BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman BuahAnggur (Vitis Vinifera)
2.1.1 Asal usulbuah anggur
Menurutsejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman dahulu. Dugaan ini berdasarkan daun, potongan cabang, serta biji buahnya yang didapat didaerah Eropa dan Amerika utara. Selain itu, ditemukan tumpukan fosil buah anggur disebuah danau di Eropa tengah. Dari semua penemuan inilah kemudian terlacak bahwa pada masa lalu sebagian besar tanaman anggur lebih banyak tumbuh didaratan Eropa, Amerika utara, dan daerah dingin dekat kutub utara (Setiadi, 2007).
Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenal anggur sebagai minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang-orang Romawi kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis Vinifera. Varietas ini kemudian menyebar kebagian timur Mediterania sampai Afrika (Setiadi, 2007).
2.1.2 Minyak bijibuahanggur
serta antioksidan yang kuat sehingga baik digunakan dalam formulasi kosmetik (Martinez, 2006).
Minyak biji buah anggur di peroleh dari ekstrasi biji anggur dengan metode cold pressed. Metode ini sederhana, tidak melibatkan pemanasan ataupun zat kimia. Menggunakan suatu alat dengan cara memasukkan biji ke alat tersebut, kemudian ditekan sampai mengahasilkan minyak dan ampas yang sudah terpisah (Martinez,2006).
Minyak biji buah anggur mengandung antioksidan yang bermanfaat dalam merawat kulit. Antioksidan yang terdapat di dalamnya yaitu vitamin E dan juga oligomeric proanthocianidins (OPC). OPC ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang merusak jaringan kulit. OPC dapat dapat memperbaiki kolagen yang telah dirusak oleh radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya kerutan dikulit (Sarvanthi, dkk., 2013). Kandungan vitamin E dalam minyak biji buah anggur juga bermanfaat bagi kulit, dimana vitamin E membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012).
2.2. Radikal Bebas dan Antioksidan
2.2.1 Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) dan umumnya memiliki reaktivitas yang tinggi (Molyneux, 2004).
biomolekul ini. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak (Silalahi, 2006).2.2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah zat atau senyawa alami yang dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan dan penuaaan yang disebabkan oleh radikal bebas (Valko, 2006). Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006).
Menurut Huy, et al., (2008) antioksidan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
− Antioksidan primer
Antioksidan primer berbentuk enzim sehingga disebut juga sebagai antioksidan enzimatis. Antioksidan primer bekerja secara cepat memberikan atom hidrogen kepada senyawa radikal, sehingga berubah menjadi stabil. Antioksidan primer seperti superoxide dismutase (SOD), catalase, glutathion peroksidase (GPx) merupakan antioksidan enzimatik utama yang terlibat langsung dalam menetralkan ROS.
− Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan non-enzimatis, berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga menghindari kerusakan sel yang lebih parah. Antioksidan ini dibagi menjadi dua yaitu :
− Antioksidan tersier
Antioksidan kelompok ini adalah enzim DNA-repair. Enzim ini memperbaiki biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Antioksidan tersier berupa enzim metionin sulfoksida. Cara kerjanya memperbaiki kerusakan DNA melalui proses metilasi, yakni terbentuknya sadenosylmetionin (SAMe) dari asam amino metionin yang bereaksi dengan ATP. Kekurangan
metilasi ini salah satunya dapat menimbulkan penuaan dini.
2.3Anti-Aging
2.3.1 Pengertian anti-aging
Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit seperti adanya noda gelap, kulit kering, kulit keriput dan lain-lain (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3.2 Fungsi produk anti-aging
Banyak produk anti-aging yang beredar di pasaran misalnya krim pelembab, lotion ,masker dan lain-lain. Produkanti-aging tersebut memiliki fungsi yaitu:
a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit c. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit
d. Merangsang produksi kolagen, glikosaminoglikan, lastin
2.4 Kulit
Kulit merupakan “selimut“ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007). Sebagai bagian tubuh yang paling kelihatan, kulit menjadi sumber kecantikan dan daya pikat dari seseorang. Kulit yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari berbagai jenis rangsangan eksternal seperti paparan sinar matahari yang terjadi terus menerussehingga kulit kehilangan kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 (Mitsui, 1997).
2.4.1 Struktur kulit
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: 1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis.
a. Stratum korneum (lapisan tanduk),
Lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (sel tanduk).
b. Stratum lusidum
1. Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
Lapisan ini merupakan dua atau tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel didalamnya. Butir-butir kasar ini berisi keratohialin.
2. Stratum spinosum (stratum malphigi, lapisan sel prickle, lapisan akanta)
Lapisan ini terdiri atas bebrapa lapis sel berbentuk poligonal dengan ukuran bermacam- macam akibat proses mitosis.
3. Stratum basalis
Lapisan ini terdiri atas sel-sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal dan pada taut dermoepidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan dasar epidermis bereproduksi secara mitosis (Wasitaatmadja, 1997). 2. Lapisan Dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas:
a.Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b.Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997).
