaran 10x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.
Hasil pengukuran keriput seperti yang terlihat dalam Tabel 4.9 dan Gambar 4.5
menunjukkan kondisi awal kulit semua sukarelawan berkeriput. Selama empat