3. Lapisan Subkutis
2.4.2 Fungsi kulit
Kulit merupakan “selimut“ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Proteksi (perlindungan)
b. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan tempratur tubuh) c. Organ sekresi
d. Persepsi sensoris (menerima rangsangan) e. Absorpsi (penyerapan)
f. Fungsi ekskresi
g. Hal yang lainnya (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4.3 Jenis kulit
Pada umumnya, keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kulit normal
Kulit normalmerupakan kulit yang ideal dan sehat, tidak kusam dan mengkilat, segardan elastis dengan minyak dan juga memiliki kelembaban yang cukup.
b. Kulit berminyak
Kulit berminyak adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit besar sehingga kesannya kasar dan lengket.
c. Kulit kering
2.5 Penuaan Dini
2.5.1 Pengertian penuaan dini
Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan pada wajah mulai bermunculan. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya sering disebut dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20–30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28–30 hari. Tetapi memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi kulit menjadi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).
2.5.2 Tanda-tanda penuaan dini
Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:
a. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit (sawar kulit).
b. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut.
c. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.
e. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.
f. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).
2.5.3 Faktor penyebab penuaan dini
Faktor penyebab yang berperan dalam proses penuaan dini antara lain: 1. Faktor internal
a. Genetik
b. Sakit yang berkepanjangan c. Kurang asupan gizi
2. Faktor eksternal a. Polusi
b. Sinar ultraviolet (UV) c. Stres
d. Kurang tidur
e. Perawatan yang tidak tepat (Noormindhawati, 2013). 2.5.4 Proses terjadinya penuaan dini
Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam Photoaging dan penuaan intrinsik. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).
untuk pembaharuan lapisan epidermis. Ini dikenal dengan pergantian epidermis yang membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, et al., 2009).
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada aperubahan epidermis (Mitsui, 1997)
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Lapisan epidermis - Tebal - Tipis
Sel-sel epidermis (keratinosit)
- Sel-sel tidak seragam - Sel-sel terdistribusi
tidak merata - Pembesaran berkala
- Sel-sel seragam - Sel-sel terdistribusi
secara merata
- Pembesaran mendadak Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel
- Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi
- Lapisan sel normal - Ukuran dan bentuk Akorneosit seragam Melanosit - Peningkatan jumlah sel
- Sel-sel bervariasi - Peningkatan produksi
melanosom
- Pengurangan jumlah sel - Sel-sel seragam
- Penurunan produksi Amelanosom
Sel-sel Langerhans - Pengurangan sel dalam jumlah yang besar - Sel-sel bervariasi
- Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil - Sel-sel seragam
Tabel 2.2Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada a perubahan dermis (Mitsui, 1997)
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Jaringan elastis - Meningkat secara
drastis
- Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk
- Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal
Kolagen - Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya
- Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal
Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal
akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulitdermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.6 Sinar Ultraviolet
Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar ultraviolet terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. UV-A (320-400 nm)
Sinar UV-A merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu 100 kali dibandingkan sinar UV-B namun kekuatannya lebih lemah yaitu 1:1000 UV-B. Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat.
b. UV-B (290-320 nm)
Sinar UV-B merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan kulit. Jumlah sinar UV-B yang masuk ke bumi tidak konstan karena tergantung musim dan cuaca. Lapisan ozon mampu mengabsorpsi 90% sinar UV-B.
c. UV-C (200-290 nm)
2.7 Masker
Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam, mask dan moisturizing. Setelah melakukan proses kompres hangat (steaming) perawatan wajahdilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013). Kosmetika wajah tersedia dalamberbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, masker berbentuk gel dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti
membran elastis (Harry,1973).
2.7.1aFungsi masker
Masker banyak dipilih sebagai perawatan wajah karena manfaatnya yang cukup baik. Fungsi masker tersebut yaitu:
a. Dapat memperbaiki dan merangsang dari aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif
b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara mendalam
c. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan dan menjaga kelembaban kulit
d. Mencegah, mengurangi dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi
2.7.2 Jenis-jenis masker
Banyak jenis masker yang saat ini beredar di pasaran, diantaranya: a. Masker bubuk
Masker ini berupa bubuk yang harus dicampur dengan air terlebih dulu hingga kental, sebelum diaplikasikan pada wajah yang kulitnya normal. Masker bubuk memiliki tingkat kerapatan yang tinggi, sehingga tidak cocok digunakan untuk kulit sensitif atau yang sedang mengalami iritasi (Basuki, 2003).
b. Masker krim
Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker krim baik untuk kulit kering, karena fungsi masker ini bisa mengangkat kulit mati dan melembabkan kulit
c. Masker gel
Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering masker tersebut bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas Masker ini biasa dikenal dengan masker peel off. Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit bersih dan segar. Masker ini juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan pemakaian teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah (Basuki, 2003).
d.Masker kertas/ kain
untuk wajah yang dapat mengangkat kotoran, menghaluskan kulit serta mencerahkan kulit (Basuki, 2003).
e. Masker topeng
Masker topeng berlubang dibagian mata dan mulut. Tekstur masker topengjuga lentur sehingga dapat menyesuaikan dengan lekuk-lekuk wajah (Basuki, 2003).
f. Masker clay
Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk membersihkan pori-pori tersumbat. Masker ini cocok untuk kulit berminyak karena kemampuannya menyerap kandungan minyak pada wajah sekaligus mengencangkan permukaan kulit (Gayatri, 2010)
2.7.3 Mekanisme kerja masker minyak bijibuahanggur
2.8 Skin Analyzer
Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat. Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness(kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle
(keriput), dan kedalam keriput. Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)
Pengukuran Parameter
Moisture (Kadar air) (%)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-50 51-100
Kecil Besar Sangat besar
0-19 20-39 40-100
Spot (Noda)
Sedikit Banyak noda Sangat banyak noda
0-19 20-39 40-100
Wrinkle (Kerutan)